Pesan Rahbar

Home » » Klaim Bohong Rezim Israel sebagai Wakil Budaya dan Peradaban Manusia di Hollywood

Klaim Bohong Rezim Israel sebagai Wakil Budaya dan Peradaban Manusia di Hollywood

Written By Unknown on Thursday, 21 May 2015 | 06:12:00


Setelah para Zionis mendirikan negara Israel, mereka beralih kepada pembuatan film untuk mendiktekan bahwa Israel adalah wakil budaya dan peradaban manusia.

Setiap kekuasaan dan pemerintahan memiliki dasar pemikiran dan dukungan ideologi serta undang-undang yang menjadi manifestasinya yang dengan memanfaatkan saluran-saluran televisi, situs-situs, surat kabar, dan majalah, mereka menyebarkan dan menanamkan ide-ide dan pikiran-pikirannya ke masyarakat dan dengan tegaknya model pemikiran mereka, pemerintahan mereka pun akan langgeng dan mengakar.

Dalam masyarakat global saat ini melalui instrumen-instrumen komunikasi massa yang disebut sebagai era informasi. Mereka yang memiliki kekuatan media yang lebih akan meraih kemenangan dan kejayaan di dalam perang lunak dan budaya.
Pada kesempatan ini kita akan sedikit mengulas buku “Hollywood, Media di Akhir Zaman” yang ditulis oleh Hujjatul Islam Muhammad Lak Ali Abadi.
Tahapan-tahapan Sinema dan Zionisme
Sinema Zionisme dapat dibagi ke dalam empat periode. Periode pertama setelah konferensi Puzzle, dalam periode ini para Zionis mencipta film-film yang cerita-ceritanya diambil dari Taurat dan perlahan-lahan pemikiran ini mendiktekan bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan.
Pasca deklarasi Balfour pada tahun 1917 dan pengumuman Palestina sebagai Israel baru, sinema Zionisme membuat film-film yang bertemakan Anak Bumi dan Sepuluh Perintah pada tahun 1925 dan film dengan judul Penyabar yang disutradarai oleh Aleksandar Freud dengan tujuan untuk memotivasi para Yahudi yang tersebar di banyak negara supaya hijrah ke Palestina.
Periode kedua pasca pembentukan rezim Zionis Israel, dalam periode ini mereka membuat film-film untuk menegaskan bahwa mereka adalah wakil budaya dan peradaban manusia, dan bersamaan dengan itu mereka memperkenalkan bangsa Arab sebagai orang-orang Badui yang tidak berbudaya dan berkemanusiaan dan orang-orang muslim sebagai kaum yang ganas, buas, teroris dengan tujuan supaya terbentuk gambaran buruk di dalam benak masyarakat dunia.
Periode ketiga pasca perang tahun 1967, periode ini dipandang sebagai periode keemasan sinema Zionisme dan film-film yang dibuat mengandung pesan-pesan yang mendiktekan bahwa orang-orang Arab harus melupakan isu Palestina dan menerima eksistensi negara rezim Zionis Israel. Begitu pula mereka berusaha menegaskan kepada masyarakat dunia untuk menerima kenyataan ini bahwa kaum Yahudi mengambil hak-haknya dari rakyat Palestina yang berhasil diraih oleh mereka setelah beberapa tahun lamanya, pesan ini bisa dilihat dalam film Perang Sina pada tahun 1968 yang disutradarai oleh James K Miller.
Periode keempat setelah perang tahun 1973, pada periode ini disaksikan adanya perubahan fundamental dalam sinema Zionisme, pembuatan film-film mendorong ke arah dekadensi moral, kebebasan seksual, dan syahwat. Para sutradara membuat film yang secara lahiriah bernuansa ilmiah namun di sela-selanya disisipkan kebebasan seksual dan dekadensi moral. Setelah perdamaian antara Mesir dan rezim Israel pada tahun 1976, sinema Zionisme memasuki semua sendi kehidupan manusia dan mempropagandakan pemikiran-pemikiran Yahudi serta memperkenalkan para pahlawan mereka.
(Shabestan/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: