Pesan Rahbar

Home » » Sikap Rendah Hati Sang Nabi

Sikap Rendah Hati Sang Nabi

Written By Unknown on Friday, 7 July 2017 | 08:24:00


Sufi besar dalam dunia Islam, Jalaluddin Rumi pernah mengatakan, pohon yang menjulang tinggi ke langit dan membanggakan diri karena ketinggiannya, tak berbuah. Namun pohon yang berbuah, dahannya merunduk ke bawah karena digayuti buah.

“Karena alasan itulah Nabi Muhammad Saw sangat sopan dan rendah hati,” katanya.

Sehingga Nabi mengungguli nabi-nabi lain karena hal ini dan karena beliau adalah seorang darwisy sejati. Nabi bersabda: “Bila berurusan dengan orang, lakukanlah dengan sopan dan rendah hati, dan usahakan jangan sampai ada orang yang merasa terlukai perasaannya oleh mu (baik secara material maupun mental).”

Ketika musuh menyerang hingga mematahkan salah satu gigi Sang Nabi, beliau membalasnya dengan berdoa kepada Allah agar mereka diberi petunjuk ke jalan yang benar.

Rasulullah Saw menambahkan dalam sebuah riwayat yang sangat populer: “Mereka tidak tahu jalan yang benar.”

Ayah Fatimah Az-Zahra itu tidak mengutuk orang-orang yang menyakitinya, atau berdoa agar Allah memurkai mereka. Nabi justru mencintai mereka, dan memohon kepada Tuhan agar mereka tidak dihancurkan dengan azab-Nya. Oleh pembawa ajaran Al-Qur’an itu, mereka didoakan agar diberi petunjuk ke jalan yang lurus dan Nabi sendiri pun memaafkan mereka.

Tak heran jika dikatakan, tak ada orang yang menginginkan kedamaian bagi umat manusia dengan lebih sungguh-sungguh selain dari Muhammad Saw. Lalu Rumi membacakan syair:

“Manusia tercipta dari tanah liat; dan

Jika tak ada tanah liat;

Lantas dengan apa manusia diciptakan?”

Di sini yang dimaksud dengan kata “tanah liat” adalah bahwa tanah liat dan bumi selalu ada di “bawah”, dan bukan di atas, seperti udara, cahaya dan atmosfer.

Karena itu, tanah liat berada pada “posisi di bawah,” dan tetap berada pada posisi di bawah. Tak seperti api yang menjulang ke atas dengan bangga dan arogan.

Maksudnya adalah, karena manusia diciptakan dari tanah liat, maka dia harus selalu mengendalikan egonya. Bukannya bersikap arogan dan angkuh.

Jadi rendah hati merupakan sikap umat manusia yang alamiah dan merupakan suatu kebajikan. Namun rendah hati bukanlah berarti menganggap diri sendiri tidak penting, karena bagaimanapun juga eksistensi diri haruslah tetap dijaga. Karena pohon yang tinggi selalu mempertahankan ketinggiannya. Namun sekadar tinggi saja bukanlah suatu kualitas dan kebajikan.

Karena itu, untuk memberikan bilai tambah pada tinggi, dan untuk menambahkan buah pada tinggi, diperintahkan dalam perilaku sufi untuk bersikap rendah hati, baik rendah hati dalam pikiran maupun rendah hati dalam tindakan. []

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: