Pesan Rahbar

Home » » Perang Yang Dilakukan Barat Telah Membunuh Empat Juta Muslim Sejak 1990

Perang Yang Dilakukan Barat Telah Membunuh Empat Juta Muslim Sejak 1990

Written By Unknown on Thursday 21 September 2017 | 12:08:00

Korban serangan Amerika di Kunduz, Afghanistan, Nopember 2016 (Foto: Reuters)

Penelitian Landmark membuktikan bahwa ‘perang melawan teror’ pimpinan AS telah membunuh sebanyak 2 juta orang, namun ini merupakan sebagian kecil dari ulah Barat atas kematian di Irak dan Afghanistan selama dua dekade terakhir. Data itu bukan penelitian secara menyeluruh di semua area perang yang melibatkan Barat dalam bingkai perang melawan teror yang dipimpin AS dan Inggris.

Bulan lalu, Physicians for Social Responsibility (PRS) yang berbasis di Washington DC merilis sebuah studi penting yang menyimpulkan bahwa jumlah korban tewas dari 10 tahun “War on Terror” sejak serangan 9/11 setidaknya 1,3 juta, dan mungkin akan bertambah menjadi 2 juta.

Laporan setebal 97 halaman yang dilakukan oleh sebuah kelompok dokter pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tersebut adalah yang pertama menghitung jumlah total korban sipil dari intervensi kontra-terorisme pimpinan AS di Irak, Afghanistan dan Pakistan.

Laporan PSR ditulis oleh sebuah tim interdisipliner (interdisciplinary team) pakar kesehatan masyarakat, termasuk Dr. Robert Gould, direktur penjangkauan profesional kesehatan dan pendidikan di University of California San Francisco Medical Center, dan Profesor Tim Takaro dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Simon Fraser.


Iraq

Sebuah studi PSR awal oleh Beth Daponte, seorang demografer Biro Sensus pemerintah AS, menemukan bahwa kematian Irak yang disebabkan oleh dampak langsung dan tidak langsung dari Perang Teluk yang pertama berjumlah sekitar 200.000 orang Irak, kebanyakan warga sipil.

Angka PBB yang tak terbantahkan menunjukkan bahwa 1,7 juta warga sipil Irak meninggal dunia akibat sanksi Barat, setengahnya adalah anak-anak. Kematian massal tampaknya dimaksudkan. Di antara barang-barang yang dilarang oleh sanksi PBB adalah bahan kimia dan peralatan yang penting untuk sistem pengolahan air nasional Irak. Sebuah dokumen rahasia Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA) yang ditemukan oleh Profesor Thomas Nagy dari School of Business di Universitas George Washington berjumlah, katanya, untuk “sebuah cetak biru awal untuk genosida terhadap rakyat Irak”.

Ini berarti bahwa di Irak sendiri, perang pimpinan Amerika dari tahun 1991 sampai 2003 membunuh 1,9 juta orang Irak; Kemudian dari tahun 2003 dan seterusnya sekitar 1 juta: berjumlah kurang lebih 3 juta orang Irak yang meninggal selama dua dekade.


Korban sipil serangan NATO di Kunar, Afghanistan, April 2013 (Foto: Reuters)

Afganistan

Enam bulan setelah kampanye pengeboman tahun 2001, Jonathan Steele dari Guardian mengungkapkan bahwa di antara 1.300 dan 8.000 orang Afghanistan terbunuh secara langsung, dan sebanyak 50.000 orang lainnya meninggal sebagai akibat tidak langsung perang.

Dalam bukunya Body Count: Global Avoidable Mortality Since 1950 (2007), Profesor Gideon Polya menerapkan metodologi yang sama dengan yang digunakan oleh data kematian tahunan The Guardian untuk menghitung angka kematian. Seorang ahli biokimia pensiunan di La Trobe University di Melbourne, Polya menyimpulkan bahwa jumlah kematian sipil Afghanistan sejak 2001 mencapai sekitar 3 juta orang, sekitar 900.000 di antaranya adalah balita.

Dalam laporan National Academy of Sciences tahun 2001, ahli epidemiologi terkemuka Steven Hansch, seorang direktur Relief International, mencatat bahwa jumlah kematian di Afghanistan karena dampak tidak langsung perang sejak tahun 1990an dapat berkisar antara 200.000 sampai 2 juta. Secara keseluruhan, ini menunjukkan bahwa total korban tewas di Afghanistan akibat dampak langsung dan tidak langsung dari intervensi pimpinan AS sejak awal tahun sembilan puluhan sampai sekarang bisa setinggi 3-5 juta.

Menurut angka yang dieksplorasi di sini, total kematian akibat intervensi Barat di Irak dan Afghanistan sejak tahun 1990an (dari pembunuhan langsung dan dampak dari perang) kemungkinan sekitar 4 juta (2 juta di Irak dari tahun 1991-2003, ditambah 2 juta dari “perang melawan teror”), dan bisa mencapai 6-8 juta orang saat menghitung perkiraan kematian di Afghanistan.

Angka seperti itu bisa jadi tidak tepat, tapi tidak akan pernah tahu pasti angka sebenarnya. Angkatan bersenjata AS dan Inggris, menolak untuk melacak jumlah korban tewas sipil akibat operasi militer yang mereka lakukan. Karena kurangnya data di Irak, dan hampir tidak ada catatan di Afghanistan, serta ketidakpedulian pemerintah Barat terhadap kematian warga sipil, tidak mungkin untuk menentukan tingkat kematian yang sebenarnya.

Dengan tidak adanya kemungkinan pembuktian, angka-angka ini memberikan perkiraan yang masuk akal berdasarkan penerapan metodologi statistik standar dengan bukti terbaik. Mereka memberi indikasi skala kehancuran, jika bukan detail yang tepat.

Sebagian besar kematian ini telah dibenarkan dalam konteks memerangi tirani dan terorisme. Namun, berkat keheningan media yang lebih luas, kebanyakan orang tidak tahu tentang skala teror yang terus berlanjut dengan alasan memerangi tirani oleh AS dan Inggris dan sekutu mereka di Irak dan Afghanistan.



(Middle-East-Eye/Seraa-Media/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: