Setelah para Zionis mendirikan negara Israel, mereka beralih kepada pembuatan film untuk mendiktekan bahwa Israel adalah wakil budaya dan peradaban manusia.
Setiap kekuasaan dan pemerintahan memiliki dasar pemikiran dan dukungan ideologi serta undang-undang yang menjadi manifestasinya yang dengan memanfaatkan saluran-saluran televisi, situs-situs, surat kabar, dan majalah, mereka menyebarkan dan menanamkan ide-ide dan pikiran-pikirannya ke masyarakat dan dengan tegaknya model pemikiran mereka, pemerintahan mereka pun akan langgeng dan mengakar.
Dalam masyarakat global saat ini melalui instrumen-instrumen
komunikasi massa yang disebut sebagai era informasi. Mereka yang
memiliki kekuatan media yang lebih akan meraih kemenangan dan kejayaan
di dalam perang lunak dan budaya.
Pada kesempatan ini kita akan sedikit mengulas buku “Hollywood, Media
di Akhir Zaman” yang ditulis oleh Hujjatul Islam Muhammad Lak Ali Abadi.
Tahapan-tahapan Sinema dan Zionisme
Sinema Zionisme dapat dibagi ke dalam empat periode. Periode pertama
setelah konferensi Puzzle, dalam periode ini para Zionis mencipta
film-film yang cerita-ceritanya diambil dari Taurat dan perlahan-lahan
pemikiran ini mendiktekan bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan.
Pasca deklarasi Balfour pada tahun 1917 dan pengumuman Palestina
sebagai Israel baru, sinema Zionisme membuat film-film yang bertemakan
Anak Bumi dan Sepuluh Perintah pada tahun 1925 dan film dengan judul
Penyabar yang disutradarai oleh Aleksandar Freud dengan tujuan untuk
memotivasi para Yahudi yang tersebar di banyak negara supaya hijrah ke
Palestina.
Periode kedua pasca pembentukan rezim Zionis Israel, dalam periode ini
mereka membuat film-film untuk menegaskan bahwa mereka adalah wakil
budaya dan peradaban manusia, dan bersamaan dengan itu mereka
memperkenalkan bangsa Arab sebagai orang-orang Badui yang tidak
berbudaya dan berkemanusiaan dan orang-orang muslim sebagai kaum yang
ganas, buas, teroris dengan tujuan supaya terbentuk gambaran buruk di
dalam benak masyarakat dunia.
Periode ketiga pasca perang tahun 1967, periode ini dipandang sebagai
periode keemasan sinema Zionisme dan film-film yang dibuat mengandung
pesan-pesan yang mendiktekan bahwa orang-orang Arab harus melupakan isu
Palestina dan menerima eksistensi negara rezim Zionis Israel. Begitu
pula mereka berusaha menegaskan kepada masyarakat dunia untuk menerima
kenyataan ini bahwa kaum Yahudi mengambil hak-haknya dari rakyat
Palestina yang berhasil diraih oleh mereka setelah beberapa tahun
lamanya, pesan ini bisa dilihat dalam film Perang Sina pada tahun 1968
yang disutradarai oleh James K Miller.
Periode keempat setelah perang tahun 1973, pada periode ini disaksikan
adanya perubahan fundamental dalam sinema Zionisme, pembuatan film-film
mendorong ke arah dekadensi moral, kebebasan seksual, dan syahwat. Para
sutradara membuat film yang secara lahiriah bernuansa ilmiah namun di
sela-selanya disisipkan kebebasan seksual dan dekadensi moral. Setelah
perdamaian antara Mesir dan rezim Israel pada tahun 1976, sinema
Zionisme memasuki semua sendi kehidupan manusia dan mempropagandakan
pemikiran-pemikiran Yahudi serta memperkenalkan para pahlawan mereka.
(Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email