Pesan Rahbar

Home » » Pasukan Imam Mahdi

Pasukan Imam Mahdi

Written By Unknown on Saturday 12 July 2014 | 03:30:00

Pasukan Imam Mahdi.

Pasukan Imam Mahdi af. berasal dari bangsa yang beraneka ragam. Ketika beliau muncul, mereka akan dipanggil dengan berbagai cara khusus. Orang-orang yang sebelumnya telah dipilih sebagai pemimpin, akan memimpin sekelompok pasukan dan mengatur gerakan serta operasi-operasi militer yang akan dilakukan. Orang-orang yang diterima sebagai pasukan Imam Mahdi af. memiliki kriteria khusus.
Pada bagian ini, kami akan membawakan beberapa riwayat mengenai hal di atas.

A. Pemimpin Pasukan.

Dalam beberapa riwayat, disebutkan adanya orang-orang tertentu yang bertugas memimpin dalam beberapa gerakan militer. Ada juga yang menjadi pemimpin sekelompok pasukan. Pada bagian ini, dikupas nama orang-orang tersebut beserta tugas-tugasnya.

1. Nabi Isa as.

Dalam sebuah khutbah, Imam Ali as. bersabda, “… Pada suatu saat, Imam Mahdi menjadikan Nabi Isa as. sebagai penggantinya dalam sebuah gerakan melawan Dajal. Nabi Isa as. bangkit untuk mengalahkan Dajal. Dajal yang telah menguasai bumi dan menghancurkan areal pertanian juga membinasakan manusia, senantiasa mengajak umat manusia mengikutinya. Setiap orang yang menerima ajakannya, diperlakukan dengan baik. Namun sebaliknya, di bunuh setiap orang yang menolaknya. Seluruh tempat selain Mekah, Madinah, dan Baitul Maqdis dihancurkannya. Semua anak-anak haram dari Barat dan Timur dunia berkumpul di sekelilingnya.

“Dajal bergerak menuju Hijaz, dan Nabi Isa as. yang berada di sekitar Hirisya mendatanginya. Lalu ia berteriak lantang dan memukulnya dengan keras, kemudian memasukkannya ke dalam kobaran api. Dajal lenyap bagaikan timah yang meleleh terkena api.”[1]

Pukulan keras yang menyebabkan Dajal binasa barangkali karena dampak luar biasa senjata tercanggih di jaman itu. Mungkin juga hal ini menunjukkan mukjizat Nabi Isa as.
Tentang kekhususan Nabi Isa as., terdapat sebuah riwayat menyebutkan, “Nabi Isa as. memiliki wibawa yang sangat luar biasa, sehingga ketika musuh melihatnya, ia merasa gentar dan terlintas bayangan kematian di pikirannya, seakan-akan Nabi Isa as. berniat mencabut nyawanya.”[2]

2. Syuaib bin Saleh.

Imam Ali as. bersabda, “Sufyani dan orang-orang yang mengibarkan bendera hitam saling berhadapan. Di antara mereka ada seorang pemuda dari Bani Hasyim dimana di telapak tangan kirinya terdapat bercak hitam. Adapun pemimpinnya adalah seorang lelaki dari Bani Tamim yang bernama Syu’aib bin Shaleh.”[3]

Hasan Bashri berkata, “Akan muncul seseorang bernama Syu’aib bin Shaleh di Ray. Ia adalah orang yang tak berjenggot. Bahunya indah. Ia memimpin empat ribu prajurit yang memakai pakaian putih dan memiliki bendera berwarna hitam. Mereka adalah pasukan barisan depan Al-Mahdi.”[4]

Ammar Yasir berkata, “Syu’aib bin Shaleh adalah pembawa bendera Imam Mahdi af.”[5]
Syablanji berkata, “Pemimpin pasukan barisan depan Imam Mahdi af. adalah seorang lelaki dari Bani Tamim yang memiliki sedikit janggut bernama Syu’aib bin Shaleh.”[6]

Muhammad bin Hanafiyah berkata, “Akan keluar pasukan dari Khurasan yang mengenakan sabuk hitam dan pakaian berwarna putih. Mereka adalah pasukan barisan terdepan yang dipimpin oleh orang yang bernama Syu’aib bin Shaleh atau Shaleh bin Syu’aib. Ia dari kabilah Bani Tamim. Mereka akan mengalahkan pasukan Sufyani, lalu pergi ke Baitul Maqdis dan mempersiapkan segalanya di sana, untuk menyambut kedatangan Imam Mahdi af.”[7]

3. Isma’il putra Imam Shadiq as. dan Abdullah bin Syuraik.

Abu Khadijah berkata bahwa Imam Shadiq as. bersabda, “Aku pernah memohon kepada Allah untuk menjadikan anakku Ismail, sebagai penerus setelahku. Tetapi, Allah tidak mengabulkannya. Ia memberikan kedudukan yang lain untuknya. Ia adalah orang yang pertama yang akan muncul bersama sepuluh orang kawannya. Salah satu dari sepuluh orang tersebut adalah Abdullah bin Syarik. Ia adalah pemegang bendera pasukannya.’”[8]

Imam Baqir as. bersabda, “Seakan-akan aku sedang melihat Abdullah bin Syarik Amiri tengah memakai sorban hitam dan kedua ujungnya terjulur di kedua bahunya. Ia memimpin empat ribu orang yang menjadi pasukan garda depan Imam Mahdi af., dari kaki gunung menuju puncak gunung sambil mengucapkan Takbir.”[9]

4. Aqil dan Harits.

Imam Ali as. bersabda, “… Imam Mahdi mengerahkan pasukannya dan terus bergerak sampai memasuki Irak. Ia berada di antara dua pasukan, pasukan barisan terdepan yang berada di hadapannya, dan pasukan yang berada di belakangnya. Pasukan barisan terdepan dipimpin oleh seorang lelaki bernama Aqil, dan pasukan di belakangnya dipimpin oleh Harits.

5. Jabir bin Khabur.

Imam Shadiq as. menukil ucapan Imam Ali as., “Orang ini (Jabir) akan menunggu kedatangan al-Qaim (Imam Mahdi af.) di Jabal al-Ahwaz bersama empat ribu pasukannya dengan senjata di tangan mereka. Ia akan berperang bersama beliau af. melawan musuh-musuhnya.”[10]

6. Mufadhal bin Umar.

Imam Shadiq as. berkata kepada Mufadhal, “Engkau bersama empat puluh empat orang lainnya akan bersama dengan al-Qaim af. Engkau akan berada di sisi kanan beliau melakukan amar makruf dan nahi munkar. Sesungguhnya orang-orang di jaman itu, lebih baik dari pada orang-orang di jaman ini dalam menaatimu.”[11]

7. Ashabul Kahfi.

Imam Ali as. bersabda, “Ashabul Kahfi akan datang kembali untuk membantu Al-Mahdi (af).”[12]

B. Pasukan dari Berbagai Bangsa

Pasukan Imam Mahdi af. terbentuk dari orang-orang yang berasal dari berbagai negara. Dalam riwayat, banyak sekali ditemukan pembahasan tersebut. Terkadang disebutkan bahwa pasukan Imam Mahdi af. adalah orang-orang Ajam. Dalam sebagian riwayat disebutkan nama-nama negeri dan kota yang dari sana pasukan Imam Mahdi berdatangan. Disebutkan pula bahwa beberapa kaum kelak dibangkitkan kembali untuk menolong Imam Mahdi af., seperti kaum Bani Israil yang telah bertaubat, orang-orang Nasrani yang beriman, dan orang-orang mulia lainnya.
Dalam pembahasan ini, kami akan membawakan beberapa riwayat.

1. Bangsa Iran.

Berdasarkan berbagai riwayat, sebagian dari anggota pasukan khusus Imam Mahdi af. adalah bangsa Iran. Mereka disebut dengan bermacam-macam panggilan, seperti sebutan orang-orang Ray, orang-orang Khurasan, harta-harta dari Thaliqan, orang-orang Qom, bangsa Persia, dan sebutan lainnya.
Imam Baqir as. bersabda, “Akan datang pasukan berbendera hitam dari Khurasan ke kota Kufah. Ketika Imam Mahdi af. muncul, mereka akan membaiatnya.”[13]

Imam Baqir as. bersabda, “Pasukan al-Qaim (af.) berjumlah tiga ratus tiga belas orang yang berasal dari bangsa non-Arab (Ajam).”[14]

Abdullah bin Umar menuturkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘Allah Swt. meletakkan kekuatan kalian (kaum Muslimin) pada orang-orang Ajam. Mereka adalah harimau yang tak takut apa pun. Mereka akan menyeret kalian (orang-orang Arab) dan membawa harta benda kalian.’”[15]

Ada kemungkinan bahwa riwayat ini mengisyaratkan tentang bersatunya kekuatan kafir dan serangan mereka terhadap Islam dan Muslimin. Hal ini tidak ada kaitannya dengan berbagai upaya menyambut kedatangan Imam Mahdi af.

Maka, kami mengeluarkan riwayat ini dari pembahasan sebenarnya. Paling tidak, kami kemukakan bahwa riwayat tersebut perlu dipertimbangkan kembali.

Hudzaifah juga menukilkan riwayat yang serupa dari Rasulullah saw.[16] Namun, sebenarnya perlu dipertanyakan kembali bagaimana signifikansinya tentang apakah orang-orang yang disebutkan dalam riwayat-riwayat di atas adalah orang Iran. Berdasarkan riwayat, akan datang suatu masa di mana  bangsa Iran akan memerangi orang-orang Arab, agar mereka kembali memeluk Islam. Mereka pun menyebarkan agama mulia ini. Kondisi orang-orang Arab di jaman itu sangat memprihatinkan, dan mereka selalu menjalani hari-hari yang sulit.

Meskipun yang dimaksud dengan Ajam adalah orang-orang selain Arab, yang jelas bangsa Iran juga termasuk orang-orang Ajam. Menurut sebagian riwayat lainnya, disebutkan bahwa bangsa Iran memiliki peran penting dalam mempersiapkan dunia dalam menyambut kedatangan Imam Mahdi af. Sebagian besar dari korban perang adalah bangsa Iran.

Dalam beberapa khutbah yang diucapkan oleh Imam Ali as. mengenai prajurit Imam Mahdi af., nama beberapa kota di Iran disebutkannya.

Asbagh bin Nubatah menuturkan bahwa Imam Ali tengah berpidato dan menjelaskan kedatangan Imam Mahdi af. beserta orang-orang yang menjadi pasukannya. Beliau   bersabda, “Dari Ahwaz satu orang; dari Syusytar satu orang; tiga orang dari Syiraz, yaitu Hafsh, Ya’qub, dan Ali; dari Isfahan empat orang, yaitu Musa, Ali, Abdullah, dan Ghulfan; satu orang dari Burujerd, yaitu Qadim; satu orang dari Nahavand, yaitu Abdur Razzaq; dari Hamadan[17] tiga orang, yaitu Ja’far, Ishaq, dan Musa; sepuluh orang dari Qom, di mana nama mereka sama seperti nama Ahlul Bait Rasulullah Saw. (dalam riwayat yang lain disebutkan delapan belas orang); satu orang dari Syiravan; satu orang dari Khurasan, yaitu Darid dan juga lima orang yang namanya sama dengan nama Ashabul Kahfi; satu orang dari Amul; satu orang dari Jurjan; satu orang dari Damaghan; satu orang dari Sarkhas; satu orang dari Saveh; dua puluh empat orang dari Thaleqan; dua orang dari Qazvin; satu orang dari Fars; satu orang dari Abhar; satu orang dari Ardabil; tiga orang dari Maraqe; satu orang dari Khuy; satu orang dari Salmas; tiga orang dari Abadan; dan satu orang dari Kazrun.’
Beliau as. kembali bersabda, ‘Rasulullah Saw. menyebutkan tiga ratus tiga belas orang dari pasukan Al-Mahdi (af.), sejumlah pasukan beliau di perang badar.’ Lalu beliau bersabda, ‘Allah akan mengumpulkan mereka dari Barat dan Timur bumi di Baitullah tidak lebih dari satu kedipan mata.’”[18]

Sebagaimana yang telah Anda simak, di antara tiga ratus tiga belas pasukan yang akan menyertai Imam Mahdi af. sejak awal, tujuh puluh dua orang di antaranya berasal dari kota-kota yang kini terletak di Iran. Jika dihitung berdasarkan apa yang disebutkan dalam Dalailul Imamah karya Thabari, dengan menambahkan nama-nama kota yang pada masa itu berada dalam garis kekuasaan Iran, maka jumlahnya lebih besar lagi.

Dalam riwayat, terkadang nama sebuah kota disebutkan sebanyak dua kali. Adakalanya disebutkan nama beberapa kota dalam suatu negeri, lalu disebut juga nama negerinya.

Jika riwayat yang telah disebutkan adalah riwayat sahih, dapat dikatakan bahwa yang dijadikan tolak ukur adalah pembagian daerah di jaman itu. Pembagian daerah dari segi geografis, tidak dapat dijadikan sandaran untuk memahami riwayat tersebut. Karena, terkadang nama suatu kota diganti dengan nama lain, dan mengalami berbagai perubahan yang lain pula.

Hal penting yang juga perlu diperhatikan, ketika kita menyesuaikan nama-nama kota yang disebutkan dalam riwayat dengan apa yang terbentang dalam peta masa kini, mungkin kita dapat menarik kesimpulan bahwa para penolong Imam Mahdi af. bertebaran di dunia. Dari sini, barangkali yang dimaksud dengan kata Afranjah—yang disebutkan dalam riwayat—adalah suatu tempat di kawasan Barat. Jika hal ini benar, maka riwayat yang menerangkan bahwa bumi tidak akan kosong dari orang-orang baik akan memiliki makna yang jelas. Karena jika bumi kosong dari orang-orang yang baik, maka bumi akan hancur.
Dalam beberapa riwayat lainnya, disebutkan nama–nama kota tertentu seperti Qom, Khurasan dan Thaliqan.

Qom.

Imam Shadiq as. bersabda, “Tanah Qom adalah tanah yang suci … bukankah penghuninya adalah para penolong Imam Mahdi af. dan termasuk orang-orang yang menyerukan kebenaran?”[19]
Affan Bashiri menuturkan bahwa Imam Shadiq as bersabda padanya, “Apakah engkau tahu mengapa Qom disebut dengan nama ini?’ Ia menjawab, ‘Allah, Rasul-Nya, dan engkau lebih mengetahuinya.’ Beliau bersabda, ‘Karena penduduk kota Qom akan berkumpul di sekitar Imam Mahdi af. dan tinggal bersamanya lalu menolongnya.’”[20]

Khurasan.

Imam Ali as. menuturkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘… di Khurasan, terdapat harta karun yang tidak berbentuk emas dan perak. Tetapi, para pria yang bersatu padu, karena ikatan keyakinan kepada Allah dan Rasul-Nya.’”[21]
Barangkali maksudnya adalah mereka memiliki keyakinan yang sama mengenai Allah dan utusan-Nya. Mungkin juga, pada suatu hari Allah akan mengumpulkan mereka bersama-sama di Mekah.

Thalegan.

Imam Ali as. bersabda, “Betapa beruntungnya penduduk Thaleqan! Karena Allah memiliki harta berharga di sana yang tidak terbuat dari emas dan perak, melainkan orang-orang yang beriman. Mereka mengenal Allah dengan sebenarnya dan mereka adalah para penolong Imam Mahdi af. di akhir jaman.”[22]

2. Bangsa Arab.

Ada dua kategori riwayat yang menerangkan keberadaan bangsa Arab dalam kebangkitan Imam Mahdi af. Sebagian riwayat menerangkan ketidakikutsertaan bangsa Arab dalam revolusi Imam Mahdi af. Adapun sebagian lagi menjelaskan beberapa tempat di daerah Arab yang menjadi tempat para pendukung Imam Mahdi af.

Riwayat-riwayat yang menjelaskan ketidakikutan bangsa Arab dalam perjuangan Imam Mahdi af., jika sanadnya shahih, dapat ditafsirkan. Karena, mungkin saja orang-orang Arab tidak termasuk prajurit yang menyertai Imam Mahdi af. sejak awal perjuangannya, sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Hur Amili dalam kitab Itsbatul Hudat dalam rangka menafsirkan beberapa riwayat tersebut. Adapun, beberapa nama kota Arab yang disebutkan dalam riwayat, barangkali maksudnya adalah adanya sekelompok prajurit Ajam yang tinggal di sana dan datang untuk membantu Imam Mahdi af.; bukannya bangsa Arab yang tinggal di sana yang bergabung dengan Imam Mahdi af. Mungkin juga yang dimaksud adalah pemerintahan dan negara-negara Arab.

Perhatikan beberapa riwayat berikut ini:
Imam Shadiq as. bersabda, “Hindarilah bangsa Arab! Karena masa depan mereka suram. Bukankah tak seorang pun di antara mereka yang berjuang bersama Imam Mahdi af?”[23]

Syaikh Hur Amili berkata, “Mungkin maksud Imam Shadiq as. adalah ketidakikutan bangsa Arab dalam permulaan perjuangan Imam Mahdi af., atau mungkin juga karena sedikitnya orang-orang Arab yang ikut berjuang .…”

Rasulullah Saw. bersabda, “Akan datang orang-orang mulia dari Syam (Syiria) yang bergabung bersama Imam Mahdi af. Begitu juga orang-orang yang berasal dari kabilah-kabilah yang tinggal di sekitar Syam. Hati mereka bagaikan baja. Di malam hari, mereka takut kepada Tuhannya, dan di siang hari, mereka bagaikan harimau.”[24]

Imam Baqir as. bersabda, “Tiga ratus tiga belas orang, sebagaimana jumlah pasukan perang Badar, akan membaiat Al-Mahdi af. di antara rukun dan maqam Kabah. Di antara mereka adalah orang-orang bijak yang berasal dari Mesir, Syam, dan Irak. Ia akan memimpin sebagaimana yang dikehendaki Allah.”[25]
Mengenai kota Kufah, Imam as. juga bersabda, “Ketika al-Qaim af muncul dan bergerak menuju Kufah, Allah akan membangkitkan tujuh puluh ribu orang yang jujur di balik Kufah (Najaf). Mereka adalah para penolong Al-Mahdi af.”[26]

3. Pengikut dari agama lain.

Mufadhal bin Umar menuturkan bahwa Imam Shadiq as. bersabda, ‘Ketika Imam Mahdi muncul, akan datang sejumlah orang dari belakang Ka’bah. Mereka adalah dua puluh tujuh orang dari kaum Nabi Musa as. (orang-orang yang menghukumi segalanya dengan benar), tujuh orang dari Ashabul Kahfi, Yusya’ penerus Musa as., orang-orang yang beriman dari keluarga Fir’aun, Salman Al-Farisi, Abu Dujanah Anshari[27], dan Malik Asytar.”[28]

Imam Shadiq as. kembali bersabda, “Ruh orang-orang yang beriman akan melihat keluarga Muhammad Saw. di gunung Radhwa. Mereka memakan makanannya dan meminum minumannya. Mereka berkumpul dan berbincang-bincang dengannya sampai Imam Mahdi af. muncul. Ketika Allah membangkitkan mereka, secara berkelompok mereka menyambut ajakan Imam Mahdi af. dan menyertai beliau. Di jaman itu, orang-orang yang memiliki akidah yang batil akan mengalami keraguan. Kelompok-kelompok dan partai-partai akan berpecah belah, dan hanya orang-orang yang mendekatkan dirinya kepada Allah yang akan selamat.”[29]

Ibnu Juraih berkata, “Aku mendengar bahwa ketika dua belas kabilah Bani Israil telah membunuh nabi mereka sendiri, satu kabilah di antara mereka menyesali perbuatannya. Lalu, mereka memohon kepada Allah untuk dipisahkan dari kabilah-kabilah lainnya. Allah menciptakan sebuah terowongan bawah tanah untuk mereka, lalu mereka berjalan di sana selama satu setengah tahun, sehingga mereka sampai ke Cina. Sampai saat ini mereka ada di sana[30] dan mereka adalah kaum Muslimin dan mereka akan bergabung dengan kabilah kami.”[31]

Sebagian mengatakan, “Dalam peristiwa Mi’raj, Allah mengirim Rasulullah Saw. ke tempat mereka berada. Lalu, beliau membacakan sepuluh surah Makkiyah. Mereka mengimani Rasulullah Saw. dan membenarkan beliau. Beliau memerintahkan mereka untuk tetap tinggal di sana dan tidak bekerja di hari Sabtu (hari libur orang-orang Yahudi), dan sebagai gantinya, mereka harus melakukan shalat dan membayar zakat. Mereka menerima perintah ini dan menjalankannya.[32] Dan kewajiban-kewajiban yang lain tidak diwajibkan untuk mereka.”

Ibnu Abbas berkata, “Dalam tafsir ayat, “Dan kami telah berkata kepada Bani Israil untuk tinggal di tempat itu sampai datang apa yang dijanjikan Tuhan lalu membangkitkan kalian.’[33] mereka berkata, ‘Maksud dari apa yang dijanjikan Allah adalah kemunculan Nabi Isa, dimana mereka akan berjuang bersamanya.’ Namun, sahabat-sahabat kami berkata bahwa yang dijanjikan itu adalah kedatangan Al-Mahdi af.”[34]

Dalam tafsir ayat, “Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah mereka menjalankan keadilan”[35], Al-Majlisi berkata, “Mengenai siapakah yang dimaksud dengan umat di atas, banyak perbedaan pendapat. Sebagian orang seperti Ibnu Abbas berkata, ‘Mereka adalah kaum yang hidup di suatu tempat di Cina dan di antara tempat tinggal mereka dengan Cina terdapat gurun pasir. Mereka sama sekali tidak akan pernah melakukan perubahan pada hukum Allah.’”[36]

Ketika berbicara tentang mereka, Imam Baqir as. bersabda, “Mereka tidak menganggap harta bendanya khusus untuk diri sendiri. Mereka beranggapan bahwa saudara seimannya memiliki hak untuk menggunakannya. Mereka di malam hari beristirahat dan di siang harinya bekerja dan sibuk dengan bercocok tanam. Tak seorang pun dari kita yang dapat menuju ke sana dan tak seorang pun dari mereka yang dapat menuju ke sini. Sesungguhnya mereka berada dalam kebenaran.”[37]

Mengenai ayat, “Dan diantara orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani”, ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya …”[38], Imam Shadiq as. bersabda, “Orang-oran Nasrani akan menyadari jalan ini dan sekelompok dari mereka akan bersama al-Qaim af.”[39]

4. Jabilqa dan Jabirsa[40].

Imam Shadiq as. bersabda, “Di belahan timur dunia, Allah memiliki sebuah kota yang bernama Jabilqa yang memiliki dua belas ribu pintu yang terbuat dari emas. Jarak antara satu pintu dengan pintu yang lain adalah satu farsakh. Di atas setiap pintu, terdapat satu menara yang memuat dua belas ribu tentara. Mereka selalu siap untuk menyambut kedatangan Imam Mahdi af. Allah juga memiliki sebuah kota yang bernama Jabirsa di sebelah barat dunia (dengan kriteria yang sama) dan aku adalah hujjah Allah bagi mereka.”[41]
Banyak juga riwayat yang menerangkan adanya beberapa tempat di dunia, di mana penduduknya tidak melakukan maksiat dan selalu menaati Allah. Untuk keterangan lebih lanjut, Anda bisa merujuk kitab Bihar al-Anwar; jil. 54.

Dengan membaca berbagai riwayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Imam Mahdi af. memiliki banyak pasukan yang berada di segala penjuru dunia. Mereka siap memasuki medan perang, ketika beliau datang nanti.  Dari beberapa riwayat, kita mengetahui bahwa orang-orang yang akan menjadi pengikut Imam Mahdi af., sebelumnya telah meninggal dunia. Mereka dibangkitkan dan hidup kembali untuk membantu Sang Imam af.[42]

Imam Shadiq as. bersabda, “Najm bin A’yan adalah salah satu orang yang akan mengalami Raj’ah dan hidup untuk kedua kalinya untuk berjihad.”[43] Mengenai Hamran dan Maisar, beliau juga bersabda, “Seakan-akan aku melihat Hamran dan Maisar menggenggam pedang dan berpidato di hadapan orang banyak, di antara Shafa dan Marwah.”[44]
Ayatullah Khui dalam Mu’jam Rijal al-Hadis menafsirkan kata “berpidato” sebagai membunuh dengan pedang.

Pada suatu saat Imam Shadiq as. memandang Dawud Ruqqay lalu mengatakan, “Barang siapa ingin melihat seseorang yang termasuk prajurit Al-Qaim af., maka lihatlah orang ini (yakni dia akan dihidupkan kembali sebagai prajurit  Imam Mahdi af.).”[45]

C. Jumlah Pasukan.

terdapat banyak riwayat yang menjelaskan jumlah pasukan Imam Mahdi af. Sebagian riwayat itu menyebutkan bahwa jumlah mereka sebanyak tiga ratus tiga belas orang. Sebagian riwayat yang lain menyebutkan bahwa jumlah mereka sebanyak sepuluh ribu orang, bahkan lebih. Di sini, kita harus menjelaskan dua masalah penting:

Pertama, tiga ratus tiga belas orang yang dimaksud dalam sebagian riwayat, adalah orang-orang khusus yang akan berjuang bersama Imam Mahdi af. sejak permulaan perjuangannya. Mereka akan menjadi para pejabat dalam pemerintahan global Imam Mahdi af. Almarhum Ardabili dalam Kasyfun Ni’mah menuturkan, “Berdasarkan riwayat yang menyebutkan bahwa prajurit Imam Mahdi af. lebih dari sepuluh ribu orang, kita mengatakan bahwa sesungguhnya pengikut Imam tidak hanya terbatas pada tiga ratus tiga belas orang saja. Karena tiga ratus tiga belas orang tersebut adalah orang-orang pilihan yang berjuang sejak awal kebangkitan Imam Mahdi af.”

Kedua, jumlah empat ribu, sepuluh ribu, dan lain sebagainya, bukan jumlah keseluruhan pasukan Imam Mahdi af. Bahkan jumlah tersebut adalah jumlah pasukan yang akan berjuang bersama Imam Mahdi af pada suatu jaman tertentu, atau pada suatu medan peperangan tertentu (tidak semuanya). Barangkali ada hal lainnya yang tidak kami ketahui dan kelak akan lebih jelas ketika Imam Mahdi af. muncul.

1. Orang-orang pilihan.

Yunus bin Dzibyan menuturkan, “Pada suatu hari aku berada di dekat Imam Shadiq as. Beliau menyebutkan nama-nama pengikut Imam Mahdi af seraya bersabda, ‘Jumlah mereka adalah tiga ratus tiga belas orang. Setiap orang dari mereka, melihat dirinya seorang yang berada di antara tiga ratus orang.’”[46]

Maksud dari kata “setiap orang dari mereka melihat dirinya seorang yang berada di antara tiga ratus orang” ada dua kemungkinan. Pertama, kekuatan tubuh setiap orang dari mereka, seperti kekuatan tiga ratus orang biasa; dan kedua, setiap orang dari mereka memiliki tiga ratus pengikut. Kemungkinan besar yang benar adalah kemungkinan kedua, yakni setiap orang memimpin tiga ratus orang, sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama.

Imam Zainal Abidin as. bersabda, “Orang-orang yang kelak akan menjadi penolong Imam Mahdi af. berjumlah tiga ratus tiga belas orang. Mereka akan berkumpul di Mekah pada pagi esok harinya.”[47]

Imam Jawad as. menuturkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Imam Jaman akan muncul di negeri Tihamah (Mekah). Ia memiliki harta berharga yang tidak terbuat dari emas maupun perak, melainkan kuda-kuda (kendaraan-kendaraan) yang kuat dan prajurit yang jumlahnya sama dengan jumlah prajurit perang Badar. Jumlah mereka sebanyak tiga ratus tiga belas orang dan akan berkumpul mengelilinginya dari penjuru dunia. Beliau memiliki sebuah kitab yang tertulis di dalamnya nama-nama prajurit setianya lengkap dengan nama tempat tinggal, jenis keturunan, dan biografinya. Mereka semuanya senantiasa menaati Al-Mahdi af.”[48]

Rasulullah Saw. bersabda, “Ketika ia (Imam Mahdi af.) muncul, orang-orang mengerumuninya, sampai datang tiga ratus tiga belas orang lelaki dan juga terdapat orang perempuan di antara mereka. Ia akan memenangkan peperangan melawan semua orang yang zalim dan juga keturunannya. Ia akan menegakkan keadilan, sehingga orang-orang yang hidup berharap dihidupkannya kembali orang-orang yang telah mati, supaya mereka dapat merasakan keadilan.”[49]

Imam Baqir as. bersabda, “Imam Mahdi tiba-tiba akan muncul bersama tiga ratus tiga belas pasukannya tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Mereka bersebaran bagaikan awan musim gugur dan singa di siang hari yang beribadah di malam harinya.”[50]

Aban bin Taghlib berkata menuturkan bahwa Imam Shadiq as. pernah bersabda, “Tak lama lagi akan datang tiga ratus tiga belas orang (yang adil) ke masjid kalian (Mekah). Orang-orang Mekah tahu bahwa mereka tidak memiliki tali keturunan dengan nenek moyangnya (mereka bukan orang Mekah). Mereka semuanya membawa pedang yang terukir di atasnya sejumlah kata-kata. Dari kata-kata tersebut, seribu kata (yang susah) akan terselesaikan.”[51]

Dalam beberapa riwayat, ada beberapa orang yang disebutkan namanya. Di sini, hanya menyebutkan dua riwayat saja:
Imam Shadiq as. berkata kepada Mufadhal bin Umar, “Engkau dan empat puluh empat orang yang lain, akan menjadi prajurit Al-Qaim af.”[52]

Barangkali yang dimaksud dengan empat puluh empat orang adalah mereka yang termasuk para sahabat Imam Shadiq as.

Beliau juga bersabda, “Ketika Yang Bangkit (Imam Mahdi) dari keluarga Muhammad Saw. muncul, akan keluar dua puluh tujuh orang dari balik Ka’bah dan dua puluh lima orang dari pengikut Nabi Musa as. Semuanya adalah orang-orang yang menghukumi segalanya dengan benar, yang dihidupkan kembali dari matinya. Begitu juga dengan tujuh orang Ashabul Kahfi, Yusya’ pengganti Musa, Mu’min keluarga Fir’aun, Salman Al-Farisi, Abu Dujanah Anshari, dan Malik Asytar.”[53] Dalam sebagian riwayat nama Miqdad bin Al-Aswad juga disebutkan.

Menurut beberapa riwayat, ada malaikat yang bertugas untuk memindahkan mayat orang-orang yang baik ke tempat-tempat suci seperti Ka’bah.[54] Oleh karena itu, mungkin orang-orang yang muncul dari balik Ka’bah adalah orang-orang yang telah dipindah jasadnya ke sana oleh para malaikat. Lalu, Allah mengizinkan mereka untuk hidup kembali di dunia. Sebagian riwayat yang lainnya menjelaskan bahwa orang-orang tersebut akan muncul dari balik kota Kufah, yakni kota Najaf. Ini pun bisa dibenarkan, karena tidak bertentangan dengan riwayat tersebut.

Perlu dijelaskan bahwa orang-orang yang disebutkan di atas, memiliki pengalaman dalam perjuangan politik melawan orang-orang yang zalim. Khususnya Salman Al-Farisi, Abu Dujanah, Malik Asytar, dan Miqdad. Mereka pernah ikut serta dalam peperangan di jaman Rasulullah Saw. Mereka telah menunjukkan kemampuannya masing-masing, dan sebagian dari mereka pernah menjadi pemimpin.

2. Pasukan Imam Mahdi af.

Abu Bashir berkata, “Seorang lelaki dari Kufah bertanya kepada Imam Shadiq as., ‘Berapa orang yang akan berjuang bersama Imam Mahdi af?’ Orang-orang menjawab, ‘Jumlah prajurit Imam Mahdi sama seperti jumlah prajurti Rasulullah Saw. di perang Badar; yakni tiga ratus tiga puluh orang.’ Imam as. bersabda, ‘Al-Mahdi af tidak akan muncul, kecuali disertai oleh pasukan yang kuat. Ia memiliki lebih dari sepuluh ribu pasukan yang tangguh.’”[55]

Beliau juga bersabda, “Ketika Allah mengizinkan Al-Qaim muncul, akan ada tiga ratus tiga belas orang yang membaiatnya. Beliau berdiam di Mekah sampai terkumpul sepuluh ribu pasukannya, lalu berangkat menuju Madinah.”[56]

Imam Ali as. bersabda, “Al-Mahdi akan muncul paling sedikit dengan dua belas ribu pasukan dan paling banyak dengan lima belas ribu pasukan. Pasukan Al-Mahdi memiliki wibawa dan keagungan yang luar biasa. Tak satu pun musuh yang berhadapan dengan mereka, tidak terkalahkan. Beliau dan pasukannya tidak menghiraukan cacian orang-orang. Syi’ar pasukannya adalah ‘Gempurlah! Gempurlah!’”[57]

Imam Shadiq as. bersabda, “Imam Jaman tidak akan muncul sebelum  pasukannya terkumpul dengan sempurna.” Perawi bertanya, “Berapakah jumlah pasukannya?” Imam menjawab, “Sepuluh ribu orang.”[58]
Syaikh Hur Amili berkata, “Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa jumlah keseluruhan pasukan Imam Mahdi af. adalah seratus ribu orang.”[59]

3. Pengawal dan penjaga.

Ka’ab berkata, “Seseorang dari Bani Hasyim tinggal di Baitul Maqdis. Jumlah pengawalnya sebanyak dua belas ribu orang. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa jumlah pengawalnya sebanyak tiga puluh enam orang. Di setiap jalan besar yang berhubungan dengan Baitul Maqdis, terdapat dua belas ribu orang dari mereka yang selalu siaga di sana.”[60]

Sebenarnya kata “حرس” yang terdapat dalam riwayat di atas juga memiliki arti membantu dan menolong. Mungkin yang dimaksud adalah penolong dan pembantu Imam Mahdi af.

D. Pertemuan Anggota Pasukan.

Sebagaimana yang telah dibicarakan sebelumnya, pasukan Imam Mahdi af. terbentuk dari kumpulan orang-orang yang berasal dari berbagai tempat. Banyak riwayat menerangkan bagaimana mereka mengetahui kemunculan Imam Mahdi af. dan bagaimana mereka mendatangi Mekah. Sebagian dari mereka, pada suatu malam tidur di ranjangnya dan pagi hari ketika terbangun sudah berada di sisi Imam Mahdi af. Sebagian ada yang mendatangi Imam Mahdi af. dengan Thayul Ardh (ilmu melipat bumi: menempuh jarak yang jauh dalam waktu yang singkat). Sebagian dari mereka yang mengetahui kemunculan Imam Mahdi af., mendatangi Mekah dengan mengendarai awan.”

Silahkan Anda perhatikan beberapa riwayat di bawah ini:
Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi diberi izin untuk muncul dan berjuang, ia menyebut Allah dengan nama Ibrani-nya. Pada waktu itu pasukannya yang berjumlah tiga ratus tiga belas orang, bertebaran bagaikan awan musim gugur, mereka mempersiapkan dirinya masing-masing. Mereka adalah pembawa bendera dan para pemimpin. Sebagian dari mereka, setelah tertidur sejenak di tempat tidurnya, menghilang dan di pagi harinya mereka terjaga dan telah berada di Mekah. Sebagian yang lainnya, terlihat sedang menaiki awan dan datang menghampiri Imam Mahdi af di siang hari. Mereka dikenal dengan nama mereka sendiri, nama ayah, nama keluarga, dan gelarnya masing-masing.”[61]

Mufadhal bin Umar bertanya kepada Imam as., “Semoga aku menjadi tebusanmu. Siapakah yang memiliki keimanan tertinggi di antara mereka?’ Beliau as. menjawab, ‘Orang-orang yang berjalan di atas awan. Mereka adalah orang-orang yang telah hilang. Dan, karena mereka, ayat ini turun, ‘Dimana pun kalian berada, Allah akan membawa (dan mengumpulkan) kalian.’”[62]

Rasulullah Saw. berkata, “Setelah kalian, akan datang suatu kaum yang bumi berada di bawah kaki mereka, dunia terbuka bagi mereka, serta lelaki dan perempuan Persia akan berkhidmat kepada mereka. Mereka akan mengitari bumi selama tak lebih dari satu kedipan mata. Dengan demikian, mereka mampu beranjak dari barat ke timur dengan cepat. Mereka tidak termasuk orang-orang dunia ini dan dunia tidak bernilai sedikit pun di mata mereka.”[63]

Imam Baqir as. bersabda, “Para Pemeluk Syi’ah dan pendukung Al-Mahdi af akan datang dari segenap penjuru dunia untuk menghampirinya. Dunia akan berada di bawah kedua kaki mereka. Dengan Thayul Ardh, mereka mendatangi Al-Mahdi af. lalu membaiatnya.”[64]

Abdullah bin Ajalan menuturkan bahwa pada suatu hari Imam Shadiq as. tengah membicarakan Imam Mahdi af. Ia bertanya kepada beliau as., “Bagaimana kami mengetahui kemunculan beliau?’ Beliau menjawab, ‘Ketika baru bangun tidur, kalian akan menemukan sebuah surat di bawah bantal yang berisi ‘Mengikuti Imam Mahdi adalah perbuatan baik dan terpuji.’”[65]

Imam Ridha as. bersabda, “Demi Allah, ketika Al-Qaim af. muncul, Allah akan mengumpulkan para pengikutnya di sekitar beliau.”[66]

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika para pemuda Syi’ah tertidur, tiba-tiba mereka dibawa kepada Al-Mahdi af. tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kemudian di pagi harinya, mereka berkumpul di hadapan beliau.”[67]

E. Syarat dan Ujian Anggota Pasukan.

Imam Ali as. pernah bersabda, “Para pengikut Al-Mahdi  yang berjumlah tiga ratus tiga belas orang akan mendatangi beliau. Mereka menemukan seorang Imam yang selama ini tersembunyi. Mereka bertanya, ‘Apakah engkau adalah Al-Mahdi yang dinanti?’ Beliau menjawab, ‘Ya, wahai pengikutku.’ Kemudian beliau menyembunyikan diri untuk kedua kalinya dan pergi ke Madinah. Ketika para pengikut Imam Mahdi itu mengetahuinya, mereka pun bergegas menuju Madinah. Ketika mereka telah sampai di Madinah, Imam secara diam-diam kembali ke Mekah dan mereka pun akhirnya pergi ke sana. Ketika mereka sampai ke Mekah, Imam pergi ke Madinah. Ketika para pengikutnya sampai ke Madinah, beliau kembali ke Mekah. Hal ini terulang sebanyak tiga kali.”

Imam Mahdi af. menguji pengikutnya seperti ini supaya ia mengetahui batas kesetiaan para pengikutnya. Setelah itu, beliau muncul di antara Shafa dan Marwah (di Ka’bah). Lalu beliau berkata kepada para pengikutnya, “Aku hanya ingin kalian membaiatku dan menerima berbagai syaratnya. Aku ingin kalian berpegang erat dengan baiat itu dan juga tidak merubah apa pun. Aku juga akan berjanji untuk selalu berpegangan dengan delapan perkara.” Mereka semua menjawab, “Kami pasrah kepadamu dan kami menaati semua perintahmu. Kami menerima segala persyaratan yang engkau tentukan. Katakanlah apa saja persyaratan-persyaratan itu!”

Imam Mahdi af. berjalan ke arah gunung Shafa. Para pengikutnya pun berjalan mengikutinya. Di sana beliau bersabda, “Janganlah kalian lari dari medan pertempuran; jangan mencuri; jangan melakukan perbuatan tak senonoh; jangan melakukan perbuatan haram; jangan melakukan perbuatan buruk dan tercela; jangan memukul orang kecuali dengan alasan yang dibenarkan; jangan berlaku zalim; jangan menimbun gandum; jangan merusak dan merobohkan masjid;  jangan menjadi saksi palsu; jangan menghina dan mencela orang yang beriman;  jangan memakan uang riba;  bertahanlah dalam kesusahan;  jangan melaknat orang yang menyembah Allah dan bertauhid; jangan meminum minuman keras; jangan memakai pakaian yang disulam dengan emas;  jangan mengenakan pakaian yang terbuat dari sutra; jangan mengejar orang yang kabur; jangan menumpahkan darah yang haram (ditumpahkan); jangan berinfaq untuk orang kafir dan munafik; jangan memakai pakaian dari bulu binatang; dan jadikanlah tanah sebagai bantal (mungkin maksudnya agar rendah hati); hindarilah perbuatan sia-sia; lakukanlah amar makruf dan nahi munkar.

“Jika kalian bersedia melaksanakan itu semua, maka aku pasti menjadikan kalian sebaik-baiknya pengikutku. Jika kalian mematuhiku, maka aku tidak akan memakai pakaian kecuali pakaian yang kalian kenakan. Aku tidak makan, kecuali apa yang kalian makan, tidak mengendarai apa pun kecuali apa yang kalian kendarai. Di manapun kalian berada, aku akan berada di sana, aku merasa bangga, meskipun atas hal yang sedikit. Aku akan memenuhi dunia dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kebatilan. Aku akan menyembah Tuhanku, sebagaimana layaknya. Aku akan memenuhi semua janjiku dan kalian harus menjalankan semua persyaratan yang aku buat.”

Mereka berkata, “Kami rela atas semua itu, dan kami akan membaiatmu.” Lalu, Imam af. berjabat tangan dengan semuanya sebagai tanda baiat.[68]

Di sini, yang perlu diberi diperjelas bahwa Imam Mahdi af. melakukan perjanjian ini dengan prajurit-prajurit khususnya. Mereka, orang-orang yang menempati berbagai posisi dalam pemerintahan beliau. Dengan perilakunya yang baik, mereka memiliki peranan penting dalam penegakkan keadilan dimuka bumi.
Nampaknya, riwayat di atas perlu ditinjau ulang. Karena, riwayat tersebut berasal dari Khutbah al-Bayan, yang sanadnya dipandang lemah oleh sebagian ulama, meskipun sebagian ulama yang lain membenarkannya.[69]

F. Karateristik Pasukan Imam Mahdi af.

Terdapat banyak riwayat yang menjelaskan karakteristik para prajurit Imam Mahdi af. Sebagian dari riwayat-riwayat tersebut antara lain:

1. Ibadah dan ketakwaan.

Imam Shadiq as. pernah menjelaskan karakteristik mereka, beliau bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang menghidupkan malam dengan ibadah. Mereka senantiasa berdiri di tengah malam untuk melakukan shalat dan berzikir seperti lebah yang berdengung. Pagi harinya, mereka mengendarai kuda dan pergi menjalankan tugasnya. Merekalah  abid di malam hari dan bagai singa di siang hari. Karena takut kepada Allah, mereka berada dalam keadaan tertentu. Dengan perantara mereka, Allah menolong Imam af.”[70]

Beliau juga bersabda, “Seakan-akan aku melihat Al-Qaim dari keluarga Muhammad Saw. dan prajuritnya di balik gunung Kufah, seakan-akan burung-burung hinggap di atas kepala mereka (hinggap dan mengepakkan kedua sayapnya. Mungkin kiasan betapa tenang dan patuhnya mereka di hadapan Imam—pent). Bekal makanan mereka telah habis, pakaian mereka kumal, dan di kening mereka terdapat tanda bekas sujud. Ya, mereka adalah singa di siang hari dan abid di malam hari. Hati mereka bagai kepingan baja; kuat dan keras. Setiap orang dari mereka punya kekuatan empat puluh orang. Mereka tidak membunuh siapa pun, kecuali orang munafik dan kafir. Mengenai mereka, Allah berfirman, ‘Sesungguhnya itu adalah tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang mengerti.’[71]”[72]

2. Cinta dan taat.

Imam Baqir as. bersabda, “Shahib amr (Imam Mahdi af.) akan mengalami keghaiban di lembah ini (Dzi Thuwa). Dua malam sebelum muncul, pelayan terdekat beliau mendatangi para pengikut yang selama itu senantiasa menantinya, ia bertanya, ‘Berapa orang kalian di sini?’ Mereka menjawab, ‘Empat puluh orang.’ Ia bertanya lagi, ‘Apa yang akan kalian lakukan, jika kalian melihat beliau?’ Mereka menjawab, ‘Demi Allah, meskipun ia hidup di pegunungan, kami akan hidup dengannya sebagaimana ia hidup.’”[73]

Imam Shadiq as. bersabda, “Para pengikut Imam Mahdi  mengusapkan tangan mereka di atas tanah bekas langkah beliau demi mencari berkah. Mereka duduk mengelilinginya dan di setiap peperangan, mereka menjadikan diri mereka sebagai perisai untuk beliau. Mereka menjalankan setiap perintahnya.”[74]

Ketika menceritakan para pengikut setia Imam Mahdi af., Imam Shadiq as. bersabda, “Ia memiliki sahabat yang hatinya bagaikan kepingan besi .… Mereka lebih patuh kepada Imam, dari pada seorang budak terhadap hambanya. Mereka selalu pasrah terhadap apa yang diperintahkan.”[75]

Rasulullah Saw. bersabda, “Allah akan mendatangkan pasukan dari segala penjuru dunia untuk Al-Mahdi, yang jumlahnya sama seperti jumlah pasukan perang Badar. Mereka selalu berupaya menaati perintah sang Imam.”[76]

Imam Shadiq as. bersabda, “Seakan-akan aku melihat Al-Qaim (Imam Mahdi af.) dan pasukannya berada di Najaf (Kufah), seolah-olah burung-burung hinggap di atas kepala mereka (karena mereka tenang dan patuh di hadapan imamnya).”[77]

Ya, mereka sangat tenang dan tunduk patuh di hadapan pemimpinnya, sehingga mereka terlihat seperti orang yang di atas kepalanya terdapat burung yang sedang hinggap yang jika mereka bergerak sedikit pun, maka burung tersebut akan terbang.

3. Pasukan muda yang tangguh.

Imam Ali as. bersabda, “Semua anggota pasukan Imam Mahdi adalah orang-orang yang berusia muda. Tidak ada orang yang berusia lanjut di tengah-tengah mereka, kecuali hanya sedikit sekali, seperti celak yang dioleskan untuk mata atau garam yang dibubuhkan kepada makanan ….”[78]

Imam Shadiq as. bersabda, “Nabi Luth as. pernah berkata kepada musuh-musuhnya, ‘Andaikan aku punya pasukan yang tangguh dan perlindungan yang kuat untuk melawan kalian!’ Pasukan yang ia maksud adalah pasukan Al-Mahdi yang sangat tangguh. Setiap orang dari mereka punya kekuatan yang sebanding dengan empat puluh orang biasa. Mereka memiliki hati yang lebih kuat dari potongan besi. Ketika diletakkan di hadapan gunung, batu-batu cadas pun bergetaran. Mereka tidak akan memasukkan pedang mereka ke dalam sarungnya sebelum Allah meridhainya.”[79]

Imam Ali Zainal Abidin as. bersabda, “Ketika al-Qaim af. muncul, Allah akan menjauhkan rasa lemah dari pengikut kami dan menguatkan hati mereka seperti kuatnya baja. Lalu, memberikan kekuatan empat puluh orang kepada setiap orang dari mereka. Mereka akan menjadi pembesar dan pemimpin di muka bumi.”[80]

Imam Shadiq as. bersabda, “Dalam pemerintahan Al-Mahdi af., pengikut kami adalah pembesar dan pemimpin di muka bumi. Setiap orang dari mereka, memiliki kekuatan yang setara empat puluh orang.”[81]

Imam Baqir as. bersabda, “Hari ini masih ada rasa takut dalam hati pengikut kami terhadap musuh-musuhnya. Tetapi, ketika pemerintahan jatuh di tangan kami dan Imam Mahdi  af. muncul dari keghaibannya, pengikut kami akan menjadi orang yang lebih berani dari pada singa dan lebih tajam dari pada tombak. Mereka akan menendang musuh-musuh kami dengan kaki mereka dan menikamnya dengan tangan-tangan mereka.”[82]

Abdul Malik bin A’yan menuturkan ketika tengah menghadap Imam Baqir as., ia bersandar dengan tangannya seraya berkata, “Aku berangan-angan untuk mengalami kepemimpinan Imam Mahdi af dalam keadaan masih muda (dan dengan kekuatan masa muda).” Imam as. bersabda, “Apakah engkau tidak suka musuh-musuhmu saling membunuh dan kita berada di dalam rumah dengan aman? Jika Imam Mahdi af. muncul, kalian akan diberi kekuatan yang dimiliki oleh empat puluh orang. Lalu hati kalian menjadi kuat bagai potongan besi, yang jika hati tersebut dilemparkan ke gunung, maka gunung akan terbelah dan berpindah dari tempatnya. Kemudian kalian akan menjadi para pemimpin di dunia.”[83]

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika waktu  didirikannya pemerintahan Imam Mahdi af. telah tiba, rasa takut akan hilang dari hati kalian dan berpindah ke hati musuh. Pada waktu itu, pengikut kami akan menjadi lebih tajam dari tombak dan lebih berani dari pada harimau. Seorang dari pengikut kami akan menikam musuhnya dengan tombak, menyayatnya dengan pedang, dan menginjak-injak dengan kedua kakinya.”[84]

Beliau juga bersabda, “Para pengikut Imam Mahdi  memiliki hati yang kuat dan keras bagaikan baja. Jika diperintahkan untuk memindahkan gunung dari tempatnya, mereka akan menjalankan perintah ini dengan segera. Jika mereka diperintahkan untuk menghancurkan suatu kota, maka mereka akan menghancurkan kota tersebut dengan cepat bagaikan elang .…”[85]

4. Pasukan yang dicintai.

Imam Baqir as. bersabda, “Seakan-akan aku melihat pasukan Al-Mahdi tengah menguasai langit dan bumi. Tak satu pun  di langit dan di bumi yang tidak taat kepada mereka. Semua binatang buas di darat dan burung-burung di langit mematuhinya. Mereka sangat dicintai oleh siapapun, hingga tanah tempat mereka berdiri bangga dan berkata kepada selainnya, ‘Hari ini di atasku berdiri pasukan Al-Mahdi.’”[86]

5. Pecinta kesyahidan.

Imam Shadiq as. bersabda, “Mereka senantisa takut kepada Allah dan selalu mengharapkan kesyahidan. Keinginan mereka adalah terbunuh di jalan Allah. Mereka menjadikan penuntutan darah Imam Husain as. sebagai syiar. Ketika mereka bergerak sejauh jarak sebulan perjalanan, rasa takut menyelimuti hati musuh.”[87] []


Referensi:
[1] As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 168.
[2] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 161.
[3] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 86; Aqdud Durar, 127; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 588.
[4] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 53; Aqdud Durar, hal. 130; As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 211.
[5] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 53; As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1/211.
[6] Nurul Abshar, hal. 138; As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 211.
[7] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 84; Ibnul Munadi, hal. 47; Darmi, Sunan, hal. 98; Aqdud Durar, hal. 126; Ibnu Thawus, Fitan, hal. 49.
[8] Al Iyqadz minal Hij’ah, hal. 266. Lihat pula: Kasyi, Ikhtiyaru Ma’rifatir Rijal, hal. 217; Ibnu Dawud, Rujal, hal. 206.
[9] Al Iyqadz minal Hij’ah, hal. 266. Lihat pula: Bihar al-Anwar, jil. 53, hal. 67; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 561.
[10] Kharaij, jil. 1, hal. 185; Bihar al-Anwar, jil. 41, hal. 296; Mustadrakat Ilmi Rijal Al Hadis, 2: 118.
Mengenai Jabir bin Khabur, meski telah dilakukan banyak penelitian oleh kalangan Syiah dan Ahli Sunnah, tetapi informasi yang didapat tidak terlalu banyak. Sebagian dari informasi itu adalah sebagai berikut:
Imam Shadiq as. menuturkan, “Dahulu, Jabir bin Khabur adalah penjaga kekayaan Mu’awiyah. Ia memiliki seorang ibu yang sudah tua dan tinggal di Kufah. Pada suatu hari, Jabir berkata kepada Mu’awiyah, ‘Aku rindu kepada ibuku. Izinkan aku untuk pergi menemuinya, supaya aku dapat menunaikan tugasku sebagai seorang anak.’“Mu’awiyah berkata, ‘Untuk apa kamu pergi ke kota Kufah? Di sana ada seorang penyihir yang bernama Ali bin Abi Thalib dan aku tidak yakin kalau kamu tidak dapat dibohonginya.’ Jabir menjawab, ‘Aku tidak punya urusan dengan Ali. Aku hanya ingin pergi melihat ibuku dan menunaikan kewajibanku berbakti kepadanya.’ Setelah meminta izin, Jabir pergi memulai perjalanannya. Ketika itu, Imam Ali as. baru saja memenangkan peperangan Shiffin dan meletakkan beberapa pengawas yang bertugas untuk mengawasi lalu lalang setiap orang di Kufah. Ketika Jabir sampai ke kota Kufah, ia ditangkap oleh pengawas tersebut, lalu ia dibawa ke kota. Ali berkata kepadanya, ‘Engkau adalah salah satu dari harta-harta Tuhan. Mu’awiyah telah berkata kepadamu bahwa aku adalah penyihir.’ Jabir berkata, ‘Demi Tuhan ia memang berkata demikian.’
“Imam Ali as. bersabda, ‘Engkau membawa harta dan sebagiannya engkau kubur di suatu tempat bernama Ainut Tamr.’ Jabir mengakui hal itu. Lalu Imam Ali as. meminta Imam Hasan as. untuk menjamunya. Esok harinya, Imam Ali berkata kepada prajuritnya, ‘Orang ini (Jabir) akan menunggu kedatangan Al-Mahdi af di Jabal al Ahwaz …’”
[11] Dalailul Imamah, hal. 248; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 573.
[12] Hushaini, Al Hidayah, hal. 31; Irsyadul Qulub, hal. 286; Hilyatul Abrar, jil. 2, hal. 601.
Ada juga orang-orang lainnya yang akan dibangkitkan untuk membantu Imam Mahdi. Seperti Dawud Ruqaiy, Najm bin A’yan,  Hamran bin A’yan, dan Maysar bin Abdul Aziz. Nama mereka disebut dalam beberapa riwayat; dan dikatakan bahwa mereka akan menyertai Imam Mahdi Aj dalam menegakkan kebenaran.
[13] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 85; Aqdud Durar, hal. 129; Al Hawi lil Fatawa, jil. 2, hal. 69.
[14] Nu’mani, Ghaibah, hal. 315; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 547; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 369.
[15] Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 366.
[16] Abdur Razzaq, Mushannif, jil. 11, hal. 358; Al Mu’jamul Kabir, jil. 7, hal. 268; Hilyatul Awliya’, jil. 3, hal. 24; Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 445.
[17] Mungkin yang dimaksud adalah kabilah Arab di Hamadan.
[18] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 146.
[19] Bihar al-Anwar, jil. 60, hal. 218.
[20] Ibid, jil. 60, hal. 216.
[21] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 148; Raudhatul Wa’idzin, hal. 310; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 304.
[22] Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 268; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 591; Syafi’i, Bayan, hal. 196; Yanabi’ul Mawaddah, hal. 91.
[23] Thusi, Ghaibah, hal. 284; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 518; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 333.
[24] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 142; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 304.
[25] Thusi,Ghaibah, cetakan baru, hal. 477; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 334; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 518.
[26] Ibnu Thawus, Malahim¸ hal. 43; Yanabi’ul Mawaddah, jil. 2, hal. 435; As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 456.
[27] Namanya adalah Samak bin Kharsyah. Al-Marhum Mamaqani berkata mengenai beliau: “Aku menganggapnya sebagai orang yang Husnul Hal… (Tanqihul Maqal, jil. 2, hal. 68)
[28] Raudhatul Wa’idzin, jil. 2, hal. 266.
[29] Kafi, jil. 3, hal. 131; Al-Iyqadz, hal. 290; Bihar al-Anwar, jil. 27, hal. 308.
[30] Jika tempat itu memang berada di Cina yang kini kita ketahui bersama, mungkin saja tempat tersebut terletak di sebuah pulau terpencil atau di tempat lain.
[31] Bihar al-Anwar, jil. 54, hal. 316.
[32] Ibid.
[33] Al Isra’ : 104.
[34] Bihar al-Anwar, jil. 54, hal. 316.
[35] Al A’raf: 159.
[36] Bihar al-Anwar, jil. 54, hal. 316.
[37] Ibid.
[38] Al Maidah: 14
[39] Kafi, jil. 5, hal. 352; At Tahdzib, jil. 7, hal. 405; Wasailus Syi’ah, jil. 14, hal. 56; Nurut Tsaqalain, jil. 1, hal. 601; Tafsir Burhan, jil. 1, hal. 454; Yanabi’ul Mawaddah, hal. 422.
[40] جابلقا dan جابرسا
[41] Bihar al-Anwar, Jil. 54, hal. 334; dan jil. 26, hal. 47.
[42] Syi’ah berkeyakinan bahwa setelah kedatangan Imam Mahdi af., sekelompok Imam Maksum, sekelompok orang yang beriman, dan juga sekelompok orang kafir akan dibangkitkan dan dihidupkan kembali. Terdapat puluhan riwayat yang dapat menjadi argumentasi terhadap keyakinan ini. Dalam kitab As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, Almarhum Ayatullah Walid telah membahas permasalahan ini secara panjang lebar. Akhir-akhir ini, Hujjatul Islam wal Muslimin Mirsya Walad menerjemahkan kitab tersebut ke dalam bahasa Parsia dengan judul Setare e Derakhshan. Lima belas tahun yang lalu, saya juga pernah membuat karya tulis yang berjudul Raj’at az Nazar e Syi’e (Raj’ah menurut Syi’ah) dan juga telah dicetak dan disebarkan. Dalam tulisan itu, saya sering menukil ucapan-ucapan Almarhum Walid.
[43] Al-Iyqadz minal Haj’ah, hal. 269.
[44] Kasyi, Rijal, hal. 402; Al-Khulashah, hal. 98; Qabhai, Rijal, jil. 2, hal. 289; Al-Iyqadz, hal. 284; Bihar al-Anwar, jil. 54, hal. 4; Mu’jam Rijalil Hadis, jil. 6, hal. 259.
[45] Al-Iyqadz, hal. 264.
[46] Dalailul Imamah, hal. 320; Al-Mahajjah, hal. 46.
[47] Kamaluddin, jil. 2, hal. 654; Al-Ayashi, Tafsir Al-Asyashi, jil. 2, hal. 56; Nurut Tsaqalain, jil. 1, hal. 139 dan jil. 4, hal. 94; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 323.
[48] Uyun Akhbarir Ridha, jil. 1, hal. 59; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 310.
[49] Majma’uz Zawaid, jil. 7, hal. 315.
[50] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 64; Al Fatawi Al Hadisah, jil. 31.
[51] Kamaluddin, jil. 2, hal. 671; Bashairud Darajat, hal. 311; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 286.
[52] Dalailul Imamah, hal. 248; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 573.
[53] Raudhatul Wa’idzin, hal. 266; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 55.
[54] Durarul Akhbar¸ jil. 1, hal. 258.
[55] Kamaluddin, jil. 2, hal. 654; Ayashi, Tafsir, jil. 1, hal. 134; Nurut Tsaqalain, jil. 4, hal. 98, dan jil. 1, hal. 340; Al-Adadul Qawiyah, hal. 65; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 548.
[56] Al-Mustajad, hal. 511.
[57] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 65.
[58] Nu’mani, Ghaibah, hal. 307; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 545.
[59] Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 578; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 307 dan 367; Bisyaratul Islam, hal. 190.
[60] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 106; Aqdud Durar, hal. 143.
[61] Kamaluddin, jil. 2, hal. 672; Ayashi, Tafsir, jil. 1, hal. 67; Nu’mani, Ghaibah, hal. 315; Bihar al-Anwar, jil. 2, hal. 368; Kafi, jil. 8, hal. 313; Al Mahajjah, halamn 19.
[62] Al Baqarah: 148.
[63] Firdausul Akbar, jil. 2, hal. 449.
[64] Raudhatul Wa’idzin, jil. 2, hal. 623; Aqdud Durar, hal. 56; Muttaqi Hindi, Burhan, halamn 145.
[65] Bihar al-Anwar: jil. 52, hal. 324; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 582; Terjemahan jil. ke 13 Bihar al-Anwar, hal. 916.
[66] Majma’ul Bayan, jil. 1, hal. 231; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 524; Nurut Tsaqalain, jil. 1, hal. 140; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 291.
[67] Nu’mani, Ghaibah, hal. 316; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 198; Bisyaratul Islam, hal. 198.
[68] As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1, hal. 157; Aqdud Durar, hal. 96.
[69] Tentang Khutbah Al Bayan, Almarhum Walid dalam catatan kaki kitab As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, menuturkan, “Kami menukil khutbah ini dari kitab Dauhatul Anwar karya Syaikh Muhammad Yazdi. Tetapi, tidak hanya terbatas pada kitab ini saja, bahkan tercantum dalam kitab-kitab yang lain pula. Agha Buzurg Tehrani menyebutkan beberapa kitab tersebut dalam kitab adz-Dzari’ah: jil. 7, antara lain :
  1. Qadhi Sa’id Qomi, dalam syarah Hadis Ghamamah, 1103 H;
  2. Muhaqqiq Qomi, Jami’ As Syatat, hal. 772;
  3. Sebuah catatan dalam perpustakaan Imam Ridha as, 729 H;
  4. Sebuah catatan yang ditulis oleh Ali bin Jamaluddin, 923 H;
  5. Khulasatut Tarjuman;
  6. Ma’alimut Tanzil.
Dalam khutbah ini terdapat beberapa kalimat yang kandungannya tidak sesuai dengan Tauhid. Tapi kalimat-kalimat itu tidak ditemukan di semua teks khutbah. Oleh karena itu, pasti orang-orang Ghulat yang telah menanmbahkannya.
Tapi kalimat-kalimat seperti “Aku yang menunmbuhkan dedaunan dan aku juga yang membuahkan buah-buahan”, sering kali didapatkan dalam riwayat-riwayat lainnya. Seperti halnya kalimat-kalimat “Karena kami pohon-pohon memberikan buahnya, buah-buahnya menjadi matang. Dan karena kami air sungai mengalir, hujan turun, dan tanah menumbuhkan tumbuhan-tumbuhannya.” Dalam doa-doa Ziarah Mutlaqah kita sering membaca seperti ini:
“…karena kalian pohon-pohon tumbuh. Karena kalian pula pohon-pohon memberikan buahnya…”
Oleh karena itu, jika kita menemukan hal-hal yang bertentangan dengan Al-Qur’an, maka itu bukan dari para Maksumin. Tapi dengan palsunya beberapa kalimat dalam khutbah di atas, bukan berarti kita tidak menerima khutbah itu secara keseluruhan.
[70] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 308.
[71] Al Hijr: 75.
[72] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 386.
[73] Ayashi, Tafsir, jil. 2, hal. 56; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 341.
[74] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 308.
[75] Ibid.
[76] Ibid, hal. 310.
[77] Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 585.
[78] Thusi, Ghaibah, hal. 284; Nu’mani, Ghaibah, hal. 315; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 145; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 192; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 334; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 517.
[79] Kamaluddin, jil. 2, hal. 673; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 317, dan 327.
[80] Ibid, jil. 2, hal. 673; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 317, 327, 372; Yanabi’ul Mawadah, hal. 424; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 346.
[81] Mufid, Ikhtishahs, hal. 24; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 372.
[82] Ibid, hal. 24; Bashairud Darajat, jil. 1, hal. 124; Yanabi’ul Mawaddah, hal. 448, dan 489; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 557; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 318, dan 372.
[83] Kafi, jil. 8, hal. 282; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 335.
[84] Kharaij, hal. 840; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 336. Lihat pula: “Hilyatul Awliya’, jil. 3, hal. 184; Kasyful Ghummah, hal. 345; Yanabi’ul Mawaddah, hal. 448. Riwayat senada juga diriwayatkan dari Imam Baqir as: Bashairud Darajat, hal. 24; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 189.
[85] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 308.
[86] Kamaluddin, jil. 2, hal. 673; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal.  493; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 327.
[87] Mustadrak al-Wasail, jil. 11, hal. 114.

(Hauzah-Maya/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: