Pesan Rahbar

Home » » SYIAH MASUK DAERAH JAWA BAGIAN KEEMPAT

SYIAH MASUK DAERAH JAWA BAGIAN KEEMPAT

Written By Unknown on Tuesday 8 July 2014 | 22:16:00

Mataram Islam mempunyai nilai-nilai ajaran irfan/sufisme yang maju dan tidak hanya bersifat lisan akan tetapi juga telah tertuliskan. Nilai-nilai sufisme Mataram tertulis dalam serat-serat sastra jawa kuno. Nilai-nilai spiritual jawa kuno ini di Mataram adalah budaya tertulis Kejawen dan sama sekali tidak bernuansa Hindu atau Budha. Seperti yang dikatakan oleh Nancy Florida seorang ahli serat-serat sastra jawa kuno dalam sebuah interview tanya jawab yang dimuat oleh Kompas, 22 Maret 2009.

Dalam buku Membaca Post-Kolonialitas Nancy menulis,
?Saya ingin merenggangkan gambaran ?fiksi? yang melukis tembok kraton Mataram sebagai benteng kukuh (seolah-olah tanpa pintu) yang melestarikan dibaliknya suatu kebudayaan asli Hindu-Budha yang bertentangan dengan islam.? ?Waktu tembok keraton itu didirikan (lengkap dengan pintunya) dunia intelektual keraton dan intelektual pesantren tidak hidup dalam pertentangan binaris.?

Kemudian penanya: ?Jadi, sebenarnya dimana pengaruh Hindu pada suluk ataupun wirid? Selama ini selalu ada pandangan pengaruh Hindu sangat kuat pada Jawa?

Nancy menjawab: ajaran tasawuf yang berbentuk puisi itu disebut suluk, sedangkan yang dalam bentuk prosa disebut wirid. Dalam budaya jawa lebih banyak suluk. Banyaknya karya suluk ini menandakan bahwa pengajaran sastra Jawa sangat kuat pada abad ke 16.

Ya pengajaran tasawuf sangat kuat dan sophisticated di abad ke 18 dan 19. Suluk itu lebih kuat karena pengaruh islam, bukan Hinduisme.?
Kemudian penanya: ?Bagaimana dengan wayang? juga ritual-ritual Jawa yang dianggap Hindu??
Nancy menjawab: ?Kalau kita lihat wayang, wayang itu telah disambung-sambungkan dengan dunia islam. Kita lihat juga Ajisaka. Menarik sekali itu cerita legenda awal tanah jawa. Ajisaka kan belajar ke Mekkah, itu yang mendirikan Hindu Jawa?.. Yang dianggap oleh awam sebagai Hindu itu sebenarnya adalah tasawuf Islam. Tidak seperti islam dipraktekkan sekarang.?
Kemudian penanya: ?jadi ada suatu politik kolonial yang mencoba mengkorting pengaruh islam, terutama setelah perang Diponegoro?

Nancy menjawab: ?Menurut saya begitu. Dari 500 naskah di kraton Surakarta, hanya 17 yang berbau Hinduisme. Selebihnya Islam. Ini kan menarik. Jadi, kalau kraton di Jawa terutama diwakili oleh kraton Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta selama ini dicitrakan sebagai Hinduistik, itu sama sekali salah. Kalangan berpengaruh di dalam kraton, termasuk para penasehat spiritual dan pujangga bahkan umumnya mendapatkan pendidikan agama di pondok pesantren. Di masa lalu, islam (di kraton) lebih fleksibel karena lebih cenderung pada tarekat.?

Pengajaran tasawuf dikatakan oleh Nancy marak pada abad ke 18 sampai abad ke 19. Tentunya pengajaran di masa itu sudah sistematis disertai dengan diktat-diktat budaya tertulis yaitu suluk dan wirid. Lembaganya juga sudah formal yaitu lembaga-lembaga pesantren. Akan tetapi pasti terdapat masa-masa panjang sebelumnya yaitu masa pembentukan budaya tertulis kejawen di pulau Jawa itu sendiri. Yaitu budaya lisannya. Periode ini semestinya mengambil masa yang lebih panjang. Bisa 5 sampai 6 abad sebelumnya.

Sedikit-banyak wawancara dengan Nancy diatas telah menunjukkan bahwa spiritual Kejawen bukanlah berasal dari Hindu akan tetapi berasal dari Islam. Wilayah Jawa adalah titik kedua monotheisasi Nusantara oleh peradaban Islam setelah wilayah Aceh yang merupakan wilayah dakwah Islam pertama. Islam adalah simbol monotheisme yang sangat sukses dianut oleh masyarakat di pulau Jawa. Akan tetapi anehnya peninggalan riwayat-riwayat pengislaman masyarakat hampir tidak ditemukan. Kalau berdasar sejarah komunitas Islam awal pertama di Nusantara, Perlak/Lamuri adalah wilayah islam pertama. Maka ada kemungkinan masuknya orang-orang Islam Perlak ke Jawa dan mengislamkan masyarakatnya adalah setelah tahun 988 Masehi. Karena pada tahun tersebut terjadi perang saudara di Perlak yang memecah kesultanan Perlak menjadi dua Negara yaitu Perlak pedalaman yang beraliran Sunni dan Perlak pesisir yang beraliran Syiah.

Jejak Peninggalan Antropologi Budaya Masyarakat dan Arkeologi yang Mengindikasikan Adanya Pengaruh Islam Syiah dari Persia di pulau Jawa pada masa awal penyebaran Islam di Nusantara.
Dugaan kuat pengaruh Islam syiah Persia di pulau Jawa sesuai dengan fakta yang tertera pada batu nisan atas nama Fatimah Binti Maimun. Nama tersebut untuk ukuran situasi pada jaman dahulu yang tertera pada angka tahun yaitu tahun 1086 Masehi sangat kental bernuansa Syiah. Huruf dan pola prasasti nisan tersebut juga memiliki pola Persia. hal tersebut semakin memperkuat argumentasi bahwa agama Islam yang masuk ke Nusantara pada masa awalnya dan mampu mengislamkan sebagian besar penduduk Nusantara adalah agama Islam yang bermazhab syiah.

Tauhid mazhab Islam syiah mempunyai kesamaan dengan Spiritual Kejawen, bahkan identik. Paham pandangan dunia Ilahiah-nya mazhab Syiah identik dengan manunggaling kawula Gusti-nya Spiritual Kejawen dan paham Wahdatul Wujud-nya Syekh Siti Jenar.

Oleh karena itu besar sekali kemungkinan bahwa Spiritual Kejawen berasal muasal dari Tauhid mazhab Islam syiah. Karena kalau berdasarkan sejarah masuknya Islam di Nusantara maka sejak kehadirannya oleh walisanga, Islam tidak pernah mengalami dimana pengajaran nilai-nilai sisi esoteris menonjol. Para walisanga adalah mubaligh Islam yang kental dengan kultur Arab Islam Sunni. Dan kultur Islam Hadhramauth cenderung menampilkan sisi eksoteris atau sisi luar yang simbolik dari Islam seperti kajian fiqih dan syariat saja hingga sampai masa sekarang ini. Apabila kita mengacu kedatangan Islam di Nusantara berasal dari dakwah Walisanga sebagai sebuah kebenaran, maka sama saja dengan kita menganggap bahwa sisi esoteris islam (spiritual kejawen) tidak pernah mengalami masa keemasan di Nusantara Jawa ini.

Kemudian apabila dilihat dari peninggalan-peninggalan simbol-simbol ritual terdapat satu kesamaan antara spiritual Kejawen dengan Islam Syiah yang luar biasa tepat. Yaitu suatu tradisi ritual Kejawen yang berlangsung pada bulan Muharram. Bulan Muharram mempunyai nilai khusus bagi masyarakat Kejawen. Sebenarnya bulan ini juga mendapatkan perlakuan khusus dalam tradisi Islam, baik Islam Sunni maupun Islam Syiah. Akan tetapi perlakuan khusus untuk bulan Muharram pada tradisi spiritual kejawen lebih mirip dengan tradisi Islam Syiah daripada perlakuan khusus terhadap bulan Muharram pada Islam Sunni. Muslim Sunni menganggap bulan Muharram sebagai bulan kegembiraan dan penuh kemenangan karena peristiwa hijrah. Oleh karena itu Islam Sunni menyambut bulan Muharram dengan perayaan-perayaan yang mengekspresikan kegembiraan.

Sedangkan spiritual Kejawen dan Islam Syiah sama-sama menetapkan bulan Muharram sebagai bulan yang penuh dengan kesedihan dan keprihatinan. Islam Syiah menjadikan bulan Muharram ini sebagai bulan kesedihan karena pada bulan tersebut terjadi peristiwa tragedi yang mengenaskan. Yaitu tragedi pembantaian Al-Husein cucunda nabi di padang Karbala. Peristiwa tersebut juga disebut dengan peristiwa Asyura (baca: Asyuro). Orang-orang spiritual Kejawen pada bulan ini juga masyarakatnya dilarang bersenang-senang, dilarang menikahkan anak, dilarang mengadakan pesta. Bulan Muharram harus diisi dengan penuh keprihatinan dan menempuh asketisme yang serius.

Darimana orang-orang spiritual Kejawen mendapatkan pengetahuan akan kekhususan bulan Muharram yang penuh keprihatinan? Yang jelas bukan dari Hindu, karena penanggalan kejawen adalah sama dengan penanggalan Islam dan bukan penanggalan Hindu. Jadi apabila peringatan kesedihan Muharram itu dilaksanakan setiap tahunnya atas dasar penanggalan Jawa maka hari tragedinya akan bergeser menurut bulan pada tahun Saka yang merupakan sistem penanggalan Hindu.

Kemudian orang-orang spiritual Kejawen juga menamai nama bulan Muharram dengan nama Kejawen yaitu dengan nama: Syuro. Pertanyaannya adalah: darimana orang-orang spiritual Kejawen menamai bulan Muharram dengan nama Syuro? Betapa miripnya nama bulan Kejawen ini dengan nama tragedi umat muslim syiah yang terjadi di bulan Muharram yaitu tragedi Asyuro. Yang jelas tidak ada peringatan tragedi Asyuro pada bulan Muharram pada umat muslim Sunni. Bahkan nama Asyuro sama sekali tidak dikenal dalam khasanah perbendaharaan kata pada umat muslim Sunni.
Babad Diponegoro: Fakta Takterbantahkan Akan Akar Kesyiahan Kraton Yogya di Masa Awal
Terdapat sebuah babad (cerita sejarah) Mataram terbitan terakhir yang khusus. Babad terbitan terakhir ini khusus karena isinya merupakan biografi si penulis. Selain itu juga karena si penulis membuatnya di luar wilayah Mataram. Si penulis ini adalah Pangeran Diponegoro. Beliau menulis buku babad yang kemudian disebut dengan babad Diponegoro ini di pengasingan. Buku babad ini masih asli, tidak sempat di’modifikasi’ oleh tangan-tangan ‘ahli’ budaya asia tenggara pemerintah Hindia Belanda.

Penulis babad tersebut, adalah Pangeran Diponegoro sendiri merupakan putra Mataram, beliau putra sulung Sultan HB III. Walaupun secara umum pada masa muda Pangeran Diponegoro. masyarakat mengenal beliau sebagai pengikut tarekat Sattariyyah, akan tetapi menjelang awal perjuangannya yang tertulis pada uraian beliau sendiri dalam babadnya, mengindikasikan bahwa beliau adalah pengikut ahlul bayt. Terdapat sepenggal kisah dalam babad tersebut yang mengisahkan suatu perintah oleh seseorang kepada Pangeran Diponegoro. Dalam babad tersebut perintah yang turun kepada beliau adalah perintah perang melawan Belanda. Perintah itu turun dari seseorang yang kedudukannya lebih tinggi dari beliau, yaitu suatu perintah dari Ratu Adil. Melihat penyampaian bahasa sastra puisi oleh beliau dalam babad yang menggambarkan suatu sejarah (Puisi sekaligus prosa), sepertinya wacana Ratu Adil adalah suatu hal umum di masyarakat Mataram pada saat itu. Babad tersebut menampilkan bahwa seolah-olah masyarakat Mataram pada awal abad ke 19 telah terbiasa dan familier dengan terminologi konsep Ratu Adil, bukanlah sesuatu hal yang asing dan khusus bagi mereka sehari-hari. Dalam babad tersebut diceritakan bahwa Ratu Adil memanggil beliau (Pangeran Diponegoro). Kemudian terjadi juga dialog antara Ratu Adil dengan Pangeran Diponegoro.


Konsep tentang Ratu Adil terdapat dalam hampir semua budaya besar yang pernah eksis di dunia ini. Konsep tersebut terdapat dalam Islam, Hindu, Kristen, Yahudi, Zoroaster dan budaya-budaya lainnya. Akan tetapi apabila kita membaca buku babad, konsep dan ciri dari Ratu Adil yang digambarkan dalam babad Diponegoro tersebut hanya mempunyai persamaan bahkan identik dengan terminologi Ratu Adil menurut Islam mazhab Syiah. Pada babad digambarkan Ratu Adil memakai surban hijau. Dalam syiah surban hijau merupakan identitas Sayyid (keturunan Rasulullah) yang mempunyai kedudukan tinggi. Cerita pada babad melukiskan bahwa Ratu Adil wajahnya mengeluarkan cahaya yang kemilau. Demikian pula dalam riwayat-riwayat orang-orang syiah yang mengalami penyaksian berjumpa dengan Imam Mahdi (Ratu Adil) di Persia, mereka mengatakan bahwa beliau (Imam Mahdi) bercahaya wajahnya. Kemudian persamaan yang paling penting bahwa dalam mazhab syiah Imam Mahdi diyakini telah hadir (telah dilahirkan). Konsep Mahdiisme yang mana figur Al-Mahdi diyakini sudah eksis di dunia ini hanya memiliki persamaan dengan cerita pada babad Pangeran Diponegoro tersebut. yang mana dalam babad diceritakan bahwa beliau berdialog dengan Imam Mahdi. Secara tidak langsung cerita dalam babad itu mendeskripsikan bahwa Imam Mahdi sudah eksis (sudah lahir), sama dengan konsep Mahdiismenya mazhab syiah. Pada budaya-budaya lain termasuk dalam terminologi Islam sunni, figur juru selamat akhir zaman ini (Al-Mahdi) diyakini belum lahir.

NB:
Patut diketahui, perang Diponegoro yang merupakan perintah Imam Mahdi kepada Pangeran Diponegoro ini bukanlah perang remeh. silahkan dilihat di wikipedia, perang ini berskala internasional. Perang ini membawa korban 8000 orang asli kulit putih Belanda. Hal ini menjadikannya Perang Diponegoro atau perang Jawa sebagai perang kolonial dengan korban dari pihak penjajah kulit putih Eropa terbesar di dunia sepanjang sejarah kolonialisme. Tidak sebuah perang koloniaolisme-pun baik di Amerika Utara, Afrika, Amerika Tengah, Asia Tenggara, Amerika Selatan, Asia Selatan yang membawa korban dari pihak penjajah Eropa yang berkulit putih sebanyak perang Diponegoro. Penduduk negeri Belanda sendiri di masa itu belum mencapai 1 juta jiwa.


kemudian patut diketahui pula bahwa Belanda dengan bantuan keuangan yang misterius pada abad ke 17 itu disponsori membentuk angkatan darat terkuat di dunia untuk mensukseskan kolonialisme di pulau Jawa. Hal ini diakui oleh kerajaan Inggris yang menyatakan bahwa Belanda pada abad ke 17 mempunyai angkatan darat terkuat di dunia.

Selain itu berdasarkan sumber babad Diponegoro itu dapat disimpulkan bahwa tujuan Perang Diponegoro tersebut bukanlah mengusir penjajah Belanda, akan tetapi mempertahankan keislaman masyarakat Jawa, dan tujuan tersebut berhasil. terbukti dengan setelah masa perang usai, Belanda mempergiat aksi misionaris di pulau Jawa. Selain itu digalakkan pula aksi indianisasi (berusaha menghapus sumber-sumber sejarah budaya masyarakat Jawa dengan gubahan mereka, yang kemudian menampilkan kepada masyarakat bahwa seolah2 masyarakat Jawa pada awalnya beragama Hindu). Tapi praktik Indianisasi ini juga gagal, hanya berhasil di lingkungan istana/keraton. Tapi perjuangan P. Diponegoro lebih ke pedesaan, sehingga resistensi masyarakat pedesaan kuat menghadapi serangan 'budaya' atau indianisasi dari pihak Belanda.

Salah satu 'karya' Indianisasi yang sekarang 'sukses' adalah kitab babad tanah jawi, Buku Babad ini diciptakan setelah Perang Diponegoro usai. dibalik digubahnya kitab ini sangat jelas bahwa isi kitab ini sangat bernuansa Indianisasi Belanda berkenaan dengan silsilah keturunan raja-raja Mataram Islam kepada raja-raja Majapahit. pada buku babad ini ditampilkan cerita yang sangat 'maksa' bahwa Ki Bondan Kejawan sebenarnya adalah keturunan Prabu Brawijaya V. 


Silahkan yang mau berbagi forum disini: http://forum.republika.co.id/showthread.php?2346-Pribumi-Indonesia-Adalah-Keturunan-Rasulullah-yang-Bermazhab-Ahlulbayt-(Syiah)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: