Oleh: Mohamad Guntur Romli
Sabtu, 13 Oktober 2018 saya diundang oleh media Nusantaranews dalam diskusi “Membedah Agenda Politik Komunisme & Khilafah di Pilpres 2019” dengan susunan pembicara:
1. Mayjen (Purn) Kivlan Zein, Kepala Staff Kostrad 1998 (hadir)
2. Fahri Hamzah, Wakil Ketua DPR RI (Ghoib)
3. Boni Hargens, Pengamat Politik (hadir)
4. Nuruzzaman, PP GP ANSOR (hadir)
5. Haris Rusli Motti, Eks Gerakan Mahasiswa 1998 (hadir)
6. Djoko Edi Abdurrahman, Advokat, mantan DPR RI (hadir)
7. Jus Soema Dipradja, Wartawan Senior (hadir)
8. Ismail Yusanto, Jubir HTI (GHOIB)
9. Guntur Romli, Politisi PSI (hadir)
Sayangnya dalam acara ini, Ismail Yusanto tidak hadir alias ghoib. Saya berbicara setelah Kivlan Zen dan Jus Soema yang mengulas soal kebangkit PKI, tapi mereka tidak pernah menyinggung soal khilafah dan HTI. Sepertinya mereka mau framing, hanya PKI yang ditolak, tapi tidak ada masalah dengan HTI (Hizbut Tahrir).
Maka saya tegaskan dalam presentasi saya: NKRI Sejati menolak PKI dan menolak HTI.
Saya dari PSI dan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi
& KH Ma’ruf Amin menolak PKI dan Menolak HTI. Perang ideologi sudah selesai. Tidak ada tempat bagi komunisme dan khilafah (negara Islam) di negeri ini.
Diskusi ini mengangkat tema Komunisme dan Khilafah, padahal kalau membaca sejarah, baik ideologi Komunis dan Khilafah/Negara Islam pernah memberontak di negeri ini. Komunisme dengan PKI, Khilafah/Negara Islam melalui DI/NII.
Oleh karena itu kita harus konsisten, tolak PKI dan tolak HTI (Hizbut Tahrir), jangan seperti Kivlan Zen dkk cuma nolak PKI, tapi tidak mempersoalkan Hizbut Tahrir sebagai gerakan Khilafah.
Tolak PKI, Tolak HTI. Tolak Komunisme Tolak Khilafah / Negara Islam
Dalam Diskusi “Agenda Politik Komunisme dan Khilafah di Pilpres 2019” saya tegaskan perang ideologi sudah selesai. Mau PKI dan HTI harus ditolak. NKRI Sejati Menolak PKI dan HTI. Jangan kayak Kivlan Zen dkk cuma teriak2 nolak PKI, tapi HTI dibiarkan. Jokowi KH Ma’ruf Amin menolak PKI dan HTI. Sudah jelas. Gak usa dibantah-bantah. Sekarang bagaimana kita lebih mementingkan pembebasan yg terkait kemaslahatan rakyat.
Ketegasan saya sendiri menolak PKI dan HTI karena berasal dari sejarah keluarga. Keluarga saya tentara/AD dan NU. Kakek saya dari ibu adalah pejuang dan tentara, infantri Angkatan Darat (AD) Kardjono, tugas terakhir di 514 Bondowoso. Terlibat dalam perjuangan dari Peperangan 10 November 1945 Operasi Merdeka Banyuwangi Pemberantasan DI/TII Kahar Muzakar di Sulsel, Pemberantasan PKI di Surabaya, Pembebasan Irian Barat (Papua) dll. Perjuangan kakek saya yg luar biasa ini membutuhkan pengorbanan. 5 anak darinya, 4 lahir di saat tugas berjuang. Dan nama-nama anaknya diambil dari pengalaman bertugas.
Ayah saya juga dari Pemuda NU di Situbondo yg pada tahun 1965 ikut membendung PKI di Tapak Kuda.
Maka, dengan ini kita tegaskan NKRI harga mati. Sejak tahun 1934 KH Wahab Hasbullah sudah menegaskan Hubbul Wathan minal Iman, cinta tanah air bagian dari iman. Cinta kita pada Indonesia, pada Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika tidak bertentangan dgn Islam.
Simak Video Ini:
(Gunrom/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email