Para penguasa Arab bangkit melawan Arab Spring lantaran tekanan Amerika Serikat. Artis pertama dalam medan perang ini adalah Qatar.
Erdogan, Presiden Turki, juga berkoalisi dengan Arab Saudi untuk melanjutkan perang Suriah di bawah dukungan Israel dan Amerika dengan harapan ingin menghidupkan kembali imperium Utsmaniyah.
Tersebar sebuah laporan rahasia pada tahun 2017 ini yang ditulis pada tahun 1983 lalu. Laporan ini membongkar proyek Amerika untuk menyerang Suriah melalui tangan Saddan Husain. Amerika merayu Saddam supaya bersedia menyerang Suriah dengan tujuan memukul telak dua kekuatan Arab dan mengusir mereka dari perang Arab-Israel.
Ketika itu, Saddam sedang terjerat perang melawan Iran. Untuk itu, ia harus bisa menarik simpati negara-negara budak Amerika seperti Arab Saudi serta negara-negara Teluk Persia. Untuk itu, Amerika memberikan amunisi modern kepada Saddam supaya mengancam Suriah untuk mundur dari perang melawan Israel.
Merayu Saddam dalam skenario ini merupakan langkah yang sangat penting, karena bisa menyebabkan perpecahan dalam barisan Arab dan kepentingan Amerika dan Israel bisa dilalaikan.
Barang siapa menelaah sejarah dan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi sekarang ini bisa memahami bahwa hakikat skenario masa lalu sedang terjadi hari ini. Turki, Arab Saudi, dan Qatar sedang berkoalisi untuk menjamin dana finansial untuk perang Pan-Arabisme selama enam tahun di Suriah, Libya, Yaman, Iraq, dan upaya pemusnahan jati diri kultur, sejarah, dan ekonomi negara-negara ini.
[Sumber: Al-Mayadin/Bouthaina Shaaban]
(Al-Mayadeen/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email