Saudaraku yang mulia, jauhkan dirimu dari menghamba kepada nafsu dan bersikap ‘ujub dengannya[1], sebab sesungguhnya ia adalah dosa yang bibit awalnya adalah kekafiran, tanahnya adalah kemunafikan, airnya adalah kefasadan, dahan-dahannya adalah kebodohan, dedaunannya adalah kesesatan dan buah adalah kutukan dan kekal di dalam neraka jahannam.
Jika kamu hendak membanggakan diri dririmu maka renungkan keadaanmu; bagaimana asal muasalmu itu adalah seperma yang menjijikkan akhir kesudahanmu adalah menjadi bangkai yang kotor.[2] Dan kamu di antara kedua keadaan itu tidak lain hanya membawa benda-benda najis yang busuk, berkeliling membawa bermacam kotoran.
Renungkan keagungan Zat Yang Maha Agung dan perhatikan kehinaan dirimu, kepapahan dan kelemahannya dari menghindar dari kutu dan lalat, bagiaman ketidak berdayaanmu dari menepis mara bahaya dan penyakit.maka jadikan kekalahan dirimu itu sebagai slogan/moto untuk dirimu, sebab yang demikaian itu paling afdhalnya sifat, dan manfa’atnya dunia dan akhitarnya tak terhitung.
Allah SWT berfirman:
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللهَ يُضِلُّ مَنْ يَشاءُ و يَهْدِيْ مَنْ يَشاءُ.
Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik keperjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendakinya dan menunjuki siapa yang dikehendakinya” (Q.S; Fathir [35];8)
Diriwayatkan dari Rasulullah saw. beliau bersabda:
… فَإِنَّهُ لَيْسَ عَبْدٌ يُعْجَبُ بِالحسَنَاتِ إِلاَّ هَلَكَ.
“Sesungguhnya tiada seorang hamba ta’jub (berbangga diri) terhadap amal kebajikannya kecuali ia pasti binasa.”[3]
Telah diriwayatkan dari Amirul Mukminin as., beliau bersabda:
إِيَّاكَ و الإعْجابَ بِنَفْسِكَ و الثِّقَةَ بِما يُعْجِبُكَ منها و حُبَّ الإطْراءِ، فَإِنَّ ذلكَ مِنْ أَوْثَقِ فُرَصِ الشَّيْطَانِ فِيْ نَفْسِهِ لِيَمْحَقَ ما يكونُ مِنْ إِحسانِ الْمُحْسِنِ.
“Hati-hatilah kamu dari beerbangga diri dan percaya kepadanya serta menyukai pujian, sebab yang demikian itu paling kokohnya kesempatan setan untuk menghapus kebaikan palaku kebajikan.”
العُجُبُ يُوجِبُ العِثارَ.
Berbangga diri menyebabkan ketergrlinciran.
ثَمْرَةُ العجب ِالبَغْضاءَ
“Buah ujub adalah kebencian.”
رِضاكَ عَنْ نفسِكَ مِنْ فسادِ العقْلِ.
“Kepuasanmu terhadap dirimu termasuk kerusakan akalmu.”
الْمُعْجَبُ لا عقلَ لَهُ.
“Orang yang berbangga diri adalah tidak berakal.”
العُجُبُ عُنْوانُ الْحماقَةِ
“‘Ujub adalah tanda kedunguan.”[4]
Referensi:
[1] Al Kulaini meriwayatkan dari Imam Ja’far as., beliau bersabda, “Ada seorang alim (pandai)mendatanggi seorang abid (yang asyik beribadah), lalu ia berkata kepadanya, ‘Bagaimana salatmu?’ Ia menjawab,’Orang sepertiku masih dipertanyakan salatnya? Aku telah menyembah Allah sejak begini dan begitu (seraya membanggakan lama waktu ibadahnya)’. Lalu ia bertanya kembali, ‘Bagaimana tangismu?’ Ia menjawab, ‘Aku menangis hingga air mataku mengalir.’ Kemudian si alim berkata kepadanya,’Sesungguhnya ketawamu sementara kamu takut kepada Allah itu lebih afdhal dari tangismu sementara kamu berbangga. Sesungguhnya amal orang yang berbangga tidak akan naik (diterima) barang sedikitpun.’” (HR. Al Kafi,2/236 hads 5).
Ia juga meriwayatkan, “Allah –ta’ala- berfirman kepada Daud as., ‘Hai Daud, berita gembikanlah para pendosa dan ancamlah orang-orang Shiddiqiin (orang-orang yang jujur dalam penghambaannya)!’ Daud bertanya ,’wahai Tuhanku, bagaimana aku mebgabargembirakan para pendosa dan ancamlah orang-orang Shiddiqiin?’ Allah berfirman, ‘Hai Daud, kabar gembirakan para pendosa bahwa sesungguhnya Aku menerima taubat dan mema’afkan dosa. Dan ancamlah orang-orang Shiddiqiin supaya mereka tidak berbangga diri dengan amal-amal perbuatan mereka, sebab tiada seorang hamba yang aku berdirikan untuk dihisab (dilakukan perhitungan amalnya) kecuali pasti ia celaka.” (Ibid. hadis
[2] Imam Ali as. bersabda:
ما لإبْنِ آدَمَ و لِلْعُجِبِ! أَوَّلُهُ نُطْفَةٌ مَذرة وَ آخِرُهُ جِيْفَةٌ قَذِرَةٌ و هُوَ بينَ ذلِكَ يَحْمِلُ العَذَرَةَ.
“Mengapakah anak Adam berbangga diri?! Awalnya adalah nuthfah yang terpancar dan akhirnya adalah bangkai yang kotor. Dan ia di antara keduanya mengemban kotoran.” (Ghurar al Hikam).
Ath Thabarsi meriwayatkan dalam Misykaat Anwarnya:319 dari Imam Ali bersabda:
لاَ حَسَبَ كالتواضُعِ، و لا وَحْدَةَ أَوْحَشُ مِنَ العُجُبِ. عَجِبْتُ لِلمُتَكَبِّرِ الذي كانَ بالأمْسِ نُطْفَةً و غَدًا جِيْفَةَ
“Tiada kedudukan seperti berendah hati (tawadhu’), dan tiada kesendirian yang lebih menggusarkan dari ‘ujub (berbangga diri). Aku heran terhadap orang yang congkak yang kemarin ia adalah nuthfah dan esok akan menjadi bangkai.”
[3] HR. Bihar al Anwar,72/321.
[4] Tashniif Ghurar al Hikam:308 dan Bihar al Anwar,77/263. Dirwayatkan bahwa Nabi Isa as. banyak melancong di negri-negri. Pada suatu kali ia keluar bersama seorang sabahatnya yang berpostur prndek. Ia banyak bergaul dengan Isa as. ketika sampai di sebuah laut, merekahendak menyebranginya. Isa bersaka, “Dengan nama Allah dan dengan demi kebenaran dan keyakinan”… lalu ia berjalan di atas air. Kemduia temannya menyusulnya dan mengcapkan bacaan yang sama dengan yang diucapkan Isa, dan ia pun mampu berjalan di atas air. Ketika itu ia dirasuki perasaan ‘ujub dengan dirinya, ia berkata dalam hatinya, ‘Ini Isa Ruh Allah bias berjalan di atas air, dan ini aku juga bias berjalan di atas air, lalu apa kelebihannya atasku?’ Maka seketika ia tenggelam, ia meminta pertolongan kepada Isa dan ia pun menolongnya dan mengeluarkannya dari air. Kemudia ia bertanya kepadanya,’Hai qashir, apa yang kamu ucapkan (dalam hatimu)?’ Ia menjawab,’Aku berkata, ‘Ini Isa Ruh Allah bias berjalan di atas air, dan ini aku juga bias berjalan di atas air, lalu apa kelebihannya atasku. Aku dirasuki rasa ‘ujub.’ Isa as. ebrkata kepadanya, ‘Engkau telah meletakkan dirimu bukan pada tempat yang Allah letakkan kamu di situ. Oleh sebab itu Allah murka atasmu.’”.
(Jakfari/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email