Berbagai riwayat yang menjelaskan tentang kedudukan Sayidah Fatimah az-Zahra sa membuktikan keagungan posisi beliau yang salah satunya dijelaskan dalam hadis Qudsi " لولا فاطمه". Dalam hadis itu dijelaskan posisi risalah kenabian dan imamah.
Riwayat tentang derajat dan kedudukan Sayidah Fatimah sa sangat banyak yang kandungan dari riwayat-riwayat tersebut menjelaskan keagungan posisi insan mulia ini. Berdasarkan riwayat, salah satu makna Fatimah adalah orang yang derajat makrifatnya tidak akan pernah dapat dicapai oleh siapa pun dan mereka tidak akan dapat mengenalnya secara sempurna. Seakan Allah Swt telah menyimpan sebuah rahasia besar dalam diri Sayidah Fatimah sa. Makrifat tentang Allah Swt dan irfan sangat berkaitan erat dengan makrifat tentang Sayid Fatimah sa.
Kita mengetahui bahwa Sayidah Fatimah bukan nabi atau imam, lalu apa yang membuat derajat dan posisi beliau sedemikian tinggi selain kenabian atau imamah. Yang jelas, seberapa pun kita berusaha kita tidak akan mampu mencapai makrifatnya permata langit ini. Akan tetapi kita dapat menyebutnya sebagai pokok penghambaan.
Penghambaan berarti tidak memiliki apapun kecuali semuanya dari Allah Swt, dengan demikian seorang hamba sejati adalah cermin dari Sang Pencipta. Oleh karena itu, Imam Ja'far as-Shadiq as berkata mengatakan bahwa penghambaan adalah sebuah pokok yang intinya adalah ketuhanan. Pokok itu adalah yang hilang dari diri manusia dan rahasia irfan.
Dalam riwayat disebutkan bahwa mengenal Sayidah Fatimah sa berarti mengenal Lailatul Qadr, ketika tujuan dari seluruh irfan adalah memahami hakikat Lailatul Qadr, dan sesungguhnya seorang arif sejati adalah orang yang menyaksikan dan merasakan peristiwa penurunan al-Quran pada malam itu.
Apa yang tersingkap untuk umat manusia adalah mengenai kedudukan kenabian dan imamah sebagi penyempurna agama yang disampaikan oleh kenabian. Hanya sebagian kelompok yang memahami bahwa apa yang tersisa dari derajat imamah yang juga termasuk dalam rahasia langit, adalah rahasia wujud Sayidah Fatimah sa itu sendiri yang tersembunyi di balik kemaksuman.
Dengan demikian imamah adalah penyermpurna kenabian dan inti dari penghambaan adalah penyempurna imamah, namun justru di sini letak tiga tahapan dan derajat itu menyatu secara utuh dan sempurna dalam wujud Rasulullah dan bahwa kedudukan Rasulullah Saw lebih tinggi dari para imam maksum. Kedudukan imamah termanifestasi dalam pribadi Imam Ali as sementara kedudukan penghambaan termanifestasi pada pribadi Sayidah Fatimah sa.
Oleh karena itu, terkait perjalanan kemunculan hakikat wujud Rasulullah Saw harus dikatakan bahwa tahapan penghambaan lebih tinggi dari derajat kenabian dan imamah, oleh sebab itu pula apa yang terdapat dalam diri Sayidah Fatimah sa merupakan tahapan tertinggi untuk manusia yang juga menjadi tujuan dari kenabian dan imamah itu sendiri.
Banyak riwayat yang dinukil dari Rasulullah Saw dan para imam maksum dan juga hadis-hadis qudsi yang menjelaskan kedudukan Sayidah Fatimah sa di antaranya hadis qudsi yang ditujukan kepada Rasulullah;
« لولاک لما خلقت الافلاک . و لولا علی لما خلقتک . و لو فاطمه لما خلقتکما»
"Jika bukan karena kamu [Muhammad] maka tidak akan Aku ciptakan semesta. Jika bukan karena Ali maka tidak akan Aku menciptakanmu. Dan jika bukan karena Fatimah maka tidak akan Aku ciptakan kalian berdua."
Dalam menjelaskan makna hadis tersebut harus dikatakan bahwa ada tiga hal yang dijelaskan dalam hadis qudsi itu yaitu tujuan penciptaan alam semesta, keunggulan derajat imamah di atas kenabian, dan keunggulan derajat penghambaan di atas dua derajat tersebut.
Pada bagian pertama Allah Swt berfirman "Jika bukan karena kamu [Muhammad] maka tidak akan Aku ciptakan alam semesta" berarti bahwa manusia sempurna adalah tujuan utama penciptaan alam semesta dan merupakan penekanan Allah Swt terhadap faktor utama dalam penciptaan.
Adapun dalam bagian kedua disebutkan, "Jika bukan karena Ali, maka Aku tidak akan menciptakanmu [Muhammad]." Pada bagian riwayat ini disebutkan keunggulan posisi imamah di atas kenabian. Kita tahu bahwa makna kenabian adalah penyampai pesan, akan tetapi derajat imamah lebih tinggi dan derajat itu adalah pencapaian ketauhidan yang sempuna setelah fana dari diri.
Berdasarkan ayat-ayat al-Quran, Nabi Ibrahim setelah melalui berbagai tahapan beliau sampai pada derajat imamah meski pada saat yang sama beliau adalh seorang nabi. Rasulullah Saw juga telah mencapai derajat imamah, akan tetapi ciri utama Imam Ali adalah imamah sementara ciri lahiriyah Rasulullah adalah kenabian.
Oleh karena itu di sini yang dibahas bukan masalah keunggulan Imam Ali as di atas Rasulullah Saw, melainkan keunggulan posisi imamah dibandingkan kenabian, karena tidak diragukan lagi bahwa Rasulullah Saw lebih mulia dan unggul dibandingkan Imam Ali as. Imam Ali sendiri dalam sebuah riwayat mengatakan,
«انا عبد من عبید محمد»
"Aku hanya seorang hamba (budak) di antara hambah-hamba Muhammad"
Adapun pada bagian ketiga dari riwayat tersebut Allah Swt berfirman, "Jika bukan karena Fatimah maka Aku tidak akan menciptakan kalian berdua." Bagian ini mengisyaratkan bahwa meski derajat tersebut telah sampai pada tingkat kesempurnaan, akan tetapi derajat tersebut menjadi cici khas Sayidah Fatimah sa, yaitu penghambaan.
Oleh karena itu ungkapan «لولا فاطمه لما خلقتکما» berarti bahwa tanpa penghambaan maka Allah tidak akan menciptakan Nabi Muhammad dan Imam Ali karena keduanya tidak akan sempurna tanpa penghambaan. Dan ini menjelaskan bahwa kenabian dan imamah merupakan mukaddimah dari penghambaan.
Meski unsur penghambaan itu telah sempurna dalam diri Rasulullah dan juga Imam Ali as, akan tetapi unsur tersebut menjelma secara khusus pada diri Sayidah Fatimah. Dengan demikian, jelas bahwa jika seseorang dapat mencapai derajat penghambaan dengan sempurna maka derajatnya lebih tinggi dari kenabian dan imamah.
Karena sesungguhnya nabi dan imam pun memikul tanggung jawab kenabian dan imamah mereka karena penghambaan. Ini berarti derajat tertinggi di sisi Allah Swt adalah penghambaan. Dengan kata lain, kenabian dan imamah adalah predikat yang berkaitan dengan umat sementara penghambaan atau ubudiyah menjelaskan arah dan tujuan hakiki yang jelas lebih tinggi dari kenabian dan imamah.
Sumber: IRIB Indonesia
Post a Comment
mohon gunakan email