kalo ikut tahlilan termasuk ahlusunnah wal jamaah ga pung?
Beda Pilihan Politik Jangan Rusak Persatuan NU – Syi’ah.
Warga NU diminta untuk tetap menjaga kekompakan dan persatuan meskipun saling berbeda soal pandangan politik. Perpecahan NU – Syi’ah hanya bersifat politik, sedang akidah mereka tetap satu.
Jika NU menganggap Nabi SAW tidak menunjuk siapapun menjadi khalifah pasca beliau wafat, maka Syi’ah justru menganggap Imam Ali sebagai khalifah.Agama tidak boleh dijadikan komoditas maupun jargon-jargon politik. Penggunaan simbol agama merupakan bentuk ketidakdewasaan berpolitik yang bisa memicu konflik umat beragama.
Prinsip Jalan Hidup dan Dakwah NU – Syi’ah. |
Warga NU diminta untuk tetap menjaga kekompakan dan persatuan meskipun saling berbeda soal pandangan politik. Perpecahan NU – Syi’ah hanya bersifat politik, sedang akidah mereka tetap satu. Jika NU menganggap Nabi SAW tidak menunjuk siapapun menjadi khalifah pasca beliau wafat, maka Syi’ah justru menganggap Imam Ali sebagai khalifah.Agama tidak boleh dijadikan komoditas maupun jargon-jargon politik. Penggunaan simbol agama merupakan bentuk ketidakdewasaan berpolitik yang bisa memicu konflik umat beragama.
Teroris Wahabi Takbir dan Tertawa Setelah Mengebom Makam Sahabat Nabi. Omong kosong wahabi pembela sahabat.Teroris Wahabi Berkedok Mujahid berteriak Takbir palsu, dan tertawa terbahak-bahak karena bangga telah mengebom kubah makam salah seorang sahabat Nabi SAW, Ammar bin Yasir. Aliran Wahabi Salafi adalah Neo Khawarij abad ini.KH Said Aqil: Pesantren Tak Pernah Ajarkan Terorisme.Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj kembali menegaskan, pesantren di Indonesia tidak pernah mengajarkan terorisme. Bibit-bibit terorisme itu dikembangkan oleh “agen-agen” dari luar.“Lihat saja (teroris; red), tidak sama dengan budaya kita itu. Itu yang harus ditolak, impor itu,” ujarnya dalam Dialog Nasional Ormas Islam di Hotel Grand Sahid, Jakarta Selatan, Sabtu (11/5).Ia mengungkapkan bahwa sekolah atau lembaga pendidikan yang memang menyemai bibit-bibit terorisme hanya ada di Afganistan dan Pakistan. “Pesantren radikal itu ada di Afganistan dan Pakistan,” tambahnya. Sementara pondok pesantren di Indonesia yang diasuh oleh para kiai bertugas mengembangkan ajaran Islam yang rahmatal lil ‘alamin yang mempertemukan ajaran lokal dengan ajaran Islam. Menurut Kang Said, terorisme berhasil merembes masuk ke Indonesia disebankan kebodohan, kebelakangan, kemiskinan, pengangguran, dan kesalahpahaman para agen tersebut dalam memahami ajaran Islam. Ia menegaskan, terorisme tidak diajarkan oleh Islam. Lebih dari itu, menurutnya, agama apa pun, baik Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lainnya tidak ada yang mengajarkan terorisme. Ketika Salafi Wahabi Bergandeng Mesra Dengan Zionis.
Beberapa tahun yang lalu ketika usiaku masih belasan tahun dan
sedang mengenyam pendidikan di sebuah Pesantren, aku mendapati selebaran
yang berisi peringatan terhadap kaum Muslimin untuk mewaspadai misi
Zionis, diantara yang aku ingat adalah :
1. Pisahkan umat Islam dari ulamanya
2. Pisahkan umat Islam dari Nabinya
3. Pisahkan umat Islam dari kitab sucinya (Al-Quran )
4. Pecah belah dan hancurkan!
Beberapa tahun setelah aku kembali ke kampung, aku dapati fenomena
Salafi Wahabi. Dan ketika aku mencermati dogma (ajaran) serta cara
mereka “berdakwah” (menyampaikan ajarannya), timbul kecurigaan kuat
mereka adalah kaki tangan Zionis.
Kecurigaanku bukan tanpa alasan, berikut mari bersama kita cermati
secara kritis dengan fikiran dan hati yang jernih tentang beberapa fatwa
Salafi Wahabi sekaligus efek yang terjadi dalam konteks keselarasan
fatwa-fatwa tersebut dengan misi Zionis:
Misi 1: Pisahkan umat Islam dari ulamanya.
Misi ini bertujuan agar umat Islam kehilangan central
command/komando yang terpusat dalam segala hal, baik dalam berpolitik,
bersosial, beragama, serta menghilangkan metode yang benar dalam
memahami agama. Mereka sadar bahwa kegagalan mereka selama ini
diakibatkan oleh kuatnya semangat dan persatuan kaum Muslimin dalam
melawan mereka. Dan semangat serta persatuan kaum Muslimin tersebut
faktanya berpusat pada para ulama.
Fatwa Salafi Wahabi yang disinyalir “mendukung” misi tersebut diantaranya adalah :
.
1. Sesatnya Mazhab Asya’irah/ Asy’ariah dan Maturidiah.
Bukti paling dekat atas fatwa tersebut adalah buku yang berjudul
“Mulia Dengan Manhaj Salaf” yang ditulis oleh Ust. Yazid Ibn Abdil
Qodir. Dalam buku tersebut pada bab terakhir dengan gamblang Ust. Yazid
Jawas mengelompokkan Asy’ariyah dan Maturidiyah sebagai kelompok sesat
dan menyesatkan. Sebuah buku yang kontradiktif dengan buku yang mereka
ciptakan sebelumnya yang merupakan Tahrif (penyimpangan) dari al Ibanah
yang berjudul “Buku Putih Imam Al Asy’ari” dengan penerjemah Abu Ihasan
Al Atsari, penerbit At Tibyan.
2. Propaganda : Para Ulama adalah Manusia yang Tidak Ma’shum (Tidak terjaga dari salah).
Propaganda “Para ulama adalah manusia yang tidak ma’shum” adalah
“Kalimatu Haqqin Uriida Biha Al Bathil” (pernyataan yang benar yang
disertai misi batil). Propaganda ini berperan untuk mendorong umat Islam
keluar dari mazhab-mazhab yang mu’tabar (diakui) dan beralih kepada
“mazhab” yang mereka bangun (mazhab yang tidak bermetode dalam memahami
Al-Quran dan Sunnah). Propaganda ini mengesampingkan pesan Allah: “Maka
bertanyalah kalian pada Ahlidz Dzikri jika kalian tidak tahu” (An Nahl :
43 dan Al Anbiya’ : 7).
Efek lain dari propaganda ini dapat Anda buktikan dalam sikap Prof.
Salim Bajri ketika berdialog dengan Buya Yahya dalam Tema “Sampainya
pahala kebaikan yang dihadiahkan untuk orang-orang yang telah
meninggal”. Dalam dialog tersebut sang Prof enggan menerima pendapat
para ulama dengan alasan mereka tidak ma’shum.
3. Tuduhan “Ta’ashub” (Fanatik) kepada Para Penganut Mazhab.
4. Tuduhan “Ghuluw” (Berlebihan) Bahkan Musyrik terhadap Umat Islam yang Menghormati Para Ulama denga Cara Mencium Tangan.
5. Haramnya Tawasul dengan Orang-orang Shaleh yang Sudah Meninggal.
Efek lain yang ditimbulkan dari fatwa-fatwa dan propaganda tersebut diantaranya adalah:
a. Hilangnya atau setidaknya berkurangnya trust/kepercayaan umat
Islam terhadap para ulama khususnya yang bermazhab Asy’ariyah atau
Maturidiyah semacam Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Imam An-Nawawi, Imam
Al-Haitami, Imam Al-Qurthubi, bahkan sebagian besar Pengarang “Al Kutub
As Sittah” serta ratusan ulama yang lain.
b. Membuang semua/sebagian pendapat para ulama Asy’ariyah & Maturidiyah yang tidak sesuai misi mereka.
c. Bebas men-tahrif (mengubah) karya-karya mereka yang tidak sesuai
keinginan dan bahkan membakarnya, karena dianggap karya orang-orang
sesat.
d. Menggantikan peran/pendapat para ulama sejak abad ke-3 hingga
abad ke-19 (Munculnya Muhammad Ibnu Abdil Wahab) dengan para “ulama”
yang mereka ciptakan diabad 19 dst.
e. Cukup banyak ulama yang pemikirannya dijauhkan dari umatnya.
f. Menghilangkan atau setidaknya mengurangi rasa hormat umat Islam terhadap para ulamanya.
g. Menghilangkan atau setidaknya mengurangi kepatuhan umat Islam terhadap para ulamanya.
h. Menghilangkan metode yang benar dalam mamahami Islam. (hal ini penting untuk misi yang lain)
i. Ibarat hutan yang telah ditinggal “Macan”nya, dan yang tersisa hanyalah “Macan” ompong piaraan dengan fatwa-fatwa aneh.
j. dll.
Misi 2: Pisahkan Umat Islam dari Nabinya.
Misi ini penting, mengingat ikatan emosional umat Islam dengan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah faktor fital yang mampu
membuat umat Islam rela mengorbankan segalanya.
Adapun fatwa dan tindakan yang disinyalir “Mendukung” misi tersebut adalah:
1. Haramnya Bepergian Menziarahi (Qubbatul Khadra’) Makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Anda yang pernah menziarahi Makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pasti tahu efek emosional bagi penziarah baik ketika berziarah
maupun sesudahnya. Betapa hati yang normal takkan mampu membendung air
mata ketika berada di pusara mulia beliau. Rasa haru, bahagia, malu,
rindu, bangga, terimakasih, bercampur dalam sebuah hidangan istimewa
berupa “Mahabbah” (rasa cinta) yang tidak dapat diungkapkan dengan kata.
Anehnya menurut teman-teman yang pernah muqim di Saudi, ada ulama
kebanggaan Wahabi (maaf tidak disebut nama karena orangnya sudah
meninggal) yang bersyukur karena tidak pernah menziarahi makam Nabi
selama 25 tahun tinggal di Madinah,� hingga para santri di sana berkata: “Memang Nabi nggak mau ketemu Anda”.
2. Haramnya Pelaksanaan Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka sadar betul akan efek tumbuhnya rasa cinta kepada Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui pujian dan pembacaan
sirah Nabi yang ada dalam kitab-kitab maulid yang identik lebih
mengangkat sisi Irhash dan Mukjizat Nabi. Fakta telah membuktikan efek
Maulid yang terjadi pada masa Shalahuddin Al-Ayyubi, bahkan fakta
terbaru adalah betapa dahsyat efek “Shalawat Badar” dalam membakar
semangat umat Islam guna menumpas PKI.
3. Haramnya Tawasul dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah Wafat.
Hal ini jika kita cermati argumentasi mereka kita dapati sebuah
fakta: Menghilangkan atau setidaknya mengurangi pemahaman umat Islam
terhadap Nabinya dalam aspek Nubuwwah dan lebih menonjolkan aspek
Basyariyah Nabi (sisi kemanusiaan). Bukti dari efek tersebut adalah
pernyataan ulama kebanggaan mereka yang menyatakan bahwa tongkatnya
lebih berguna daripada Rasulullah yang sudah wafat.
Dan bukti lain adalah sikap Prof. Salim Bajri ketika berdialog
dengan Buya Yahya dalam Tema “Sampainya pahala kebaikan yang dihadiahkan
untuk orang-orang yang telah meninggal”. Dalam dialog tersebut sang
Prof tidak puas ketika diajukan hadits shahih dari Imam Al-Bukhari
dengan dalih Nabi Muhammad bisa salah berdasar QS: ‘Abasa.
4.� Menghilangkan Situs-Situs Bersejarah yang Berkaitan Dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Para Sahabat.
Efek yang ditimbulkan dari tindakan tersebut adalah: Hilangnya
bukti fisik perjuangan Rasulullah dan para sahabat yang dapat
membangkitkan semangat dan keimanan umat Islam.
Jika dalam penghancuran situs-situs bersejarah tersebut
Salafi/Wahabi beralasan “Syaddudz Dzari’ah” (mencegah kemungkaran yang
mungkin ditimbulkan) yakni sikap “Ghuluw” (berlebihan), maka faktanya
mereka mengalihkan sikap “Ghuluw” tersebut kepada Syekh Al ‘Utsimin
dengan membangun museum Yayasan Al ‘Utsaimin. Dimana dalam museum
tersebut tidak hanya karya sang Syekh yang dihormati, bahkan pena
terakhir sang Syekh-pun ditempatkan di tempat khusus dalam etalase
mahal. aneh.
Misi 3: Pisahkan Umat Islam dari Al-Quran.
Kita semua tahu arti dan peran Kitab Suci bagi semua pemeluk agama,
maka sangat wajar jika misi ketiga ini menjadi misi penting. Adapun
fatwa dan propaganda Salafi/Wahabi yang disinyalir “Mendukung” misi
tersebut diantaranya adalah:
1. Haram Mengikuti Mazhab Tertentu.
Silahkan Anda baca Fatwa Syekh Albani tentang masalah tersebut, dan
silahkan Anda bayangkan ketika kaum awam melepaskan diri dari tuntunan
para ulama dalam memahami Al-Quran.
Bukti akan adanya efek tersebut adalah propaganda yang didengungkan
MTA, yakni : “Ngaji ko’ kitab kuning, Ngaji ya Al-Quran sak maknanya”.
Dan akibatnya fatwa-fatwa mereka ngawur dan paling ironis dengan enteng
mereka mengafirkan sesama saudara Muslim.
2. Jargon Kembali kepada Al-Quran dan Sunnah
Coba kita cermati akibat yang ditimbulkan dari keberanian
orang-orang awam menginterpretasikan Al-Quran tanpa sarana ilmu yang
memadahi. Disamping pemahaman yang kontradiktif, mereka telah lepas dari
nafas Al-Quran itu sendiri, sehingga begitu mudah mereka mengafirkan
sesama umat Islam.
Hal inilah yang diwanti-wanti Rasulullah dalam sabda beliau:
يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ مَنْ
قَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ قَالُوا : يَا رَسُولَ
اللَّهِ مَا سِيمَاهُمْ قَالَ : التَّحْلِيقُ .
“Mereka mengajak pada kitab Allah tetapi justru mereka tidak
mendapat bagian sedikitpun dari Al-Quran. Barangsiapa yang memerangi
mereka, maka orang yang memerangi lebih baik di sisi Allah dari mereka”.
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa ciri khas mereka?” Rasul
menjawab “Bercukur gundul”. (Sunan Abu Daud : 4765).
.
سَيَخْرُجُ قَوْمٌ فِي آخِرِ الزَّمَانِ أَحْدَاثُ الْأَسْنَانِ
سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ قَوْلِ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ لَا
يُجَاوِزُ إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا
يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ فَأَيْنَمَا لَقِيتُمُوهُمْ
فَاقْتُلُوهُمْ فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
“Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap
dengan ucapan sebaik-baik manusia (Hadits Nabi), membaca Al-Quran tetapi
tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam
sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya, maka jika kalian berjumpa
dengan mereka, perangilah mereka, karena memerangi mereka menuai pahala
di sisi Allah kelak di hari kiamat “.(HR. Bukhari Muslim).
Selanjutnya misi Zionis:
4. Pecah Belah Lalu Hancurkan!!!.
Inilah tujuan pokok dari misi-misi penghantar yang kami sebutkan di atas. Sebagaimana di wanti-wantikan Allah dalam Al-Quran :
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Dan orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka” (QS : Al Baqarah:120).
Sedang tindakan kongkrit dalam mendukung misi ini adalah
menciptakan kelompok yang menyimpang yang mereka lindungi atas nama HAM
semisal “AHMADIYAH” di India, dan disaat bersamaan mereka ciptakan
“WAHABI” di Timur Tengah, sebuah kelompok yang berhasil membuat umat
Islam saling menghujat, saling mengkafirkan, dst.
Lantas adakah korelasinya misi Zionis tersebut dengan fatwa dan atau propaganda diatas? Mari kita cermati bersama:
Apakah jadinya ketika umat Islam sudah tidak lagi menghormati
figur-figur yang dapat meredam pertikaian dan mempersatukan umat, yakni
para ulama? Dan apa jadinya ketika umat Islam memandang dan memahami
Nabinya hanya dari aspek Basyariyah? Dan apa jadinya ketika umat Islam
yang tidak memiliki sarana ikut-ikutan berijtihad dan mengesampingkan
tuntunan para ulama?
Fakta yang sudah di depan mata adalah� PERPECAHAN UMAT ISLAM !
Wal ‘Iyaadz Billah…
Mengerikan! ‘Mujahid’ Pemberontak Memakan Jantung Tentara Suriah.
Kekejaman kelompok pemberontak Suriah ditunjukkan
melalui sebuah video yang beredar di internet. Dalam video tersebut,
terlihat seorang anggota pemberontak memotong jantung seorang tentara
Suriah dan kemudian menggigitnya.Video mengerikan tersebut diunggah
secara online pada Minggu (12/5) lalu. Video tersebut menunjukkan
seorang pria mengenakan perlengkapan militer yang sedang memegang pisau
dan menyayat bagian dada sesosok jenazah, yang disebut sebagai tentara
Suriah.Pria tersebut kemudian menoleh ke kamera dan menunjukkan potongan
jantung yang diambil dari jenazah tersebut kemudian menggigitnya.
“Saya bersumpah, kami akan memakan jantung dan hati kalian…,” ujar pria tersebut merujuk pada tentara Suriah, seperti dilansir PressTV, Selasa (14/5/2013). Secara terpisah, Peter Bouckaert dari organisasi HAM, Human Rights Watch memberi keterangan soal video ini. Menurutnya, pria yang ada di dalam video diketahui bernama Abu Sakkar, yang merupakan pendiri kelompok militan Farouq Brigade. Identitas Abu Sakkar dikonfirmasi oleh seorang anggota militan di Homs yang mengenalnya secara pribadi. Menurut sumber yang enggan disebut namanya tersebut, pria di dalam video mengenakan jaket hitam yang sama dan memakai cincin yang sama dengan Abu Sakkar yang sebenarnya. “Mutilasi jasad musuh merupakan kejahatan perang. Tapi yang lebih serius lagi adalah hal semacam ini bisa berujung pada kekerasan sektarian,” ucap Bouckaert. Dalam versi tanpa sensor, terlihat dalam video bahwa Sakkar memerintahkan anak buahnya untuk membunuh tentara Suriah yang mereka temui dan kemudian memakan jantungnya mentah-mentah. Rekaman video ini telah memicu kemarahan baik dalam kubu pendukung presiden Bashar al-Assad maupun dari kelompok oposisi. Amin Ya Rabbal Alamin. |
|||||||
Post a Comment
mohon gunakan email