Kebutuhan manusia pada agama dan tafsiran yang benar tentang agama tersebut adalah sesuatu yang abadi. Nabi besar Muhammad SAWW datang dan membawa agama Islam sebagai agama Tuhan yang terakhir, dan seluruh hukum-hukumnya telah diterangkan secara sempurna. Dan setelah beliau wafat, dengan dalil-dalil akal harus ada seseorang yang dipilih dari seluruh manusia yang memiliki kemampuan seperti Nabi dalam bidang ilmu dan Ismah (keterjagaan dari dosa), dan mereka adalah tidak lain para imam yang terpilih.
ان الارض لا يخلو من حجة اما ظاهرا و اما مغفورا
“Sesungguhnya, bumi tidak akan pernah kosong dari seorang Hujjah(Imam), baik ia tampak ataupun tersembunyi”[1]
Syarah:
Sabda ini adalah bagian petikan dari tauqiat (komunikasi tertulis) yang ditulis oleh Imam Zaman af kepada Usman bin Said Al-‘Amri dan putranya Muhammad, beliau setelah berpesan banyak tentang beberapa masalah, kemudian beliau mengingatkan pada suatu permasalahan berikut, beliau bersabda: …dipermukaan bumi, harus selalu ada hujjah Allah SWT, dan tidak dapat dibayangkan walau sedetik pun jika tidak ada seorang Imam Yang maksum (Terjaga dari dosa).
Kebutuhan manusia dan makhluk lainnya kepada seorang imam adalah kelanjutan dari kebutuhan mereka kepada seorang rasul. Kebutuhan manusia kepada seorang yang maksum, baik itu seorang rasul ataupun imam, dapat kita teliti dari beberapa sudut pandang dan pendapat yang berbeda. Salah satunya adalah kebutuhan mereka kepada undang-undang Ilahi dan penafsirannya dari seorang yang maksum. Dalam buku-buku teolog, telah dibuktikan melalui dalil-dalil akal bahwa manusia untuk memperbaiki kehidupan dunianya dan sampai pada kebahagiaan abadi di akherat kelak, membutuhkan seorang rasul.
Kebutuhan manusia pada agama dan tafsiran yang benar tentang agama tersebut adalah sesuatu yang abadi. Nabi besar Muhammad SAWW datang dan membawa agama Islam sebagai agama Tuhan yang terakhir, dan seluruh hukum-hukumnya telah diterangkan secara sempurna. Dan setelah beliau wafat, dengan dalil-dalil akal harus ada seseorang yang dipilih dari seluruh manusia yang memiliki kemampuan seperti Nabi dalam bidang ilmu dan Ismah (keterjagaan dari dosa), dan mereka adalah tidak lain para imam yang terpilih.
Dikarenakan lemahnya masyarakat dalam menerima kebenaran, Imam Zaman af juga mengingatkan pada satu ponit penting, bahwa tidak semua dari para imam harus memimpin suatu pemerintahan atau selalu hadir dan berada di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana juga para nabi dan para washi terdahulu yang tidak semuanya juga mencapai pada sebuah pemerintahan dan sebagian dari mereka juga tidak hadir dalam beberapa waktu di tengah-tengah masyarakat. [ ](Sahib Al-Zaman)
[1] Kamaluddin jilid 2, hal 511, Biharul Anwar jilid 53 hal. 191 catatan ke 19.
Post a Comment
mohon gunakan email