Pesan Rahbar

Home » » Fenomena Suara Aneh di Langit hingga Bentuk Semesta yang Mirip Terompet

Fenomena Suara Aneh di Langit hingga Bentuk Semesta yang Mirip Terompet

Written By Unknown on Wednesday, 27 May 2015 | 11:12:00

Suara aneh dari langit di belahan Bumi bagian utara yang mirip suara terompet menggegerkan dunia beberapa tahun ini. NASA juga menemukan bahwa alam semesta berbentuk terompet. Apakah ada hubungannya? Atau cuma kebetulan?


Berikut fakta dan analisa para ilmuwan pada suara aneh dan bentuk alam semesta:

 
1. Fenomena yang Terdengar Sejak 2012 
Di situs berbagi di Youtube, suara aneh yang mayoritas terdokumentasikan di belahan Bumi bagian utara itu sudah ada sejak 2012. Kemudian berlanjut hingga 2013, dan 2014 dan menyebar terjadi di beberapa kota. Tapi sayangnya, hingga kini belum juga terpecahkan suara misterius itu.

Bahkan satu situs, strangesounds.org, sudah mengkompilasi dan memetakan laporan suara aneh dari langit ini sejak 2011.

Terakhir, akun milik Kimberly Wookey yang tinggal di British Columbia, Kanada, merekam suara itu pada 6-7 Mei 2015 lalu. Tak cuma dia, tetangga seberang rumahnya juga merekam suara yang sama.

Menurut Wookey, dia juga pernah mendapati dan merekam suara sejenis pada 29 Agustus 2013 lalu pada pukul 07.30 waktu setempat. Dia kemudian terbangun karena suara itu dan pergi melihat anaknya yang juga ketakutan oleh suara itu. Wookey pada 2013 lalu juga mendengar suara aneh itu pada 8 September 2013.

Fenomena yang sama juga ditemukan di beberapa tempat belahan utara Bumi, seperti AS dan Islandia tahun 2015 ini.



2.Kemungkinan Pergeseran Kerak Bumi 
Fenomena suara dan dengungan misterius di langit Amerika dan Eropa menimbulkan berbagai opini dan hipotesa dari berbagai kalangan. Beberapa pendapat menyebutkan bahwa suara tersebut berasal dari perut Bumi dan kecil kemungkinan berasal dari luar angkasa. Gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 2006 memberikan sebuah contoh mengenai suara yang terjadi karena fenomena alam. Menurut ahli geologi, suara "glung" tersebut terjadi karena adanya pergeseran kerak bumi.

"Hubungannya dengan gempa mestinya dengan pergeseran kerak bumi. Suara itu pernah terjadi pada gempa tahun 2006 di daerah Imogiri," ujar geolog Sari Bahagiarti saat dihubungi detikcom, Senin (25/5/2015).

Dia menjelaskan bahwa suara terjadi karena adanya rongga di bawah tanah saat kerak bumi mengalami pergeseran. "Bunyi tersebut terjadi karena ada rongga di bawah tanah, dan hal itu terjadi karena ada rongga di bawah permukaan dan geseran kulit kerak Bumi yang menimbulkan gaung," jelasnya.

Walaupun begitu, dirinya mengatakan bahwa suara atau gaung tersebut diketahui dari kesaksian masyarakat setempat yang mendengar. Beberapa pendapat mengatakan bahwa suara tersebut mirip suara drumband, namun Sari memberikan pendapat berbeda.

"Mungkin bukan terdengar seperti suara drumband ya, namun lebih kepada gaung. Tapi suara itu terdengan menurut pengakuan masyarakat, kami peneliti belum pernah mendengar," kata dia.

Sebagai seorang geolog, dirinya mengatakan bahwa ada kemungkinan terjadinya suara atau gaung karena adanya pergeseran kerak bumi. Namun fenomena suara di langit, dirinya tak bisa menjelaskan lebih lanjut.

"Kami melakukan penelitian geofisika dan memang kemungkinan di bawah permukaan itu ada semacam rongga dan rongga itu bisa menimbulkan suara. Tapi mengenai fenomena suara seperti itu, lebih berhubungan ke ilmu klimatologi," tutupnya.


 
3. Dengungan Alat Berat
Namun ternyata para ilmuwan telah meneliti fenomena yang disebut dengan 'The Hum' itu. Seperti dilansir dari blog www.enigma.blogspot.com, Senin (25/5/2015), sejumlah ilmuwan telah meneliti fenomena ini dan menghasilkan beberapa teori sebagai jawaban. Bagi sebagian peneliti, The Hum mungkin bersumber dari gelombang suara yang dihasilkan peralatan berat. Hal ini dapat dilihat dari kasus kota Kokomo, Indiana, yang merupakan kota industri.

Para peneliti mencurigai sepasang kipas angin raksasa di pabrik Daimler Chrysler dan kompresor udara di pabrik milik Haynes International. Sedangkan dalam kasus Bristol, para peneliti mencurigai suara dengungan datang dari pabrik-pabrik di Avonmouth.

"Teori lain menyebutkan sumber dengungan adalah pesawat yang sedang terbang. Konon ketika terjadi peristiwa 11 September 2001 yang menghancurkan gedung WTC di Amerika, suara dengungan tersebut berhenti selama beberapa hari. Pada saat peristiwa tersebut terjadi, otoritas penerbangan Amerika memang melarang semua pesawat untuk terbang selama beberapa hari," kata Sam yang juga penulis buku Enigma 2 itu dalam blognya.

 

4. Radio Frekuensi dan HAARP 
Mmenurut Dr Joe Elder dan CK Chou dari Motorola Florida Research Laboratories, suara itu berasal dari radiasi Radiofrequency (RF). Manusia memang bisa menangkap suara berfrekuensi rendah itu, namun syaratnya ia harus bisa mendengar gelombang akustik frekuensi tinggi dalam jangkauan KHz dan penyebaran pancaran RF harus berada dalam jangkauan MHz.

"Ketika teori (Radiofrequency Energy) ini diajukan, kebanyakan orang segera teringat dengan HAARP (High Frequency Active Auroral Research Program) di Alaska. Proyek ini diketahui memang menembakkan RF ke ionosfer. Apakah suara dengungan itu dihasilkan oleh HAARP? Tidak ada yang bisa memastikannya hingga sekarang," ujarnya.

HAARP ini, menurut Wikipedia, adalah program penelitian ionosfer yang didanai bersama-sama oleh AU AS, AL AS, Universitas Alaska dan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA).



5. Alam Semesta yang 'Bernyanyi'
Ada juga ilmuwan yang menghasilkan teori Simponi Ruang Angkasa soal suara itu. Teori ini pertama kali dirilis di situs space.com pada bulan Maret 2000. Seperti berkompetisi dengan pancaran bintang dan benda angkasa lainnya, Bumi sesungguhnya bernyanyi seperti burung kenari, mengeluarkan suara dengungan yang konstan dengan notasi-notasi yang tidak terhitung banyaknya.

Jika suaranya beberapa oktaf lebih tinggi, maka suara itu akan dapat terdengar oleh telinga manusia, bahkan dapat menenggelamkan suara ribut dari ratusan suara talk show televisi.

Kiwamu Nishida dari institut penelitian gempa bumi universitas Tokyo bersama rekan-rekannya telah menganalisa data seismik 10 tahun dan menemukan kesamaan antara gelombang seismik dengan gelombang suara yang sama di atmosfer. Menurut Kiwawu Cs, gelombang suara yang tidak dapat didengar telinga manusia itu memantul-mantul di antara atmosfer dan permukaan bumi yang kemudian menciptakan gelombang-gelombang suara di dalam perut bumi.

"Nah, karena planet Mars dan Venus adalah juga planet yang padat dengan atmosfer, maka kemungkinan gelombang suara yang sama juga tercipta di dua planet tersebut. Ini mengakibatkan terciptanya simphoni alam semesta," tuturnya.



6. Benturan Gelombang Laut
Pada Agustus 2009 di Journal Geophysical Research Letters, sekelompok peneliti mengaku telah berhasil memecahkan misteri ini. Menurut mereka, suara dengungan dihasilkan oleh benturan gelombang laut, namun bukan gelombang laut yang memecah pantai seperti yang kita kenal. Gelombang yang dimaksud adalah gelombang laut yang berbenturan dengan dasar samudera. Dan menurut mereka, pantai Pasifik di Amerika Utara adalah sumber dengungan terkuat.

Menurut penelitian itu, kata Sam, suara dengungan tercipta ketika dua gelombang berfrekuensi sama, namun berbeda arah, bertemu. Mereka lalu saling berbenturan dan menciptakan gelombang tekanan tertentu yang kemudian bergerak dengan kecepatan tinggi ke arah dasar Samudera. "Ketika ia mencapai dasar samudera, gelombang itu akan menabrak bebatuan dan menyebabkan vibrasi yang menghasilkan suara berfrekuensi rendah," paparnya.

Meski teori-teori di atas bisa menjelaskan sumber suara dengungan tersebut, sambung Sam, namun misteri yang belum terjawab adalah mengapa telinga manusia dapat menangkap suara dengungan itu. Pertanyaan ini kemudian dijawab oleh seorang Dokter Cambridge bernama David Baguley. Menurut Sam, David mengatakan bahwa suara ini dapat terdengar oleh seseorang ketika telinganya menjadi over sensitif.

"Menurutnya (David), di dalam tubuh manusia ada sebuah 'Amplifier internal' yang dapat memperkuat suara-suara yang masuk ketika manusia yang bersangkutan berada di dalam kondisi terancam bahaya atau konsentrasi yang intens. Contohnya ketika kita sedang berkonsentrasi dengan soal-soal ujian dan kemudian telepon berdering, maka kita akan mendengar suara deringan itu seperti lebih keras dari biasanya," jelasnya.



7. Semesta Berbentuk Terompet dan Bumi Di Ujungnya
Sejumlah langit di beberapa negara mendengar suara seperti terompet yang dibunyikan, tak sedikit yang menyangka itu adalah terompet Sangkakala. Sekitar tahun 2012, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pernah meluncurkan sebuah misi bernama Wilkonson Microwave Anisotropy Probe (WMAP). Dan hasil dari penjelajahan tersebut cukup mengejutkan.

WMAP sendiri merupakan alat dari bagian untuk melihat kosmologi atau studi tentang sifat alam semesta secara keseluruhan. Bentuknya yang seperti satelit ingin memetakan atau melakukan observasi terhadap alam semesta, demikian dikutip dari CNN Indonesia.

Dan hasilnya memang cukup mengejutkan, seperti dikutip dari situs teknologi Space.com, WMAP berhasil memindai bahwa alam semesta yang kita tinggali saat ini ternyata berbentuk menyerupai terompet.

"Ini adalah bentuk pengukuran yang indah dari alam semesta yang merupakan peninggalan dari Big Bang atau Cosmic Microwave Background. Pengukuran ini telah membantu untuk melihat asal usul, konten, usia dan geometri alam semesta, mengubah paradigma kita soal pembentukan alam semesta untuk skenario terbentuknya alam semesta," tulis Charles L Bennet, salah satu tim peneliti di WMAP.

Tentu saja ada alasan mengapa bentuk alam semesta ini berbentuk seperti terompet. Dikatakan oleh Bennet, ini merupakan sebuah representasi dari evolusi alam semesta yang terjadi lebih dari 13,7 miliar tahun.

Paling kiri menggambarkan saat awal awal yang sekarang sedang diselidiki, ketika masa "inflasi" menghasilkan ledakan pertumbuhan eksponensial di alam semesta. Sementara ujung dari terompet adalah alam semesta yang diisi saat ini, seperti planet-planet termasuk Bumi.  


(Detik/ABNS)   
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: