Pesan Rahbar

Home » » Budaya Jahiliyah, Budaya Anti Ketuhanan

Budaya Jahiliyah, Budaya Anti Ketuhanan

Written By Unknown on Monday, 18 May 2015 | 03:48:00


Imam Jumat Tehran dalam perayaan akbar Mab’ats pada malam lalu di masjid besar Rajai di kota Karaj, Iran, mengatakan bahwa aktivitas budaya bergantung kepada penguatan spiritual yang bertujuan untuk menghubungkan dan menguatkan tali masyarakat dengan Allah.

Hujjatul Islam Ahmad Khatami, imam sementara salat Jumat Teheran, kemarin malam, 26 Mei, mengatakan dalam perayaan Mab’ats, di antara bulan-bulan terdapat suatu bulan dimana surga berada dalam neraka, bulan itu adalah Ramadan dan pintu masuknya adalah bulan Rajab dan Sya'ban. Dan di antara tempat-tempat terdapat sepenggal surga dalam neraka kelalaian dari Allah dan tempat itu adalah masjid.


Perayaan Mab’ats, perayaan kemanusiaan

Khatib Jumat Teheran dengan penekanan bahwa mab’ats adalah anugerah Allah kepada manusia, berkata, “Allah menganugerahkan kenikmatan besar bagi kemanusiaan melalui karunia kenabian, dan "karunia" dalam al-Quran adalah pengingat akan kenikmatan besar itu.

“Ruh pengutusan nabi adalah kemanusiaan melawan kejahiliyahan, pada hakikatnya, inilah makna tertinggi dari kata tersebut. Kita harus mengenal makna kata itu yakni lawan dari pengutusan nabi (bi’tsah) yang adalah kesesatan yang nyata, sebegaimana dinyatakan di dalam empat ayat al-Quran, atau dengan kata lain, kejahiliyahan atau kebodohan. Kejahiliyahan tidak berada dalam tahapan tertentu sejarah, sebagaimana dalam perspektif al-Quran bahwa kejahiliyahan adalah suatu budaya yang tidak berlaku dalam suatu periode khusus, meskipun dikatakan secara istilah bahwa kejahiliyahan berada dalam periode pengutusan nabi,” tambahnya.


Kejahiliyahan, sebuah budaya

Hojjatul Islam Khatami mengatakankan bahwa budaya jahiliyah bukanlah suatu budaya yang hanya berlaku pada masa Nabi Muhammad saw, melainkan kejahiliyahan ini berarti suatu budaya yang juga dapat terjadi pada masa kini.

“Kejahiliyahan adalah suatu budaya yang ada pada masa Nabi saw ini yang dapat juga muncul di era kekinian,” tegasnya.


Kelalaian kepada Tuhan, budaya jahiliyah

Hujjatul Islam Khatami menekankan bahwa kita harus senantiasa bersama dengan Allah Swt dan ini adalah budaya spiritual. “Anda memiliki pendukung hakiki yang bernama Allah, mengabaikan Allah adalah budaya kejahiliyahan dan selama delapan tahun bangsa Iran tegar dan kokoh menghadapi kekuatan dunia dengan ketakwaan dan budaya spiritual,” ungkapnya.

Ia menambahkan, pekerjaan budaya memerlukan penguatan dan istiqomah spiritual, oleh karena itu kita harus memperkuat sisi-sisi spiritual, budaya kenabian adalah budaya bersama dengan Allah, menyerahkan hati-hati kepada Tuhan adalah pekerjaan budaya.


Budaya rendah, bagian budaya jahiliyah

Hujjatul Islam Khatami memandang budaya jahiliyah adalah budaya yang rendah dan hina. “Kekuasaan nafsu dan amarah, sebagaimana yang tertera dalam surah Ahzab, adalah manifestasi jahiliyah dan bermakna kebebasan mutlak yang tidak mengenal batas-batas,” tandasnya.

Ia mengatakan, menifestasi jahiliyah lebih nampak pada wanita. Nasehat Tuhan nyata dalam hal ini bahwa kalian wanita janganlah menampakkan kejahiliyahan. Manifestasi jahiliyah adalah prostitusi publik, ratusan saluran satelit televisi telah terkontaminasi dengan hal-hal yang lebih buruh dari kejahiliyahan. Apa yang ditayangkan adalah budaya jahiliyah bagi seluruh dunia.

(Shabestan/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: