Perwalian Haram Suci Razavi mengatakan, ketajaman visi dan bimbingan Imam Khomeini serta pengganti beliau, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, darah syuhada, pengorbanan para pejuang dan perlawanan para mujahid "tanpa nama" Iran dan poros Islam, menjadi faktor penjaga keamanan negara ini.
Astan News melaporkan, Hujatulislam Sayid Ebrahim Raisi, Perwalian Haram Suci Razavi di kelas tafsir Al Quran yang membahas Surat Al Aadiyat hari Kamis (8/6) di Masjid Jame Goharshad, Haram Suci Razavi menuturkan, Surat Al Aadiyat diturunkan setelah terjadinya perang Dzat Al Salasil. Di ayat pertama surat ini وَالْعَادِیَاتِضَبْحًا Allah Swt besumpah demi kuda-kuda yang berlari kencang di medan pertempuran dan jihad.
Menurut anggota staf ketua Majelis Khobregan Rahbari (Dewan Ahli Kepemimpinan Iran), sumpah tersebut menunjukkan kedudukan tinggi dan suci jihad. Ia menjelaskan, kesucian hanya milik Allah Swt dan setiap yang suci harus berada di bawah naungan kesucian Allah Swt. Pertahanan kita suci, karena membela syariat, agama dan nilai-nilai Ilahi. Pemerintahan Islam kita suci, karena bersambung dengan wahyu dan ajaran-ajaran Ilahi dan kota Mashhad, suci, karena keberadaan hujjat Tuhan kedelapan, Imam Ali bin Musa Al Ridha as di kota ini.
Raisi menganggap berputarnya alam semesta ini hanya karena terhubung dengan Dzat Maha Suci, Penciptanya. Jihad, katanya, suci ketika dilakukan untuk ridha Allah Swt, begitu sucinya sampai-sampai Allah Swt bersumpah demi jihad di ayat pertama Surat Al Aadiyat.
Raisi menegaskan bahwa kezaliman, menzalimi dan dizalimi dalam pandangan Islam adalah buruk. Ia menjelaskan, tidak bangkit melawan penindasan dan menyerahkan diri kepada kehinaan, tertolak dalam Islam. Oleh karena itu, dalam doa Ziarah Asyura, umat yang diam di hadapan penindasan atau rela menerimanya, juga termasuk umat yang dilaknat.
Imperialis Paksa Bangsa-bangsa Dunia Terima Penindasan
Anggota Dewan Tinggi Hauzah Ilmiah Khorasan itu menuturkan, kubu imperialis dengan seluruh raksasa media yang dimilikinya, jaringan satelit dan dunia maya, berusaha menanamkan sikap menyerah, merasa cukup dan menerima kezaliman di tengah bangsa-bangsa dunia. Imperialis berupaya meyakinkan masyarakat awam bahwa nasib yang sudah ditetapkan bagi anda adalah menerima pemerintahan kami dan seluruh konflik serta masalah dunia sekarang muncul dari sini.
Menurut Raisi, mengikuti kubu imperialis dan kafir menyebabkan kemunduran masyarakat Islam dan kembali ke masa jahiliyah. Dengan mengutip ayat 149 Surat Ali Imran,
یَاأَیُّهَاالَّذِینَآمَنُواإِنتُطِیعُواالَّذِینَکَفَرُوایَرُدُّوکُمْعَلَىٰأَعْقَابِکُمْفَتَنقَلِبُواخَاسِرِین
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi."
Raisi menjelaskan, Allah Swt di ayat ini menyebut sebab kemunduran masyarakat Islam adalah mengikuti dan mentaati kaum kafir. Jika masyarakat Islam taat dan mengikuti kaum kafir, imperialis dan penentang Tuhan, serta mengesampingkan ridha Allah Swt dan ketaatan pada ajaran-ajaran Nabi, maka mereka akan kembali ke masa lalu.
Perlawanan, Kunci Kekalahan Kubu Imperialis
Perwalian Haram Suci Razavi menambahkan, pemerintahan rezim Al Saud adalah kepanjangan tangan strategis kubu imperialis dunia di kawasan Timur Tengah. Meski rezim ini mengeluarkan dana dalam jumlah yang sangat besar untuk menyuap Amerika Serikat dan Barat, tapi semakin terjerumus ke dalam dominasi dan pengaruh adidaya dunia itu. Kunci kekalahan kubu imperialis bukan melangkah mundur atau mengalah, tapi melawan.
Hujatulislam Raisi juga menyinggung pidato Rahbar terkait jihad besar dan menuturkan, perjuangan melawan kubu imperialis dan berdiri melawan kezaliman membela Islam dan bangsa-bangsa Muslim, adalah jihad besar, dan merupakan salah satu prinsip Islam, teladan Ahlul Bait dan cita-cita Revolusi Islam Iran.
Sehubungan dengan ayat 6 Surat Al Aadiyat yang berbunyi, إِنَّالْإِنسَانَلِرَبِّهِلَکَنُودٌ yang artinya, "Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya", Raisi menerangkan, di dalam Surat Al Aadiyat, setelah Allah Swt bersumpah atas nama jihad, kemudian berbicara tentang manusia yang tidak berterimakasih, mungkin salah satu maknanya adalah, kita tidak boleh lupa untuk berterimakasih kepada para pelaku jihad dan orang-orang yang menjaga keamanan. Tidak menghormati para pembela Haram Suci Ahlul Bait as adalah sejelas-jelasnya sikap tidak berterimakasih.
Pahlawan Perang Lawan Terorisme adalah Imam Khomeini
Anggota Majelis Khobregan Rahbari itu menambahkan, jika tidak ada para pejuang perang pertahanan suci delapan tahun dan para pembela Haram Suci Ahlul Bait serta keluarga mereka, apakah hari ini kita bisa menikmati keamanan seperti sekarang di Iran ?
Raisi juga menyinggung aksi teror Tehran dan menuturkan, kemarin beberapa teroris di Tehran menurut istilah Rahbar, bermain petasan. Rakyat Iran di era pertahanan suci berperang melawan kekuatan-kekuatan dunia dan berhasil mengalahkan teroris-teroris yang lebih besar dari mereka.
Sehubungan dengan kejahatan dan teror kelompok munafikin di Iran, Raisi menjelaskan, 17.000 warga tak bersalah di antaranya seorang presiden dan perdana menteri Iran, gugur di tangan munafikin dan ISIS zaman itu. Tidak diragukan, pahlawan nasional Iran dalam perang melawan terorisme adalah Imam Khomeini yang mengenal dengan baik dan melakukan langkah yang benar menumpas gerakan-gerakan munafikin. Jika tidak ada perlawanan ini, maka sekarang Iran pasti sudah tidak aman.
Hujatulislam Raisi menilai keamanan negara berhutang budi pada ketajaman visi dan bimbingan Rahbar, darah syuhada, pengorbanan para pejuang dan perlawanan para mujahid "tanpa nama" Iran. Ia melanjutkan, rasa terimakasih pada para pemuda yang mengorbankan jiwanya bagi negeri dan Islam, para veteran perang yang terbaring di rumah sakit selama 30 tahun dan keluarga yang menanggung derita ini. Rasa terimakasih ini harus ditunjukkan dalam praktik tidak sekedar lisan.
(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email