Pesan Rahbar

Home » » Rasulullah dan Makhluk Kecil Pemilik Kerajaan Tuhan

Rasulullah dan Makhluk Kecil Pemilik Kerajaan Tuhan

Written By Unknown on Thursday, 6 July 2017 | 20:46:00

Foto ilustrasi: thelinkcanada.ca

Mereka mendapat tempat istimewa di hati Rasulullah

Latamso tengah memainkan 5 butir peluru tajam AK 47, ketika rombongan wartawan mendatanginya di sebuah camp pengungsian yang masuk dalam wilayah Poso. Wajahnya tiba-tiba merunduk penuh rasa takut, ketika salah seorang dari para wartawan tersebut coba menyapa sekaligus mengusap rambutnya. “Ia selalu begitu kalau bertemu setiap laki-laki,”kata ibu angkatnya. Orang tua Latamso tewas dibunuh sekelompok laki-laki di wilayah Lombogia. Dan bocah kecil itu, dengan segenap jiwanya yang murni menyaksikan sendiri pembunuhan tersebut. Lantas apa salah mereka hingga harus mengalami trauma panjang karena semata-mata konflik orang-orang dewasa?

Fotografer perang James Nachtwey dalam pengantar buku berjudul Inferno, mengeluhkan soal ini. Ia tak habis pikir, kenapa harus ada perang yang hanya membuat sekumpulan mahluk kecil itu harus menderita. Ini jelas tak adil. Karena mereka seharusnya tumbuh dalam alam bebas tanpa kekerasan: menikmati masa-masa kecil yang indah, selaiknya bocah-bocah di dunia mana pun.

Dalam Islam, anak-anak menempati posisi yang sangat istimewa. Begitu istimewanya, hingga dalam kondisi perang, Rasulullah mutlak melarang tentaranya untuk mengganggu mereka. Konon bila ada kejadian yang menyebabkan seorang anak ketakutan, tak ragu-ragu manusia agung ini pasti akan memberikan sanksi yang setimpal kepada prajuritnya.

Wajar sekali jika manusia agung tersebut bersikap seperti itu. Secara pribadi, Muhammad adalah seorang pecinta anak-anak. Ada sebuah cerita menarik ketika suatu hari, saat akan pergi ke masjid dan melewati sebuah gang, tiba-tiba ia melihat sekumpulan bocah tengah asyik bermain. Ia lantas tersenyum. Didekatinya mereka. Begitu tahu Muhammad datang, alih-alih ketakutan atau segan, bocah-bocah itu malah menggelayuti tubuhnya seraya beseru: “Ayolah jadi untaku.! Ayolah jadi untaku!” Suatu tanda betapa dekat Muhammad dengan anak-anak.

Muhammad mafhum akan permintaan itu. Di rumahnya, Ia kerap melakukan permainan khas kanak-kanak Madinah itu bersama dua cucunya: Hasan dan Husain. Muhammad pun menurutinya:berlaku bak seekor unta yang ditunggangi bocah-bocah itu secara bergantian.

Begitu asyiknya Muhammad bermain-main dengan para bocah tersebut. Hingga tak terasa, Billal ibn Rabah sudah berdiri di samping “unta” itu untuk menjemputnya. “Ya Rasulullah, jamaah sudah menantikanmu untuk memimpin sholat,”ujarnya.

Rasul menengadah. Sambil tersenyum, dipandangnya sahabat Ethiopia-nya itu. Ia lantas berkata: “Bagiku, terlambat waktu shalat lebih baik dari pada membuat hati anak-anak ini bersedih”. Dan alih-alih bersegera menuju masjid, Muhammad malah meminta Bilal pergi ke rumahnya untuk mengambil beberapa butir biji buah kenari. Begitu kembali, Bilal menyerahkan butiran buah gurih itu ke tangan Muhammad.

Sambil menimang biji-biji kenari tersebut, Muhammad berujar: “ Maukah kalian menjual “untamu” dengan kenari-kenari ini?” Bocah-bocah itu berseru riang mengiyakan. Maka begitu makanan kecil itu berpindah tangan, lepaslah satu persatu tangan-tangan munggil itu dari tubuh Muhammad. “Semoga Allah merahmati saudaraku, Yusuf (maksudnya Nabi Yusuf AS). Ia dijual dengan harga beberapa dirham sementara aku “terjual” dengan beberapa kenari sja”katanya sambil tersenyum dan berjalan menuju masjid bersama Billal.

Muhammad selalu membuat saya kagum. Bukan semata-mata karena ia adalah seorang Rasul atau Nabi, tapi juga karena ia seorang manusia, yang selalu beruasaha menebarkan rasa cinta kasihnya kepada siapapun, termasuk kepada mereka yang kata penulis Paulo Coelho merupakan “mahluk-mahluk kecil pemilik Kerajaan Tuhan”.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: