Pesan Rahbar

Home » , » Dr. Fereshteh Ruhafza: Dosen Universitas Manchester Inggris

Dr. Fereshteh Ruhafza: Dosen Universitas Manchester Inggris

Written By Unknown on Saturday 20 September 2014 | 10:03:00


Dr. Fereshteh Ruhafza adalah salah seorang wanita Iran yang mengukir prestasi gemilang di dunia akademi. Dia meraih gelar doktor di bidang elektronik, menjabat sebagai dosen di Universitas Manchester Inggris dan diakui sebagai salah seorang peneliti dalam masalah perempuan. Dr Ruhafza banyak melakukan telaah terkait kondisi kaum perempuan dan keluarga. Dia juga membukukan penelitian dalam hal patologi kehidupan sosial di Dunia Barat dan sebuah kajian lengkap yang membandingkan hak-hak wanita menurut Islam dan kondisinya di Barat. Wanita ilmuan ini banyak melahirkan karya tulis yang mengulas tentang kondisi perempuan di masyarakat Barat, yang salah satu karyanya dalam hal ini ditulis dengan kerjasama sejumlah lembaga kebudayaan di Iran.

Berkat karya-karya dan hasil kerjanya di bidang keilmuan, Lembaga Kebudayaan dan Hubungan Islam dalam seminar Wanita Pemikir Dunia menobatkan Dr. Fereshteh Ruhafza sebagai wanita teladan. Dalam banyak kesempatan dia hadir dalam wawancara dengan sejumlah saluran televisi dunia. Salah satu wawancaranya adalah dengan televisi Hidayah di Inggris. Wawancara tersebut membahas tentang hak-hak kaum wanita dalam Islam.

Dr. Ruhafza menulis banyak karya di bidang spesialisasinya yaitu elektronik. Dalam salah satu karya tulisnya, dia membahas tentang cara otomatis melindungi pusat pembangkit listrik. Makalah lain yang ia tulis adalah cara melindungi pembangkit air-laut. Berkat kerja kerasnya di bidang keilmuan, Dr. Ruhafza mendapat penghargaan dari Presiden dalam sebuah acara khusus yag diselenggerakan  untuk memberikan penghormatan kepada wanita-wanita Iran berprestasi.

Ditanya, apakah kondisi kaum perempuan di Barat sudah mencapai kondisi krisis?, Dr Ruhafza menjawab, “Pembahasan tentang krisis bagi kaum wanita bukan hal yang baru di dunia Barat. Krisis ini semakin hari semakin memprihatinkan. Dengan kata lain, derita kaum wanita dan krisis keluarga di dunia Barat dimulai sejak munculnya pembahasan tentang feminisme. Data yang memperlihatkan kian peliknya kesulitan dan problema dalam kaitan ini menunjukkan bahwa Barat semakin terpuruk dan mundur. Seakan perempuan di sana tak dihargai sebagai manusia dan hanya dipandang sebagai alat pemuas nafsu kaum lelaki. Padahal perempuan juga manusia yang punya serangkaian hak dan kewajiban. Sayangnya, Barat mengenalkan perempuan dalam bentuk paling keji namun dikemas dalam kemasan yang paling menarik. Saat ini pembahasan tentang kemerosotan keluarga di Dunia Barat adalah topik paling aktual. Tapi di saat yang sama, orang-orang Barat menyebut kesulitan mereka sebagai kesulitan dunia dan seakan mereka hidup di surga dunia.”

Dr. Fereshteh Ruhafza meyakini adanya hubungan langsung antara runtuhnya kehormatan keluarga dan pupusnya peran wanita dengan meningkatnya kemerosotan moral dan tumbuh maraknya masalah sosial. Dia mengatakan, “Anak-anak tidak lagi mengenal ayah mereka. Untuk mengetahui identitas diri mereka terpaksa harus mendatangi bank-bank DNA. Banyak yang memproleh jawaban yang salah. Sumber dari semua bencana ini adalah kebejatan moral, krisis kesusilaan, dan kebebasan yang menjijikkan sekaligus menggelikan yang dikampanyekan di Barat. Bukankah kondisi ini layak disebut krisis? Ini adalah petaka besar. Ini satu dimensi, sementara masih ada banyak dimensi lainnya. Ini adalah masalah keluarga. Terkait masalah perempuan, ada banyak sekali dilema yang sangat mengerikan.”

Untuk itu, Dr Ruhafza menekankan untuk menjaga keharmonisan dan kesucian keluarga. Mengenai kondisi keluarga di Barat, dia menuturkan, “Perlu dicatat bahwa pandangan masyarakat Barat terkait masalah keluarga sudah mengalami pergeseran. Sudah ada banyak pernyataan dan pandangan akademisi yang membela prinsip mempertahankan keluarga. Mereka sudah sampai pada kebuntuan sehingga meyakini bahwa institusi keluarga harus dijaga. Pemikiran seperti ini semakin diterima di sana.”

Untuk mengatasi krisis sosial di Barat ini, Dr. Ruhafza menyatakan bahwa langkah awal adalah dengan memberikan penyuluhan dan meningkatkan pemahaman kaum wanita Barat akan makna kehidupan. Katanya, “Saya tegaskan bahwa para pemikir dan intelektual Barat bahkan kaum wanita sendiri di sana sedang mencari jalan keluar. Saat ini jumlah perempuan Barat yang memilih masuk Islam  semakin meningkat tajam. Bisa dikatakan bahwa mereka yang masuk Islam sebagian besarnya adalah perempuan. Ini menandakan bahwa mereka sendiri sedang mencari jalan keluar. Padahal, pemerintah di negara-negara Barat getol melancarkan propaganda anti Islam. Karena itu fenomena kian banyaknya orang yang masuk Islam harus dipelajari dengan cermat. Apa yang menjadi faktor pemicunya? Saat ini, perempuan di Barat sedang mencari identitas diri. Mereka berusaha mencari tahu hak-hak insaninya. Dalam upaya pencarian ini, tempat berlindung yang paling kokoh menurut mereka hanya ada pada Islam.”

Dr. Ruhafza melanjutkan, “Perempuan yang memfokuskan seluruh perhatiannya untuk mencari jatidiri lewat wujud seorang pria dan hanya berpikir untuk memberikan kenyamanan bagi suaminya, dimanakah letak hak-hak asasinya sebagai manusia? Apakah wanita seperti ini kehilangan sisi kemanusiaannya? Islam punya jawaban yang tepat untuk masalah ini. Propaganda yang ditebar oleh Barat semuanya bohong. Dan mereka sendiri menyadari kebohongan itu. Mereka tahu bahwa Islam memiliki konsep yang paling baik dan paling sempurna.”

Mengenai pandangan Islam dalam masalah perempuan, Dr. Ruhafza mengatakan, “Islam mewajibkan kepada suami untuk memenuhi semua kebutuhan materi istrinya. Islam juga menekankan bahwa keunggulan antara laki-laki dan perempuan ditentukan oleh ketakwaan. Islam menetapkan bahwa laki-laki harus menjadi pelindung keluarga dan menjamin kesejahteraan istri dan anak-anaknya. Sebagai Muslim, kita mesti mengenalkan pandangan Islam ini kepada dunia. Masyarakat dunia akan menyambut Islam dengan tangan terbuka jika mengenal ajarannya yang sangat mulia. Sebab, hanya Islamlah yang memiliki konsep paling manjur untuk kebebasan hakiki umat manusia. Pandangan Islam yang sebenarnya harus dipaparkan, bukan pandangan menyimpang yang disampaikan oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab dengan mengatasnamakan Islam. Islam selalu punya pandangan yang aktual dan relevan untuk setiap zaman. Ajaran Islam sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan hakiki manusia. Hak yang diberikan Islam selalu sejalan dengan kewajiban yang dipikulkan kepadanya. Islam memandang semua orang secara serentak lalu menentukan hak dan kewajiban bagi masing-masing. Karena itu, kewajiban dan hak yang dipikulkan dan diberikan Islam kepada laki-laki dan perempuan dalam keluarga jika dilaksanakan dengan baik akan menciptakan kasih sayang dan kedamaian.”

Sumber: Irib.ir
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: