Pesan Rahbar

Home » » Antara Bangsa Persia, Arab dan Indonesia

Antara Bangsa Persia, Arab dan Indonesia

Written By Unknown on Saturday 15 November 2014 | 23:30:00


Beberapa waktu lalu kita dihebohkan oleh “imbauan” untuk memaafkan Seoharto. Dalam imbauan itu, kita digiring untuk mengenang jasa-jasa Seoharto dan kemakmuran hidup di era pemerintahannya. Sebagai bangsa yang terkenal ramah dan sopan, kita merasa terpanggil untuk memberi maaf pada almarhum Seoharto. Meski kita tidak pernah tahu untuk apa memaafkan atau lebih tepatnya kesalahannya yang mana yang mesti kita maafkan. Sebagai bangsa, kita merasa seperti wajib memaafkannya. Ada perasaan kuat yang mendorong kita untuk memaafkannya.

Nah, apa setelah memaafkannya kita bakalan terpilih sebagai bangsa paling luhur di muka bumi? Apakah kita menjadi lebih baik dan lebih luhur dibandingkan bangsa Iran yang tidak bisa memaafkan Shah Reza Pahlevi? Kita tahu bahwa bangsa Iran tidak memaafkan Shah sekalipun raja itu telah mati terkubur di tanah pengasingan, di Mesir. Kita juga tahu bahwa bangsa ini juga tidak bisa memaafkan Amerika Serikat yang menjadi pendukung dan patron rezim Shah, sampai detik ini juga.

Tampaknya belum. Kita belum bisa menjadi bangsa paling luhur. Karena, pemberian maaf atas seorang mantan penguasa yang terkenal kejam dan korup ternyata bukan semata-mata monopoli kita. Ada bangsa yang jauh di bawah kita dalam keramahan dan kesopanan tapi juga memberi maaf kepada mantan diktatornya. Bangsa itu tak lain adalah bangsa Arab. Saddam Husein mati di tiang gantungan sebagai terpidana kasus pembantaian massal di Dujail. Tapi, sebagian besar bangsa Arab di luar Irak, telah memberinya maaf. Bukan hanya memberinya maaf, mereka juga telah menobatkannya sebagai “Syahid Hari Raya”. Salah seorang ulama terkenal di Timur Tengah yang dinilai cukup moderat, Dr. Yusuf Qardhawi, bahkan memberinya gelar sebagai pejuang kemerdekaan dan syahid di jalan kebebasan.

Nah, ternyata kita pun belum bisa mengungguli bangsa Arab dalam memberikan maaf dan menghormati mantan penguasanya. Karena itu, mungkin, untuk bisa terpilih sebagai bangsa paling luhur di muka bumi ini, kita perlu mengangkat Pak Harto dan semua mantan pembantunya di era Orde Baru sebagai pahlawan nasional. Kita juga perlu secara rela memberi tiap-tiap anggota keluarganya sebuah tanda jasa karena telah menjadi anak atau cucu dari mantan penguasa tersebut.

Lebih dari itu, kita pun sepertinya harus bertobat bersama-sama atas semua hujatan dan kelakuan tidak menyenangkan yang telah kita timpakan kepada Seoharto, keluarga dan seluruh jajaran mantan menteri Orba.

Mungkin juga kita perlu melangkah lebih dari itu dengan mempersilahkan mereka untuk kembali memimpin negeri ini dan mengembalikan negeri ini seperti di era kepemimpinan mereka. Dan lantaran Pak Harto telah wafat, maka sudah sepatutnya anak cucu beliau kita persilahkan dengan segala hormat untuk maju sebagai pemimpin bangsa yang di masa mendatang. Di bawah naungan merekalah segala kemakmuran dan pembangunan bangsa dan negara ini bisa terjamin.

Barulah setelah itu kita memberi komitmen nasional bahwa kita tidak akan pernah lagi mau dipimpin oleh rezim lain, mengingat hanya rezim itulah yang telah membawa semua kebaikan, berkah dan rahmat bagi bangsa ini. Jangan pernah kita menjadi seperti bangsa Iran, atau kurang ramah dan sopan dibanding bangsa Arab. Nau’dzubillahi min dzalik!
Setuju…?

(ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: