Pesan Rahbar

Home » » Apa sSebab Terjadinya Perbedaan Agama dan Mazhab?

Apa sSebab Terjadinya Perbedaan Agama dan Mazhab?

Written By Unknown on Friday 7 July 2017 | 02:19:00


Kala kita berbicara tentang agama, dari satu sisi kita bisa membagi agama menjadi dua kategori samawi dan non-samawi.

Agama non-samawiAda sebagian agama yang pada dasarnya memang tidak berlandasan Ilahi dan tidak juga mengklaim diri samawi, agama-agama primitif itu seperti Animisme (agama penyembah binatang), Pre Animisme (pra agama penyembah binatang), Totemisme, Fetchisme dan lain-lain, lalu agama-agama filosofis seperti Buda, Kong Hu Cu (Konfusius) dan lain-lain.

Perbedaan antara agama-agama itu natural sekali, karena memang mereka merupakan karya pikiran, budaya dan sejarah manusia, maka perbedaan di antara mereka disebabkan oleh perbedaan dalam faktor-faktor alami atau pembuat karya tersebut.

Agama samawiAda juga agama yang datang ke tengah umat manusia dari sisi Tuhan mereka dan melalui pengutusan para nabi serta penurunan wahyu.

Menurut Al-Qur'an, agama Tuhan dari zaman Nabi Adam as. sampai dengan Nabi Muhammad saw. hanya satu, semua nabi mengajak manusia ke satu aliran atau agama. (Lihat: QS. Alu Imran [3]: 19 dan 67).

Itulah sebabnya mereka semua mengikuti pokok-pokok yang sama dan permanen. Seperti ajakan kepada tauhid, taqwa, anti penyembahan tokoh, persatuan, berita gembira dan ancaman, ketabahan terhadap musuh atau cemoohan orang bodoh, proses penyempurnaan diri dan lain-lain. (A.J.Amuli: Tafsire Maudzu'ie Qur'one Karim, jld. 6).

Tapi pada saat yang sama, mereka berbeda syariat satu sama yang lainnya, hal itu karena faktor-faktor yang jelas, antara lain:


1. Perbedaan lingkungan, tingkat kebutuhan dan potensi masyarakat:

Faktor ini nyata dan tidak dapat diingkari, para nabi diutus tiada lain untuk memberi petunjuk kepada masyarakatnya, dan untuk itu ragam hukum dan tingkat ajaran mereka harus sesuai dengan tingkat kedewasaan dan pengetahuan masyarakat serta lingkungan mereka.

Sudah barang tentu relasi dan sistem sosial manusia pada abad-abad pertama sejarah mereka sangat terbatas dan sederhana, maka dari itu undang-undang yang mengaturnya juga terbatas. Selain itu, aneka ragam pemikiran dan kepercayaan masih belum muncul di tengah masyarakat sehingga diperlukan adanya reformasi dan penyadaran yang panjang lebar. Tapi, lambat laun dinamika pemikiran, perkembangan relasi, perluasan ilmu, pergulatan manusia dengan faktor-faktor natural dan munculnya kebutuhan-kebutuhan baru telah menuntut misi atau risalah yang baru dan pengutusan nabi yang baru pula. Sehingga pada akhirnya muncul situasi dan kondisi yang mendukung sekaligus menuntut risalah Islam yang sempurna dan untuk selama-lamanya.


2. Fakta distorsi agama:

Tidak diragukan lagi bahwa sepanjang sejarah telah terjadi berbagai distorsi dan penyimpangan agama-agama terdahulu, entah itu dilakukan oleh pengikutnya yang bodoh atau oleh tokoh agama dan penguasa yang pragmatis dan hanya mementingkan keuntungan pribadi atau kelompoknya sendiri. Dalam kondisi seperti ini, pengutusan nabi baru menjadi sangat urgen untuk memberitahukan sisi-sisi penyimpangan dan distorsi yang menodai agama samawi sebelumnya atau membawakan agama samawi dengan syariat yang baru dari sisi Tuhan.

Selanjutnya, mengingat era Nabi Muhammad saw. adalah era awal kemampuan manusia untuk mencatat, membukukan dan menjaga karya-karya dan peninggalan mereka, maka Al-Qur'an –dalam kapasitasnya sebagai buku pedoman samawi sekaligus mukjizat nabawi- dijamin pasti terpelihara tanpa sedikit pun penambahan, pengurangan, atau pengubahan, demikian pula dengan riwayat-riwayat Nabi saw. dan para imam suci as. yang terpelihara dan sampai ke generasi berikutnya.
Oleh karena itu, tidak perlu lagi pembaharuan risalah dan pengutusan nabi yang baru. (M.Mutahhari: Khatme Nubuwat).


Diterjemahkan Oleh: Nasir Dimyati

(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: