Hujjatul Islam Alawi Tehrani salah seorang ulama tenar di kota Tehran menggelar orasi di Masjid Amirul Mukminin, Tehran, kemarin. Berikut ringkasan orasi tersebut.
Kita secara keseluruhan tidak boleh meninggalkan dunia, karena akhirat kita bisa kita bangun melalui amal di dunia ini.
Imam Shadiq as menekankan bahwa seorang mukmin senantiasa berada dalam dua kondisi: takut dan berharap. Pertama, ia tidak tahu apakah yang akan dilakukan Allah dengan dosa yang pernah dilakukan. Kedua, ia tidak tahu apakah akan memiliki akibat baik atau buruk.
Imam Ali bin Abi Thalib, sekalipun mamiliki maqam spiritual yang tinggi, masih mengkhawatirkan akibat masa depan beliau.
Di bagian lain orasi, Hujjatul Islam Alawi Tehrani menekan urgensi amal salih. Barang siapa melakukan amal salih, maka ia pasti memperoleh keuntungan yang sudah menjadi bagiannya. Sebaliknya, barang siapa melakukan amal buruk, maka hal ini akan merugikannya.
Iman memiliki tiga tingkatan: pengetahun kalbu, pengkauan lisan, dan amal. Iman adalah kita harus menaati Allah dan tidak menentang-Nya.
Sekarang, bagaimana dengan nasib orang-orang yang berjasa untuk masyarakat dunia, tetapi mereka tidak beriman seperti Edison? Ia telah berhasil menemukan listrik untuk umat manusia. Bagaimana nasib mereka di akhirat kelak?
Surat al-Nur ayat 39 menekankan, amal mereka yang kafir tidak berbeda dengan fatamorgana. Sementara itu, surah al-Isra’ ayat 19 menegaskan, barang siapa memilih akhirat dan berusaha untuknya, maka Allah akan menerima amalnya.
Kedua ayat ini menjelaskan nasib orang-orang seperti Edison. Tetapi, juga perlu kita camkan bersama bahwa kita tidak tahu apakah Edison kala itu adalah mukmin atau kafir.
(Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email