Pesan Rahbar

Home » , , » khutbah Imam Ali Memberi peringatan kepada kelompok Muhajirin dan Anshar yang telah mengkhianati beliau as

khutbah Imam Ali Memberi peringatan kepada kelompok Muhajirin dan Anshar yang telah mengkhianati beliau as

Written By Unknown on Wednesday 13 August 2014 | 00:04:00


“Wahai orang-orang dari Muhajirin dan Anshar, orang-orang yang mendengar kata-kataku, sudahkah kalian mentaati aku untuk sesuatu yang diwajibkan atas diri kalian, maupun itu berupa bai’at kalian kepadaku untuk tunduk ataukah janji kalian kepadaku untuk menerima kata-kataku. Pada hari itu bai’at kalian kepadaku lebih bersemangat daripada bai’at kalian kepada Abubakar dan Umar. Oleh karena itu mengapa mereka, yang telah menentangku, tidak mencabut bai’at mereka dari kedua orang tersebut sampai mereka mati, sementara mereka telah mencabut bai’at mereka kepadaku dan tidak melaksanakan perintah-perintahku ? Tidakkah kalian tahu bahwa bai’at kepadaku adalah kebutuhan kalian, baik bagi yang hadir maupun yang tidak hadir !?…”

Syaikh Mufid, dalam “Al-Irsyad”, jilid 1, hal. 261-262   [Lihat Catatan Kaki no.  23]
————————————–
Pada khutbah yang lain, Imam Ali as berkata :
“Ketika [Q.S. 29:1-2] turun. Saya tahu bahwa fitnah tidak akan menimpa kita selagi Rasul saww berada di antara kita. Maka saya berkata : ‘Wahai Nabi Allah, apakah fitnah yang diberitahukan Allah Yang Mahatinggi kepada anda ?’. Beliau menjawab : ‘Hai Ali, umatku akan menciptakan kekacauan sepeninggalku’ “.

Nahjul Balaghah, khutbah 156. [Lihat  Catatan Kaki no.  24]

———————————————
Dan sebagaimana yang saya singgung di atas, berikut kutipan khutbah Imam Ali as yang memuji para sahabat Rasul saww yang setia, yang di kemudian hari menjadi pendukung dan sahabat beliau as yang setia pula : “Dimanakah saudara-saudaraku, yang telah mengambil jalan (yang benar) dan melangkah dalam kebenaran ? Dimanakah Ammar ? Dimanakah Ibn Tayyihan ? Dimanakah Dzusy-syahadatain ? Dimanakah lainnya yang seperti mereka di antara sahabat mereka, yang telah membai’at sampai mati dan yang kepalanya dibawa kepada musuh yang keji ?”

Nahjul Balaghah, khutbah no. 182. [Lihat Catatan Kaki no.  25]

—————————
KHUTBAH SYIQSYIQIYYAH.


Berikut adalah khutbah Imam Ali as dalam Nahjul Balaghah, yang mengecam perampasan hak imamah dari beliau as :

“Demi Allah, putra Abu Quhafah (Abubakar) membusanai dirinya dengan (kekhalifahan) itu, padahal ia pasti tahu bahwa kedudukan saya sehubungan dengan itu adalah sama dengan kedudukan poros pada kincir. Air bah mengalir menjauh dari saya dan burung tak dapat terbang sampai kepada saya. Saya memasang tabir terhadap kekhalifahan dan melepaskan diri darinya. Kemudian saya mulai berpikir, apakah saya harus menyerang ataukah menanggung dengan tenang kegelapan membutakan dan azab, dimana orang dewasa menjadi lemah dan orang muda menjadi tua, dan orang mukmin yang sesungguhnya hidup di bawah tekanan sampai ia menemui Allah. Saya dapati bahwa kesabaran atasnya lebih bijaksana. Maka saya mengambil kesabaran, walaupun ia menusuk di mata dan mencekik kerongkongan. Saya melihat PERAMPOKAN warisan saya sampai ORANG PERTAMA menemui ajalnya, tetapi mengalihkan kekhalifahan kepada Ibn Khattab sesudah dirinya.

Aneh bahwa selagi hidup ia ingin melepaskan diri dari kekhalifahan, tetapi ia mengukuhkannya untuk yang lainnya setelah matinya. Tiada ragu bahwa KEDUA ORANG INI sama bersaham pada puting-puting susunya semata-mata di antara mereka saja. Yang satu ini menempatkan kekhalifahan dalam suatu lingkungan sempit yang alot dimana ucapannya sombong dan sentuhannya kasar. Kesalahannya banyak, dan banyak pula dalihnya kemudian. Orang yang berhubungan dengannya adalah seperti penunggang unta binal.
Akibatnya demi Allah manusia terjerumus ke dalam kesemberonoan, kejahatan, kegoyahan dan penyelewengan. Namun demikian saya tetap sabar walaupun panjangnya masa dan tegarnya cobaan, sampai ketika ia pergi pada jalannya (mati), ia menempatkan urusan kekhalifahan pada suatu kelompok dan menganggap saya salah satu dari mereka. Tetapi Ya Allah, apa hubungan saya dengan musyawarah ini.
Sehingga ORANG KETIGA dari orang-orang ini berdiri dengan dada membusung antara kotoran dan makanannya. Bersamanya sepupunya bangkit menelan harta Allah seperti seekor unta menelan rumput musim semi, sampai talinya putus, tindakan-tindakannya mengakhiri dirinya dan keserakahannya membawanya jatuh tertelungkup.

Pada waktu itu tak ada yang mengagetkan saya selain kerumunan orang yang maju kepada saya seperti bulu tengkuk rubah, sehingga Hasan dan Husein terinjak dan kedua ujung baju bahu saya robek. Mereka berkumpul di sekitar saya seperti kawanan kambing. Ketika saya mengambil kendali pemerintahan, suatu kelompok memisahkan diri dan satu kelompok lain mendurhaka, sedang sisanya mulai menyeleweng seakan-akan mereka tidak mendengar kalimat Allah yang mengatakan : ‘Negeri Akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa’ [Q.S. 28:83].

Ya, demi Allah, mereka telah mendengarnya dan memahaminya, tetapi dunia nampak berkilau di mata mereka dan hiasannya menggoda mereka. Lihatlah, demi Dia yang memilah gabah dan mencipta makhluk hidup, apabila orang-orang tidak datang kepada saya dan para pendukung tidak mengajukan hujjah, dan apabila tidak ada perjanjian Allah dengan ulama bahwa mereka tak boleh berdiam diri dalam keserakahan si penindas dan laparnya orang tertindas, maka saya akan sudah melemparkan kekhalifahan dari bahu saya, dan memberikan orang yang terakhir perlakuan yang sama seperti orang yang pertama. Maka anda akan melihat bahwa dalam pandangan saya dunia anda ini tidak lebih baik dari bersin seekor kambing”.
Nahjul Balaghah, khutbah “Syiqsyiqiyyah” (khutbah no. 3). [Lihat Catatan Kaki no.  40]
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: