D.N. Aidit (Foto: Digital Painting by Audi Moslem)
Masalah PKI adalah sebuah momok menakutkan bangsa Indonesia ini, dan mengiris hati para anak bangsa ketika menyebut PKI maka yang akan muncul dibenak kita adalah sebuah kebengisan tiada tara kepada para Jendral kita, akan tetapi kita tidak banyak tahu mengapa PKI sadis seperti itu ? berikut ada ulasan menarik dari salahsatu media padhang-mbulan.org yang menguak misteri kebengisan PKI.
Kalian tahu DN. Aidit, ketua PKI yang mengkhianati Tan Malaka? Ideologi komunisme yang diusung Tan Malaka tidak sama dengan ideologi komunisme yang dibawa oleh DN. Aidit. Ketika Tan Malaka tewas terbunuh oleh pengkhianatan yang dilakukan pengikutnya sendiri, lalu DN. Aidit menggantikan kepemimpinan PKI.
Mengapa PKI pada masa itu sampai berlaku sadis, kejam, membunuh para ulama, dan menghalalkan segala cara sejak DN. Aidit memimpin? Jawabannya karena DN. Aidit adalah keturunan Arab non-Sayyid yang keluarganya berfaham Wahabi! Sejarah mencatat ideologi pemahaman Wahabi telah menorehkan sejarah berdarah, mereka membunuh para ulama yang tidak mendukung mereka, kejam, sadis dan menghalalkan segala cara. Makanya tak usah heran sejak DN. Aidit meraih tampuk kepemimpinan PKI berubah tindakannya seperti gerakan Wahabi, sebab pemimpinnya sendiri seorang berfaham Wahabi. Apa jadinya bila PKI sekarang ini tak lagi memakai “I” tapi malah memakai “S”?
“Yang bikin NU marah bukan PKI macam Alimin yang mati minta ditahlili. Tapi PKI macam Aidit, keluarga Arab (non Sayyid, berbeda dengan Aidid: Red) berfaham Wahabi, yang di semua lini sering membid’ahkan, mengkurafatkan, memusyrikkan dan mengkafirkan amaliah NU sebagai Setan Desa. Jadi, melihat PKI dan gegap-gempita aksi sepihaknya pada 1964-1965 persis seperti gerakan awal Wahabi di jazirah Arab 1798-1803.” Ungkap Ken Sujatmiko.
Silakan kalian cek sejarah sendiri, Tan Malaka lahir tahun berapa dan meninggal tahun berapa? Lalu tahun berapa pemberontakan G30S/PKI? G30S/PKI terjadi setelah Tan Malaka wafat. Setelah Tan Malaka wafat tampuk kepempimpinan diambil dan diraih oleh DN. Aidit. Artinya sepeninggal Tan Malaka PKI telah berubah haluan.
Presiden Soekarno sendiri menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional. Soekarno merestui partai Komunis karena tertarik pada gagasan komunisme yang disusun Tan Malaka. Tan Malaka walaupun berideologi komunis namun dia adalah orang yang religius. Dalam gagasan komunisme Tan Malaka sendiri menyatakan “Agama tak dapat dipisahkan dalam komunisme itu”. Di Sumatera sendiri banyak yang tertarik pada Partai Komunis Indonesia sebab gagasan ideologi yang dituangkan Tan Malaka. Makanya pemberontakan G30S/PKI hanya terjadi di Jawa dan tidak di Sumatera. Sebab penganut komunis di Sumatera adalah mereka yang setia pada ideologi Tan Malaka.
Sudah kubilang PKI jadi kejam dan memberontak hingga menewaskan 7 pahlawan revolusi sejak dipimpin oleh DN. Aidit. Akibat ulah PKI pimpinan DN. Aidit akhirnya penganut komunisme Tan Malaka di Sumatera jadi kena imbasnya. Mereka yang tak tahu menahu dan tidak terlibat pemberontakan G30S/PKI yang terjadi di Jawa akhirnya ada yang ditangkap, diintimidasi, dikucilkan bahkan ada yang dibunuh. Almarhum Gus Dur mencabut undang-undang tentang pelarangan PKI agar kita mengkoreksi kembali sejarah bangsa ini, mencari tahu di mana letak kesimpangsiurannya, mencari tahu biang keladinya dan siapa pengkhianatnya. Tan Malaka adalah Pahlawan Nasional yang terlupakan.
Jika Presiden Jokowi ingin meminta maaf pada korban PKI maka pada korban yang mana? Pada penganut PKI yang mana? Apakah pada penganut PKI yang setia pada Tan Malaka, atau pada penganut PKI yang mengikuti DN. Aidit? Catat, Tan Malaka adalah salah satu putera bangsa berdarah Sumatera Barat.
(SFA/MM/padhang-mbulan/Salafy-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email