Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat memerangi terorisme bersama. Kedua pemimpin yang cukup ‘mesra’ ini sama-sama memiliki komitmen, kecuali dalam penyebutan teroris.
Dilansir New York Times, Trump dan Putin punya perbedaan dalam menilai teroris. Selama kampanye, Trump tidak ragu mengasosiasikan Islam dengan terorisme. Ia juga mengkritik Presiden Barack Obama yang menolak menyebut Islam radikal.
Putin dalam ini punya persamaan dengan Obama. Putin tidak pernah mendeskripsikan teroris sebagai Islam. Ia juga tidak ragu mengecam penggunaan kata ‘teroris Islam’ tersebut.
“Saya lebih memilih tidak menyebutkan Islam beriringan dengan terorisme,” kata Putin dalam sebuah konferensi pers Desember lalu.
Saat itu ia ditanya soal kelompok ISIS yang memiliki nama ‘Negara Islam’ dalam kepanjangannya. Ia lebih sering menyebut ‘(kelompok) yang menyebut diri Negara Islam’. Ini untuk memisahkan klaim mereka dengan agama Islam secara keseluruhan.
Saat pembukaan sebuah masjid di Moskow pada 2015, Putin bicara soal teroris yang gemar mengeksploitasi agama untuk tujuan politik. Di Timur Tengah, ia mengatakan teroris dari yang mengklaim Negara Islam mengaku-aku beragama dan Islam tapi menyebar kebencian, membunuh orang termasuk orang suci.
“Ideologi mereka dibangun dari kebohongan dan sangat merusak Islam,” kata dia. Secara hati-hati, Putin mengatakan pemimpin Muslim secara berani dan tanpa takut menggunakan pengaruh mereka untuk menolak propaganda ekstremis.
Dengan pandangan Putin tersebut, pandangan dan sebutan ISIS di Rusia pun berubah jadi tidak menyamakannya dengan Islam. Media-media Rusia juga diharuskan secara hukum untuk memberi catatan ISIS itu adalah organisasi teroris yang tidak terkait dengan agama.
Brookings Institute menilai presiden Rusia itu sangat tahu siapa lawannya. Ia tidak sibuk waspada pada pemimpin-pemimpin negara Muslim seperti Irak atau Iran. Ia malah mendanai dan mendukung militer pemimpin-pemimpin Muslim moderat.
Terobosan awal saat perang Chechen. Saat itu imam wilayah Akhmad Kadyrov bersekutu dengan militer Rusia. Putra Akhmad, Ramzan Kadyrov saat ini memimpin wilayah Chechen.
Seorang pengamat urusan Islam, Orkhan Dzhemal mengatakan Putin memimpin negara yang multiagama. Sementara AS berkebalikan, Muslim tidak memiliki kekuatan politik di sana.
“Putin tidak bisa katakan teroris Islam karena alasan sepele. Ia tidak ingin menyamaratakan jutaan warga Rusia yang Muslim,” kata Dzhemal.
Menurutnya, Rusia lebih suka menyebut terorisme internasional.
(Republika/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email