Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo.
SBY mengaku ingin berbicara blakblakan soal sejumlah tuduhan yang dialamatkan kepadanya dan juga Partai Demokrat.
SBY yang menggelar jumpa pers di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Rabu (1/2/2017), menyatakan bahwa dirinya telah dituduh mendanai aksi damai 411, menginisiasi gerakan makar, hingga rencana pengeboman Istana Merdeka.
Atas semua tuduhan itu, SBY merasa difitnah. Dia pun merasa pemerintah seolah mendapatkan informasi yang keliru.
"Tentu kalau dituduh dan difitnah seperti itu, saya sebagaimana manusia biasa, saya sampaikan bahwa semua itu tidak benar," ucap SBY.
Maka dari itu, Presiden keenam RI ini berharap diberikan kesempatan untuk meluruskan semua tuduhan itu kepada Presiden Jokowi.
"Sayang sekali saya belum punya kesempatan bertemu Bapak Presiden kita, Bapak Jokowi. Kalau ada niatan bertemu, saya mau ngomong blakblakan. Siapa yang melaporkan kepada beliau, siapa yang beri informasi intelijen kepada beliau yang menyampaikan saya ada di balik aksi damai 411, pengeboman, hingga urusan makar," kata dia.
"Saya ingin sebetulnya melakukan klarifikasi, secara baik dengan niat dan tujuan yang baik supaya tidak ada yang menyimpang atau curiga," ujar SBY.
Selain itu SBY mempersoalkan tentang penyadapan terhadap dirinya. Dalam konpers ini SBY sedang mempersoalkan pernyataan Ahok bahwa punya transkrip percakapan dirinya dan KH Ma'ruf Amin. SBY ingin agar hal tersebut diselidiki polisi karena perihal penyadapan tidak boleh dilakukan oleh masyarakat biasa karena itu melanggar hukum.
SBY juga menambahkan mendapat informasi bahwa dirinya disadap sehingga beberapa teman dekat menjadi enggan untuk melakukan telpon.
Pernyataan SBY seperti biasa selalu bercabang dan berbuntut menjadi terdzolimi. Padahal ada dua kalimat dan keadaan berbeda yang dinyatakan SBY dalm konpresi persnya.
>>Pertama: pernyataan SBY bahwa Ahok mengatakan bahwa memiliki transkrip percakapan dirinya dengan KH Ma'ruf Amin.
>>Kedua: pernyataan SBY terkait informasi dirinya sedang disadap.
Ini adalah dua kejadian berbeda.
Untuk pernyataan pertama berikut statemen resmi Ahok, Redaksi kutip pada detik.com https://news.detik.com/berita/3411077/soal-sby-telepon-maruf-amin-ahok-saya-hanya-disodori-berita
Terdakwa kasus penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memberikan penjelasan terkait tudingannya bahwa Ketum MUI Ma'ruf Amin pernah ditelepon oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Ahok mengaku alat bukti yang dia miliki terkait hubungan telepon SBY dengan Ma'ruf Amin itu adalah sebuah berita di media online.
"Terkait informasi telepon Bapak SBY ke Kiai Ma'ruf tanggal 7 Oktober adalah urusan penasihat hukum saya. Saya hanya disodori berita Liputan6 tanggal 7 Oktober, bahwa ada informasi telepon SBY ke Kiai Ma'ruf," kata Ahok dalam keterangan tertulis, Rabu (1/2/2017).
"Selanjutnya, terkait soal ini saya serahkan kepada penasihat hukum saya," tambah Ahok.
Pernyataan Ahok dan tim kuasa hukumnya terkait hubungan telepon dari SBY ke Ma'ruf Amin itu disampaikan kemarin dalam sidang yang digelar di auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan.
Saat itu Ahok mempertanyakan adanya telepon dari SBY ke Ma'ruf, yang salah satunya terkait pertemuan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dengan PBNU.
Jadi jelas, tidak ada statemen terkait TRANSKRIP penyadapan telpon.
Untuk statemen SBY yang kedua terkait adanya informasi bahwa dirinya disadap, seharusnya ada bukti yang dikemukakan sehingga bisa ditelusuri bukan berupa informasi belum matang dan masih mengira-ngira lalu mengeluarkan statemen. Hasilnya hanya akan membuat gaduh.
Bagaimana menurut anda?
(Info-Teratas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email