Pesan Rahbar

Home » » Yuhana Mencari Kebenaran

Yuhana Mencari Kebenaran

Written By Unknown on Sunday 3 August 2014 | 14:58:00


Disini satu lagi layar oleh seorang Ilmuan sejarah Hassan Saeed yang telah membukukan penemuannya kedalam bahasa ingeris dan telah diterjemahkan oleh sahabat kami.Sama-samalah kita belajar dan merenung sejauh-jauhnya akan pemahaman kita tentang islam yang kian lama kian pupus dan dimana posisi kita sekarang. .


Prakata Penerjemah

Saya bersyukur ke hadirat Allah di atas limpahan hidayah dan inayah-Nya, salawat dan salam kepada Nabi Muhammad (saw) dan para Imam Ahl al-Bayt (as), para sahabatnya yang tulus ikhlas menaati perintah Allah dan Rasul-Nya.

segala daya dan upaya yang ada, saya telah berusaha untuk menyempurnakan sebuah terjemahan buku yang ditulis dalam bahasa Inggris berjudul "Yuhanna zimmi in search of truth", untuk dialihbahasakan ke Bahasa Malaysia dengan judul "Yuhanna Mencari Kebenaran." Meskipun menghadapi berbagai kerumitan, saya berharap agar buku kecil ini akan dapat memenuhi keinginan para cendikiawan dan intelektual muslim yang mencari-cari sesuatu yang pernah hilang di suatu ketika dahulu.

Kesulitan mungkin dihadapi oleh umat Islam karena buku-buku bercorak Islam yang hakiki tidak begitu banyak ditemukan di dalam bahasa Malaysia . Jadi, saya mengharapkan semoga keilmuan yang berharga ini dapat dimanfaatkan bagi kepentingan Islam umumnya dan umat Islam di Malaysia khususnya.

Setiap keilmuan yang terkandung dalam buku ini seharusnya dievaluasi dengan pikiran yang lebih terbuka tanpa prasangka dalam usaha kita mencari kebenaran yang hakiki. Semoga usaha yang tidak sepertinya ini mendapat keberkahan dari Allah swt Akhir kata, ucapan salawat dan salam ke atas junjungan kita Nabi Muhammad (saw) dan para Imam Ahl al-Bayt (as) (Allahumma salli `ala Muhammad wa Al al-Muhammad).

Pada hari Allah, pencipta alam semesta ini mendirikan keberadaan alam ini, Ia telah menciptakan sebuah lingkungan yang lengkap sempurna, jauh dari segala kekurangan dan cacat dengan maksud agar pada suatu hari nanti, semuanya dapat berjalan dengan baik dan menuju tujuan ketauhidan kepada Allah swt jua .

Di antara makhluk-makhluk ciptaan-Nya, manusia diciptakan dan diberikan dengan akal dan nafsu agar dapat mempergunakan segala fasilitas dan melanjutkan kegiatan hidup mereka di alam maya ini. Namun, manusia tentu tidak bisa menanggapi semua persoalan misteri yang terjadi atau menjalani tahap-tahap kehidupan mereka dengan jaya tanpa mengalami saat-saat kematian dan kehancuran.

Justru itu, Allah menyempurnakan penciptaannya dengan pertolongan dan petunjuk-Nya dengan mengutus para rasul dan nabi dari kalangan mereka sendiri untuk memimpin ke arah jalan yang benar dan lurus. Nabi atau utusan Allah, melalui perutusan wahyu dan karunia kekuatan pemberian Allah, berupaya menyingkapkan tabir yang menghalanginya atau dengan kata-kata lain, mampu menyorot esensi dunia ini ke seluruh wilayah.

Kalaulah seandainya pada hari dan waktu dunia ini ketandusan cahaya kepemimpinan Ilahi, tentulah akan terjadi porak-poranda. Jadi, manusia yang tidak ada daya dan upaya ini, dibebaskan dari tanggung jawab lalu mereka akhirnya menuduh Allah berlaku tidak adil terhadap mereka. Kondisi ini samalah seperti Allah menciptakan manusia tetapi tidak menyediakan makanan yang cukup untuk kebutuhan mereka. Hal ini tentunya mengaibkan lebih-lebih lagi kepada penciptanya sendiri. Namun begitu, pada hakikatnya Allah telah menyediakan kebutuhan makanan itu, tetapi hanya manusia saja yang tidak mau berusaha untuk mencarinya. Lantaran itu, kesalahan harus dipertanggungjawabkan ke atas bahu makhluk dan bukan kepada Khaliqnya.

Golongan Syi`ah juga mereka yang mempercayai kesempurnaan Allah berdasarkan akal yang waras menerima kenyataan ini dan tidak pernah sekali-kali membantahnya. Tidak ada seorang pun yang bisa mengatakan peraturan dan ketetapan Allah ini harus tetap dari dulu sampai sekarang ini, malahan harus berubah. Misalnya, keberadaan alam ini tidak pernah terjadi sbelumnya tetapi itulah aturan yang telah dilaksanakan.

Dunia ini ibarat matahari yang bersinar dan pastinya bersinar. Begitulah juga dengan para nabi yang pasti ada. Kadang kala matahari tersembunyi di balik awan, tapi awan tidak akan dapat menahan sinar matahari. Ketika angin bertiup, awan akan berarak lalu, dan matahari akan kembali seperti sedia kala.

Begitulah juga dengan para nabi dan Imam (pemimpin agama) pasti ada, ibarat logam yang tersembunyi di dalam perut bumi, tentu dapat ditemukan seandainya digunakan peralatan yang khusus untuk mencarigalinya. Nabi saw telah bersabda dengan penuh rasa rendah dirinya kepada Allah: "Barang siapa menjadikan aku sebagai mawlanya, maka Ali juga menjadi mawlanya.".

Sehubungan dengan ini, golongan Syi`ah menjelaskan bahwa pada masa Nabi saw wafat, seorang hamba Allah yang benar-benar beriman kepada-Nya, pasti ada dan dijaga-Nya agar siapa saja yang menginginkan jabatan khalifah itu tidak dapat berbuat sesuatu untuk mengambilnya. Allah pasti memerintahkan Nabi-Nya agar menjelaskan manusia pilihan Allah dan mengangkat status dan kedudukannya di mata manusia waktu itu.

Nabi saw dari mulai sampai beliau wafat, terus menerus berusaha menjelaskan fakta ini melalui berbagai cara dan di berbagai tempat. Ulama Islam telah mengambil inisiatif mencatat sabda-sabda beliau dalam kitab-kitab mereka.

Singkatnya, golongan Syi`ah percaya dan yakin bahwa berdasarkan dalil-dalil hadits dan akal, setelah Nabi saw wafat hanya ada seorang saja yang layak menjadi pemimpin, wajib ditaati dalam ketundukan kepada perintah Allah yaitu Imam `Ali (as).

Hari ini, lebih 120 juta manusia dari berbagai bangsa menjadi pengikut `Ali dengan gelar Syi`ah` Ali. Julukan ini telah diketahui umum sejak dari zaman Nabi dan `Ali lagi, dan setelah itu ia menjadi begitu berpengaruh sampai menjadi lambang bagi golongan yang menunjuk` Ali (as) sebagai khalifah setelah Nabi saw.

Pada tahap awal, perselisihan umat Islam hanya berkisar di sekitar masalah penggantian khalifah. Satu pihak mengenali `Ali sebagai khalifah yang keempat melalui proses ijma` sementara di satu pihak lagi yaitu Syi`ah mengakui beliau sebagai khalifah yang pertama yang telah ditetapkan oleh Allah sendiri. Kondisi ini tidak dapat bertahan lama, sebelum pihak yang pertama tadi mulai mengambil sikap menyisihkan diri dari ajaran Tuhan dengan maksud agar pemilihan berikutnya dibuat berdasarkan pilihan publik (ijma`).

Dengan alasan-alasan yang di luar dari apa yang dibahas ini, mereka mulai menempatkan diri mereka pada kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri manusia, tertipu tidak hanya dalam masalah furu` (cabang) bahkan juga dalam masalah-masalah usul (dasar). Mereka tidak mampu untuk menjelaskan hal-hal ketuhanan, dan membawa manusia ke landasan yang sebenarnya karena yang pasti manusia itu biar bagaimana luas ilmu atau bijak mana sekalipun, tentu tidak mampu mencapai tingkat ilmu tertentu dan memahami kebenaran dengan cara mereka sendiri. Dalam kondisi ketidakmampuan ini, mereka membutuhkan pertolongan Ilahi yang hanya dapat dijangkau melalui manusia pilihan Allah untuk menyelamatkan mereka dari kekecewaan dan kekacauan.

Perbedaannya hanyalah karena pada awalnya ia membutuhkan makanan yang singkat saja dan kemudian bertambah kompleks. Namun kedua hal tadi menunjukkan manusia selalu membutuhkan sesuatu dan Allah sajalah yang akan menjadi penolongnya.

Dari apa yang telah dikatakan tadi, jelas menunjukkan Syi`ah dalam semua tahap perkembangannya tergantung harapan kepada Allah karena mereka mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan pada saat yang sama juga menghormati para utusan Allah terhadap segala keputusan yang telah ditetapkannya. Atas dasar inilah, mereka terus berpegang pada perintah Rasul karena Rasulullah saw pernah bersabda: "Aku akan pergi meninggalkan kamu semua, tetapi aku telah tinggalkan kepadamu dua ingatanku yang paling berharga (al-Thaqalayn) yaitu al-Qur'an, kitab Allah yang pasti dijaga seperti janji-Nya sampai ke Hari Qiamat dan memeliharanya dari setiap perubahan dan pemalsuan. Keduanya, pewarisku yang dibersihkan Allah dengan saksama dari setiap angkara setan seperti yang termaktub dalam kitab al-Qur'an. Keduanya tidak akan berpisah antara satu dengan yang lain karena jika al-Qur'an saja yang ada tanpa penafsir yang ma`sum (terpelihara dari dosa dan kesalahan) di sampingnya, pasti ia akan ditafsirkan menurut keinginan individu tertentu yang akhirnya hanya akan menimbulkan masyarakat yang pincang.

Sejarah telah membuktikan kaum penindas dan orang yang alim sering memenuhi maksud mereka dengan kezaliman. Demikianlah sebaliknya kalau hanya para Imam yang ma`sumun saja ada sedangkan kitab Allah tidak ada, tidak akan ada lagi perintah-perintah Allah yang dapat dilaksanakan oleh para Imam untuk disempurnakan. Justru itu, Syi`ah mengambil jalan yang paling baik, memenuhi perintah Allah dengan jalan mengikuti Imam `Ali (as) dan keturunannya karena mereka beramal dengan ajaran al-Qur'an dan Sunnah Nabi saw tanpa perasaan ingkar.

Dalam usaha meningkatkan syiar Islam dan menumpas musuh-musuhnya, para pengikut Syi`ah mematuhi para Imam yang ma`sumun dengan berkorban seluruh jiwa raga mereka demi karena Allah dan agama Islam, tanpa perubahan dibuat dalam upaya penyebarannya ke merata penjuru dunia. Kalaulah bukan karena usaha mereka yang penuh semangat ini, sudah pasti Islam tidak akan dapat diperlihatkan dalam bentuknya yang asli. Apakah Islam ini dapat dimengerti dengan cara Mu`awiyah, Yazid dan para pemerintah semisal mereka yang dikatakan memerintah berlandaskan perintah Allah dan Rasul-Nya, sedangkan umat Islam diwajibkan mentaati menurut perintah Allah, kepada setiap penindas-penindas tadi yang terhunus dengan pedang di tangannya tangan mereka.

Bagaimana manusia dapat menerima agama dan menyembah Tuhan yang seperti ini? Golongan Syi`ah dalam mengikuti para pemimpin suci mereka, berupaya memisahkan tujuan dan keinginan individu dari kemauan Allah dan membebaskan agama ini dari tangan mereka yang mengakui beriman kepada Allah padahal tidak demikian. Syi`ah meneriakkan kepada seluruh dunia bahwa Islam satu-satunya agama yang independen, tidak memihak pihak manapun yang berusaha menentang kebenaran dan keadilan atau mendukung penindasan dan membuat orang-orang yang tidak berdosa sebagai tawanan, juga syariat yang dibawanya memenuhi persyaratan yang diperlukan manusia. Justru itu, syariat yang diutus oleh Allah ini harus dibawa oleh seorang yang ma`sum.

Syi`ah dalam abad ke-14 ini tidak pernah mendapatkan kekuasaan yang penuh dan menenangkan dunia dengan kebenaran Islam sebagai sebuah kekuatan pemerintah. Bahkan jika pada waktu itu, ia berhasil mendapat sebagian kekuasaan atau posisi dalam pemerintahan, ketegangan dan perasaan anti-Islam akan ada dalam masyarakat. Ini mendorong golongan Syi`ah berpikir dan mencari jalan untuk menyelamatkan kondisi ini yang akhirnya memaksa mereka berlatih konsep taqiyyah.

Pada saat yang sama, Syi`ah membuat pengorbanan yang tiada bandingnya dalam upaya menyebarkan ajaran Ilahi oleh para Imam mereka, meskipun menghadapi berbagai penderitaan dan kesengsaraan. Mereka dengan berkat pertolongan Ilahi mampu mengembangkan karakteristik kemanusiaan dan menyebarkan ajaran agama pemimpin mereka dalam bentuk yang lengkap sempurna kepada seluruh manusia, berikutnya dapat menarik perhatian kalangan cendikiawan dan mereka yang berilmu pengetahuan.

Mereka mengemukakan Islam dalam bentuk yang dapat dievaluasi, selanjutnya menawarkan bisa racun, melunturkan kesombongan dalam penyebaran dakyah oleh negara-negara adidaya. Mereka juga mampu menyatakan ketinggian maksud yang terkandung dalam al-Qur'an dan hadits hinggakan hari ini, meskipun berhadapan dengan rintangan demi rintangan, hampir 130 juta umat Islam bahkan bisa kita katakan 600 juta umat Islam berhutang dengan pengorbanan para pejuang kebenaran yang berhasil menempatkan Islam di tempat yang tepat.

Salah satu kontribusi paling berharga yang dilakukan oleh Syi`ah adalah terkait dengan diskusi, analisis dan penelitian tentang hal-hal yang tersebut dalam hadits-hadits Nabi saw Hadits-hadits itu dianalisis melalui bentuk tanya jawab, sementara persoalannya dibahas dengan rinci, dikritik atau diakui dengan jelas untuk mempengaruhi pemikiran orang-orang yang dapat berpikir dan memahami fakta kebenaran dengan pengamatan yang mendalam.

Di antara mereka yang turut memberikan kontribusi dalam bidang ini adalah penyusun dan kritikus hadits yang terkemuka yaitu `Allamah Abu al-Fath al-Razi yang telah melakukan usaha yang tak tertandingi dalam memperlihatkan kemurnian ajaran al-Qur'an dan hadits. Perlu dicatat di sini bahwa ia memiliki saham yang besar dalam usaha menghindarkan salahtafsiran terhadap dasar Islam melalui sudut pandang al-Qur'an dan Ahl al-Bayt as.

Ulama besar ini telah membahas masalah khalifah dan kepemimpinan dalam masyarakat beragama ini dengan cara yang menarik dan memperlihatkan kepada umum bahwa siapa saja walau dari tingkat apa sekalipun, dapat dan mampu membedakan yang hak dari yang batil tanpa perasaan prasangka, untuk memilih dan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk mendekati Allah swt.

Usaha yang tidak ternilaikan dari tokoh ulama terkemuka tersebut diberi judul "Yuhanna zimmi", telah sampai kepada kami dengan cara yang sungguh terhormat oleh tokoh akademi terkenal Dr. Syahabi, kepala di pusat studi Teologi di Masyad.

Dengan berkat Allah, ia telah dapat dicetak dan diterbitkan beberapa kali. Setelah ini, Sighat al-Islam wa al-Muslimin Agha Esyterhardy, salah seorang penulis terkemuka kami telah memproduksi kembali buku ini dalam bentuk yang lebih menarik, penuh dengan sumber-sumber keilmuan dan diberi judul "Pembelaan kepada Madhhab Syi`ah". Kami sungguh beruntung karena buku ini berhasil diulangcetak beberapa kali dan sekarang masih diperlukan, tetapi kami tidak dapat memenuhi semua permintaan tersebut akibat kekurangan pasokan.

Permintaan yang besar terhadap buku tersebut dan minat yang mendalam di kalangan generasi muda telah mendorong Hujjat al-Islam Agha Faghihi mengambil langkah menerjemahkan buku tadi ke dalam bahasa Inggris dan syukur al-Hamduli-llah, usaha ini terlaksana jua.

Kini, dengan izin restu dari Allah swt, terjemahannya dalam bahasa Inggris telah diterbitkan. Semoga Allah menerima usaha yang dibuat ini baik yang material maupun spiritual dalam rangka untuk mensukseskan cita-cita ini. Moga-moga Allah memelihara golongan Syi`ah dari setiap anasir jahat melalui perlindungan Imam al-Zaman (moga-moga saya dapat berbakti kepadanya) dan moga-moga kami dengan izin Allah mendapat kekuatan ilmu dari madhhab Syi`ah.


Yuhanna zimmi 

Nama saya Yuhanna, seorang penganut agama Kristen. Selama ini saya telah mengikuti jalan yang salah. Akibat dari kekecewaan inilah, saya telah memulai usaha untuk mencari kebenaran yang dapat memberikan pengampunan dan seterusnya keyakinan yang luhur dan suci murni. Tuhan telah memberkati saya dan menyinari hidup saya yang sebelumnya berada dalam gelap gulita dengan petunjuk-Nya. Akhirnya saya yakin dengan sepenuhnya keimanan kepada Allah, para rasul dan Imam yang suci, hari Akhirat dan melalui sumber-sumber inilah saja yang dapat membawa prestasi keimanan yang total.

Lantas saya terus berusaha mempelajari dan memikirkan persoalan-persoalan yang selama ini begitu membingungkan masyarakat hinggakan mereka tidak berupaya mencapai kesimpulan terakhir. Di antaranya, ada sebagian orang mengatakan alam universal ini bersifat permanen. Setengahnya pula mempercayai Tuhan itu satu, sedangkan yang lainnya percaya kepada multi Tuhan.

Bagi mereka yang tidak mempercayai keesaan Tuhan memiliki pendapat-pendapat yang berbeda tentang sifat-sifat Tuhan. Ada yang mengatakan Tuhan itu berjisim, sementara sebagian pula mengatakan Tuhan itu bukanlah demikian keadaannya. Ada pula yang mengakui Tuhan mengetahui segalanya, sedangkan yang lain pula menafikannya. Ada setengah orang percaya bahwa kitab Taurat (Old Testament) itulah satu-satunya kitab Allah, Kristen pula mempercayai Alkitab, kelompok yang lain ke Zoroaster dan kelompok berikutnya kepada Islam dan al-Qur'an.

Orang begitu terobsesi dengan berbagai kelompok. Masing-masing dengan prinsip mereka yang tersendiri dan setiap dari mereka merasa hanya merekalah saja yang berada di pihak yang benar.

Saya, Yuhanna yang sedang dalam pencarian ini kebingungan saat memikirkan jalan mana yang harus diikuti. Lalu, saya mengambil keputusan untuk membaca dan berikutnya mempelajari semua kitab suci mereka dan dengan itu dapatlah saya membuat pilihan yang terbaik. Hasil dari pengkajian yang mendalam terhadap Old Testament, Bible, Zabur, suhuf Nabi Ibrahim (as) dan al-Qur'an, saya temukan hanya al-Qur'an saja kitab yang paling sempurna dan lengkap. Justru itu, saya bertambah minat untuk mencintai Islam.


PERBEDAAN KEPERCAYAAN DI KALANGAN UMAT ISLAM 

Ketika saya memeluk Islam, saya perhatikan ada perbedaan yang signifikan di antara berbagai kelompok Islam tadi. Satu pihak menuduh pihak lain sebagai bukan dari golongan Islam dan begitulah pula sebaliknya. Kini, saya menemukan bahwa saya telah berada di suatu persimpangan jalan yang semakin sulit dibandingkan dengan sebelumnya. Satu golongan dari umat Islam percaya keesaan Tuhan terletak pada sifat-sifat kebesaran-Nya. Sekelompok lain pula percaya segala yang baik itu dari Allah sedangkan yang buruk pula adalah dari perbuatan manusia sendiri. Ada pula yang percaya kita tidak berkuasa atas segala perbuatan kita, sementara di satu pihak lagi mengatakan sebaliknya.

Ada juga sebagian orang yang mengatakan Tuhan dapat dilihat sementara sebagian yang lain mengatakan tidak bisa dilihat. Ada orang yang percaya al-Qur'an itu kekal, tetapi di pihak lain mengatakan tidak. Setengahnya pula percaya para rasul itu ma`sumun (terpelihara dari perbuatan dosa dan salah) [kitab Tanzih al-Anbiya 'tulisan Sayyid al-Murtadha telah membahasnya) sementara setengah yang lain tidak percaya kesucian dan kemaksuman mereka (seperti yang disebutkan dalam kitab yang sama ).

Sehubungan dengan persoalan khilafah (pemilihan khalifah), sebagian mengatakan Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama dan mengatasi yang lain. Golongan yang lain pula memberikan pandangan yang terbalik terhadap Abu Bakr dan mereka percaya bahwa Imam `Ali (as) adalah pengganti Rasulullah (saw). Tidak kurang pula yang mencoba meremehkan kepribadian `Ali (as) dan ada pula yang menganggapnya sebagai Tuhan.

Ada orang yang memuji Abu Bakr, `Umar dan Husain, sementara yang lain mengutuk` Ali (as), `Uthman dan Hasan. Ada juga orang yang percaya kepada Imam Dua Belas (12), sedangkan yang lain pula menuruti 4, 5 atau 6 Imam.

Oleh itu, timbullah berbagai persoalan agama seperti persoalan halal dan haram makanan tertentu. Misalnya: satu pihak berkeyakinan bahwa memakan burung merpati, kelinci atau musang adalah halal, sedangkan di satu pihak lagi melarang dengan mengatakan bahwa semuanya itu sebagai kotor.

Persoalan-persoalan yang timbul dalam madhhab-madhhab Islam ini memberikan dampak yang sangat besar pada diri saya. Ketika inilah, saya merasakan bahwa saya harus berhenti saja dari mengikutinya. Namun demikian, keinginan saya untuk mendapatkan kepuasan ruhani melalui agama tersebut terus mendesak saya dari berbagai tingkat.


YUHANNA - KAJIAN YANG BERKELANJUTAN 

Kini, saya telah terjun ke dalam samudra pertentangan pendapat yang sungguh dalam ketika saya memutuskan untuk berkonsentrasi kepada al-Qur'an dan al-Hadits yang telah diyakini oleh seluruh umat Islam. Di dalam proses penelitian ini, saya mencoba mendapatkan pandangan tokoh-tokoh ulama dari berbagai madhhab, juga melakukan petualangan ke beberapa tempat.

Pertama sekali, saya menuju ke Perguruan Islam Mustansaria di Baghdad, Irak. Di sini, saya berada bersama-sama dengan empat orang Imam Sunni (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali) memberikan kuliah agama mereka. Saya turut berdiskusi dengan mereka tentang Islam tanpa memberitahu niat dan kepercayaan saya.


APAKAH keempat MADHHAB ITU BENAR? 

Saya telah menemui tokoh-tokoh ulama dari empat madhhab Sunni (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali) dan ini adalah di antara intisari diskusi kami:

Yuhanna: Wahai tuan-tuan yang terhormat, saya seorang Kristiani tetapi kini ingin memeluk Islam. Tolonglah tunjukkan dan beritahukan kepada saya berkenaan dengan cara-cara berwudu ', mandi, sholat dan puasa. Ada perbedaan yang besar dalam penjelasan mereka terhadap persoalan yang saya kemukakan itu.

Yuhanna: Wahai tuan ulama Islam yang mulia! Dengan nama Allah, saya mohon agar tuan dapat menunjukkan jalan yang benar sehingga saya dapat mengikutinya untuk mendekatkan diri saya kepada Allah swt.

Ulama Sunni: Wahai Yuhanna! Anda bebas memilih salah satu dari empat madhhab ini.

Yuhanna: Jawaban yang Anda berikan itu tidak dapat memenuhi maksudku, karena di antara keempat madhhab tersebut ada perbedaan prinsip yang cukup besar.

Ulama Sunni: Wahai Yuhanna! Seandainya Anda menemukan ada sesuatu yang salah dalam keempat madhhab itu, silakan kirimkan kepada kami.

Yuhanna: Abu Hanifah mengatakan wudu 'tanpa niat adalah sah, sementara Syafi`i pula mengatakan tidak sah. Syafi'i berpendapat Bismillah wajib dibaca dalam shalat sementara Maliki pula menyalahinya dalam masalah ini. Ahmad Hanbal menjelaskan jika Imam sakit atau tidak cukup kompeten, dia bisa shalat dalam keadaan duduk dan bagi mereka mengikuti Imam, bahkan jika mereka sehat, harus bersembahyang dalam kondisi yang sama seperti Imam (duduk). Madhhab lain mengatakan cara tersebut adalah tidak sah. Di sini jelas menunjukkan ada kekurangan di antara satu madhhab dengan madhhab yang lain.

Ulama Sunni: Mujtahid dari keempat madhhab telah menetapkan hasil ijtihad mereka dalam hukum Islam itu. Justru itu, ijtihad mereka itu adalah benar menurut cara mereka sendiri.

Yuhanna: Saya bermohon agar Anda memberitahu saya ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad (saw) sendiri sehingga saya dapat melaksanakannya seperti yang diperintahkan.

Ulama Sunni: Setiap empat madhhab tadi memang diterima oleh Nabi Muhammad (saw). Jadi, ini tergantung pada Anda untuk membuat pilihan.

Yuhanna: Di dalam madhhab-madhhab tersebut ada perbedaan prinsip yang sungguh dalam. Tentunya Nabi (saw) dalam hal ini hanya menerima satu madhhab saja. Karena itu, saya ingin bertanya apakah keempat madhhab ini ada saat Nabi (saw) masih hidup?

Ulama Sunni: Tidak! Ini hanya ada setelah seratus (100) tahun dari kematian Nabi Muhammad (saw).

Yuhanna: Maksud Anda, keempat madhhab itu tidak pernah ada di zaman Nabi (saw) dan zaman Khilafah, dan sekarang Anda mempelajari ajaran agama yang disampaikan oleh Nabi (saw) melalui empat madhhab itu. Anda sendiri pun tampaknya tidak tahu yang mana satu ajaran atau kepercayaan yang dianut oleh Nabi (saw) sendiri.


ADAKAH Hanafi ITU BENAR? 

Setelah saya mengajukan pertanyaan ini, seorang ulama madhhab Hanafi ternyata cukup terkejut dan kemudian berkata: "Yuhanna, Anda sudah keterlaluan membuat pernyataan yang merendahkan posisi Islam. Kalau sekiranya Anda ingin menemukan jalan yang benar, Anda harus mengetahui bahwa Nabi (saw) , ketika beliau wafat itu hanya meninggalkan al-Qur'an dan al-Hadits. Karena itu, para ulama Islam sajalah yang bisa memahami keduanya dan selanjutnya memberikan hukum-hukum yang terkait. Seandainya Anda akan menuruti jalan yang benar, ikutilah ajaran madhhab Hanafi. "

Yuhanna: Wahai ulama Hanafi yang dimuliakan! Saya telah mempelajarinya dengan dipandu al-Qur'an dan Hadits. Namun, saya tidak juga puas.
(1). Hanafi mengatakan: sah menyapu kaki terlebih dahulu saat berwudu 'kemudian diikuti dengan menyapu kepala, membasuh tangan dan akhir sekali mencuci muka. Cara ini dianggap tidak sah dalam mazhab lain. Dengan berpedomankan al-Qur'an, wudu 'harus dilakukan dengan membasuh muka dahulu, kemudian diikuti dengan dengan mencuci tangan dan mengusap kedua kepala dan kaki. Tidak ada sebuah hadits pun yang berlawanan dengan apa yang telah diceritakan oleh al-Qur'an itu. Allah (swt) telah berfirman dalam surat al-Ahzab (33): 2 supaya mengikuti ajaran Nabi (saw). Nabi (saw) sendiri bersabda agar dalam setiap ibadah harus sesuai perbuatannya. Hadith dan argumen akal tidak mengizinkan kita meninggalkan al-Qur'an dan sebaliknya mengamalkan ajaran madhhab Hanafi. Tambahan lagi, hal tersebut bertentangan dengan kitab-kitab mazhab Sunni sendiri.
(2). Hanafi menghukum bahwa jika seseorang membuang air kecil atau besar dan kemudian mengambil wudu 'dan shalat di tempat yang sama, ia dianggap sah. Namun, ini bukanlah cara yang dilakukan oleh Nabi (saw). Allah sendiri telah menyatakan dalam al-Qur'an bahwa mereka yang hampir dengannya adalah orang yang mengharapkan ampunan dan berlatih kebersihan.
(3). Hanafi berpendapat bahwa jika kulit anjing yang telah mati disamak, ia dapat dianggap suci dan harus dibuat shalat dengan menggunakan pakaian dari kulit yang disamak seperti itu. Ini jelas berlawanan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang menegaskan bahwa sesuatu benda yang diharamkan dan najis tidak dapat disucikan.
(4). Biarpun hukum ini bertentangan dengan perintah Rasulullah (saw), Abu Hanifah mengatakan sah membaca surah al-Hamd yang diterjemahkan ke bahasa Persia sepanjang waktu sembahyang. Nabi (saw) sendiri telah menegaskan bahwa surah al-Hamd merupakan bagian dari shalat, dan karena itu ia harus dibaca dalam bahasa sebagaimana ia diwahyukan.
(5) Abu Hanifah mengatakan bahwa membaca doa Qunut dalam shalat subuh adalah suatu bid`ah. Al-Hamidi dalam kitab Jami` al-Sahihain mengutip sabda Rasulullah (saw) yang berarti: "Saat shalat subuh setelah membaca surat dan sebelum ruku`, aku membaca doa Qunut."
(6). Abu Hanifah mengatakan bahwa jika jika seseorang pencuri mencuri sereal gandum dan kemudian menggiling gandum itu untuk dijadikan tepung, tepung itu tadi sah menjadi miliknya. Pemilik sebenarnya tidak berhak menuntut kembali dan seandainya dia melakukannya, dia bolehlah dianggap seorang yang tidak manusiawi. Seandainya terjadi serangan, pencuri itu berhak mempertahankan dirinya dengan pedang. Jika dalam sengketa itu, pemilik sebenarnya mati, pencuri itu tidak bertanggung jawab atas pembunuhannya. Namun jika pencuri itu yang mati, pemilik sebenarnya itu bisa dikenakan hukum penjara. Al-Qur'an dengan keras melarang seseorang dari memakan makanan yang dicuri.
(7). Abu Hanifah juga mengatakan bahwa jikalau seseorang Islam membunuh seorang Yahudi atau penyembah api, dia harus dihukum mati, sedangkan al-Qur'an sendiri mengatakan orang kafir tidak berhak menindas atau memerintah orang Islam.
(8) Abu Hanifah berkata jika seseorang membayar sejumlah uang kepada adik perempuannya dan kemudian membuat hubungan jenis dengannya, perbuatan itu dianggap sah, apakah dilakukan dengan sengaja atau diketahui salah dan benarnya. Al-Qur'an dengan tegas melarang perlakuan ini dan jika dilakukan hubungan jenis ilegal, apakah dia pria atau perempuan, dia harus dihukum seratus kali cambukan.
(9) Abu Hanifah mengatakan bahwa jika empat orang mengajukan bukti yang menunjukkan seseorang itu terlibat dalam hubungan jenis secara ilegal dan orang yang bersangkutan mengakuinya, dia harus diampuni. Namun seandainya dia menentang keputusan keempat orang tersebut, dia harus dihukum. Ini jelas bertentangan dengan akal yang waras.
(10) Jika seseorang itu terlibat dalam hubungan homoseks dan dibuktikan benar, dia akan dikenakan hukuman yang ringan dan bukannya dicambuk. Nabi (saw) menjelaskan bahwa seandainya seseorang itu terlibat dengan perbuatan homoseks (seperti yang dilakukan oleh umat Lut (as), kedua-duanya harus dihukum mati.
(11). Abu Hanifah mengatakan seandainya seorang pria mengikat tali pertunangan dengan adik perempuan atau ibunya sendiri dan kemudian membuat hubungan jenis dengan mereka, dia tidak harus dikenakan hukuman biarpun dia mengetahui perbuatan itu salah di sisi agama.
(12). Abu Hanifah juga mengatakan bahwa jika seorang hakim itu berbuat dosa, kemudian dia mengeluarkan hukuman yang ada cacat-celanya, hukuman itu tadi tidaklah dapat dianggap batal atau tidak sah. Namun, al-Qur'an dalam konteks ini menjelaskan bahwa seseorang itu tidak beriman jika dia melakukan sesuatu yang bertentangan dengan perintah dan keputusan Allah swt.
(13). Abu Hanifah mengatakan bahwa jika seseorang pria itu berbohong dengan mengatakan wanita itu sebagai istrinya dan ada dua orang saksi yang mendukung pernyataannya di hadapan hakim, hakim dapat memberikan keputusan mendukung klaim pria tersebut, yaitu wanita tadi telah menjadi istrinya yang sah (meskipun sebenarnya tidak demikian) .
(14). Abu Hanifah mengatakan bahwa jika seseorang itu mencuri seribu (1000) dirham dari si A dan seribu (1000) dirham lagi dari si B dan kemudian mencampurnya sampai tidak dapat dibedakan hak miliknya, si pemiliknya tidak ada hak untuk menuntutnya kembali. Demikianlah juga jika seorang wanita menemui hakim (kadi) sambil berpura-pura mengatakan dia telah diceraikan oleh suaminya dengan disaksikan oleh dua orang, lalu tuan kadi memutuskan berpihak wanita tersebut. Dengan cara itu, wanita tersebut tidak lagi menjadi hak suaminya dan dia bebas untuk menikah dengan pria lain. Dari keputusan dan hukuman yang diputuskan oleh Hanafi ini menunjukkan bahwa ia percaya hakim atau kadi adalah orang yang paling berkuasa.

Nabi (saw) bersabda: "jika ada konflik atau pertentangan, kedua pihak yang terlibat harus datang melihatnya. Baginda akan mendengarkan dan seterusnya menghukum dengan cara yang paling adil." Ini berarti bahwa kedua pihak yang terlibat harus hadir dan mendengarkannya sebelum keputusan itu ditetapkan. Keputusan yang bersifat berat sebelah adalah dianggap bertentangan dengan konsep keadilan.

Ketika argumen Yuhanna sampai ke tingkat ini, ulama Sunni lalu bangun dan mencoba mempertahankan diri mereka dengan mengatakan: "Wahai Yuhanna! Abu Hanifah seorang mujtahid dan dia mengeluarkan fatwa-fatwanya dengan berdasarkan ijtihad. Dia bolehlah dimaafkan jika membuat kesalahan. [Andainya golongan Syi` ah mengutuk Abu Bakr, `Umar dan` Utsman, itu pun berdasarkan hasil ijtihad mereka sendiri. Jadi, kenapa pula semua mengkritik golongan Syi`ah dalam persoalan ini?


ADAKAH mazhab Syafi`i ITU BENAR? 

Seorang ulama Syafi'i mengambil inisiatif dengan menjelaskan: "Yuhanna, jikalau Anda ingin mencari kebenaran menurut al-Qur'an dan al-Hadits, ikutilah madhhab Syafi'i. Syafi`i berasal dari kaum Quraisy dan setiap keputusannya adalah berlandaskan kepada hadith- hadits Rasulullah (saw).

Sampai di sini, ulama Hanafi mencelah: "Wahai ulama Syafi'i, Anda bukannya mengikuti Imam Anda, sebaliknya mencoba untuk menyatakan kepercayaan madhhab Anda dengan merendahkan mazhab lain. Bagaimana Anda dapat membuktikan bahwa semua hukum Islam yang diputuskan oleh Syafi'i itu benar sedangkan sebagian besar tidak diketahui sumbernya. Misalnya: Syafi'i mengatakan bahwa seandainya seorang pria melanggar kehormatan seorang wanita dan kemudian wanita itu melahirkan seorang anak perempuan, pria tadi dibolehkan untuk mengawinkan anaknya dengan anak perempuan itu, atau jika wanita itu memiliki adik perempuan dan pria tadi menikah dengannya dan seterusnya ingin menikahi keduanya, ia dianggap sah. Bagaimana mungkin orang yang mengikuti mazhab Syafi'i dapat mengatakan dirinya lebih baik dari mazhab Hanafi?

Ulama Syafi'i menyela sambil berkata kepada ulama Hanafi: "Mazhab Anda langsung tidak berdasar, tidak diketahui dan juga tidak dapat diterima akal yang waras. Mazhab Anda menyatakan bahwa jika jika Zayd pergi ke India dan berencana untuk mengawinkan anak perempuannya yang berada di Roma dengan seorang pria yang berada di India, pernikahan tersebut bisa berlangsung tanpa dihadiri oleh perempuan tadi. Suami tersebut kemudian nya memanggil istrinya pulang ke India setelah beberapa tahun berlalu dan menemukan istrinya itu telah memiliki tiga orang anak dan masih mengandung lagi. Dalam situasi serba-salah ini, dia menanyakan kepada Zayd: "Saya telah menikahi putri Anda saat dia berada jauh di Roma. Sampai saat ini saya belum pernah lagi menyentuh dirinya. Jadi, bagaimana dia bisa melahirkan anak-anak tersebut? Zayd menjawab: "Sewaktu aku mengawinkan Anda dengannya, malaikat telah menempatkan mani Anda ke dalam rahimnya dan karena itu dia dapat melahirkan. Inilah dia pendapat mazhab Hanafi.

Sekali lagi ulama Syafi'i mencoba menarik perhatian ulama Hanafi. Abu Hanifah juga ada mengatakan bahwa jika seandainya suami kepada seorang wanita itu menghilang dan wanita tadi menikah dengan pria lain dan mendapatkan anak, kemudian suami pertama tadi kembali kepadanya, anak-anaknya yang lahir dari suami kedua bolehlah dianggap sebagai anak-anak kepada suami yang pertama. Ini jelas berlawanan dengan pikiran yang sehat.

Ulama Hanafi yang tidak dapat menjawab pertanyaan tadi terus membalas kembali: "Wahai ulama Syafi'i, Imam Anda pula mengatakan bahwa hubungan jenis itu dianggap suci sedangkan ini bertentangan dengan hadits Nabi (saw). Imam juga ada mengatakan bahwa jika seorang wanita yang dicerai talaq tiga, kemudian pria itu ingin kembali kepadanya, wanita tersebut bisa kembali kepada suaminya tadi tanpa harus ke ijab-kabul atau saksi. Ini memang bertentangan dengan dengan syariat al-Qur'an karena di dalam surah al-Baqarah: ayat 299 telah menyatakan posisinya dengan terang. Syafi'i juga ada mengatakan bahwa orang harus memberikan sejumlah biaya sebagai hak untuk dirinya, meskipun ternyata bahwa tidak ada seorang pun yang berhak terhadap pendapatan yang diperoleh oleh orang lain kecuali zakat.

Saya, Yuhanna mendengarkan diskusi dan perdebatan di antara kedua tokoh ulama Hanafi dan Syafi'i dengan penuh minat, dan dengan harapan untuk akhirnya menemukan kebenaran yang hakiki.

Sementara itu, ulama Syafi'i melanjutkan bicaranya kepada ulama Hanafi: "Tampaknya Anda tidak menghormati mazhab kami dengan cara menonjolkan keburukan yang ada di dalamnya. Hal yang sama akan terjadi, seandainya kami berbuat demikian terhadap kebodohan dan kesalahan Anda, dan ini akan menyebabkan timbulnya kebencian orang kepada mazhab kami dan Anda.

Ulama Hanafi membalas: "Anda berbohong. Tidak ada persoalan dalam mazhab kami yang dapat menyebabkan orang lain membencinya." Ulama Syafi'i menjelaskan: "Abu Hanifah mengatakan bahwa pakaian yang terbuat dari kulit yang telah disamak bisa dipakai. Wudu 'dapat dilakukan dengan air perasan kurma. Tanpa melafazkan niat, seseorang dapat shalat menghadap Ka`bah, membaca surah al-Hamd dalam bahasa Persia, dan di samping membaca surah al-Tawhid, dia bisa menyebutkan beberapa kata lain seperti "dua batang pohon yang hijau."

"Saat shalat, ruku` dapat dibuat cukup dengan menundukkan kepala sedikit, waktu di antara dua sajdah harus paling cepat dan setelah Tasyahhud sebelum memberi salam, jika dia akan terkentut, lalu ia melakukannya." "Wahai ulama Hanafi, jadikanlah kewarasan dan kebijaksanaan Anda sebagai hakim untuk menentukan apakah Rasulullah (saw) atau para Imam telah menetapkan fatwa itu atau menunjukkan kepada sekalian umat Islam cara yang seperti itu, atau apakah ini hanya caranya untuk beribadah kepada Allah? Apakah semuanya ini berdasarkan kepada kebenaran?

Saya, Yuhanna kini dapat merasakan perdebatan tadi sudah sampai ke tahap yang genting dengan masing-masing pihak saling hentam menghentam antara satu dengan yang lain. Saya pun memberitahu mereka bahwa dengan cara perdebatan seperti itu mereka telah mencemarkan martabat dan kehormatan madhhab masing-masing, dan atas alasan untuk menjelaskan agama yang satu ini, mereka telah menunjukkan dan memperlihatkan kelemahan dan kekurangan orang lain. Dampaknya telah menyebabkan timbulnya perasaan benci di hati saya terhadap keduanya. Jelaslah sekarang, bahwa mazhab Hanafi dan Syafi'i tidak wajar dan tidak layak untuk diikuti. Ulama Maliki yang dari tadinya memperhatikan keresahan saya lalu mengajak saya mengikuti madhhab Maliki.


ADAKAH MADHHAB MALIKI ITU BENAR? 

Ulama Maliki yang turut sama dalam diskusi itu mengatakan kepada Yuhanna: "Kalau Anda ingin menemukan kepercayaan yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, ikutilah ajaran Malik karena dia adalah pengikut Nabi Muhammad (saw). Dia lebih utama dibandingkan dengan murid-muridnya yang lain termasuk Syafi'i sendiri.

Malik, dalam masalah hukum Islam tidak mengemukakan pendapatnya sendiri maupun memindanya. Segala yang diperkatakannya adalah berlandaskan kitab al-Qur'an dan al-Hadits. Diskusi yang sedang berlangsung itu terganggu ketika ulama Hanafi mencegah sambil bertanya kepada ulama Maliki tersebut: "Anda berpegang pada pendapat yang mengatakan fatwa-fatwa Malik adalah sejalan dengan al-Qur'an dan al-Hadits. Sekarang, coba ceritakan, ayat al Qur'an atau al-Hadits yang manakah yang mengatakan bahwa daging anjing itu halal dimakan atau yang mengatakan bahwa air liur dan bagian-bagian tubuhnya itu suci. Coba buktikan kepada saya apakah ada hadits yang mengatakan bahwa membaca A`uzu bi-llah dan Bismillah sebelum surah al-Hamd itu tidak sah, dan membaca salawat atas Nabi Muhammad (saw) dan Ahl al-Bayt beliau (as) dalam shalat tidak wajib.

Kini, para ulama Syafi'i dan Hanafi bergabung bersama menentang ulama Maliki. Diskusi menjadi semakin sengit dan bertambah runcing dibandingkan dengan sebelumnya, dan saya merasa khawatir kemungkinan akan terjadinya perselisihan.


ADAKAH mazhab Hanbali ITU BENAR? 

Sejauh ini, ulama Hanbali yang berada dekat mendengar pembicaraan tadi secara diam-diam tetapi akhirnya dia memecahkan kesunyian itu dengan berkata: "Wahai Yuhanna! Saya berbicara ini demi karena Allah supaya saya bisa menceritakan keadilan dan kebenaran. Jika kamu benar-benar ingin mencari kebenaran , ikutilah mazhab Ahmad bin Hanbal.

Ketiga orang ulama dari mazhab Syafi'i, Hanafi dan Maliki segera memotong penjelasan ulama Hanbali itu sambil menyatakan: "Bagaimana Anda akan membandingkan mazhab Anda dengan kami sedangkan madhhab Anda sendiri tidak memiliki dasarnya. Sebagai contoh, salah satu dari ajaran madhhab Anda adalah Allah itu berjisim seperti manusia dan tinggal di surga dengan tingginya empat jari dari surga. Anda juga memiliki pegangan bahwa pada setiap malam Kamis, Tuhan akan turun ke bumi dan menjelma dengan rupabentuk seorang pria muda yang cantik, memakai sepatu dengan renda dari mutiara. Penduduk Kota Baghdad mencampakkan sereal jelai ke atap masjid sehingga keledai yang ditunggangi oleh Tuhan dapat memakannya.

Hal ini juga begitu diketahui bahwa ada seorang bertanya kepada Daud bin Hanbal berkenaan rupabentuk keledai Tuhan itu. Lantas, dia mengatakan bahwa Anda bisa menanyakan apa saja yang ingin diketahui asalkan tidak menanyakan tentang jenggot dan bagian-bagian sulitnya, cukuplah.

Sehubungan dengan ini, Ahmad bin Hanbal juga banyak membuat pernyataan yang tidak berdasar sama sekali antara lain, seandainya terdesak, Anda dapat membuat hubungan dengan budak Anda. kalaulah kepercayaan madhhab Anda banyak yang tidak dapat dapat diterima akal, lalu bagaimana Anda dapat mengatakan bahwa mazhab andalah yang paling benar dibandingkan dengan mazhab-mazhab yang lain.

Saya, Yuhanna merasa sungguh terkejut dengan kekurangan dan kerusakan yang ada dalam keempat madhhab tersebut. Ketika memikirkan kebodohan dan berbagai konflik tersebut, saya akhirnya memutuskan untuk tidak menerima keempat mazhab itu. Saya telah memilih Islam sebagai agama dan yakin bahwa inilah agama yang benar tetapi masalah yang timbul adalah bagaimana untuk menyempurnakan ajaran Islam, sedangkan banyak kerumitan yang parah ada dalam sekte tersebut.


ALIRAN YANG PALING BENAR ADALAH Syi`ah

Setelah selesai mendengarkan perdebatan para ulama 'tadi, Yuhanna merayu: "Wahai para alim ulama dari empat mazhab, saya mohon dengan nama Allah dan Rasul-Nya, beritahukanlah kepada saya apakah ada lagi sekte yang lain selain dari keempat ini dalam Islam?

Ulama Sunni: Selain dari keempat aliran tersebut, ada satu lagi mazhab tetapi ia tidak memiliki dasar yang kokoh. Selain itu, mereka tidak memiliki banyak pengikut dan dipanggil dengan nama "Syi`ah". Mereka mewakili kelompok minoritas. Di negara-negara Islam, kaum Yahudi, Kristen dan kaum beragama yang lain bebas untuk mengekspresikan kepercayaan dan anutan masing-masing, tetapi kelompok ini tidak melakukannya karena mereka dari golongan Syi`ah dan takut kemungkinan mereka akan dibunuh. Singkatnya, mazhab Syi`ah merupakan sebuah sekte yang tidak berdasar dan para pengikutnya juga hanya terdiri dari kelompok minoritas saja.


Yuhanna: Apakah kamu menyisihkan mereka dengan mengatakan aliran mereka salah karena jumlah mereka yang sedikit atau apakah ada alasan yang lain-lain lagi? Tidakkah Anda tahu bahwa al-Qur'an memuji minoritas?

Di dalam ayat-ayat al-Qur'an banyak yang menjelaskannya, diantaranya Allah telah berfirman: "Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, dan amat sedikitlah mereka ini." (Surah (38): 24).

"Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit." (Surah (11): 40) "Dan sedikit saja dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (Surah (34): 13) "Dan mereka tidak beriman kecuali sedikit saja." (Surah 4: 49) "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalah golongan yang banyak dengan izin Allah." (Surah (2): 249).

Di satu pihak lagi, al-Qur'an telah mengutuk kelompok mayoritas di dalam beberapa ayat, misalnya: "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah." (Surah (6): 116) "Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman." (Surah (36): 7)

Wahyu Allah ini jelas menunjukkan bahwa pegangan agama itu tidak dapat dikatakan tidak sah atau salah hanya karena jumlah para pengikutnya sedikit atau sebaliknya, dikatakan benar dengan melihat kepada jumlah mayoritas saja. Justru itu, saya benar-benar mengharapkan agar Anda dapat memperkenalkan saya kepada tokoh ulama Syi`ah sehingga saya dapat berbicara dengannya tentang mazhab tersebut.

Ulama Sunni: Jelasnya, tidak ada seorang pun ulama Syi`ah yang berani bergabung kami dan jika dia berbuat begitu, dia tentu akan dibunuh.


Yuhanna: Apakah golongan Syi`ah ini tidak percaya kepada keesaan Allah?

Ulama Sunni: Memang benar, mereka percaya malahan mereka melebih-lebihkan pula sifat-sifat Allah.


Yuhanna: Apakah para pengikut Syi`ah tidak percaya kepada Nabi yang terakhir (Nabi Muhammad (saw)) dan apakah mereka tidak yakin akan kebenaran al-Qur'an?

Ulama Sunni: Memang benar mereka percaya kepada kebenaran al-Qur'an, dan bahkan lebih dari itu mereka percaya bahwa Nabi Muhammad (saw), baik sebelum maupun sesudah menjadi rasul adalah ma'sum dan tidak pernah melakukan kesalahan dan dosa yang kecil atau yang besar.


Yuhanna: Apakah golongan Syi`ah tidak percaya akan hari kiamat?

Ulama Sunni: Tidak, mereka memang percaya dengan semua hal tersebut.


Yuhanna: Apakah golongan Syi`ah tidak percaya dengan soal-jawab dalam kubur, titian Sirat al-Mustaqim di surga atau al-Mizan (timbangan amalan seseorang di Hari Pengadilan)?

Ulama Sunni: Sudah pasti mereka beriman dengan hal-hal tadi.


Yuhanna: Apakah para pengikut Syi`ah tidak mau menyembah Allah atau apakah mereka menolak untuk melakukan praktek yang diwajibkan Islam seperti kebersihan, shalat, puasa, menunaikan haji dan berjihad di jalan Allah?

Ulama Sunni: Tidak sama sekali, bahkan mereka sangatlah menyakini semua itu, lebih dari yang lain.


Yuhanna: Benarkah Syi`ah mengizinkan minum arak, berzina, makan haram, merampas hak orang lain dan menggunakannya untuk diri mereka?

Ulama Sunni: Demi Allah! Semua itu tidak benar sama sekali. Mereka tidak pernah menghalalkan makan benda yang haram. Dibandingkan dengan aliran agama yang lain mereka bahkan mencoba menghindari diri dari melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan dosa dan maksiat.

Yuhanna: Kalaulah Anda sendiri menerima kenyataan bahwa golongan Syi`ah beriman dengan La ilaha illa Allah, Muhammad Rasulullah (taat), shalat, puasa, haji, zakat dan lain-lain seperti yang diperintahkan oleh Allah, lantas kenapakah mereka harus dibunuh? Saya merasa cukup heran dengan sikap orang Islam seperti kamu yang sanggup membuat pernyataan yang tidak benar tentang mereka.


APAKAH MANUSIA ITU MELAKUKAN PERBUATAN DENGAN TERPAKSA

Ketika diskusi tadi sampai ke tingkat ini, Yuhanna mencoba menutup ruang bagi para ulama Sunni dengan menegaskan kepada mereka bahwa merekalah sebenarnya yang berada di jalan yang salah. Para ulama tersebut mencoba mengalihkan topik pembicaraan dengan mengatakan: Kami menentang mereka karena mereka menentang sebagian dari kepercayaan kami.

Yuhanna: Coba ceritakan di manakah letak perbedaan kepercayaan kamu, setidaknya dapat juga saya mengetahuinya.

Ulama Sunni: Golongan Syi`ah percaya bahwa manusia bebas sesuai atau menentang perintah Allah (yaitu kekuatan untuk memilih yang baik dan buruk terletak di tangan mereka, sedang Allah menyuruh kita mentaati dan menyembah-Nya, dan mencegah kita dari berbuat zalim, dosa dan kufur kepada-Nya. Kepercayaan ini adalah tidak benar. Mereka juga percaya Tuhan memiliki musuh-musuh-Nya.

Yuhanna: Ini jelas menunjukkan mazhab Anda menerima kenyataan bahwa apa pun perbuatan salah yang dilakukan adalah sesuai dengan kehendak Allah. Ini berarti, segala perbuatan jahat yang dilakukan oleh orang kafir sesuai dengan kemauan Allah dan dia sendiri tidak berdaya menurut kehendaknya. Kalaulah demikian, kenapakah Tuhan berulangkali menegaskan: "berimanlah kepada-Ku dan takutilah kemurkaan-Ku." Ini berarti bahwa Tuhan menginginkan setan melakukan kejahatan, peminum alkohol terus minum alkohol sedangkan mereka sendiri tidak berdaya mengontrol perbuatan mereka. Jika benar demikian, kenapakah Allah mengingatkan mereka tentang kemurkaan-Nya. Kalaulah manusia tidak berkuasa terhadap setiap perbuatan yang mereka lakukan, justru itu kenapakah mereka harus menerima murka dan azab dari Allah.

Sebenarnya, keadilan Allah bukanlah demikian sehingga menyebabkan seseorang yang langsung tidak berdaya akan menderita karena tindakan yang telah dilakukannya. Allah sendiri telah berulangkali memberikan peringatan agar menjauhkan diri dari terlibat dalam hal-hal maksiat.

Banyak contoh yang dapat dipetik dari al-Qur'an, di antaranya: "Mengapa mereka melakukan hal-hal munkar." (Surah al-Baqarah (2): 20) "Kenapakah kamu menunda kebenaran di atas kepalsuan." (Surah (3): 71) "Kenapakah kamu menghalangi manusia dari menuju ke jalan yang lurus." (Surah (3): 99)

Begitu juga, ada banyak ayat al-Qur'an mengingatkan manusia supaya menghindarkan diri dari dosa dan noda. Ayat-ayat tadi jelas membuktikan bahwa Allah tidak ingin para hamba-Nya terjerumus ke lembah kesesatan.

Saya, Yuhanna merasa sungguh heran dengan kepercayaan yang mengatakan bahwa Allah tidak menghendaki orang-orang kafir beriman kepada-Nya, atau dalam keadaan lain, Allah menginginkan semua orang kafir memeluk Islam dan beriman kepada-Nya. Apakah Allah menghendaki sebagian dari para hamba-Nya menjadi penyembah berhala? Saya sendiri masih baru memeluk Islam tetapi menyakini bahwa kepercayaan yang Anda anut itu jelas bertentangan dengan ajaran-ajaran al-Qur'an.

Anda semua percaya bahwa Allah menghendaki semua musuh-Nya menghalangi-Nya. Anda mengatakan para pengikut Syi`ah yang memiliki kepercayaan yang bertentangan denganmu patut dihukum bunuh. Tampaknya Anda mencoba menunjukkan kezaliman Anda dengan bertindak sedemikian rupa. Namun, saya tetap memiliki keyakinan hanya Syi`ahlah saja orang yang berada di pihak yang benar.

Keempat mazhab Sunni tadi mencoba menyulitkan keadaan dengan mengatakan: Wahai Yuhanna! Kami tidak mengatakan Syi`ah berada di pihak yang salah tetapi kami melawan mereka karena kepercayaan-kepercayaan dalam ajaran mereka yang mengatakan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) firqah (kelompok), tujuh puluh dua (72) dari akan ke neraka sementara satu lagi (dari kalangan Syi`ah) akan masuk ke surga. Karena mereka berpendirian demikianlah menyebabkan mereka layak untuk dibunuh.


Yuhanna: Namun begitu, apakah Anda percaya bahwa mazhab andalah yang paling diberkati Allah?

Ulama Sunni: Kami sendiri tidaklah dapat memastikan apakah mazhab kami yang benar dari semua tujuh puluh tiga (73) firqah tersebut.


Yuhanna: Dengan nama Allah, coba beritahukan kepada saya atas dasar apakah Syi`ah mengatur mereka di pihak yang benar?

Ulama Sunni: Golongan Syi`ah berkata demikian karena mereka mengacu pada sebuah hadits Nabi (saw) yang bersabda: "Ahl Baytku ibarat bahtera Nuh (as), barangsiapa menaikinya akan selamat dan barangsiapa menyingkirkan diri dari akan tenggelam dan sesat."

Sehubungan dengan ini juga, mereka percaya bahwa Imam `Ali (as) bersama kebenaran dan kebenaran itu bersama-sama dengan Imam` Ali (as). Kedua buah hadits tersebut memang terkenal di kalangan mazhab Islam. Namun demikian, setelah Rasulullah (saw) wafat, umat Islam mulai menentang Ahl al-Bayt (kerabat) Rasulullah (saw) dan menyatakan Abu Bakr sebagai pengganti (khalifah). Golongan Syi`ah enggan memberikan taat setia (Bai`ah) kepada Abu Bakr, sebaliknya terus bersama-sama dengan Imam `Ali (as) dan Ahl al-Bayt Rasulullah (saw). Lantaran itu, Syi`ah menjelaskan bahwa merekalah yang paling benar dari antara tujuh puluh tiga (73) kelompok (millah) tersebut.

Yuhanna: Jika golongan Syi`ah dapat memberikan argumen untuk menjelaskan dua keraguanku, tentunya kebenaran mereka dapat diketahui.
1) Benarkah Rasulullah (saw) dan Ahl al-Bayt beliau menentang Abu Bakr, `Umar dan para pengikut mereka.
2) Benarkah Rasulullah (saw) bersabda: "Ahl al-Baytku dan para Imam yang suci adalah para pemimpin yang tulus dan benar setelahku."

Selain argumen dari bahan Syi`ah, saya akan merasa yakin seandainya mendapatkan bukti-bukti dari kalangan kitab Ahl al-Sunnah sendiri.

Ulama Sunni: Ya, hal yang Anda jelaskan tadi memang benar, adil dan patut dihormati. Abu Bakr, `Umar,` Uthman memang bertelingkah dengan Ahl al-Bayt Rasulullah (saw).

(Di sini, Yuhanna merasa sungguh kecewa sambil mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikutnya dan berharap akan mengetahui kebenaran dan kepastian).

Yuhanna: Wahai ulama mazhab Sunni, saya mohon dengan nama Allah yang telah berfirman dalam Surah (2): 159: "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua makhluk yang bisa melaknat. " Coba jelaskan apakah ada alasan yang kuat dan argumen yang kuat, baik dalam al-Qur'an maupun hadits bahwa setelah Rasulullah (saw) wafat, Abu Bakr, `Umar dan` Uthman telah menghancurkan jalinan hubungan mereka dengan Ahl al-Bayt, `Ali, Fatimah dan Abbas. Ulama Sunni: Ya, Sahih al-Bukhari, kitab yang paling sahih menyebutkannya dalam dua bentuk:
1) `Aisyah berkata: Ayahnya, Abu Bakr bertelingkah dengan` Ali selama hampir enam (6) bulan sewaktu istrinya, Fatimah (as) masih hidup.
2) `Umar berkata:` Ali (as) dan `Abbas memiliki hubungan yang tegang dengannya.

Yuhanna: Kenapakah `Ali (as) dan` Abbas menentang kekhalifahan Abu Bakr dan `Umar? Ada sebagian penjelasan dalam mazhab Anda mengatakan bahwa menurut pandangan Syi`ah, penunjukan Abu Bakr dan `Umar yang dilaksanakan oleh umat Islam dari mazhab Sunni sebagai pengganti Nabi adalah dianggap tidak sah.

Ulama Sunni: Kitab-kitab kami ada meriwayatkan pandangan Syi`ah tersebut yang ternyata membuktikan bahwa Imam `Ali (as) dan Abbas berselisih paham dengan Abu Bakr dan` Umar. Misalnya, `Umar mengatakan` Ali (as) dan `Abbas, setelah Rasulullah (saw) wafat, bahwa Abu Bakr bangun sambil mengatakan, dia adalah orang yang paling layak menggantikan Rasulullah (saw). Pada saat inilah, `Ali (as) dan` Abbas menuntut warisan mereka. `Abbas menanyakan bagiannya dari hak milik keponakannya (Nabi (saw)), sedangkan` Ali (as) pula bagi pihak ayah mertuanya (Nabi (saw)). Abu Bakr menjawab: Nabi telah bersabda: "Kami para nabi tidak meninggalkan warisan. Apa yang kami tinggalkan hanya berupa sadaqah." Kedua hal itu tadi telah disebutkan hanya oleh Abu Bakr seorang sahaja.Allah Maha Mengetahui, apakah Abu Bakr berkata benar atau sebaliknya. Setelah kematian Abu Bakr, `Umar menggantikannya sebagai khalifah. Justru itu, `Ali (as) dan` Abbas mengatakan dia (Abu Bakr) sebagai pendusta, sedangkan mereka berdua pula di pihak yang benar. Jadi, bagaimana `Ali (as) dan` Abbas dapat menuntut warisan dari hak milik Rasulullah (saw) itu?

Semua pernyataan ini dibuat oleh `Umar sewaktu dihadiri oleh para sahabat Nabi dan tokoh terkemuka lainnya seperti Anas bin Malik,` Utsman, `Abd al-Rahman bin` Auf, Zubair, Sa`id dan lain-lain. Tidak ada seorang pun bangun menyatakan keberatan mereka terhadap dan ini jelas membuktikan bahwa Abu Bakr dan `Umar benar-benar menentang Imam` Ali (as) dan `Abbas.

Ulama Sunni menyebutkan hal ini dalam kitab-kitab mereka. Yuhanna kemudian menyela sambil berkata: Wahai tuan yang mulia! Marilah kita lupakan segala prasangka dan sikap berpura-pura dan kembali dalam diskusi ini dengan pikiran yang tenang dan terbuka mencari kebenaran yang hakiki.
1) Kitab-kitab Anda seperti Sahih Muslim dan Sahih al-Bukhari ada meriwayatkan bahwa Abu Bakr dan `Umar berbeda pendapat dengan Ahl al-Bayt Nabi (saw) dan kondisi ini terus berlanjut sampai ke akhirnya. Kenapa bisa terjadi demikian.
2) Jika prinsip-prinsip utama pegangan Syi`ah itu, mereka mendapatkannya dari pimpinan dan tunjukajar kerabat Nabi (saw), apalah salahnya mereka melakukannya. Silakan berikan argumen dari kitab-kitab Anda?


Sadiq - NAMA BAGI AHL AL-BAYT MUHAMMAD (SAW)

Berbagai argumen dan dalil mendukung fakta yang mewajibkan umat Islam mempelajari dan mengambil pimpinan dari Rasulullah (saw) dan Ahl al-Bayt (as) karena mereka memang selayaknya mendapat penghormatan dan kemuliaan. Ini dapat dilihat dalam kitab-kitab karangan Syi`ah dan Ahl al-Sunnah. Yuhanna mengaitkannya sebagai bahan diskusi ketika melakukan tanya jawab dengan para ulama Sunni.

Yuhanna: Wahai tuan yang mulia! Berdasarkan kalimat La Ilaha Illa Allah, Muhammad Rasulullah, saya menuntut Anda semua menceritakan hadits-hadits yang terkait dengannya kepada saya, dari kitab-kitab yang telah mengangkat martabat dan status suci Ahl al-Bayt Rasulullah (saw).

Ulama Sunni: Ya, Zayd bin Arqam telah meriwayatkan sebuah hadis dalam kitab Sahih Muslim dan Sahih al-Bukhari, yaitu Nabi (saw) bersabda: "Para malaikat turun memberitahuku tentang saat-saat kepergianku yang kian hampir. Oleh sebab itu, aku telah tinggalkan kepada kamu dua hal yang sangat berharga (al-Thaqalayn) yaitu al-Qur'an yang menjadi sumber ilmu, dan Ahl al-Baytku (keluarga Rasulullah (saw)) yang dimuliakan Allah dan sudah seharusnya dihormati oleh sekalian umat manusia. "

Dalam kitab Jami` al-Sahihain, Nabi (saw) berdoa: "Ya Allah, berkatilah` Ali (as) dengan sifat dermawan dan jadikanlah kebenaran selalu berada di pihaknya. " Sahib al-Kasysyaf (al-Zamakhsyari) mencatat sebuah hadits, sabda Nabi (saw): "Fatimah (as) adalah kekuatan hatiku, dua cahaya matanya adalah buah hatiku, suaminya adalah sinar kedua mataku." "Semua Imam menjadi tali penghubung antara Allah dan manusia." "Barangsiapa mencari petunjuk melalui mereka akan dirahmati dan diampuni, dan barangsiapa menyingkirkan diri dari mereka akan musnah." Bahkan Nabi (saw) pernah bersabda: "Ahl al-Baytku ibarat bahtera Nuh (as), barangsiapa menaiki bahtera itu akan selamat."

Yuhanna: Hadits yang bersumber dari kitab anda itu dapat dipercaya, khususnya di kalangan madhhab Anda sendiri. Bagi mereka yang telah mengetahuinya, seandainya mereka mencoba menghindarkan diri dari mengikuti Ahl al-Bayt, niscaya Allah jua yang Maha Mengetahui, apakah Syi`ah itu di pihak yang benar atau sebaliknya.

Kedua: Kalau hadits tersebut ada dalam kitab-kitab Anda sendiri, justru itu apakah sebabnya Anda mengutuk mereka dan mengatakan mereka selayaknya dibunuh. Anda membandingkan Ahl al-Bayt Rasulullah (saw) dengan Abu Bakr, `Umar dan` Utsman sedangkan hadits Muslim jelas mewajibkan (umat Islam) mengikuti Ahl al-Bayt (as). Jika Syi`ah yang melakukannya, tentunya mereka berada di pihak yang benar.


SUATU observasi Abu Bakr, `UMAR DAN` UTHMAN

Para ulama Sunni memberikan suatu pola baru dalam diskusi itu dengan menyatakan bahwa kata Rafidi (yang digunakan untuk Syi`ah) diambil dari kata rafd yang berarti "menentang perintah dan sabda Nabi (saw). Justru itu, mereka layak menerima hukuman karena melawan dan mengkritik tindakan para sahabat Nabi seperti Abu Bakr, `Umar dan` Utsman.


Yuhanna: Atas dasar apakah, Syi`ah melawan ketiganya?

Maulana Rasyid Syafi'i: Di ​​antara argumen Syi`ah adalah mereka mengatakan: "Abu Bakr telah bertindak menyakiti hati Fatimah (as) dan barang siapa yang menyakiti Fatimah (as) berarti dia menyakiti Nabi (saw). Jika Rasulullah (saw ) disakiti niscaya laknat Allah akan ditimpakan ke atas orang yang bertanggung jawab melakukannya. "

Yuhanna: Hal yang sama terdapat dalam hadits Nabi (saw) yang juga ditemukan dalam kitab-kitab Anda. Sahih al-Bukhari, kitab yang paling sahih ada menyebutkan bahwa Nabi (saw) bersabda: "Fatimah (as) adalah bagian dari diriku. Barangsiapa menyakiti Fatimah (as), dia menyakiti diriku dan barangsiapa bersikap tidak sopan terhadapnya, ia juga bersikap demikian terhadapku . " Hadits-hadits tersebut ada disebutkan dalam kitab Anda, dan Anda sudah seharusnya beriman dengan hadits-hadits itu. Mencoba menjelaskan secara rinci, apakah Abu Bakar memang pernah menyakiti hati Fatimah (as) atau tidak?

Ulama Sunni: Memang benar hadits itu tadi ada tercatat dalam kitab kami. Sahih al-Bukhari juga menyebutkan bahwa setelah wafatnya Nabi (saw), Fatimah (as) telah menemui Abu Bakr untuk menuntut hak warisannya, tapi Abu Bakr menolak tuntutannya. Atas alasan inilah, Fatimah (as) telah berkecil hati terhadapnya dan tidak pernah berbicara dengannya hingga kematian menjemputnya pergi. Fatimah (as) telah meninggalkan pesan untuk suaminya Imam `Ali (as) agar menguburkannya pada waktu malam sehingga Abu Bakr dan para sahabatnya tidak dapat menghadiri upacara pemakaman atau mengetahui hal tersebut. Inilah di antara intisari yang terkandung dalam hadits itu.

A'isyah sendiri menegaskan bahwa setelah Nabi (saw) wafat, Fatimah (as) telah datang menemui Abu Bakr dan menuntut kebun Fadak (yang Nabi (saw) peroleh selama Perang Khaybar) dan hanya Fatimah (as) sajalah satu-satunya pewaris kebun tersebut. Abu Bakr menolak haknya sambil menyerahkan sebuah hadits yang menjelaskan bahwa "para nabi tidak meninggalkan warisan. Apa saja yang menjadi milik nabi hanyalah berupa sadaqah untuk dibagikan kepada seluruh umat Islam, termasuk juga keluarga nabi yang berhak menerima hasilnya."

Sepanjang hidup Rasulullah (saw), beliau menggunakan harta itu untuk kepentingan umum, justru itu Abu Bakr ingin melakukan hal yang serupa. Dengan bertindak demikian, dia telah menyangkal semua hak Fatimah (as). Kejadian ini digambarkan dengan jelas dalam kitab Sahih al-Bukhari dari riwayat 'Aisyah. (Kebun Fadak itu telah diubahkan kepada nama Fatimah (as) pada masa Rasulullah (saw) masih hidup, tetapi setelah beliau wafat, Abu Bakr telah merampasnya dari Fatimah (as).)

Yuhanna: Hadits-hadits tersebut ternyata membuktikan bahwa Abu Bakr memang benar-benar telah menyakiti hati Fatimah (as) dan bertindak secara tidak adil terhadapnya. Ketika Fatimah (as) disakiti, seolah-olah Nabi (saw) sendiri yang disakiti. Allah berfirman dalam Surah al-Ahzab (33): 57: "Barangsiapa menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.".

Al-Qur'an dan al-Hadits Nabi (saw) telah menegaskan demikian. Jadi, siapa saja biarpun mereka itu terdiri dari kalangan sahabat Nabi sekalipun, mereka juga layak dilaknati jika menyakiti atau bertindak tidak wajar terhadap Rasulullah (saw) dan anak perempuan beliau, Fatimah (as).

Sampai ke tingkat ini, para ulama Sunni kebingungan dan tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Mereka kemudian mencoba mencari trik untuk mengatasi persoalan ini dengan mengalihkan topik pembicaraan ke persoalan lain yaitu apakah kekhalifahan Abu Bakr itu adalah dari anugerah Allah atau ijma`.


Yuhanna: Kenapa semua membisu. Silakan kemukakan jawaban atas pertanyaan ini?

Ulama Sunni: Para ulama terdahulu dari kami telah pun memberikan jawabannya. Mereka mengatakan bahwa khalifah mereka adalah seorang yang adil karena mereka dinyatakan melalui pemilihan umum (ijma`) dan telah diakui kebenarannya. Jadi, bagi siapa yang tidak mau menerima kenyataan ini selayaknya dibunuh.

Yuhanna: Maksud Anda, titik perbedaan persoalan ini adalah oleh karena pemilihan khilafah ini dibuat secara ijma`, ia harus dianggap adil dan sah, dan jika Ahl al-Bayt Nabi (saw) menentang keputusan ini, mereka layak dihukum mati.

Kedua: Anda juga mengatakan bahwa Abu Bakr, `Umar dan` Utsman akan ditempatkan di surga, dan ini harus menjadi bukti. Sebenarnya, hal ini direkam oleh al-Hamidi dalam kitab Jami` bain al-Sahihain. Dia mengutip dari `Abdullah bin` Abbas yang meriwayatkan dari Nabi (saw) yang telah bersabda: "Apabila umatku dibawa ke hadapanku di Hari Pengadilan nanti, sebagian dimurkai Allah. Lalu, aku menanyakan sebabnya, karena mungkin mereka terdiri dari para sahabatku juga. Allah melalui wahyu kemudian memberitahuku: "kamu tidak mengetahui apa yang telah mereka perbuat setelah kewafatanmu yang menjadi faktor penyebab segala kejadian yang buruk. Aku akan menjawab, bahwa sepanjang hayatku aku memang mengetahui gerak-gerik mereka tapi ketika aku mati hanya Engkaulah hanya Tuhan yang Maha Mengetahuinya. Apa saja yang Engkau lakukan, itulah kehendakmu karena Engkaulah Tuhan yang Maha Adil. Pada saat itu Allah akan mewahyukan kepadaku yaitu sahabat-sahabat tadilah yang telah melawan segala perintah dan ajaran selepasmu. "Dari bukti ini menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang yang layak menerima rahmat Allah dan menempati surga-Nya. Sahih al-Bukhari juga meriwayatkan bahwa` Umar pernah berkata: "Pemilihan khalifah Abu Bakr dilakukan secara terburu-buru (faltah) dan tidak begitu perlu, juga tidak dilakukan menurut pendapat bersama. Semoga Allah menyelamatkan umat Islam dari kejadian ini pada masa yang akan datang. Jika sekiranya ditemukan siapa pun mengikuti cara ini, tangkaplah dia dan bunuh. ".

Yuhanna menyimpulkan bahwa pemilihan Abu Bakr bukanlah dilakukan menurut keputusan Rasulullah (saw) maupun oleh umat Islam seluruhnya.


ADAKAH PERLANTIKAN Abu Bakr BAGI JAWATAN KHALIFAH DILAKUKAN OLEH NABI SAW?

Yuhanna: Apakah Rasulullah (saw) menunjuk Abu Bakr untuk jabatan khalifah itu hanya untuk beberapa hari saja?

Ulama Sunni: Saat Rasulullah (saw) sedang menderita sakit, beliau telah meminta para sahabatnya yang duduk dekat supaya membawakan tinta dan pena supaya beliau dapat memberikan petunjuk dan pimpinan yang berguna untuk membantu mereka setelah wafat beliau (saw). Lalu seorang sahabat Nabi berkata: "Oleh karena Nabi (saw) dalam kondisi sekarat (sakit parah), baginda meracau-racau (hajara)."


Yuhanna: Dapatkah Anda namakan sahabat yang mengucapkan kata-kata tersebut?

Ulama Sunni: Dia adalah `Umar yang menyebutkan kata tersebut di luar dari batas kejujuran dan rasa dekatnya kepada Nabi (saw).

Yuhanna: Maksudmu, dia (`Umar) merasa khawatir dan khawatir Nabi (saw) akan menuliskan janji khalifah yang bakal menggantikan beliau. Justru karena ragu-ragu yang dia sendiri tidak akan terpilih, lalu dia (`Umar) menolak permintaan Nabi (saw) (untuk mendapatkan tinta dan pena). Dengan itu, dia telah membela dirinya dengan mengatakan bahwa Rasulullah saw) meracau-racau dan tidak dapat ditaati perintahnya.

Wahai para ulama cerdik pandai yang dimuliakan! Aku cari yang paling benar. Aku bukan dari golongan Syi`ah atau Sunni. Anda mengatakan bahwa Nabi (saw) dalam wasiat beliau tidak menunjuk siapa pun sebagai penggantinya, tetapi hasil pengkajianku dari kitab Tawrat dan Alkitab menunjukkan bahwa Allah tidak pernah memberi kenabian (al-Nubuwwah) kepada siapa pun juga sampai dia menetapkan siapa bakal penggantinya.

Bahkan al-Qur'an sendiri telah mengatakan bahwa sudah menjadi kewajiban bagi setiap manusia meninggalkan wasiat ketika sedang sakit parah dan dengan demikian dapat menempatkan keluarga Anda dalam kondisi yang baik.

Di pihak yang lain, kitab-kitab Anda al-Bukhari, Muslim dan kitab al-Fara'id telah mencatat hadis yang disabdakan oleh Nabi (saw) agar Anda meninggalkan wasiat dan meletakkannya dekat ketika sakit. Ini jelas menunjukkan mungkin Nabi (saw) tidak membuat janji pengganti berikutnya sebelum beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Yuhanna: Allahu-Akbar !!! Kamu tidak ubah seperti penyembah berhala, ketika mereka tidak dapat memberikan argumen yang meyakinkan, mereka berdalih dengan mengatakan mereka hanya menuruti jejak nenek moyang mereka yang dirasakan benar.

Sekarang ini, konsep bertaklid tersebut memang jelas salah dan dengan mengikutinya secara buta, tentulah akan menambahkan penyimpangan dan penyimpangan dari kenyataan yang sebenarnya.


KRITIKAN TERHADAP PARA SAHABAT

Para ulama Sunni di tingkat terakhir ini mengajukan satu pertanyaan lagi, "jika sekiranya golongan Syi`ah dapat meninggalkan hal ini, kami akan berhenti melawan mereka."


Yuhanna: Apakah persoalan itu?

Para ulama: Mereka harus berhenti mengkritik dan mengutuk Abu Bakr, `Umar,` Uthman dan `Aisyah karena Syi`ah percaya bahwa barang siapa memiliki hubungan dengan mereka tidak akan bisa memasuki surga. Ini tentunya tidak dapat diterima.


Yuhanna: Apakah Syi`ah memiliki dalil-dalil untuk membuktikannya?

Maulana Rasyid Syafi'i: Syi`ah berpendapat dengan peristiwa saat Abu Bakr menjadi khalifah, dia telah menyingkirkan dan menyangkal hak Fatimah (as) [satu-satunya buah hati Rasulullah (sawa)] ke atas tanah Fadak, dan melukai hatinya dengan cara tersebut . Lantaran itulah, Fatimah (as) tidak pernah bertegur sapa lagi dengan Abu Bakr selama hidupnya masih di kandung badan.


Yuhanna: Benarkah apa yang dikatakannya itu?

Para ulama: Kami tidak menafikannya karena kejadian ini juga disebutkan dalam Sahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.

Yuhanna: Hadits Rasulullah (sawa) menyatakan dalam kitab kamu sendiri yang berarti: "Fatimah (as) adalah bagian dari diriku. Barang siapa menyakiti hati Fatimah (as), juga menyakiti hatiku, dan barang siapa menyakitiku berarti menyakiti Allah (swt)."

Al-Qur'an menyebutkan firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat." Kalaulah Sahih Muslim, al-Bukhari dan al-Qur'an selalu benar, sudah pasti siapapun yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya patut dilaknat.

Berkenaan dengan `Aisyah, memang benar dia melawan` Ali (as) dalam Perang Jamal atau dengan kata-kata lain menentang Rasulullah (sawa) juga. Nabi (sawa) pada masa hidup beliau mengatakan: "barang siapa memusuhi` Ali (as), dia juga memusuhi aku dan barang siapa bersahabat dengannya, juga bersahabat denganku. "

Dalam Islam, wanita tidak diperbolehkan terlibat dalam perang. Jadi, kalau seorang itu menentang Imam, dia berhak dilaknat oleh Allah dan Rasul-Nya.

Kini, para ulama 'tadi semuanya diam dan Yuhanna sudah menemukan apa yang dicarinya selama ini. Dengan tenang, ia meminta para ulama Sunni agar tidak lagi menyebut golongan Syi`ah sebagai Rafidi, karena merekalah yang sebenarnya berada di pihak yang benar. Mereka memiliki argumen yang kuat dan kokoh bahwa di antara 73 madhhab dalam Islam, hanya madhhab mereka saja yang diberkati Allah (swt). Siapapun yang awalnya mengakui fakta ini tetapi kemudian membelot tidak mau melakukannya akan selamanya berada dalam kesesatan yang nyata.

Wahai para ulama Sunni sekalian, saksikanlah bahwa aku kini telah menerima Islam dan Syi`ah sebagai peganganku, dan aku berharap moga-moga Allah memberkatiku. Aku bersaksi dengan kalimat suci: "Asyhadu an la ilaha illa-Llah .., wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah .., wa asyhadu anna` Aliyyan wali wa wasi al-Rasul, wa khalifata bi'l-Haq. Aku menerima madhhab Syi` ah dalam Islam. Aku bermohon kepada Allah semoga Dia akan memberikan petunjuk kepadaku untuk menuju kehidupan berikutnya dan aku berharap agar aku jua dinonaktifkan Allah bersamanya.

(Alraudah-Alridho/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: