kenapa sunni mendiamkan pelaknatan terhadap Ahlulbait Nabi Saw di
atas mimbar-mimbar yang dilakukan atas perintah Mu’awiyah dan para
penguasa tiran Bani Umayyah ???
Kaum Nawashib mengklaim bahwa Mu’awiyah tidak bisa disalahkan atas terbunuhnya Sahabat Nabi Ammar bin Yasir dan para rekannya!
Yazid tidak boleh dipersalahkan atas pembunuhan atas al Husain dan para sahabat setianya!
Dengan logika seperti itu mereka bermaksud menyucikan Fir’aun dari kejahatan membunuh dan membantai pengikut Nabi Musa as.
Sedangkan Al Qur’an berkata tentang Fir’aun:
Allah menetapkan bahwa tindakan membunuh itu adalah tindakan Fir’aun karena dialah penguasa, panglima dan yang emerintah pembantaian itu.
Inilah kehama adilan Allah!
Kemaha-adilan Allah menetapkan bahwa tanggung jawab utama harus dipikul oleh para pemimpin (yang memerintahkan kejahatan) sebelum membebankannya kepada para pengikut…
Tetapi kebiasaan kaum Nawashib adalah menjungkir balikkan permasalahan…
Rahasia di balik sikap menyimpan mereka dengan ketentuan Allah adalah bahwa Allah tidak pernah akan takut kepada para pemimpin dan penguasa! Sedangkan kaum Nawashib sangat takut kepada para penguasa!
Dari sini perbedaan itu muncul. Dan yang aneh bin ajaib adalah kaum Nawashib memberlakukan kaidah menyimpang ini setengah-setengah, mereka menyematkan kepada para pemimpin idola mereka jasa penaklukan negeri-negeri, pemberian santunan tanpa batas kepada para penyair yang memuji…
Merekalah yang menaklukan negeri-negeri itu…
Merekalah yang berbaik hati menyantuni para penyair itu…
Bukan para prajurit yang berjuang di medan perang…
Bukan rakyat (karena kenyataannya harta itu adalah harta umat Islam, bukan uang pribadi para penguasa dan emir_pen).
Kaum Nawashib menisbatkan kepada Allah kejahatan yang dilakukan para penguasa tiran...
Mereka berkata: Allah-lah yang menetapkan taqdir semua urusan itu, maka hamba pasti tidak kuasa lari darinya! Dan kewajiban kita adalah diam dan pasrah (kepada taqdir Allah)…
Sementara itu mereka selalu mengingat-ingat dengan penuh kecaman pemenjaraan yang dialami oleh Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Taimiyah, mereka mengatakan bahwa para penguasa telah menzalimi mereka… Mereka bangkit murka demi mereka seakan mereka telah disembelih seperti yang dialami al Husain!!
Kaum Nawaashib mengecam siapapun yang mengkritik sebagian sahabat dan menuduhnya sebagai tindakan mencaci maki dan melaknat! Sementara mereka mendiamkan pelaknatan terhadap Ahlulbait Nabi Saw di atas mimbar-mimbar (yang dilakukan atas perintah Mu’awiyah dan para penguasa tiran Bani Umayyah_pen). Jadi pelaknatan terhadap Ahlulbait Nabi Saw di atas mimbar-mimbar masjid di seluruh negeri Islam sekan tidak terlihat oleh mereka! Seakan mereka tidak membaca buku-buku Sunnah/hadis seperti Shahih Bukhari hingga Sunan Ibnu Majah…
Sementara itu mencari-cari data di celah-celah lembaran sejarah seorang penduduk Kufah yang hidup di abad ketiga Hijrah yang mencerca Mu’awiyah….
Duhai andai aku tau apa jawaban mereka ketika kelak Mahkamah Pengadilan Allah digelar ketika seluruh makhluk digiring untuk dihisab? Di mana ketika itu penuntutnya adalah Nabi Muhammad, para saksinya adalah penghuni langit dan Hakimnya adalah Allah Sang Maha Pencipta?
Strategi Dan Makar Jahat Kaum Nawashib.
Di antara setrategi kaum Nawashib dan makar jahat mereka adalah mereka bungkam seribu bahasa mendiamkan kejahatan kenashibian dan kaum Nawashib, sementara itu pada waktu yang sama mereka mencari-cari kesalahan pengikut kelompok lain, aliran dan pendapat mereka…
Seakan kenashibian (sikap membenci keluarga Nabi Saw) itu tidak ada wujudnya di dunia nyata.
Mereka (kaum salafy -red) sesak napas ketika disebut dan dibongkar mazhab jahat ini (kenashibian) yang memimpin negeri-negeri kaum Muslimin selama sembilan dasawarsa! Dan telah mampu membangun generasi ideologis menyimpang yang eksis hingga hari ini walaupun dengan kualitas tertentu dan dengan nama-nama yang memukau tapi menipu!!
Mereka (salafiyun _red) hendak mengelabui umat Islam dengan mengatakan bahwa kaum Nawashib adalah Ahlusunnah… Kemudian mereka sangat sakit hati jika kaum Nawashib generasi pertama disebut-sebut, mereka (kaum Nawashib generasi belakangan) itu tidak suka jika disebut dan dibongkar kejahatan kaum Nawashib generasi pertama…
Walaupun mereka telah melakukan kajahatan membantai dan melaknat atau merusak sendi-sendi agama dll.
Tetapi anehnya mereka tidak bersikap demikian dalam semua kasus, karena separuh akidah mereka adakah kecaman terhadap musuh-musuh kaum Nawashib yang sudah mati, baik mereka itu Syiah, Jahmiyah, Mu’tazilah, Khawarij dll…
Mengapakah mereka di sini melembek dan di sana meraung-raung?
Mereka menyibukkan kita dengen tuduhan bahwa kami hendak membongkar lembaran lama hanya demi masa lalu belaka.
Kaum Nawashib itu jika tidak kita adili dengan kebenaran mereka pasti akan menuduh kami dengan kebatilan. Kita harus serang terlebih dahulu dan kita sibukkan mereka dengan diri mereka sendiri, sebab jika kita tidak melakukannya mereka akan menyerang akal-akal dan hati-hati kita!!
Maka cara terafdhal dalam berhadapan dengan mereka adalah kita hadapi tuduhan palsu mereka dengan bukti kebenaran akan kajahatan mereka!! Jika mereka diam ya kami diam! (Allah tidak menyukai membongkar kejahatan dengan kata-kata kecuali orang yang dizalimi).
Latar belakang kemunafikan dan pola pikir bani Umayyah dalam memandang hina simbol-simbol kesucian sangat banyak, seperti:
Marwan bin al Hakam melarang Abu Ayyub al Anshari meletakkan pipi beliau di atas tanah pusara Nabi Saw.. ISIS dan Pendahulu mereka lebih dekat kepada Marwan si fasik itu dan sangat jauh dari Abu Ayyub sang sahabat mulia itu!!.
Ya, boleh jadi di kalangan lain ada yang bersikap berlebihan baik di sisi Ka’bah, makam Nabi Saw atau makam-makam Ahlulbait… Tetapi semua itu tidak membenarkan ISIS untuk menghancurkan Ka’bah dan membenci Nabi Saw dan Ahlulbait beliau!
kejahatan Mu’awiyah dan para penguasa bani Umayyah yang melestarikan kemunafikan dan kedengkian bani Umayyah kepada Allah dan Rasul-Nya…
Data-data sejarah tak terbantahkan telah membuktikan semua kejahatan dan kemunafikan akidah dan kekafiran sikap mereka itu! Namun anehnya (walaupun tentu tidak aneh sebab sebagian kaum munafik adalah kekasih dan pembela kaum munafik lainnya) kaum Salafi Wahhabi akan berontak dengan emosi jahiliyah tak terkontrol jika ada yang berani membongkar bukti-bukti kemunafikan para penguasa bani Umayyah, utamanya Mu’awiyah, Yazid, Marwan dan juga Abu Sufyan dan al Hakam ayah Marwan yang terkutuk itu!!
Mereka akan segera menuduh siapapun yang menyentuh “kehormatan” Muawiyah, dituduh sebagai mencaci maki sahabat Nabi Saw. Dan karenanya ia berhak divonis sesat dan zindiq dan akhirnya darahnya halal ditumpahkan…
Inilah logika Salafi Wahhabi…
Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa Mu’awiyah telah melakukan perusakan dan penghancuran sendi-sendi agama Islam…
Satu demi satu ajaran Islam ia lecehkan dengan terang-terangan dan seakan menantang umat Islam!
Kehormatan Nabi Mulia Muhammad saw. ia lecehkan….
Kesakralan ajarannya ia hinakan…
Kehormatan darah para pengikut setia Nabi saw. ia halalkan…
Dan yang lebih mengerikan dari kejahatan-kejahatan Mu’awiyah adalah ia jadikan Khalifah Ali dan Ahlulbait Nabi saw. sebagai alamat pelampiasan dendam kusumat jahiliyah dan balas dendamnya atas kekalahan kemusyrikan dan kekafiran para penyembah arca dan hawa nafsu!
Imam Ali ra. ia laknati dan caci-maki di atas mimbar dan di hadapan keluarga; anak dan cucu-cucu Ali ra.! Lebih dari itu, ia jadikan pelaknatan atas Sayyidina Ali; sahabat agung, Khalifah Rasyid dan menantu kesayangan Nabi saw. sebagai bagian dari politik kotornya untuk memuntahkan dendam kemusyrikan dan kekafiranya!
Setelah itu semua, Mu’awiyah masih tidak puas…
ia harus melakukan langkah akhir untuk melengkapi kejahatannnya…
ia mengangkat Yazid; putranya yang sangat fasik itu sebagai Khalifah Rasul, Amirul Mukminin dan Bapak kaum Muslimin serta Pengawal Syari’at Islam! Dengan demikian telah lengkaplah penjungkir-balikan nilai-nilai agama Islam!
Karena Nabi saw. harus menyelamatkan Risalah Islam yang telah beliau bawa dan beliau perjuangkan bersama para sahabat, utamanya Sayyidina Ali ra.!
Maka Nabi saw. bangkit untuk mengingatkan kaum Muslimin akan kejahatan yang akan dilakukan Mu’awiyah atas agama!
Dan agar umat Islam mewaspadai pergerakan para pemimpin kekafiran yang berkedok Islam!
Sebab orang munafik jauh lebih berbahaya dan mengancam Islam dan kaum Muslimin ketimbang kaum yang terang-terangan kafir!
Syeikh Nâshiruddîn al Albâni Menshahihkan Hadis Mu’awiyah Orang Pertama yang Merusak Agama Nabi saw.!
Kendati kekejaman para penguasa tiran bani Umayyah telah merampas kebebasan umat Islam untuk menukil sabda-sabda Nabi saw. yang membongkar kejahatan, kefasikan dan kemunafikan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya yang didominasi kaum munafik dan utamanya adalah bani Umayyah, dan khususnya adalah Gembong Mereka seperti Abu Sufyan dan Mu’awiyah putranya. Namun Allah SWT tetap mengabadikan sabda-sabda suci itu walau karihal kafirûn wal munâfiqûn! Sampai-sampai para ulama yang biasanya sangat membela Mu’awiyah dan bani Umayyah pun tak kuasa mendustakannya! Ia begitu gamblang bak matahari di siang bolong! Karenanya, suka atau tidak suka, mereka tidak memenukan jalan untuk menudustakannya.
Sebagai contoh adalah bahwa hadis Nabi saw. yang berbunyi:
Syeikh Nâshiruddîn al Albâni tidak kuasa kecuali mengakui bahwa ia adalah hadis hasan. Dan hadis hasan adalah bagian dari hadis shahih! demikian dikatakan para ulama!
Komentar Syeikh Nâshiruddîn al Albâni.
Setelah mengatakan bahwa hadis ini adalah berststus hasan, ia menegaskan bahwa yang dimaksud dengan: seorang dari bani Umayyah adalah Mu’awiyah… dan di antara kejahatannya dalam merusak agama adalah dengan:
Jadi jelaslah bagi kita semua bahwa Mu’awiyah yang sangat dibanggakan dan dibela secara membuta oleh Ustadz Firanda dan para tuannya, para Masyâikh Wahhâbi Arab adalah seorang PERUSAK AGAMA. Sebagaimana dalam hadis shahih riwayat Imam Bukhari, Nabi saw. menyebut Mu’awiyah sebagai PEMIMPIN KELOMPOK PENGANJUR KE DALAM API NERAKA!
Pengakuan dan keterangan Albâni di sini adalah penting bagi para mukallid Salafi Wahhâbi sebab ia adalah ahli hadis kebanggan mereka! Walaupun kami (Ahlusunnah) sama sekali tidak pernah membanggakannya karena kenashibian dan kelinglungannya dalam mentakhrij banyak hadis)… karenanya keterangannya saya sebutkan di sini!
Maka dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa: Mu’awiyah adalah Perusak agama Islam dan Sunnah Sayyidul Anâm!
Dan adalah sebuah kedunguan ketika seorang membela si perusak agama!
Untuk mengharumkan nama Mu’awiyah yang aroma busuknya telah menyengat setiap hidung kaum beriman dan mereka yang jujur, para Salafi Wahhâbi melakukan segala cara, yang walaupun pada akhirnya hanya akan membongkar kedok sebenarnya siapa mereka dan akan membawa malu di dunia sebelum nanti di akhirat!
Di antara cara yang mereka lakukan adalah mendustkan berbagai fakta sejarah yang terang benderang bak matahari di siang bolong yang membuktikan kemunafikan dan kejahatan Mu’awiyah dan banu Umayyah pada umumnya… Dan di antara yang mereka hendak sembunyikan adalah fakta sejarah bahwa Mu’awiyah telah melancarkan pencaci-makian dan pelaknatan atas Imam Ali (karramallahu wajhahu wa radhiyallahu ‘ahnu)…. bahkan lebih dari itu, Mu’awiyah telah memerintahkan umat Islam untuk memcaci-maki dan melaknati Khalifah Ali ra. serta menjadikannya program dinasti tiran yang dipimpinannya!
Terlampau banyak bukti yang menegeskan kenyataan ini… hanya saja dalam kesempatan ini saya akan menyajikan satu dari ratusan butki yang memastikan fakta sejarah itu. Sementara bukti-bukti lain insya Allah akan saya sajikan dalam kesempatan lain.
Di antara bukti itu adalah riwayat shahih yang dikeluarkan Imam Ibnu Mâjah,1/26 hadis no.121 (hadis terakhir dalam Bab Keutamaan Ali bin Ali Thalib ra.) di bawah ini:
Teks Hadis:
Hadis riwayat di atas telah masyhur dinukil para ulama hadis kita dari sahabat Sa’ad ra. dan bukan sesuatu yang samar bagi para santri apalagi para kyia Ahlusunnah. Hanya saja yang penting dicatat di sini adalah bahwa riwayat di atas -yang tegas-tegas menyebutkan dan membuktikan bahwa Mu’awiyah mencaci-maki Imam Ali ra. itu- telah dishahihkan oleh Syeikh Nâshiruddîn al Albâni http://islamicweb.com/arabic/books/albani.asp?id=2095 ; Gembong Ahli Hadis Kebanggaan Wahhâbi Sallafi, walaupu kami Ahlusunnah sama sekali tidak pernah membanggakannya sebab ia sering linglung dalam mentakhrij hadis/riwayat/atsar. Baca keterangannya dalam Silsilah al Ahâdîts ash Shahîhah, 4/335. Baca juga dalam Shahîh Sunan Ibnu Mâjah; juga oleh al Albâni (terbitan Maktabah at tarbiyah al Arabi. Cet III. Tahun 1408 H/1988M.) atau lihat di tahrij hadis aleh Al Bani online DISINI http://islamicweb.com/arabic/books/albani.asp?id=2095
Jika Wahhâbi Salafi Mengelak!
Mungkin kaum awam Salafi Wahhâbi (yang sering menjadi korban pembodohan para ustdaz dan masyâikh mereka) berusaha mengelak dengan mengatakan bahwa tidak ada kejelasan dalam riwayat di atas bahwa Mu’awiyah mencaci-maki Ali! Yang ada hanya kata nâla yang artinya menyentuh atau menyebut-nyebut? Jadi mungkin saja Mu’awiyah sedang memuji Ali! Jika ada yang berkata demikian maka, pertama-tama saya ucapkan bela sungkawa atas kematian ilmu dan nurani. Sebab kecintaan kepada pemimpin pohon terkutuk rupanya telah membutakan akal pikirannya! Kedua, tidak ada ulama Ahlusunnah yang memahami demikian. Justeru semua menegskan bahwa dalam kesempatan itu Mu’awiyah mencaci-maki dan mencela-cela Sayyidina Ali ra. sehingga Sa’ad terpaksa membuktikan kedok kemunafikan Mu’awiyah dengan menyebut tiga hadis penting keutamaan Khalifah Ali ra. sebagai balasan atas kejahatan Mu’awiyah tersebut, sebab prbadi yang sedang mereka makan daging sucinya itu adalah pribadi yang sangat mulia dan agung kedudukannya di sisi Allah dan rasul-Nya…. dan apa yang dilakukan Mu’awiyah atasnya adalah bukti dendam kusumatnya atas Allah dan Rasul-Nya…
Tiga hadis itu adalah hadis Muwâlah, hadis Manzilah dan hadis Râyah. Ketiga hadis ini telah diriwayatkan para ahli hadis kita dengan banyak jalur yang shahih…. kendati sebagian kaum Wahhâbi Salafi berusaha mendha’ifkannya karena dianggapnya ia menguntungkan Syi’ah dalam menegakkan akidah mereka tentang imamah!
Hadis Di atas Tegas Mengatakan Bahwa Mu’awiyah Mencaci dan Mencela Sayyidina Ali ra.!
Sekali lagi saya katakan di sini bahwa teks hadis tersebut di atas sudah jelas dan gamblang! Mu’awiyah mencela dan mencaci maki Sayyidina Ali ra. perhatikan apa yang ditegaskan oleh Syeikh Fuâd Abdul Bâqi (pentahqiq kitab Sunan Ibnu Mâjah) ketika beliau menerangkan kata-kata: فنال منه: Maksudnya Mu’awiyah mencela dan mencaci-maki Ali.” (Selanjutnya baca Sunan Ibnu Mâjah,1/45. Diterbitkan oleh Maktabah Dahlân-Indonesia)
Akhirnya!
Dan sebelum saya akhiri ulasan saya ini saya ingin katakan bahwa riwayat di atas adalah satu dari ratusan riwayat dan data sejarah akurat yang menegaskan kejahatan Mu’awiyah atas Islam dan atas Ali bin Abi Thalib ra. dan tidak cukup demikian ia memaksakan kejahatan itu agar dilakukan oleh kaum Muslimin… dan akhirnya kaum Muslimin pun terjatuh dalam kubangan kejahatan Mu’awiyah… mereka mena’ati Mu’awiyah dalam bermaksiat kepada Sang Khaliq dengan mencela dan mencaci Sayyidina Ali ra. jadi pantaslah jika Nabi Muhammad saw. (yang tidak pernah akan berkata-kata melainkan dari wahyu suci) menyebut Mu’awiyah sebagai PEMIMPIN KELOMPOK PENGANJUR KE DALAM API NERAKA!
Umat Islam di masa kekuasaan zalim Mu’awiyah ikut-ikutan berlomba-lomba mencaci dan melaknati Ali, Khalifah Nabi saw. sementara Nabi telah bersabda bahwa mencaci Ali sama dengan mencaci Nabi saw.! Lalu apakah bayangan kita hukum orang yang mencaci Nabi saw.?! Pasti neraka tempatnya, karena ia adalah bukti kakafiran!
Jadi kaum Muslimin di zaman kekuasaan Mu’awiyah yang tiran itu yang ikut serta mencaci dan melaknati Ali ada dua kemungkinan:
Pertama: Mereka memang sudah menjadi munafik dengan membenci dan memerangi Ali serta mencaci dan melaknati beliau ra.
Atau kedua, mereka dalam melakukan semua kekufuran itu karena takut kekejaman Mu’awiyah atas siapapun yang menolak melaksanakan perintahnya untuk melaknati dan mencela-cela Ali ra.
Jika kemungkinan pertama yang terjadi itu artinya bahwa kaum Muslimin benar-benar telah disesatkan oleh Mu’awiyah dan digiring ke dalam api nereka Jahannam (atau dalam istilah kaum Wahhâbi Salafi seperti Ustadz Firanda: kaum Muslimin sedang diberi hidayah oleh Mu’awiyah sebab Mu’awiyah adalah Hâdiyan Mahdiyan/yang memberi petunjuk dan diberi petunujuk oleh Allah, seperti dalam hadis palsu yang sering dibanggakan Salafi Wahhâbi para pendukung kemunafikan dann kaum munafikin).
Dan jika kemungkinan kedua yang terjadi, dan bahwa mereka hanya karena terpaksa untuk menyelamatkan diri dalam melakukan kehendak Mu’awiyah… maka itu artinya kaum Muslimin sedang tertaqiyyah! Lalu mengapaka kaum Salafi Wahhâbi sering mengejek-ngejek kaum Syi’ah sebagai bermunafik karena mereka bertaqiyyah??!! Bukankah kenyataan ini akan membuat malu kita di hadapan kaum Syi’ah? Karena itulah saya sejak awal telah mengatakan bahwa kaum Wahhâbi Salafi termasuk gembong kaum Nashibi seperti Ibnu Taimiyah jika mereka masih kita akui sebagai bagian dari Ahlusunnah hanya akan membuat malu kita di hadapan kaum Syi’ah!!
Karena itu waspadai kelicikan dan kelicinan kejahatan mereka!
Saya benar-benar terkejut mendengar pertanyaan yang bertujuan membela Muawiyah di dalam sebuah komentar di blog ini. Mereka meragukan bahwa Muawiyah telah benar-benar mengutuk Imam Ali as. Apakah peristiwa ini benar-benar perintah Muawiyah? Begitu kata mereka. Mari kita buka kitab-kitab sejarah Islam yang mencatat kejadian tersebut, apakah peristiwa itu benar-benar pernah terjadi? Apakah benar itu pengutukan atau bukan? Jika benar, apakah memang pengutukkan itu atas perintah Muawiyah?
MUAWIYAH TELAH MENGUTUK SAYYIDINA ALI PADA SETIAP KHOTBAH JUMAT DAN HAL INI MENJADI BID’AH YANG TERUS MENTRADISI SELAMA 90 TAHUN SAMPAI BERKUASANYA UMAR BIN ABDUL AZIZ YANG BIJAK.
1. Ibn Abi al Hadid di dalam syarah atau komentarnya atas kitab Nahjul Balaghah Jil. 1 hlm. 464 menyatakan : “Pada akhir khotbah Jumat, Muawiyah mengatakan : “Ya Allah, laknatlah Abu Turab, dia yang telah menentang agama-Mu dan jalan-Mu, laknat dia dan hukum dia di neraka!” Muawiyah inilah yang memperkenalkan bid’ah terbesar dan terburuk ini kepada khalayak umat Islam pada masa kekuasaannya hingga masa Umar bin Abdul Aziz.”.
2. Di dalam kitab Mu’jam al-Buldan Jil. 1, hlm 191, ‘Allamah Yaquut Hamawi menyatakan : “Atas perintah Mu’awiyyah, ‘Ali dilaknat selama masa kekuasaan Bani Umayyah dari Masyrik (Timur) hingga Maghrib (Barat) dari mimbar-mimbar Masjid.”.
3. Masih di dalam kitab yang sama, Mu’jam al-Buldan Jil. 5, hlm. 35, Hamawi mengatakan : “Salah satu perubahan (bid’ah) terburuk yang telah dimulai sejak awal mula pemerintahan Muawiyah adalah bahwa Muawiyah sendiri dan dengan perintah kepada gubernurnya, membiasakan menghina Imam Ali saat berkhotbah di Masjid. Hal ini bahkan dilakukan di mimbar masjid Nabi di hadapan makam Nabi Muhammad Saw, sampai sahabat-sahabat terdekat Nabi, keluarga dan kerabat terdekat Imam Ali mendengar sumpah serapah ini.”
4. Di dalam kitab Al-Aqd al-Farid Jil. 1 hlm. 246, Anda bisa membaca :“Setelah kematian ‘Ali dan Hasan, Muawiyah memerintahkan sebuah titah ke seluruh masjid termasuk masjid Nabawi agar semua orang turut melaknat ‘Ali!”
5. Di dalam kitab yang sama, Al-Aqd al-Farid Jil. 2 hlm. 300 anda bisa membaca isi surat Ummu Salamah, isteri Rasulullah Saw, yang menulis kepada Muawiyah : “…Engkau sedang mengutuk Allah dan Rasul-Nya di mimbarmu karena engkau mengutuk Ali bin Abi Thalib. Barangsiapa yang mencintai Ali, aku bersaksi bahwa Allah dan Rasul-Nya mencintainya.” Tetapi tak seorang pun memperhatikan ucapannya.
6. Di dalam kitab al-Nasa’ih al-Kafiyah hlm. 77, Anda juga bisa membaca : “Praktek (pelaknatan) yang berlangsung sekian lama ini memunculkan sebuah asumsi bahwa apabila seseorang tidak melakukan pelaknatan tersebut maka shalat Jumat-nya tidaklah dianggap sah!”
7. Seorang alim dari Pakistan yang bermazhab Hanafi, Maulana Raghib Rahmani, di dalam kitabnya tentang “Hazrat Umar bin Abdul Aziz”,Khalifatul Zahid, hlm. 246 menyampaikan komentarnya dengan tajam :“(Praktek pelaknatan) ini tentu saja tidak menguntungkan, karena ini adalah bid’ah yang telah diperkenalkan ke masyarakat yang telah “memotong hidung” (memalukan) kota-kota, di mana bid’ah ini bahkan dilakukan di mimbar-mibar masjid, bahkan tanpa malu sampai juga ke “telinga” masjid Nabawi. Inilah bid’ah yang diperkenalkan oleh Amir Muawiyah!”
8. Di dalam bukunya Al-Khilafah wal Mulk yang sempat menggemparkan dunia Islam, Abul A’la al-Maududi, seorang alimPakistan bermazhab Hanafi, menulis :
“Ketika pada zaman Muawiyah dimulai kebiasaan mengutuk Sayyidina Ali dari atas mimbar-mimbar dan pencaci-makian serta pencercaan terhadap pribadinya secara terang-terangan, di siang hari maupun di malam hari, kaum muslimin di mana-mana merasa sedih dan sakit hati sungguh pun mereka terpaksa harus berdiam diri menekan perasaannya itu. Kecuali Hujur bin Adi, yang tidak dapat menyabarkan dirinya…” (Abul A’la al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, hlm. 209-210, Penerbit Mizan, Cet. VII, 1998, Bandung).
Dan akhirnya, Muawiyah menyuruh Ziyad untuk membunuh Hujur bin ‘Adi, salah seorang sahabat besar Nabi yang zahid, abid, dan termasuk di antara tokoh-tokoh umat terbaik. Di dalam surat perintahnya, Muawiyah menulis : “Bunuhlah orang ini (Hujur) dengan cara yang seburuk-buruknya.” Maka Ziyad mengubur Hujur dalam keadaan hidup-hidup. (Abul A’la al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, hlm. 211, Penerbit Mizan, Cet. VII, 1998, Bandung).
“Kisah terperinci mengenai cobaan berat yang dialami oleh Hujur bin ‘Adi itu banyak terdapat di dalam buku-buku yang ditulis oleh para ahli hadis maupun para ahli sejarah, baik yang sudah tersebar luas maupun yang tidak disebarkan,” Begitu tulis Thaha Husain di dalam bukunya yang terkenal al-Fitnah al-Kubra yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Malapetaka Terbesar Dalam Sejarah Islam pada hlm. 624, yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya, Cet. I, Tahun 1985.
Inilah sebagian bukti-bukti tertulis di dalam kitab-kitab sejarah yang bisa anda temui hingga saat ini. Apakah masih terbetik keraguan di dalam hati anda tentang bejatnya Muawiyah, si setan berwujud manusia ini?
Dan ketika Hasan bin Ali mengundurkan diri sebagai khalifah, Muawiyah pun akhirnya berdiri sebagai seorang penguasa tunggal, lalu dia menyampaikan pidatonya di kota Madinah :
“Amma ba’du! Sesungguhnya aku, demi Allah ketika menjadi penguasa atas kamu sekalian, bukannya aku tidak mengetahui bahwa kalian tidak menyenangi kekuasaanku ini, tetapi sesungguhnya aku benar-benar tahu apa yang ada dalam hati kalian tentang hal ini, namun aku telah merampasnya dari kalian dengan pedangku ini. Dan sekiranya kalian tidak menadpati diriku telah memenuhi hak-hak kamu seluruhnya, hendaknya kalian memuaskan diri dengan sebagiannya saja dariku!” (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, Jil. 8, hlm. 132).
Pada masa kekuasaan Muawiyah, rakyat dibungkam dari menyampaikan kebenaran, mereka hanya boleh memuji-muji atau jika enggan sebaiknya diam. Karena jika rakyat berani memprotes pemerintah pada masa itu maka bersiap-siaplah untuk dijebloskan ke dalam penjara, dibunuh, disiksa atau paling tidak dibuang! (Abul A’la al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, hlm. 209, Penerbit Mizan, Cet. VII, 1998, Bandung).
Apakah orang seperti ini yang ingin anda bela mati-matian? Hanya orang-orang yang serupa dengan Muawiyah saja dan pengikutnya yang super dungu yang ngotot membela manusia keji semacam ini! Mereka itulah kaum Wahabi para pemuja kaum durjana seperti Muawiyah bin Abi Sufyan dan Yazid bin Muawiyah. Mereka menjadikan keduanya sebagai pemimpin-pemimpin mereka!
Jika anda membenci kekejaman, kezaliman, dan kebengisan yang dilakukan para diktator dunia seperti Adolf Hitler, Pol Pot, Slobodan Milosevich, Saddam Husein, George W Bush, Ehud Olmert, maka anda juga mesti membenci makhluk durjana seperti Muawiiyah ini. Tapi itu pun jika hati nurani anda masih sehat wal afiat…
Di dalam Musnad Ahmad bin Hanbal Jil. 6, hlm. 33, diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw yang kita cintai telah bersabda, “Barangsiapa yang mengutuk Ali sesungguhnya ia telah mengutukku. Barangsiapa yang berani mengutukku berarti ia telah mengutuk Allah. Barangsiapa yang telah mengutuk Allah, maka Allah akan melemparkannya ke neraka Jahannam!”
Rasulullah Saw telah menubuwatkan bahwa peristiwa pelaknatan atau pengutukan atas sahabat Nabi yang mulia, Ali bin Abi Thalib, yang juga salah seorang anggota Ahlul Bayt akan terjadi. Melalui mata batinnya, Rasulullah Saw telah melihat beberapa sahabatnya yang sangat dengki terhadap Sayyidina Ali as. Allah Swt pun menyingkapkan kedengkian mereka terhadap Nabi Saw dan Ahlul Baytnya :
“Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya. Ataukah ada bagi mereka bahagian dari kerajaan? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun kepada manusia. Ataukah mereka dengki kepada manusialantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” (Al-Quran Surah Al-Nisaa [4] ayat 54).
Ingatkah anda, bagaimana anda melafadzkan shalawat kepada Nabi Saw di dalam shalat anda?
Inilah mengapa dengan teramat keras Nabi Saw memperingatkan umatnya untuk tidak melakukan tindakan bodoh tersebut. Dan anda perhatikan, bahwa Ummu Salamah, isteri Nabi telah memperingatkan Muawiyah tentang hal ini, namun lelaki durjana ini tiada mempedulikan peringatan tersebut.
Saya berdoa kepada Allah Swt semoga orang-orang yang tulus namun masih meragukan kebenaran ini menjadi tersadarkan dan semakin mendapatkan keyakinan yang sahih…
Kaum Nawashib mengklaim bahwa Mu’awiyah tidak bisa disalahkan atas terbunuhnya Sahabat Nabi Ammar bin Yasir dan para rekannya!
Yazid tidak boleh dipersalahkan atas pembunuhan atas al Husain dan para sahabat setianya!
Dengan logika seperti itu mereka bermaksud menyucikan Fir’aun dari kejahatan membunuh dan membantai pengikut Nabi Musa as.
Sedangkan Al Qur’an berkata tentang Fir’aun:
يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي
(Dia membunuh anak-anak lelaki mereka -bani Israil- dan membiarkan hidup kaum wanita mereka).Allah menetapkan bahwa tindakan membunuh itu adalah tindakan Fir’aun karena dialah penguasa, panglima dan yang emerintah pembantaian itu.
Inilah kehama adilan Allah!
Kemaha-adilan Allah menetapkan bahwa tanggung jawab utama harus dipikul oleh para pemimpin (yang memerintahkan kejahatan) sebelum membebankannya kepada para pengikut…
Tetapi kebiasaan kaum Nawashib adalah menjungkir balikkan permasalahan…
Rahasia di balik sikap menyimpan mereka dengan ketentuan Allah adalah bahwa Allah tidak pernah akan takut kepada para pemimpin dan penguasa! Sedangkan kaum Nawashib sangat takut kepada para penguasa!
Dari sini perbedaan itu muncul. Dan yang aneh bin ajaib adalah kaum Nawashib memberlakukan kaidah menyimpang ini setengah-setengah, mereka menyematkan kepada para pemimpin idola mereka jasa penaklukan negeri-negeri, pemberian santunan tanpa batas kepada para penyair yang memuji…
Merekalah yang menaklukan negeri-negeri itu…
Merekalah yang berbaik hati menyantuni para penyair itu…
Bukan para prajurit yang berjuang di medan perang…
Bukan rakyat (karena kenyataannya harta itu adalah harta umat Islam, bukan uang pribadi para penguasa dan emir_pen).
Kaum Nawashib menisbatkan kepada Allah kejahatan yang dilakukan para penguasa tiran...
Mereka berkata: Allah-lah yang menetapkan taqdir semua urusan itu, maka hamba pasti tidak kuasa lari darinya! Dan kewajiban kita adalah diam dan pasrah (kepada taqdir Allah)…
Sementara itu mereka selalu mengingat-ingat dengan penuh kecaman pemenjaraan yang dialami oleh Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Taimiyah, mereka mengatakan bahwa para penguasa telah menzalimi mereka… Mereka bangkit murka demi mereka seakan mereka telah disembelih seperti yang dialami al Husain!!
Kaum Nawaashib mengecam siapapun yang mengkritik sebagian sahabat dan menuduhnya sebagai tindakan mencaci maki dan melaknat! Sementara mereka mendiamkan pelaknatan terhadap Ahlulbait Nabi Saw di atas mimbar-mimbar (yang dilakukan atas perintah Mu’awiyah dan para penguasa tiran Bani Umayyah_pen). Jadi pelaknatan terhadap Ahlulbait Nabi Saw di atas mimbar-mimbar masjid di seluruh negeri Islam sekan tidak terlihat oleh mereka! Seakan mereka tidak membaca buku-buku Sunnah/hadis seperti Shahih Bukhari hingga Sunan Ibnu Majah…
Sementara itu mencari-cari data di celah-celah lembaran sejarah seorang penduduk Kufah yang hidup di abad ketiga Hijrah yang mencerca Mu’awiyah….
Duhai andai aku tau apa jawaban mereka ketika kelak Mahkamah Pengadilan Allah digelar ketika seluruh makhluk digiring untuk dihisab? Di mana ketika itu penuntutnya adalah Nabi Muhammad, para saksinya adalah penghuni langit dan Hakimnya adalah Allah Sang Maha Pencipta?
Strategi Dan Makar Jahat Kaum Nawashib.
Di antara setrategi kaum Nawashib dan makar jahat mereka adalah mereka bungkam seribu bahasa mendiamkan kejahatan kenashibian dan kaum Nawashib, sementara itu pada waktu yang sama mereka mencari-cari kesalahan pengikut kelompok lain, aliran dan pendapat mereka…
Seakan kenashibian (sikap membenci keluarga Nabi Saw) itu tidak ada wujudnya di dunia nyata.
Mereka (kaum salafy -red) sesak napas ketika disebut dan dibongkar mazhab jahat ini (kenashibian) yang memimpin negeri-negeri kaum Muslimin selama sembilan dasawarsa! Dan telah mampu membangun generasi ideologis menyimpang yang eksis hingga hari ini walaupun dengan kualitas tertentu dan dengan nama-nama yang memukau tapi menipu!!
Mereka (salafiyun _red) hendak mengelabui umat Islam dengan mengatakan bahwa kaum Nawashib adalah Ahlusunnah… Kemudian mereka sangat sakit hati jika kaum Nawashib generasi pertama disebut-sebut, mereka (kaum Nawashib generasi belakangan) itu tidak suka jika disebut dan dibongkar kejahatan kaum Nawashib generasi pertama…
Walaupun mereka telah melakukan kajahatan membantai dan melaknat atau merusak sendi-sendi agama dll.
Tetapi anehnya mereka tidak bersikap demikian dalam semua kasus, karena separuh akidah mereka adakah kecaman terhadap musuh-musuh kaum Nawashib yang sudah mati, baik mereka itu Syiah, Jahmiyah, Mu’tazilah, Khawarij dll…
Mengapakah mereka di sini melembek dan di sana meraung-raung?
Mereka menyibukkan kita dengen tuduhan bahwa kami hendak membongkar lembaran lama hanya demi masa lalu belaka.
Kaum Nawashib itu jika tidak kita adili dengan kebenaran mereka pasti akan menuduh kami dengan kebatilan. Kita harus serang terlebih dahulu dan kita sibukkan mereka dengan diri mereka sendiri, sebab jika kita tidak melakukannya mereka akan menyerang akal-akal dan hati-hati kita!!
Maka cara terafdhal dalam berhadapan dengan mereka adalah kita hadapi tuduhan palsu mereka dengan bukti kebenaran akan kajahatan mereka!! Jika mereka diam ya kami diam! (Allah tidak menyukai membongkar kejahatan dengan kata-kata kecuali orang yang dizalimi).
Latar belakang kemunafikan dan pola pikir bani Umayyah dalam memandang hina simbol-simbol kesucian sangat banyak, seperti:
- Menanamkan perasaan tidak butuh kepada Nabi Saw agar beliau memintakan istighfar…
- Kata-kata dan praktik yang kaku yang menyakitkan Nabi Saw, seperti berlambat-lambat dari memenuhi panggilan Nabi Saw dengan alasan masih belum selesai menyantap makanannya (merujuk kepada Muawiyah ketika dipanggil Nabi saw tidak bersegera menyambut panggilan beliau, akan tetapi beralasan masih makan _red)
- Mencongkel dan menghancurkan kuburan Hamzah paman Nabi Saw dan memukul-mukulnya…
- Upaya untuk merusak mimbar Nabi Saw di masjid beliau…
- Menghancurkan Ka’bah sebanyak dua kali…
- Dan juga melaknat Nabi Saw di atas mimbar-mimbar… Bukan hanya melaknati Ali saja, mereka melaknati Ali dan semua orang yang mencitai Ali… Dan para sahabat yang shaleh,… seperti istri Nabi Ummul Mukminin Ummu Salamah dan Ibnu Abbas telah memahami maksud pelaknatan itu bahwa pada hakikatnya Rasulullah lah yang mereka incar!!!
- Mereka lebih mengutamakan para Khalifah dari pada para Nabi dan Rasul as. Akidah itu mereka pekikkan dari atas mimbar-mimbar dan tidak mereka rahasiakan.
Marwan bin al Hakam melarang Abu Ayyub al Anshari meletakkan pipi beliau di atas tanah pusara Nabi Saw.. ISIS dan Pendahulu mereka lebih dekat kepada Marwan si fasik itu dan sangat jauh dari Abu Ayyub sang sahabat mulia itu!!.
Ya, boleh jadi di kalangan lain ada yang bersikap berlebihan baik di sisi Ka’bah, makam Nabi Saw atau makam-makam Ahlulbait… Tetapi semua itu tidak membenarkan ISIS untuk menghancurkan Ka’bah dan membenci Nabi Saw dan Ahlulbait beliau!
kejahatan Mu’awiyah dan para penguasa bani Umayyah yang melestarikan kemunafikan dan kedengkian bani Umayyah kepada Allah dan Rasul-Nya…
Data-data sejarah tak terbantahkan telah membuktikan semua kejahatan dan kemunafikan akidah dan kekafiran sikap mereka itu! Namun anehnya (walaupun tentu tidak aneh sebab sebagian kaum munafik adalah kekasih dan pembela kaum munafik lainnya) kaum Salafi Wahhabi akan berontak dengan emosi jahiliyah tak terkontrol jika ada yang berani membongkar bukti-bukti kemunafikan para penguasa bani Umayyah, utamanya Mu’awiyah, Yazid, Marwan dan juga Abu Sufyan dan al Hakam ayah Marwan yang terkutuk itu!!
Mereka akan segera menuduh siapapun yang menyentuh “kehormatan” Muawiyah, dituduh sebagai mencaci maki sahabat Nabi Saw. Dan karenanya ia berhak divonis sesat dan zindiq dan akhirnya darahnya halal ditumpahkan…
Inilah logika Salafi Wahhabi…
Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa Mu’awiyah telah melakukan perusakan dan penghancuran sendi-sendi agama Islam…
Satu demi satu ajaran Islam ia lecehkan dengan terang-terangan dan seakan menantang umat Islam!
Kehormatan Nabi Mulia Muhammad saw. ia lecehkan….
Kesakralan ajarannya ia hinakan…
Kehormatan darah para pengikut setia Nabi saw. ia halalkan…
Dan yang lebih mengerikan dari kejahatan-kejahatan Mu’awiyah adalah ia jadikan Khalifah Ali dan Ahlulbait Nabi saw. sebagai alamat pelampiasan dendam kusumat jahiliyah dan balas dendamnya atas kekalahan kemusyrikan dan kekafiran para penyembah arca dan hawa nafsu!
Imam Ali ra. ia laknati dan caci-maki di atas mimbar dan di hadapan keluarga; anak dan cucu-cucu Ali ra.! Lebih dari itu, ia jadikan pelaknatan atas Sayyidina Ali; sahabat agung, Khalifah Rasyid dan menantu kesayangan Nabi saw. sebagai bagian dari politik kotornya untuk memuntahkan dendam kemusyrikan dan kekafiranya!
Setelah itu semua, Mu’awiyah masih tidak puas…
ia harus melakukan langkah akhir untuk melengkapi kejahatannnya…
ia mengangkat Yazid; putranya yang sangat fasik itu sebagai Khalifah Rasul, Amirul Mukminin dan Bapak kaum Muslimin serta Pengawal Syari’at Islam! Dengan demikian telah lengkaplah penjungkir-balikan nilai-nilai agama Islam!
Karena Nabi saw. harus menyelamatkan Risalah Islam yang telah beliau bawa dan beliau perjuangkan bersama para sahabat, utamanya Sayyidina Ali ra.!
Maka Nabi saw. bangkit untuk mengingatkan kaum Muslimin akan kejahatan yang akan dilakukan Mu’awiyah atas agama!
Dan agar umat Islam mewaspadai pergerakan para pemimpin kekafiran yang berkedok Islam!
Sebab orang munafik jauh lebih berbahaya dan mengancam Islam dan kaum Muslimin ketimbang kaum yang terang-terangan kafir!
Syeikh Nâshiruddîn al Albâni Menshahihkan Hadis Mu’awiyah Orang Pertama yang Merusak Agama Nabi saw.!
Kendati kekejaman para penguasa tiran bani Umayyah telah merampas kebebasan umat Islam untuk menukil sabda-sabda Nabi saw. yang membongkar kejahatan, kefasikan dan kemunafikan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya yang didominasi kaum munafik dan utamanya adalah bani Umayyah, dan khususnya adalah Gembong Mereka seperti Abu Sufyan dan Mu’awiyah putranya. Namun Allah SWT tetap mengabadikan sabda-sabda suci itu walau karihal kafirûn wal munâfiqûn! Sampai-sampai para ulama yang biasanya sangat membela Mu’awiyah dan bani Umayyah pun tak kuasa mendustakannya! Ia begitu gamblang bak matahari di siang bolong! Karenanya, suka atau tidak suka, mereka tidak memenukan jalan untuk menudustakannya.
Sebagai contoh adalah bahwa hadis Nabi saw. yang berbunyi:
أول من يغير سنتي رجل من بني أمية
“Orang pertama yang akan merusak Sunnah/agamaku adalah seorang dari bani Umayyah.”
http://islamicweb.com/arabic/books/albani.asp?id=12235
Syeikh Nâshiruddîn al Albâni tidak kuasa kecuali mengakui bahwa ia adalah hadis hasan. Dan hadis hasan adalah bagian dari hadis shahih! demikian dikatakan para ulama!
Komentar Syeikh Nâshiruddîn al Albâni.
Setelah mengatakan bahwa hadis ini adalah berststus hasan, ia menegaskan bahwa yang dimaksud dengan: seorang dari bani Umayyah adalah Mu’awiyah… dan di antara kejahatannya dalam merusak agama adalah dengan:
.ولعل المراد بالحديث تغيير نظام اختيار الخليفة ، وجعله وراثة . والله أعلم
Mungkin yang dimaksud dengan hadis ini adalah merubah sistem kekhalifahan dan dijadikannya sebagai warisan/turun temurun. Allahu A’lam.
Lebih lanjut baca:
Silsilah al Ahâdîts ash Shahîhah,4/329/nomer hadis: 1749
http://islamicweb.com/arabic/books/albani.asp?id=12235
Jadi jelaslah bagi kita semua bahwa Mu’awiyah yang sangat dibanggakan dan dibela secara membuta oleh Ustadz Firanda dan para tuannya, para Masyâikh Wahhâbi Arab adalah seorang PERUSAK AGAMA. Sebagaimana dalam hadis shahih riwayat Imam Bukhari, Nabi saw. menyebut Mu’awiyah sebagai PEMIMPIN KELOMPOK PENGANJUR KE DALAM API NERAKA!
Pengakuan dan keterangan Albâni di sini adalah penting bagi para mukallid Salafi Wahhâbi sebab ia adalah ahli hadis kebanggan mereka! Walaupun kami (Ahlusunnah) sama sekali tidak pernah membanggakannya karena kenashibian dan kelinglungannya dalam mentakhrij banyak hadis)… karenanya keterangannya saya sebutkan di sini!
Maka dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa: Mu’awiyah adalah Perusak agama Islam dan Sunnah Sayyidul Anâm!
Dan adalah sebuah kedunguan ketika seorang membela si perusak agama!
Untuk mengharumkan nama Mu’awiyah yang aroma busuknya telah menyengat setiap hidung kaum beriman dan mereka yang jujur, para Salafi Wahhâbi melakukan segala cara, yang walaupun pada akhirnya hanya akan membongkar kedok sebenarnya siapa mereka dan akan membawa malu di dunia sebelum nanti di akhirat!
Di antara cara yang mereka lakukan adalah mendustkan berbagai fakta sejarah yang terang benderang bak matahari di siang bolong yang membuktikan kemunafikan dan kejahatan Mu’awiyah dan banu Umayyah pada umumnya… Dan di antara yang mereka hendak sembunyikan adalah fakta sejarah bahwa Mu’awiyah telah melancarkan pencaci-makian dan pelaknatan atas Imam Ali (karramallahu wajhahu wa radhiyallahu ‘ahnu)…. bahkan lebih dari itu, Mu’awiyah telah memerintahkan umat Islam untuk memcaci-maki dan melaknati Khalifah Ali ra. serta menjadikannya program dinasti tiran yang dipimpinannya!
Terlampau banyak bukti yang menegeskan kenyataan ini… hanya saja dalam kesempatan ini saya akan menyajikan satu dari ratusan butki yang memastikan fakta sejarah itu. Sementara bukti-bukti lain insya Allah akan saya sajikan dalam kesempatan lain.
Di antara bukti itu adalah riwayat shahih yang dikeluarkan Imam Ibnu Mâjah,1/26 hadis no.121 (hadis terakhir dalam Bab Keutamaan Ali bin Ali Thalib ra.) di bawah ini:
Teks Hadis:
حدثنا علي بن محمد حدثنا أبو معاوية حدثنا موسى بن مسلم عن ابن سابط وهو عبد الرحمن عن سعد بن أبي وقاص قال قدم معاوية في بعض حجاته فدخل عليه سعد فذكروا عليا فنال منه فغضب سعد وقال تقول هذا لرجل سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول من كنت مولاه فعلي مولاه وسمعته يقول أنت مني بمنزلة هارون من موسى إلا أنه لا نبي بعدي وسمعته يقول لأعطين الراية اليوم رجلا يحب الله ورسوله
…. dari Sa’ad bin Abi Waqqâsh, ia berkata, “Mu’awiyah datang dalam salah satu kesempatan ketika ia menunaikan ibadah haji, lalu Sa’ad menemuinya, ketika itu mereka (yang duduk-duduk bersama Mu’awiyah) menyebut-nyebut Ali, dan Mu’awiyah pun mencaci-makinya. Sa’ad marah dan berkata, ‘Hai Mu’awiyah apakah engkau berkata demikian terhadap seorang yang aku telah mendengar Rasulullah saw., ‘Sesiapa yang aku Maulâ-nya maka Ali adalah Maulâ-nya’. Dan aku mendengar beliau bersabda, ‘Kedudukanmu (hai Ali) di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa hanya saja tidak ada nabi sepeninggalku’. Dan aku mendengar beliau bersabda, ‘Aku akan serahkan bendera kepanglimaan perang ini kepada seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.’”
[ http://islamicweb.com/arabic/books/albani.asp?id=2095 ]
Hadis riwayat di atas telah masyhur dinukil para ulama hadis kita dari sahabat Sa’ad ra. dan bukan sesuatu yang samar bagi para santri apalagi para kyia Ahlusunnah. Hanya saja yang penting dicatat di sini adalah bahwa riwayat di atas -yang tegas-tegas menyebutkan dan membuktikan bahwa Mu’awiyah mencaci-maki Imam Ali ra. itu- telah dishahihkan oleh Syeikh Nâshiruddîn al Albâni http://islamicweb.com/arabic/books/albani.asp?id=2095 ; Gembong Ahli Hadis Kebanggaan Wahhâbi Sallafi, walaupu kami Ahlusunnah sama sekali tidak pernah membanggakannya sebab ia sering linglung dalam mentakhrij hadis/riwayat/atsar. Baca keterangannya dalam Silsilah al Ahâdîts ash Shahîhah, 4/335. Baca juga dalam Shahîh Sunan Ibnu Mâjah; juga oleh al Albâni (terbitan Maktabah at tarbiyah al Arabi. Cet III. Tahun 1408 H/1988M.) atau lihat di tahrij hadis aleh Al Bani online DISINI http://islamicweb.com/arabic/books/albani.asp?id=2095
Jika Wahhâbi Salafi Mengelak!
Mungkin kaum awam Salafi Wahhâbi (yang sering menjadi korban pembodohan para ustdaz dan masyâikh mereka) berusaha mengelak dengan mengatakan bahwa tidak ada kejelasan dalam riwayat di atas bahwa Mu’awiyah mencaci-maki Ali! Yang ada hanya kata nâla yang artinya menyentuh atau menyebut-nyebut? Jadi mungkin saja Mu’awiyah sedang memuji Ali! Jika ada yang berkata demikian maka, pertama-tama saya ucapkan bela sungkawa atas kematian ilmu dan nurani. Sebab kecintaan kepada pemimpin pohon terkutuk rupanya telah membutakan akal pikirannya! Kedua, tidak ada ulama Ahlusunnah yang memahami demikian. Justeru semua menegskan bahwa dalam kesempatan itu Mu’awiyah mencaci-maki dan mencela-cela Sayyidina Ali ra. sehingga Sa’ad terpaksa membuktikan kedok kemunafikan Mu’awiyah dengan menyebut tiga hadis penting keutamaan Khalifah Ali ra. sebagai balasan atas kejahatan Mu’awiyah tersebut, sebab prbadi yang sedang mereka makan daging sucinya itu adalah pribadi yang sangat mulia dan agung kedudukannya di sisi Allah dan rasul-Nya…. dan apa yang dilakukan Mu’awiyah atasnya adalah bukti dendam kusumatnya atas Allah dan Rasul-Nya…
Tiga hadis itu adalah hadis Muwâlah, hadis Manzilah dan hadis Râyah. Ketiga hadis ini telah diriwayatkan para ahli hadis kita dengan banyak jalur yang shahih…. kendati sebagian kaum Wahhâbi Salafi berusaha mendha’ifkannya karena dianggapnya ia menguntungkan Syi’ah dalam menegakkan akidah mereka tentang imamah!
Hadis Di atas Tegas Mengatakan Bahwa Mu’awiyah Mencaci dan Mencela Sayyidina Ali ra.!
Sekali lagi saya katakan di sini bahwa teks hadis tersebut di atas sudah jelas dan gamblang! Mu’awiyah mencela dan mencaci maki Sayyidina Ali ra. perhatikan apa yang ditegaskan oleh Syeikh Fuâd Abdul Bâqi (pentahqiq kitab Sunan Ibnu Mâjah) ketika beliau menerangkan kata-kata: فنال منه: Maksudnya Mu’awiyah mencela dan mencaci-maki Ali.” (Selanjutnya baca Sunan Ibnu Mâjah,1/45. Diterbitkan oleh Maktabah Dahlân-Indonesia)
Akhirnya!
Dan sebelum saya akhiri ulasan saya ini saya ingin katakan bahwa riwayat di atas adalah satu dari ratusan riwayat dan data sejarah akurat yang menegaskan kejahatan Mu’awiyah atas Islam dan atas Ali bin Abi Thalib ra. dan tidak cukup demikian ia memaksakan kejahatan itu agar dilakukan oleh kaum Muslimin… dan akhirnya kaum Muslimin pun terjatuh dalam kubangan kejahatan Mu’awiyah… mereka mena’ati Mu’awiyah dalam bermaksiat kepada Sang Khaliq dengan mencela dan mencaci Sayyidina Ali ra. jadi pantaslah jika Nabi Muhammad saw. (yang tidak pernah akan berkata-kata melainkan dari wahyu suci) menyebut Mu’awiyah sebagai PEMIMPIN KELOMPOK PENGANJUR KE DALAM API NERAKA!
Umat Islam di masa kekuasaan zalim Mu’awiyah ikut-ikutan berlomba-lomba mencaci dan melaknati Ali, Khalifah Nabi saw. sementara Nabi telah bersabda bahwa mencaci Ali sama dengan mencaci Nabi saw.! Lalu apakah bayangan kita hukum orang yang mencaci Nabi saw.?! Pasti neraka tempatnya, karena ia adalah bukti kakafiran!
Jadi kaum Muslimin di zaman kekuasaan Mu’awiyah yang tiran itu yang ikut serta mencaci dan melaknati Ali ada dua kemungkinan:
Pertama: Mereka memang sudah menjadi munafik dengan membenci dan memerangi Ali serta mencaci dan melaknati beliau ra.
Atau kedua, mereka dalam melakukan semua kekufuran itu karena takut kekejaman Mu’awiyah atas siapapun yang menolak melaksanakan perintahnya untuk melaknati dan mencela-cela Ali ra.
Jika kemungkinan pertama yang terjadi itu artinya bahwa kaum Muslimin benar-benar telah disesatkan oleh Mu’awiyah dan digiring ke dalam api nereka Jahannam (atau dalam istilah kaum Wahhâbi Salafi seperti Ustadz Firanda: kaum Muslimin sedang diberi hidayah oleh Mu’awiyah sebab Mu’awiyah adalah Hâdiyan Mahdiyan/yang memberi petunjuk dan diberi petunujuk oleh Allah, seperti dalam hadis palsu yang sering dibanggakan Salafi Wahhâbi para pendukung kemunafikan dann kaum munafikin).
Dan jika kemungkinan kedua yang terjadi, dan bahwa mereka hanya karena terpaksa untuk menyelamatkan diri dalam melakukan kehendak Mu’awiyah… maka itu artinya kaum Muslimin sedang tertaqiyyah! Lalu mengapaka kaum Salafi Wahhâbi sering mengejek-ngejek kaum Syi’ah sebagai bermunafik karena mereka bertaqiyyah??!! Bukankah kenyataan ini akan membuat malu kita di hadapan kaum Syi’ah? Karena itulah saya sejak awal telah mengatakan bahwa kaum Wahhâbi Salafi termasuk gembong kaum Nashibi seperti Ibnu Taimiyah jika mereka masih kita akui sebagai bagian dari Ahlusunnah hanya akan membuat malu kita di hadapan kaum Syi’ah!!
Karena itu waspadai kelicikan dan kelicinan kejahatan mereka!
Saya benar-benar terkejut mendengar pertanyaan yang bertujuan membela Muawiyah di dalam sebuah komentar di blog ini. Mereka meragukan bahwa Muawiyah telah benar-benar mengutuk Imam Ali as. Apakah peristiwa ini benar-benar perintah Muawiyah? Begitu kata mereka. Mari kita buka kitab-kitab sejarah Islam yang mencatat kejadian tersebut, apakah peristiwa itu benar-benar pernah terjadi? Apakah benar itu pengutukan atau bukan? Jika benar, apakah memang pengutukkan itu atas perintah Muawiyah?
MUAWIYAH TELAH MENGUTUK SAYYIDINA ALI PADA SETIAP KHOTBAH JUMAT DAN HAL INI MENJADI BID’AH YANG TERUS MENTRADISI SELAMA 90 TAHUN SAMPAI BERKUASANYA UMAR BIN ABDUL AZIZ YANG BIJAK.
1. Ibn Abi al Hadid di dalam syarah atau komentarnya atas kitab Nahjul Balaghah Jil. 1 hlm. 464 menyatakan : “Pada akhir khotbah Jumat, Muawiyah mengatakan : “Ya Allah, laknatlah Abu Turab, dia yang telah menentang agama-Mu dan jalan-Mu, laknat dia dan hukum dia di neraka!” Muawiyah inilah yang memperkenalkan bid’ah terbesar dan terburuk ini kepada khalayak umat Islam pada masa kekuasaannya hingga masa Umar bin Abdul Aziz.”.
2. Di dalam kitab Mu’jam al-Buldan Jil. 1, hlm 191, ‘Allamah Yaquut Hamawi menyatakan : “Atas perintah Mu’awiyyah, ‘Ali dilaknat selama masa kekuasaan Bani Umayyah dari Masyrik (Timur) hingga Maghrib (Barat) dari mimbar-mimbar Masjid.”.
3. Masih di dalam kitab yang sama, Mu’jam al-Buldan Jil. 5, hlm. 35, Hamawi mengatakan : “Salah satu perubahan (bid’ah) terburuk yang telah dimulai sejak awal mula pemerintahan Muawiyah adalah bahwa Muawiyah sendiri dan dengan perintah kepada gubernurnya, membiasakan menghina Imam Ali saat berkhotbah di Masjid. Hal ini bahkan dilakukan di mimbar masjid Nabi di hadapan makam Nabi Muhammad Saw, sampai sahabat-sahabat terdekat Nabi, keluarga dan kerabat terdekat Imam Ali mendengar sumpah serapah ini.”
4. Di dalam kitab Al-Aqd al-Farid Jil. 1 hlm. 246, Anda bisa membaca :“Setelah kematian ‘Ali dan Hasan, Muawiyah memerintahkan sebuah titah ke seluruh masjid termasuk masjid Nabawi agar semua orang turut melaknat ‘Ali!”
5. Di dalam kitab yang sama, Al-Aqd al-Farid Jil. 2 hlm. 300 anda bisa membaca isi surat Ummu Salamah, isteri Rasulullah Saw, yang menulis kepada Muawiyah : “…Engkau sedang mengutuk Allah dan Rasul-Nya di mimbarmu karena engkau mengutuk Ali bin Abi Thalib. Barangsiapa yang mencintai Ali, aku bersaksi bahwa Allah dan Rasul-Nya mencintainya.” Tetapi tak seorang pun memperhatikan ucapannya.
6. Di dalam kitab al-Nasa’ih al-Kafiyah hlm. 77, Anda juga bisa membaca : “Praktek (pelaknatan) yang berlangsung sekian lama ini memunculkan sebuah asumsi bahwa apabila seseorang tidak melakukan pelaknatan tersebut maka shalat Jumat-nya tidaklah dianggap sah!”
7. Seorang alim dari Pakistan yang bermazhab Hanafi, Maulana Raghib Rahmani, di dalam kitabnya tentang “Hazrat Umar bin Abdul Aziz”,Khalifatul Zahid, hlm. 246 menyampaikan komentarnya dengan tajam :“(Praktek pelaknatan) ini tentu saja tidak menguntungkan, karena ini adalah bid’ah yang telah diperkenalkan ke masyarakat yang telah “memotong hidung” (memalukan) kota-kota, di mana bid’ah ini bahkan dilakukan di mimbar-mibar masjid, bahkan tanpa malu sampai juga ke “telinga” masjid Nabawi. Inilah bid’ah yang diperkenalkan oleh Amir Muawiyah!”
8. Di dalam bukunya Al-Khilafah wal Mulk yang sempat menggemparkan dunia Islam, Abul A’la al-Maududi, seorang alimPakistan bermazhab Hanafi, menulis :
“Ketika pada zaman Muawiyah dimulai kebiasaan mengutuk Sayyidina Ali dari atas mimbar-mimbar dan pencaci-makian serta pencercaan terhadap pribadinya secara terang-terangan, di siang hari maupun di malam hari, kaum muslimin di mana-mana merasa sedih dan sakit hati sungguh pun mereka terpaksa harus berdiam diri menekan perasaannya itu. Kecuali Hujur bin Adi, yang tidak dapat menyabarkan dirinya…” (Abul A’la al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, hlm. 209-210, Penerbit Mizan, Cet. VII, 1998, Bandung).
Dan akhirnya, Muawiyah menyuruh Ziyad untuk membunuh Hujur bin ‘Adi, salah seorang sahabat besar Nabi yang zahid, abid, dan termasuk di antara tokoh-tokoh umat terbaik. Di dalam surat perintahnya, Muawiyah menulis : “Bunuhlah orang ini (Hujur) dengan cara yang seburuk-buruknya.” Maka Ziyad mengubur Hujur dalam keadaan hidup-hidup. (Abul A’la al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, hlm. 211, Penerbit Mizan, Cet. VII, 1998, Bandung).
“Kisah terperinci mengenai cobaan berat yang dialami oleh Hujur bin ‘Adi itu banyak terdapat di dalam buku-buku yang ditulis oleh para ahli hadis maupun para ahli sejarah, baik yang sudah tersebar luas maupun yang tidak disebarkan,” Begitu tulis Thaha Husain di dalam bukunya yang terkenal al-Fitnah al-Kubra yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Malapetaka Terbesar Dalam Sejarah Islam pada hlm. 624, yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya, Cet. I, Tahun 1985.
Inilah sebagian bukti-bukti tertulis di dalam kitab-kitab sejarah yang bisa anda temui hingga saat ini. Apakah masih terbetik keraguan di dalam hati anda tentang bejatnya Muawiyah, si setan berwujud manusia ini?
Dan ketika Hasan bin Ali mengundurkan diri sebagai khalifah, Muawiyah pun akhirnya berdiri sebagai seorang penguasa tunggal, lalu dia menyampaikan pidatonya di kota Madinah :
“Amma ba’du! Sesungguhnya aku, demi Allah ketika menjadi penguasa atas kamu sekalian, bukannya aku tidak mengetahui bahwa kalian tidak menyenangi kekuasaanku ini, tetapi sesungguhnya aku benar-benar tahu apa yang ada dalam hati kalian tentang hal ini, namun aku telah merampasnya dari kalian dengan pedangku ini. Dan sekiranya kalian tidak menadpati diriku telah memenuhi hak-hak kamu seluruhnya, hendaknya kalian memuaskan diri dengan sebagiannya saja dariku!” (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, Jil. 8, hlm. 132).
Pada masa kekuasaan Muawiyah, rakyat dibungkam dari menyampaikan kebenaran, mereka hanya boleh memuji-muji atau jika enggan sebaiknya diam. Karena jika rakyat berani memprotes pemerintah pada masa itu maka bersiap-siaplah untuk dijebloskan ke dalam penjara, dibunuh, disiksa atau paling tidak dibuang! (Abul A’la al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, hlm. 209, Penerbit Mizan, Cet. VII, 1998, Bandung).
Apakah orang seperti ini yang ingin anda bela mati-matian? Hanya orang-orang yang serupa dengan Muawiyah saja dan pengikutnya yang super dungu yang ngotot membela manusia keji semacam ini! Mereka itulah kaum Wahabi para pemuja kaum durjana seperti Muawiyah bin Abi Sufyan dan Yazid bin Muawiyah. Mereka menjadikan keduanya sebagai pemimpin-pemimpin mereka!
Jika anda membenci kekejaman, kezaliman, dan kebengisan yang dilakukan para diktator dunia seperti Adolf Hitler, Pol Pot, Slobodan Milosevich, Saddam Husein, George W Bush, Ehud Olmert, maka anda juga mesti membenci makhluk durjana seperti Muawiiyah ini. Tapi itu pun jika hati nurani anda masih sehat wal afiat…
Di dalam Musnad Ahmad bin Hanbal Jil. 6, hlm. 33, diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw yang kita cintai telah bersabda, “Barangsiapa yang mengutuk Ali sesungguhnya ia telah mengutukku. Barangsiapa yang berani mengutukku berarti ia telah mengutuk Allah. Barangsiapa yang telah mengutuk Allah, maka Allah akan melemparkannya ke neraka Jahannam!”
Rasulullah Saw telah menubuwatkan bahwa peristiwa pelaknatan atau pengutukan atas sahabat Nabi yang mulia, Ali bin Abi Thalib, yang juga salah seorang anggota Ahlul Bayt akan terjadi. Melalui mata batinnya, Rasulullah Saw telah melihat beberapa sahabatnya yang sangat dengki terhadap Sayyidina Ali as. Allah Swt pun menyingkapkan kedengkian mereka terhadap Nabi Saw dan Ahlul Baytnya :
“Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya. Ataukah ada bagi mereka bahagian dari kerajaan? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun kepada manusia. Ataukah mereka dengki kepada manusialantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” (Al-Quran Surah Al-Nisaa [4] ayat 54).
Ingatkah anda, bagaimana anda melafadzkan shalawat kepada Nabi Saw di dalam shalat anda?
Inilah mengapa dengan teramat keras Nabi Saw memperingatkan umatnya untuk tidak melakukan tindakan bodoh tersebut. Dan anda perhatikan, bahwa Ummu Salamah, isteri Nabi telah memperingatkan Muawiyah tentang hal ini, namun lelaki durjana ini tiada mempedulikan peringatan tersebut.
Saya berdoa kepada Allah Swt semoga orang-orang yang tulus namun masih meragukan kebenaran ini menjadi tersadarkan dan semakin mendapatkan keyakinan yang sahih…
Post a Comment
mohon gunakan email