Pesan Rahbar

Home » , , , » Asyura dan Perang yang Akan Datang

Asyura dan Perang yang Akan Datang

Written By Unknown on Wednesday, 20 August 2014 | 20:30:00

Data:

Oleh: vineyard of saker

Jika ada sebuah peristiwa yang sangat sentral dalam etos Muslim Syiah, maka itu adalah kesyahidan (martyrdom) Imam Husain bin Ali (cucu Muhammad, Nabi Islam) dan 72 pengikutnya di tangan 40 ribu pasukan yang kuat dari Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan pada 680 M dalam Perang Karbala. Sekilas rentetan kisah perang itu dikisahkan kembali dalam situs gerakan perlawanan Islam di Lebanon.

Kemenangan Darah atas Pedang
Kesyahidan Husain bin Ali telah memberi makan bagi pikiran dan pengabdian banyak generasi hingga hari ini. Ia telah mendapatkan banyak interpretasi, dan setiap generasi memandang perjuangannya dalam makna perjuangan al-Husain. Dalam pengertian ini, maka darah telah mengalahkan pedang dan Imam Husain telah meraih kemenangan sementara Yazid adalah si pecundang.

Sekarang, saya dapat membayangkan bagaimana sebagian pembaca saya, khususnya mereka yang agnostik dan ateis, memutar-putar mata mereka mengenai hal ini dan bertanya-tanya bagaimana semua ini relevan dengan zaman modern. Jawabannya adalah sebuah kesalahan besar untuk mengabaikan keimanan dan kesalehan orang lain hanya kerena kita tidak bisa memahami, atau berbagi dengan mereka.

Syiah, yang telah ditindas selama berabad-abad, telah membangun seluruh kehidupan spiritual mereka di atas teladan kesyahidan Imam Husain bin Ali, dan tiba pada sebuah resolusi yang kuat bahwa mereka tidak akan pernah membiarkan sebuah peristiwa seperti itu (pembunuhan atas seorang hamba Tuhan yang saleh oleh siapa pun yang tidak bertanggung jawab) untuk terjadi lagi.

Nyaris tidak mungkin untuk mengabaikan makna kesyahidan ini bagi Syiah (Jangan kalian menganggap yang terbunuh di jalan Allah itu mati. Tidak, mereka hidup dan di sisi Tuhan, mereka mendapatkan rejekinya, QS. 2:214). Menarik, bahwa kata Arab Syahid memiliki makna yang sama dengan kata Yunani μάρτυς (‘martyr’), yakni ‘saksi’. Dengan kata lain, baik Islam maupun Kristen Ortodoks percaya bahwa menjadi martir (syahid) adalah menjadi saksi sejati bagi Tuhan, dalam kasus Islam melalui teladan Imam Husain dan dalam Kristen melalui teladan Kristus.

Orang-orang Barat yang terdidik gaya “Hollywood” begitu saja menerima kesesatan berpikir bahwa perang hanya dapat dimenangkan lewat teknologi canggih. Dan ketika perang yang akan datang terjadi, maka itu adalah “jet tempur Stealth AS melawan F4 Iran yang kuno atau antara F16 Israel versus Katyusha Hizbullah”. Ini jelas merupakan pandangan yang naif dan bodoh mengenai perang. Perang-perang di masa depan akan menghadapkan dua pasukan tempur: satu pihak adalah mereka yang percaya bahwa perangkat keras akan memenangkan perang bagi mereka atas orang-orang saleh yang, di atas segalanya, berketetapan untuk tidak membiarkan kebenaran digagahi lagi oleh kejahatan dan yang memandang kesyahidan sebagai berkah tertinggi yang manusia bisa dambakan.

Tidak seperti para Wahabi, Syiah tidak mencari peperangan. Mereka pada kenyataannya akan berupaya menghindari itu selama mungkin. Namun demikian, mereka melakukan itu dengan kesadaran penuh bahwa mereka akan menghadapinya jika situasi menuntut hal itu.

Sekitar dua juta Muslim Syiah berpawai menuju Karbala pada tahun ini, dan jutaan lainnya berkumpul di sekeliling Hassan Nasrallah di Beirut untuk memperingati Asyura. Massa yang besar ini berkumpul ketika para pemimpin mereka mewanti-wanti akan risiko perang yang sangat mungkin terjadi (lihat pidato Hassan Nasrallah). Perang-perang yang akan datang mungkin akan mengambil banyak bentuk: Israel menginvasi Gaza; Israel menginvasi Lebanon; Israel menyerang Iran; dan AS menyerang Iran; atau kombinasi dari tiap-tiapnya. Apa yang harus dipahami para pemimpin Imperium Global adalah bahwa dunia Syiah lebih siap untuk menghadapi mereka. Mereka juga harus mengingat kata-kata Mark Twain bahwa, “Ini bukan soal ukuran anjing dalam pertarungan tetapi ukuran pertarungan dalam anjing,” yang akan menentukan hasilnya.
Apakah mereka yakin memiliki ruh petarung dalam diri mereka dibandingkan dengan apa yang akan mereka hadapi dari diri para “tentara” Syiah?

Tulisan di atas dikutip dari blogger yang mengaku non-Muslim dengan nama vineyard of saker, disertai permintaan maaf kepada para pembacanya yang Syiah jika penafsirannya tentang peristiwa di Karbala tidak sesuai dengan tradisi Syiah.

Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: