Tak banyak yang tahu darimana asal muasal sebutan Habib. Orang awam hanya paham, Habib identik dengan ustadz keturunan Arab dengan stereotip berjanggut tebal dan bersorban. Publik hanya mengetahui bahwa Habib adalah pendakwah yang harus dihormati.
Jika
ditelisik dalam perspektif antropologis, munculnya Habib merupakan
fenomena ‘penghormatan’ terhadap keturunan Nabi Muhammad SAW. Sebutan
Habib itu dinisbatkan secara khusus terhadap laki-laki keturunan Nabi
Muhammad SAW melalui pernikahan Sayyidah Fatimah az-Zahra ra dengan
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra yang berputra Hasan dan Husein serta
Zainab.
Istilah
Habib umumnya mengacu kepada keturunan Rasulullah SAW yang dari
Hadaramaut Yaman. Namun keturunan Nabi Muhammad SAW yang bukan dari
Hadramaut umunya memakai gelar Sayyid atau Syarif. Bagi para perempuan
keturunan Nabi Muhammad SAW, di Indonesia umumnya disebut Syarifah.
Di
Indonesia gelar untuk keturunan Rasulullah SAW menjadi bermacam-macam.
Beberapa diantaranya Yek untuk daerah Jawa, Ayip untuk daerah Palembang
dan sekitarnya. Ada pula gelar mereka yang sudah akrab bagi warga Banten
dan sekitarnya yakni Tubagus. Gelar Tubagus diberikan bagi keturunan
Rasulullah SAW dari fam Azmatkhan. Fam ini diambil dari Sayyid Abdul
Malik Sayyid Abdul Malik lahir di kota Qasam, sebuah kota di Hadhramaut,
sekitar tahun 574 Hijriah.
Ia
juga dikenal dengan gelar “Al-Muhajir Ilallah”, karena beliau hijrah
dari Hadhramaut ke Gujarat untuk berdakwah sebagaimana kakeknya, Sayyid
Ahmad bin Isa, digelari seperti itu karena ia hijrah dari Iraq ke
Hadhramaut untuk berda’wah. Menurut Sayyid Salim bin Abdullah
Asy-Syathiri Al-Husaini (Ulama’ asli Tarim, Hadramaut, Yaman), keluarga
Azmatkhan yang merupakan leluhur Walisongo di nusantara adalah dari Qabilah Ba’Alawi atau Alawiyyin asal Hadramaut, Yaman, dari gelombang pertama yang masuk di nusantara dalam rangka penyebaran Islam. (sumber : Wikipedia)
Dari
trah itulah muncul gelar khusus, yaitu Habib (yang tercinta), Sayid
(tuan), Syarif (yang mulia) Tubagus, dan lain sebagainya. Gelar Habib
juga berarti panggilan kesayangan dari cucu kepada kakeknya dari
golongan keluarga tersebut. (Sumber: Wikipedia)
Berdasarkan
catatan Rabithah Alawiyah, organisasi yang melakukan pencatatan
silsilah para habib, ada sekitar 20 juta orang di seluruh dunia yang
menyandang gelar ini. Mereka yang juga disebut alawiyin atau saadah itu
terdiri dari 114 marga. Menurut Ar-Rabithah, hanya keturunan laki-laki
saja yang berhak menyandang gelar Habib.
Di
kalangan Arab-Indonesia, menurut catatan Rabithah Alawiyah, ada sekitar
1,2 juta orang yang ‘berhak’ menyandang sebutan Habib. Mereka memiliki
moyang yang berasal dari Yaman, khususnya Hadramaut.
Dari
merekalah tersusun silsilah yang menjuntai hingga belasan abad, dari
Hadramaut (Yaman) hingga ke Tanah Abang (Jakarta). Yaitu sebuah silsilah
keturunan Nabi Muhammad SAW dari garis keturunan Sayyidah Fathimah ra,
yang menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. Sebutan yang paling
populer untuk ‘menghormati’ para keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur
Sayyidah Fathimah ra ini adalah Habib atau Habaib (jamak).
Selain
itu, untuk keturunan Rasulullah saw, dengan menarik garis keturunan
secara matrilineal (keturunan dari perempuan ) di Indonesia dianggap
bukan habib meski secara umum masih dinilai sebagai keturunan Rasulullah
SAW. Keturunan Rasulullah SAW yang dari jalur Ibu kalau di
negara-negara Timur Tengah dan India disebut Mirza.
Para
Habib sangat dihormati oleh masyarakat muslim Indonesia, karena
dianggap sebagai tali pengetahuan yang murni dari garis keturunan
langsung Nabi Muhammad. Penghormatan ini sangat membuat gusar para
kelompok anti-sunnah yang mengait-kaitkan hal ini dengan bid’ah.
Faktanya, Habaib di Indonesia sangat banyak memberikan pencerahan dan
pengetahuan akan agama Islam. Sudah tak terhitung jumlah orang yang
akhirnya memeluk agama Islam di tangan para Habib itu.
Komunitas
keturunan Sayyidah Fathimah ra dikelompokkan ke dalam sejumlah famili
(fam), yang kemudian tercermin dalam nama keluarga yang disandangnya,
seperti Syihab atau Shahab, Assegaf, dan sebagainya. Salah satu fam yang
menonjol adalah Assegaf. Bahkan tiga sosok Habib yang cukup
menghebohkan ‘dunia intelejen’ di Indonesia itu menyandang nama Assegaf.
Mereka adalah Mahmud bin Ahmad Assegaf, Abdurrahman Assegaf dan Nur
Hidayat Assegaf (Simak sosok ketiganya di artikel berikutnya).
Di
luar tiga sosok tersebut, ada pula Habib yang kerap mewarnai hingar
bingar politik di Indonesia. Ia tak lain Habib Rizieq Shihab, Ketua FPI
(Front Pembela Islam). Habib Rizieq dikenal luas lantaran menerapkan
cara-cara destruktif dalam menegakkan syariat Islam.
Selain
Rizieq, tentu masih banyak Habib yang berdakwah dengan cara moderat,
damai dan menenteramkan. Semisal Habib ali Kwitang Habib Lutfi bin Yahya
Pekalongan Jawa Tengah yang menjadi Ketua Thariqah Muktabaroh PBNU,
Alm. Habib Munzir Al Musawa dan Habib. Selain itu, banyak pula Habib
yang meniti karir di birokrasi seperti Ali Alatas dan Salim Segaf
Al-Jufri.
Beberapa Habib yang populer di Indonesia:
1. Habib Ali Kwitang, Pendiri Majelis Ta’lim Kwitang, Jakarta.
2. Habib Ali Alatas, mantan menteri luar negri
3. Habib Rizieq, pendiri dan ketua FPI
4. Husein Ali Alhabsi, ulama tuna netra ketua Ikhwanul Muslimin Indonesia
5. Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf, Pemimpin Majelis Ta’lim Nurul Musthofa, Jakarta
6. Habib Munzir AlMusawa, Pemimpin Majelis Ta’lim Majelis Rasululloh SAW, Jakarta
7. Habib Nabil AlMusawa (adik Habib Munzir), wakil rakyat Kalimantan Selatan di DPR dari Partai Keadilan Sejahtera
8. Habib Aboe Bakar Alhabsi, wakil rakyat Kalimantan Selatan di DPR dari Partai Keadilan Sejahtera
9. Habib Salim Segaf Al-Jufri, Menteri Sosial Kabinet Indonesia Bersatu II
10. Habib Muhammad Ridwan Al-Jufrie, Qari & Hafidz Muda dari Jawa Barat yang Kuliah di Al-Azhar University Cairo.
Tentu
tidak semua keturunan Arab bisa disebut Habib. Misalnya, Abu Bakar
Ba’asyir mantan Amir Mujahidin MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) yang
kini memimpin Jama’ah Ansharut Tauhid. Menurut Ba’asyir, dirinya bukan
keturunan Fathimah ra. Fam-fam Arab non alawiyin atau saadah banyak
terdapat di Indonesia. Beberapa diantaranya Baradja, Baswedan, Attamimi,
Badjuber, al-Amri dan lain sebagainya.
Sumber : Media Indonesia dan wikipedia
Post a Comment
mohon gunakan email