Pesan Rahbar

Home » » Tommy Soeharto Sindir Jokowi Pencitraan, Budiman Sudjatmiko Balik Sindir Yang Suka Fitnah Jokowi

Tommy Soeharto Sindir Jokowi Pencitraan, Budiman Sudjatmiko Balik Sindir Yang Suka Fitnah Jokowi

Written By Unknown on Sunday 15 October 2017 | 19:16:00


Sering sekali orang tidak sadar diri dengan komentar yang disampaikannya. Memberikan komentar terhadap seorang pemimpin, tetapi tidak sadar bahwa dirinya adalah produk seorang pemimpin yang tidak lebih baik daripada orang tersebut. Itulah yang menurut saya terjadi, saat seorang Tommy Soeharto mulai melancarkan kritik kepada Presiden Jokowi.

Tommy yang dalam sebuah acara silaturahmi kader Partai Berkarya di Aula TMII, Jakarta Timur, Jumat (13/10), menyatakan bahwa Presiden Jokowi hanya selalu pencitraan agar terpilih kembali ditahun mendatang menjadi 2 periode. Kritik Tommy ini tentu menjadi membal kalau melihat bagaimana bapaknya memimpin selama 32 tahun pakai penindasan.

Presiden Soeharto selama 32 tahun melakukan banyak penindasan sehingga bisa terpilih selama itu. Bayangkan saja saat itu, PNS wajib memilih Golkar. Bahkan saat Presiden Soeharto memimpin, sebelum pemilu saja kita sudah tahu siapa yang menang. Bapak dan mamak saya yang PNS saja tiap pemilu diwajibkan memilih Golkar, ketahuan tidak memilih Golkar, maka akan dipecat.

Jangan kritik Presiden Jokowi melakukan pencitraan, padahal yang dilakukannya adalah berkerja dan menampilkan hasil kerjanya tersebut kepada rakyat. Orang yang menunjukkan hasil kerjanya kepada rakyat yang adalah “bos”nya bukanlah sesuatu yang pantas disebut pencitraan, melainkan sebagai upaya menunjukkan bahwa uang rakyat jelas digunakan.

Bukan sebaliknya, pembangunan dilakukan berat sebelah, lalu setiap ada kritik dan protes dibredel dan dibungkam dengan kekuatan militer. Dan bukankah itu yang terjadi selama 32 tahun?? Bahkan dalam perkembangan investigasi sejarah, menguak sebuah dugaan kuat, bahwa Presiden Soeharto mendapatkan kekuasaan dengan menggunakan isu PKI tahun 1965.

Presiden Jokowi menampilkan hasil kerjanya janganlah dikatakan pencitraan kalau itu dalam artian negatif, tetapi kalau Presiden Jokowi melakukan pencitraan dengan maksud positif bahwa dia sedang melakukan pembangunan yang baik tidak masalah. Aneh rasanya, kalau orang sedang membangun malah dipandang negatif. Bukankah yang tidak membangun tetapi hanya pencitraan itulah yang salah??

Apalagi kalau pada akhirnya meninggalkan proyek-proyek mangkrak dimana salah satunya adalah Candi Hambalang. Itu baru namanya pencitraan. Presiden Jokowi bukan melakukan pencitraan, melainkan memberikan informasi atas proyek-proyek pembangunan yang sudah selesai. Dan hal ini penting dilakukan supaya rakyat tahu Presiden berkerja dan mengawasi, bukan hanya Asal Bapak Senang (ABS).

Sindiran dan nyinyiran Presiden Jokowi yang menampilkan hasil kerjanya, memang dengan sangat kompak dilakukan oleh para lawan politiknya. Pembangunan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi disebut sebagai pencitraan dan kampanye. Bukan hanya Tommy yang bapaknya 32 tahun menindas, tetapi juga oleh partai milik mantan menantu Soeharto, Gerindra.

Bukan hanya Tommy Soeharto dan Gerindra saja yang nyinyir Presiden Jokowi hanya pencitraan, gerombolan kaum bumi datar pun ikut-ikutan meramaikan. Nah kalau untuk kaum bumi datar ini, Bung Budiman Sudjatmiko sudah menskakmat mereka dengan cuitan mematikan berikut:




Sampai kapanpun mereka-mereka ini akan selalu jadi orang sirik dan iri sebagai tanda bahwa mereka tidak punya tokoh dan pemimpin sekaliber Presiden Jokowi yang kerjanya terlihat nyata. Kelakuan mereka ini mirip cowok yang kita tolak karena kerjanya menggombal tidak jelas dan tidak ada bukti nyata, tetapi terus saja mengkritik kekasih kita yang sudah terbukti memberikan sebuah kepastian. Resek dan sangat mengganggu.

Lalu apa yang harus kita lakukan terhadap para pengkritik Jokowi yang mirip cowok resek dan bawel tadi?? Yah kalau dari cerita para cewek, cukup dihardik dan dicerewetin balik. Masak mereka hina dan sindir Presiden Jokowi yang berkerja dan memberikan kepastian kita diam saja?? Kita malah harus bungkam mereka.

Itulah mengapa saya sangat suka dengan cara Bung Budiman membungkam para hatters Presiden Jokowi dari kubu bumi datar. Kaum yang sinis terhadap Presiden Jokowi yang tunjukkan hasil kerja, tetapi bangganya minta ampun lihat pemimpinnya tunjukkan jumlah isterinya. Sampai-sampai gara-gara kelakuan pemimpin tersebut, ada seorang isteri takut saat suaminya ikut ceramah beliau. Mungkin sang isteri takut suaminya ikut jadi seperti itu.

Manusia memang boleh memilih siapa pemimpin yang dikagumi dan diikutinya, tetapi kalau boleh saya memberi saran, pilihlah pemimpin yang menunjukkan hasil kerjanya bukan jumlah isterinya, apalagi pemimpin yang katanya, membunuh hakim agung dan bapaknya 32 tahun menindas demi terus memimpin.

Kalau anda sehat dan waras, saya yakin nda akan pilih Presiden Jokowi.
Salam Kerja.. Kerja.. Kerja..

(Info-Teratas/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: