Sekalipun manusia mencapai makrifat tertinggi dan dari aspek spiritual berada pada tingkatan yang tinggi serta dapat menyingkap hakikat-hakikat sesuatu, ia tetap mustahil menjadi nabi dan rasul.
Ada dua poin yang ditegaskan dalam wawancara Shabestan dengan Hujjatul Islam Sayyid Muhammad Gharawi. Manusia tidak dapat mengetahui hakikat wahyu kecuali nabi dan terdapat perbedaan antara pengalaman kenabian dan pengalaman spiritual manusia biasa.
Pada tahun-tahun terakhir ini, sebagian aliran yang menamakan diri sebagai kaum intelektual keagamaan yang tercerahkan dengan berpijak kepada pandangan Nashir Hamid Abu Zaid tentang ‘ilham’. Mereka menekankan bahwa pengalaman kenabian adalah suatu pengalaman sejenis ilham-ilham irfani. Dengan ungkapan lain, apa yang terjadi pada nabi adalah mimpi-mimpi yang hadir dalam pikiran dan hati. Apa pandangan Anda tentang hal ini?
Sekalipun manusia dapat meraih pengetahuan yang tinggi dan berada pada derajat spiritualitas yang tinggi serta mampu menyibak hakikat-hakikat, dengan asumsi bahwa apa yang diklaimkan adalah benar, pengalaman-pengalaman spiritual ini bukanlah pengalaman kenabian.
Sanggahan terhadap orang-orang seperti ini, ia menyamakan pengalamannya dengan pengalaman kenabian, sementara para arif dan ahli makrifat yang meskipun mencapai derajat tinggi, mustahil dapat menjadi nabi. Para nabi dan bentuk hubungan eksistensialnya dengan alam yang tinggi adalah eksklusif dan berbeda dari yang lain. Kapasitas ini khusus bagi nabi, bahkan para imam suci Ahlul Bait Nabi saw yang berada di puncak kesempurnaan, tidak diberikan wahyu kepada mereka. Jadi tidaklah benar bahwa semua pengalaman religius dapat menyingkap hakikat wahyu kepada kita.
Apa yang Anda katakan itu adalah logis. Misalnya orang seperti ini ditanya apakah Anda seorang nabi? Jika Anda bukan nabi lantas bagaimana Anda dengan mudah mengatakan tentang jenis dan mekanisme wahyu
Orang seperti Surusy tidak memberikan argumentasi bahwa wahyu adalah pengalaman spiritual itu sendiri yang juga dialami oleh orang lain. Saya katakan bahwa wahyu adalah suatu hubungan eksistensial yang terbentuk antara Tuhan dan nabi. Namun kita tidak bisa mengatakan bahwa setiap pengalaman pengetahuan adalah pengalaman kenabian itu sendiri.
Seberapa tingginya keimanan dan pengetahuan hudhuri seseorang, tidak dapat langsung menjadi nabi. Hubungan ini bersifat khusus. Walaupun seseorang memiliki kapasitas tertentu, namun dari pihak lain, harus ada hubungan khusus yang tidak dapat dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman spiritual. Hal ini dapat disaksikan bagaimana Hadhrat Fatimah as dapat berhubungan dengan malaikat setelah wafatnya Rasulullah saw, tapi di sini kita tidak bisa mengatakan bahwa wahyu turun kepadanya.
Mungkin pertanyaan ini akan timbul bagi sebagian orang, mengapa orang tertentu dikaruniai kenabian dan mengapa orang lain bahkan jika mereka menghendaki dan berupaya keras mustahil mencapai derajat ini?
Pintu makrifat tidak pernah tertutup bagi manusia. Tapi maqam kenabian hanya untuk orang-orang khusus dengan kapasitas khusus juga. Saya bertanya kepada Anda, apakah semua orang yang sama dalam aspek lahiriahnya? Bagaimana Anda menjelaskan perbedaan ini? Apakah semua orang memiliki kemampuan pikiran yang sama? Bagaimana Anda menjelaskan perbedaan ini? Dunia ini adalah dunia sebab-akibat. Jika tidak seperti ini, mustahil terjadi mata rantai yang berkesinambungan. Jika orang tua memiliki sifat A dan B, anaknya pun memiliki sifat yang kerang lebih sama. Alam ini berpijak pada sistem yang terbaik. Tidak benar setiap saat ada orang yang cocok dengan maqam kenabian dan Tuhan terus menerus mengutus nabi. Tentu saja, ini tidak berarti bahwa hubungan dengan Tuhan tertutup. Banyak jalan untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan jalan kesempurnaan luas.
Kesimpulannya, di satu sisi pengutusan nabi dan rasul, dan di sisi lain ini harus ada kondisi ruang dan waktu. Orang yang memiliki kapasitas khusus akan diutus sebagai nabi, tapi itu tidak berarti bahwa jalan kesempurnaan tertutup bagi orang lain. Memang benar bahwa Nabi Muhammad saw adalah penutup para nabi dan nabi terakhir Tuhan, tapi jalan kesempurnaan tidak tertutup. Bahkan mungkin ada orang dari umat nabi yang dapat mencapai tingkat kesempurnaan yang lebih tinggi dari para nabi. Hal ini sangat mungkin, tapi ini tidak berarti bahwa ia mengalami wahyu kenabian itu. Ini tidak berarti bahwa ia telah menjalani pengalaman kenabian. Pada hakikatnya, pengutusan Tuhan adalah suatu hubungan eksistensial yang bergantung kepada iradah Tuhan secara mutlak.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email