Meski belum resmi diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah DKI Jakarta, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno menurut banyak survei akan menjadi gubernur baru Jakarta, menggantikan Basuki Tjahaja Purnama- Djarot Syaiful Hidayat. Tak mengherankan jika kubu Anies Baswedan-Sandiaga Uno juga merasa yakin atas kemenangan tersebut.
Bahkan, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, sebagai ketua partai pendukung utama, juga telah memperkenalkan sejumlah tokoh dan pihak yang dinilai berperan banyak dalam kesuksesan itu. Satu di antaranya yang diperkenalkan secara khusus adalah pengusaha Erwin Aksa.
“Kalau enggak ada dia, repot kita,” kata Prabowo di kediaman pribadinya, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu petang kemarin (19/4).
Sosok Erwin Aksa sebenarnya bukan sosok baru bagi pasangan Anies-Sandi. Saat Gerindra dan PKS masih dalam proses PDKT dengan Anies, Erwin Aksalah yang menjadi jembatan. Beberapa pekan jelang pendaftaran paslon di Pilgub DKI Jakarta pada 21 September 2016, saat itu, Gerindra belum memutuskan untuk mengusung Anies Baswedan.
Namun, nama Anies Baswedan sudah mencuat untuk menjadi salah satu calon gubernur DKI Jakarta. Erwin Aksa kemudian diutus untuk mendekati Anies.
Suatu malam, Erwin menyambangi Anies yang tengah terbaring lemah di Rumah Sakit Mayapada karena terkena demam berdarah. Dalam pertemuan itu Erwin menyampaikan kepada Anies bahwa sejumlah tokoh nasional ingin agar ia maju sebagai cagub DKI Jakarta.
Erwin menyampaikan bahwa setidaknya Gerindra dan PKS menjadi dua partai yang ingin agar Anies maju. Sebagian faksi di Partai Golkar seperti kubu Aburizal Bakrie dan Jusuf Kalla juga ingin agar Anies maju.
Keinginan tersebut tak langsung disetujui oleh Anies. Ia meminta waktu untuk berpikir. Lagipula, saat itu Anies tengah terbaring di rumah sakit.
Setelah keluar dari rumah sakit, Anies kemudian mempertimbangkan tawaran dari Erwin. Akhirnya, ia bersedia menemui sejumlah petinggi partai Gerindra dan PKS. Pertemuan dengan Prabowo Subianto terjadi sekitar dua hari menjelang batas akhir pendaftaran paslon gubernur DKI pada 21 September 2016.
Prabowo benar. Erwin Aksa memang memiliki peran besar dalam upaya mengusung pasangan itu sebagai calon gubernur dan wakil gubernur. Dialah yang diutus oleh untuk menemui Anies, yang kala itu sedang dirawat di rumah sakit karena terserang demam berdarah. Dalam kesempatan itu, Erwin menyampaikan pesan bahwa sejumlah tokoh nasional menginginkan Anies maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta yang akan diusung Partai Gerindra dan koalisinya. Kesepakatan pun terjadi dan sejarah menulis Anies dalam beberapa bulan ke depan kemungkinan besar akan menduduki kursi nomor satu di Balai Kota Jakarta.
Erwin Aksa adalah keponakan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dia putra dari pengusaha Aksa Mahmud, pendiri Bosowa Corp, yang bergerak di bidang otomotif, semen, logistik dan transportasi, pertambangan, properti, jasa keuangan, infrastruktur, energi, media, dan berbagai bisnis lain. Aksa Mahmud juga memiliki saham besar di PT Bank Bukopin Tbk, dan PT Bank QNB Kesawan Tbk. Itu sebabnya, majalah Forbes memasukkan Aksa Mahmud ke dalam daftar orang terkaya.
Aksa Mahmud adalah ipar dari Jusuf Kalla. Istri Aksa, Ramlah Kalla, adalah adik kandung Jusuf Kalla.
Dengan pernyataan Prabowo terhadap Erwin Aksa dan bagaimana pertalian darahnya yang sangat dekat dengan Jusuf Kalla, banyak yang pihak berspekulasi bahwa Jusuf Kalla juga berperan besar dalam kemenangan Anies-Sandiaga. Namun, kebenaran spekulasi tersebut berlum dikonfirmasi ke Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla sendiri pernah memuji Anies dalam Peringatan 50 Tahun Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di Jakarta, 28 September 2016 lalu. Menurut Jusuf Kalla, Anies Baswedan merupakan sosok pemain single, yang tidak mengandalkan kelompok apa pun, termasuk KAHMI. Bahkan, dalam kesempatan itu juga ia juga mendoakan Anies dan Sylviana Murini—yang merupakan alumni HMI—salah satunya mendapatkan kemenangan pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.
Setelah melakukan pencoblosan pada Rabu kemarin, Jusuf Kalla juga mengatakan dirinya yakin pilkada DKI Jakarta berlangsung jujur, tanpa kecurangan. “Saya yakin aman semua. Kedua, yakin semuanya jujur, adil, dan terbuka,” tuturnya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Namun, ketika ditanya, kira-kira pasangan mana yang menang, dirinya menyatakan tak mau berandai-andai. Ia hanya menyatakan, siapa pun yang menang nanti adalah pilihan terbaik rakyat. “Pilkada tergantung pilihan masyarakat yang terbanyak, kita tunggu saja,” ujarnya.
Jusuf Kalla memang politisi matang. Dia dua kali menjadi wakil presiden untuk dua presiden yang berbeda. Yang pertama adalah menjadi wakil presiden untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan, pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, banyak media mengatakan Jusuf Kalla telah menjadi “matahari kembar” di pucuk kepemimpinan Republik Indonesia.
Mungkin karena itu pula politisi senior PDI Perjuangan, Sabam Sirait, sempat tidak setuju jika partainya berkoalisi dengan Partai Golkar yang memajukan Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden. “Saya bilang, kalau PDIP berkoalisi dengan Golkar, kemungkinan saya mengundurkan diri,” kata Sabam, 19 Mei 2014. Menurut dia, alasannya bersfiat kesejarahan. “Saya pendiri PDI yang masih hidup. PDIP didirikan Mega itu kelanjutan PDI. Saya berpendapat mengenai tidak koalisi dengan Golkar,” tuturnya.
(Info-Teratas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email