Masyarakat etnis Tionghoa mendesak Wiranto dan Prabowo yang menjadi cawapres pada Pemilu Presiden 2009 mengklarifikasi tragedi berdarah pada Mei 1998.
Anggota Dewan Kehormatan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Kepulauan Riau, Rudy Chua, Rabu (27/5) di Tanjungpinang, meminta kedua cawapres yang berpasangan dengan Jusuf Kalla dan Megawati itu menjelaskan kepada publik peristiwa yang melukai bangsa Indonesia, dan menimbulkan trauma berkepanjangan terhadap etnis Tionghoa.
“Kasus penganiayaan, kerusuhan, pemerkosaan dan penjarahan terhadap mayoritas etnis Tionghoa yang tinggal di Jakarta dan beberapa daerah lainnya pada Mei 1998 itu belum tuntas karena seakan-akan dilupakan begitu saja,” kata Rudy yang juga anggota DPRD Kepri.
Dia mengatakan, keterlibatan Wiranto dan Prabowo yang disampaikan di beberapa media massa maupun elektronik pada peristiwa tragis Mei 1998 menimbulkan opini di kalangan masyarakat etnis Tionghoa.
Tanggapan terhadap kedua jenderal tersebut kemungkinan mempengaruhi keputusan pemilih dari kalangan etnis Tionghoa pada Pemilu Presiden 2009.
“Selama ini yang hanya kami dengar kedua pejabat militer pada Mei 1998 itu membantah dikaitkan dengan peristiwa berdarah tersebut. Tapi mereka tidak memberi penjelasan yang dapat mengungkap misteri dibalik kerusuhan yang sistematis tersebut,” katanya.
Rudy mengatakan, keputusan politik masyarakat etnis Tionghoa tersebut dapat merugikan Wiranto dan Prabowo jika peristiwa itu tidak dipahami secara mendalam.
Jika Wiranto dan Prabowo tidak terlibat kerusuhan Mei 1998, seharusnya itu dijelaskan kepada publik.
“Mereka akan dirugikan dengan opini yang berkembang saat ini jika benar mereka tidak terlibat pada tragedi Mei 1998,” katanya. (ant/Rakyat Demokrasi)
Kerusuhan Mei 1998 meninggalkan ribuan korban jiwa, tidak terhitung
rumah dan bangunan serta sarana ekonomi yang hancur akibat peristiwa
itu. Belum lagi efek psikologis akibat peristiwa pembakaran,
penganiayaan, pemerkosaan terhadap etnis Cina maupun yang terpaksa
kehilangan anggota keluarganya saat kerusuhan terjadi.
Sumber: http://www.eryevolutions.co.cc/2011/05/psmti-desak-wiranto-prabowo-klarifikasi.html
Anggota Dewan Kehormatan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Kepulauan Riau, Rudy Chua, Rabu (27/5) di Tanjungpinang, meminta kedua cawapres yang berpasangan dengan Jusuf Kalla dan Megawati itu menjelaskan kepada publik peristiwa yang melukai bangsa Indonesia, dan menimbulkan trauma berkepanjangan terhadap etnis Tionghoa.
“Kasus penganiayaan, kerusuhan, pemerkosaan dan penjarahan terhadap mayoritas etnis Tionghoa yang tinggal di Jakarta dan beberapa daerah lainnya pada Mei 1998 itu belum tuntas karena seakan-akan dilupakan begitu saja,” kata Rudy yang juga anggota DPRD Kepri.
Dia mengatakan, keterlibatan Wiranto dan Prabowo yang disampaikan di beberapa media massa maupun elektronik pada peristiwa tragis Mei 1998 menimbulkan opini di kalangan masyarakat etnis Tionghoa.
Tanggapan terhadap kedua jenderal tersebut kemungkinan mempengaruhi keputusan pemilih dari kalangan etnis Tionghoa pada Pemilu Presiden 2009.
“Selama ini yang hanya kami dengar kedua pejabat militer pada Mei 1998 itu membantah dikaitkan dengan peristiwa berdarah tersebut. Tapi mereka tidak memberi penjelasan yang dapat mengungkap misteri dibalik kerusuhan yang sistematis tersebut,” katanya.
Rudy mengatakan, keputusan politik masyarakat etnis Tionghoa tersebut dapat merugikan Wiranto dan Prabowo jika peristiwa itu tidak dipahami secara mendalam.
Jika Wiranto dan Prabowo tidak terlibat kerusuhan Mei 1998, seharusnya itu dijelaskan kepada publik.
“Mereka akan dirugikan dengan opini yang berkembang saat ini jika benar mereka tidak terlibat pada tragedi Mei 1998,” katanya. (ant/Rakyat Demokrasi)
Sekilas Tragedi Mei 1998
Tragedi Mei 1998 merupakan kemarahan masyarakat
terhadap kebrutalan aparat keamanan dalam peristiwa Trisakti. Amuk massa
kemudian dialihkan kepada orang Indonesia sendiri yang keturunan,
terutama keturunan Cina. Amuk massa terjadi sepanjang siang dan malam
hari, kemarahan Massa dimulai pada malam hari tanggal 12 Mei dan semakin
tidak terkendali pada tanggal 13 Mei siang setelah mendengar berita
gugurnya mahasiswa yang tertembak aparat.
Sampai tanggal 15 Mei 1998 di Jakarta dan banyak kota besar lainnya
di Indonesia terjadi kerusuhan besar tak terkendali mengakibatkan ribuan
gedung, toko maupun rumah di kota-kota Indonesia hancur lebur dirusak
dan dibakar massa. Sebagian mahasiswa mencoba menenangkan masyarakat
namun tidak dapat mengendalikan banyaknya massa yang marah.
Sumber: http://www.eryevolutions.co.cc/2011/05/psmti-desak-wiranto-prabowo-klarifikasi.html
Post a Comment
mohon gunakan email