Koran “Akhbar” Lebanon pada hari Rabu dalam sebuah artikel yang ditulis oleh “Ibrahim al-Amin” tentang perkembangan terakhir di Yaman menulis teka-teki penghentian serangan Saudi yang banyak tidak diketahui kalangan media. Bahkan dalam 24 jam terakhir sebelum moratorium agresi saudi terhadap Yaman, sejumlah perkembangan di lapangan, yang memaksa Saudi untuk menghentikan serangan.
Tetapi pada saat yang sama
serangan brutal Arab Saudi ke Yaman yang semakin membabi-buta dan tak
terkendal, tiba-tiba dikejutkan dengan penghentian serangan secara
mendadak. Padahal serangan-serangan tersebut selama ini tidak
menunjukkan keberhasilan pasukan koalisi dalam menumpas pejuang
Ansharullah.
Lalu apa sebenarnya yang terjadi?
Sumber-sumber yang mengetahui dengan jelas peristiwa ini dalam surat kabar al-Akhbar Lebanon mengatakan;
1. Iran mendapatkan berita bahwa Arab Saudi berencana untuk melakukan pemboman secara membabi buta dari udara, dan pemboman brutal itupun akhirnya terjadi di Yaman, menewaskan puluhan warga sipil.
2. Iran segera mengerahkan sejumlah kapal perang di Laut Merah dan Teluk Aden, dan Amerika pun mengirimkan sejumlah kapal perangnya ke laut Aden karena kekhawatiran akan kemungkinan keterlibatan Iran.
3. Iran mengirimkan pesan ke sejumlah negara Eropa, yang menyatakan tidak akan tinggal diam atas serang pasukan koalisi yang semakin membabi-buta. Negara-negara Eropa bertindak cepat dan melakukan kontak dengan Amerika, kemudian protes keras ke Arab Saudi karena telah menggunakan kekuatan yang berlebihan. Dalam pesan protes itu menyebutkan pembunuhan sejumlah besar warga sipil, dan jelas sebagian besar target yang diserang, adalah warga sipil.
4. Militer dan sejumlah intelejen di lebih dari 15 negara dan negara-negara Barat berusaha untuk membunuh pemimpin Ansarullah Abdul Malik Al-Hauthi dan persembunyian gudang senjata, namun usaha itu gagal total dan tidak mencapai tujuannya.
5. Unit komite populer Yaman bergerak menuju perbatasan Saudi dan akan melakukan operasi kejutan di dalam wilayah Saudi yang menyebabkan terbunuh sejumlah besar pasukan Arab Saudi. Keamanan Saudi segera memboikot media atas serangan mematikan ini. Kementerian Dalam Negeri Saudi di Riyadh segera turun tangan dan mengumumkan keadaan siaga dan menyiapkan langkah-langkah keamanan atas kemungkinan serangan darat Yaman ke Saudi. Hal ini membuat Garda Nasional Saudi siaga satu, bahkan sebagian dari mereka diberangkatkan ke perbatasan.
6. Angkatan Laut America melihat kesiapan angkatan laut Iran untuk campur tangan di Yaman. Amerika tidak mengkhawatirkan kemungkinan suplai senjata Iran ke Yaman. AS pun bertindak cepat dan tahu posisi Iran, yang meminta penghentian segera agresi Saudi. Angkatan laut Iran kemudian mengirim sinyal ke Amerika sehingga memaksa AS untuk segera menghentikan Saudi.
7. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menelpon mentri luar negeri AS John Kerry. Para pejabat AS mengatakan negaranya tidak akan mendapatkan manfaat dari ketegangan regional sehingga dengan cepat mengkontak Arab Saudi untuk segera menghentikan perang.
8. Para pejabat Iran menerima telepon bahwa Arab Saudi setuju untuk menghentikan serangan udara dan menghentikan apa yang disebut “Badai tegas” itu. Tentu saja, tidak menghentikan perang secara total atau hanya mengurangi eskalasi serangan, sehingga Arab Saudi pun masih mengebom konvoi Houthi di selatan, dan berkomitmen untuk membawa Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi ke Aden.
9. Setelah pernyataan penghentian operasi militer Saudi, Ansarallah segera menyampaikan pada raja Oman bahwa penghentian agresi ini tidak memberikan nilai apapun pada Saudi dan juga tidak akan dapat dicapai melalui negosiasi politik.
Gerakan Ansarullah dengan tegas menyatakan menolak adanya campur tangan asing dalam rekonsiliasi nasional, dan menolak setiap rencana PBB untuk memfasilitasi rekonstruksi Yaman.
(Arrahmah-News/ABNS)
1. Iran mendapatkan berita bahwa Arab Saudi berencana untuk melakukan pemboman secara membabi buta dari udara, dan pemboman brutal itupun akhirnya terjadi di Yaman, menewaskan puluhan warga sipil.
2. Iran segera mengerahkan sejumlah kapal perang di Laut Merah dan Teluk Aden, dan Amerika pun mengirimkan sejumlah kapal perangnya ke laut Aden karena kekhawatiran akan kemungkinan keterlibatan Iran.
3. Iran mengirimkan pesan ke sejumlah negara Eropa, yang menyatakan tidak akan tinggal diam atas serang pasukan koalisi yang semakin membabi-buta. Negara-negara Eropa bertindak cepat dan melakukan kontak dengan Amerika, kemudian protes keras ke Arab Saudi karena telah menggunakan kekuatan yang berlebihan. Dalam pesan protes itu menyebutkan pembunuhan sejumlah besar warga sipil, dan jelas sebagian besar target yang diserang, adalah warga sipil.
4. Militer dan sejumlah intelejen di lebih dari 15 negara dan negara-negara Barat berusaha untuk membunuh pemimpin Ansarullah Abdul Malik Al-Hauthi dan persembunyian gudang senjata, namun usaha itu gagal total dan tidak mencapai tujuannya.
5. Unit komite populer Yaman bergerak menuju perbatasan Saudi dan akan melakukan operasi kejutan di dalam wilayah Saudi yang menyebabkan terbunuh sejumlah besar pasukan Arab Saudi. Keamanan Saudi segera memboikot media atas serangan mematikan ini. Kementerian Dalam Negeri Saudi di Riyadh segera turun tangan dan mengumumkan keadaan siaga dan menyiapkan langkah-langkah keamanan atas kemungkinan serangan darat Yaman ke Saudi. Hal ini membuat Garda Nasional Saudi siaga satu, bahkan sebagian dari mereka diberangkatkan ke perbatasan.
6. Angkatan Laut America melihat kesiapan angkatan laut Iran untuk campur tangan di Yaman. Amerika tidak mengkhawatirkan kemungkinan suplai senjata Iran ke Yaman. AS pun bertindak cepat dan tahu posisi Iran, yang meminta penghentian segera agresi Saudi. Angkatan laut Iran kemudian mengirim sinyal ke Amerika sehingga memaksa AS untuk segera menghentikan Saudi.
7. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menelpon mentri luar negeri AS John Kerry. Para pejabat AS mengatakan negaranya tidak akan mendapatkan manfaat dari ketegangan regional sehingga dengan cepat mengkontak Arab Saudi untuk segera menghentikan perang.
8. Para pejabat Iran menerima telepon bahwa Arab Saudi setuju untuk menghentikan serangan udara dan menghentikan apa yang disebut “Badai tegas” itu. Tentu saja, tidak menghentikan perang secara total atau hanya mengurangi eskalasi serangan, sehingga Arab Saudi pun masih mengebom konvoi Houthi di selatan, dan berkomitmen untuk membawa Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi ke Aden.
9. Setelah pernyataan penghentian operasi militer Saudi, Ansarallah segera menyampaikan pada raja Oman bahwa penghentian agresi ini tidak memberikan nilai apapun pada Saudi dan juga tidak akan dapat dicapai melalui negosiasi politik.
Gerakan Ansarullah dengan tegas menyatakan menolak adanya campur tangan asing dalam rekonsiliasi nasional, dan menolak setiap rencana PBB untuk memfasilitasi rekonstruksi Yaman.
(Arrahmah-News/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email