Mosul – Apa yang yang tersisa dari Islam
jika agama ini ditampilkan oleh ISIS yang mengaku satu-satunya yang
berhak merepresentasikannya? Lalu apa pula di benaknya ISIS dengan
melakukan kekejaman kepada warga sipil? Lalu di manakah kasih sayang
mereka kepada sesama ketika harus mengancam warga Kristen yang dipaksa
masuk Islam atau dibunuh?
Kebringasan mereka semakin menjadi, bahkan mengerucut menjadi bullying dari yang kuat kepada yang lemah. Mereka tidak menyadari bahwa di jaman keterbukaan informasi ini bullying yang bersifat SARA akan lebih cepat ketahuan.
Akibat seruan pemaksaan itu, kini 3.000 warga Kristen Mosul diperkirakan meninggalkan kota itu haya dengan sekedar apa yang bisa dibawa mencari tempat yang aman jauh dari jangkauan ISIS.
Tidak tahan dengan nasib warga Nasrani dizalimi, ribuan Muslim di Baghdad, Irak, pasang badan untuk membela warga Kristen di Mosul, yang diteror kelompok ISIS yang kini berganti nama jadi Negara Islam (IS).
Para warga Muslim bersolidaritas dan menyerukan persatuan rakyat Irak. Kelompok Negara Islam pada Jum’at 18 Juli 2014, pekan lalu telah mengultimatum warga Kristen di Mosul, Irak utara.
Ultimatum itu berupa tiga pilihan untuk warga Kristen di Mosul. Yakni, pindah agama, membayar jizyah (pajak khusus) atau memilih mati di ujung pedang. Akibat ultimatum itu, banyak warga Kristen Mosul melarikan diri.
Mengutip dari Sindonews, setidaknya 200 warga Muslim Irak bergabung dengan warga Kristen dalam kebaktian khusus di Baghdad timur, sebagai bentuk solidaritas.
”Kejahatan keji kelompok Negara Islam dilakukan bukan hanya terhadap orang Kristen, tetapi terhadap kemanusiaan,” kata kepala Gereja terbesar Irak, Louis Patriark Raphael, dalam kebaktian khusus Minggu kemarin, seperti dikutip Reuters, Senin 21 Juli 2014.
Tak hanya warga Kristen yang merasa diteroror kelompok pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi itu. Warga Muslim Syiah, warga sekte Yazidi dan Shabaks, juga ketakutan dan telah melarikan diri dari Mosul.
Kelompok yang memproklamirkan kekhalifahan Islam itu juga telah meledakkan masjid kaum minoritas dan situs-situs suci di Mosul.
”Bagaimana mungkin di abad ke-21, orang bisa dipaksa meninggalkan rumah mereka, hanya karena beragama Kristen, Muslim Syiah, Muslim Sunni atau Yazidi?, tanya Raphael.
”Keluarga Kristen telah diusir dari rumah mereka dan barang-barang berharga mereka dicuri. Harta benda mereka disita atas nama kelompok Negara Islam,” lanjut dia.
Dia menyebut, perilaku kelompok Negara Islam itu lebih buruk dari pemimpin Mongol, Genghis Khan dan cucunya Hulagu yang pernah berulah di Baghdad. “Ini belum pernah terjadi dalam sejarah Kristen atau Islam. Bahkan Genghis Khan atau Hulagu Khan pun tidak melakukan ini,” ujar dia.
Tahun 1258 tentara Mongol pernah menyerbu Baghdad dan menewaskan ribuan orang. Invasi tentara Mongol kala itu juga meruntuhkan sebuah kekhalifahan yang berlangsung hampir 600 tahun di Baghdad.
Kebringasan mereka semakin menjadi, bahkan mengerucut menjadi bullying dari yang kuat kepada yang lemah. Mereka tidak menyadari bahwa di jaman keterbukaan informasi ini bullying yang bersifat SARA akan lebih cepat ketahuan.
Akibat seruan pemaksaan itu, kini 3.000 warga Kristen Mosul diperkirakan meninggalkan kota itu haya dengan sekedar apa yang bisa dibawa mencari tempat yang aman jauh dari jangkauan ISIS.
Tidak tahan dengan nasib warga Nasrani dizalimi, ribuan Muslim di Baghdad, Irak, pasang badan untuk membela warga Kristen di Mosul, yang diteror kelompok ISIS yang kini berganti nama jadi Negara Islam (IS).
Para warga Muslim bersolidaritas dan menyerukan persatuan rakyat Irak. Kelompok Negara Islam pada Jum’at 18 Juli 2014, pekan lalu telah mengultimatum warga Kristen di Mosul, Irak utara.
Ultimatum itu berupa tiga pilihan untuk warga Kristen di Mosul. Yakni, pindah agama, membayar jizyah (pajak khusus) atau memilih mati di ujung pedang. Akibat ultimatum itu, banyak warga Kristen Mosul melarikan diri.
Mengutip dari Sindonews, setidaknya 200 warga Muslim Irak bergabung dengan warga Kristen dalam kebaktian khusus di Baghdad timur, sebagai bentuk solidaritas.
”Kejahatan keji kelompok Negara Islam dilakukan bukan hanya terhadap orang Kristen, tetapi terhadap kemanusiaan,” kata kepala Gereja terbesar Irak, Louis Patriark Raphael, dalam kebaktian khusus Minggu kemarin, seperti dikutip Reuters, Senin 21 Juli 2014.
Tak hanya warga Kristen yang merasa diteroror kelompok pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi itu. Warga Muslim Syiah, warga sekte Yazidi dan Shabaks, juga ketakutan dan telah melarikan diri dari Mosul.
Kelompok yang memproklamirkan kekhalifahan Islam itu juga telah meledakkan masjid kaum minoritas dan situs-situs suci di Mosul.
”Bagaimana mungkin di abad ke-21, orang bisa dipaksa meninggalkan rumah mereka, hanya karena beragama Kristen, Muslim Syiah, Muslim Sunni atau Yazidi?, tanya Raphael.
”Keluarga Kristen telah diusir dari rumah mereka dan barang-barang berharga mereka dicuri. Harta benda mereka disita atas nama kelompok Negara Islam,” lanjut dia.
Dia menyebut, perilaku kelompok Negara Islam itu lebih buruk dari pemimpin Mongol, Genghis Khan dan cucunya Hulagu yang pernah berulah di Baghdad. “Ini belum pernah terjadi dalam sejarah Kristen atau Islam. Bahkan Genghis Khan atau Hulagu Khan pun tidak melakukan ini,” ujar dia.
Tahun 1258 tentara Mongol pernah menyerbu Baghdad dan menewaskan ribuan orang. Invasi tentara Mongol kala itu juga meruntuhkan sebuah kekhalifahan yang berlangsung hampir 600 tahun di Baghdad.
Post a Comment
mohon gunakan email