Kebijakan politik luar negeri yang telah dibangun oleh Imam Khomeini ra adalah keyakinan terhadap Allah sebagai Pencipta Tunggal. Slogan "Tidak Timur, Tidak Barat" adalah sebuah kebijakan politik baru yang juga telah dibangun oleh pendiri Revolusi Islam Iran ini dan bertumpu pada prinsip Wilayatul Faqih.
Hari ini telah diselenggarakan sebuah konferensi internasional dengan tajuk "Pemikiran Imam Khomeini dan Kebijakan Politik Luar Negeri" yang ke-5. Ala'uddin Burujerdi Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Politik Luar Negeri Majelis Syura Islami hadir sebagai pembicara utama dalam seminar ini.
"Kala itu, Soviet memegang satu kutuk kekuatan dan Amerika juga memegang kutub kekuatan yang lain. Pada kondisi seperti ini, Imam Khomeini ra berhasil membangun sebuah kebijakan politik yang sesuai dengan ajaran Islam. Yaitu 'Tidak Timur, Tidak Barat, tapi Hanya Republik Islam," ungkapnya dalam pembukaan orasinya.
Menurut Burujerdi, slogan "Tidak Timur, Tidak Barat, tapi Hanya Republik Islam" adalah sebuah gebrakan yang sangat sesuai dengan ajaran Islam. Memang, slogan ini telah menuntut biaya besar yang telah dibayar dengan darah. "Sekarang kita telah berhasil membangun pondasi sebuah bangunan yang sangat kokoh, dan sebuah pohon tersirami subur. Kita sekarang sedang menyaksikan buah-buahan pohon ini sedang dipetik dan dinikmati," ungkapnya.
Menurut penuturan Burujerdi, ketika Revolusi Islam Iran masih baru tumbuh, kedua adi daya itu bersepakat untuk memusnahkan Iran. Mereka mengambil keputusan untuk memadamkan cahaya Ilahi. Amerika memulai aksi dari kudeta Nouje hingga serangan militer langsung pada peristiwa Thabas. Mereka juga mengancam Iran dengan perang hidup dan mati dalam peristiwa perang Iran dan Irak yang dipaksakan.
“Dalam perang yang dipaksakan ini, dunia kafir dengan seluruh jati diri berdiri di hadapan Islam. Tapi, kita telah berhasil keluar dari lingkaran ujian berat ini dengan penuh kejayaan. Sekarang Komunisme dan Uni Soviet sudah musnah dari geografi perpolitikan. Nasib Saddam juga telah pasti,” ujar Burujerdi.
Slogan “Tidak Timur, Tidak Barat” telah berhasil melahirkan sebuah sistem politik baru yang berlandaskan pada konsep Wilayatul Faqih. “Slogan ini adalah strategi Imam Khomeini ra dalam ranah kebijakan luar negeri yang memiliki pengaruh sangat penting dalam kancah percaturan internasional. Setelah menghadapi kekalahan pahit, para adi daya ingin menampilkan sistem Republik Islam sebagai sebuah sistem yang tidak kompeten. Tapi, dalam upaya ini, mereka juga menghadapi kekalahan telak,” tandas Burujerdi.
Masalah energi nuklir adalah poin kemenangan Republik Islam Iran yang lain. Iran telah mampu mengeluarkan uranium dan mengolahnya menjadi bahan bakar dengan tujuan damai. Kemampuan ini membuktikan kompetensi sistem Republik Islam dan menjadikan Iran sebagai figur bagi seluruh bangsa dunia.
Poin penting lain dalam kebijakan luar negeri Imam Khomeini ra adalah monotheisme dan bahwa Allah adalah tolok ukur segala sesuatu. Poin ini sangat jelas bisa kita saksikan dalam surat yang pernah ia tulis kepada Gurbachov. Dengan sebuah ungkapan, Imam Khomeini ra memprediksikan bahwa masa depan Uni Soviet hanya dapat disaksikan di museum-museum sejarah.
Dalam surat ini, berkenaan dengan Komunisme, kita bisa membaca, “Problem kalian adalah ketidakyakinan terhadap Allah. Inilah problem yang telah menyeret bangsa Barat ke dalam jurang keasusilaan.”
Ketegaran dalam memegang kebijakan politik adalah kriteria kebijakan-kebijakan strategis Imam Khomeini ra yang lain. Salah satu contoh penting dalam masalah ini adalah perjuangan melawan rezim Zionisme.
Jika kita melukis garis diagram perjuangan rezim ini, niscaya kita menyaksikan gerak menurun perjuangan rezim ini. Gerak menurun ini, pada akhirnya, akan sampai pada batas titik kehinaan. Tapi, sebelum kemenangan Revolusi Islam Iran, garis ini menanjak lurus dan tidak pernah berubah.
Imam Khomeini ra adalah pembangun Hari Internasional Quds. Ia telah berhasil memperluas arena perjuangan melawan Israel dari Dunia Arab ke seluruh umat Islam. Kepercayaan diri di kalbu masyarakat Islam dan kaum tertindas tersimpulkan dalam ucapannya yang terkenal, "Kita pasti bisa".
Untuk itu, Dunia Islam yakin bahwa mereka tidak memiliki kekurangan suatu apapun dibandingkan bangsa Barat dan negara-negara maju. Ungkapan yang sangat pendek itu membuktikan seluruh perkembangan dan penaklukan ilmiah yang berhasil diraih oleh Iran sekarang ini.
Hari ini, di setiap atap rumah penduduk Bahrain, berdentang suara Allahu Akbar. Semua ini merupakan salah satu bukti dan pengaruh gerakan Imam Khomeini ra.
Burujerdi menilai, salah satu kriteria utama figur-figur Ilahi adalah prediksi dan memandang masa depan. Imam Khomeini ra selalu memandang ke depan melebihi masa yang ia hidup. Setelah beberapa masa, prediksinya selalu terjadi.
Sehubungan dengan masalah ini, Imam Khomeini ra pernah memperingatkan Duta Besar Uni Soviet supaya jangan melakukan serangan militer ke Afghanistan. Tidak mengacuhkan peringatan ini, selang beberapa waktu, prediksi Imam Khomeini menjadi nyata. Kekalahan Uni Soviet yang memalukan pun disaksikan oleh dunia.
Dalam setiap bentuk penilaian yang insaf dan analisa yang jujur, mereka yang bergerak di atas jalan pemikiran Imam Khomeini ra seperti Hizbullah dan Hamas pasti akan menggapai kemenangan, sekalipun mereka tidak pernah meyakini sama sekali. Contoh nyata untuk masalah ini adalah kemerdekaan daerah selatan Lebanon yang pernah dikuasai oleh rezim Zionis. Lantaran kemenangan ini, dunia meyakini bahwa kita bisa meneriakkan slogan "mampus Amerika" dan tidak perlu lagi takut terhadap adi daya ini.
Kala itu, ketika Revolusi Islam Iran baru saja menang, Imam Khomeini ra menandaskan, "Amerika tidak akan bisa berbuat apa-apa." Selama selang beberapa waktu lalu, Amerika betul-betul tidak mampu berkutik.
Prinsip seperti akhirnya berpindah ke dalam hati seluruh masyarakat dunia. Hasilnya adalah perlawanan penduduk Gaza yang layak dibanggakan dan persatuan antara Fatah dan Hamas. "Kami sebagai Republik Islam Iran mendukung persatuan ini. Persatuan ini adalah persatuan yang selalu didukung oleh Imam Khomeini ra," ujar Burujerdi.
Perang melawan konspirasi Inggris yang selalu ingin memunculkan perbedaan antara Ahli Sunah dan Syiah memperoleh tekanan khusus Imam Khomeini ra. Ia selalu mengajak seluruh umat Islam untuk senantiasa bersatu padu.
"Kami adalah penyeru persatuan Islam. Lembaga Pendekatan antar Mazhab dibangun di negara kita," ungkap Burujerdi.
Di penutup uraian, Burujerdi menghimbau supaya gerakan Renaisance Islami harus terwujud. Dengan gerakan ini, dunia akan meyakini bahwa umat Islam yang telah mampu membangun sebuah negara Islam juga mampu untuk memanajemennya.
(Shabestan/berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email