Pesan Rahbar

Home » » Sampai Sejauh Mana Ilmu Pengetahuan Berkembang di Masa Pemerintahan Imam Zaman as? Berikut Penjelasannya

Sampai Sejauh Mana Ilmu Pengetahuan Berkembang di Masa Pemerintahan Imam Zaman as? Berikut Penjelasannya

Written By Unknown on Thursday 6 August 2015 | 05:27:00


Ilmu pengetahuan memiliki 27 cabang, yang mana hanya 2 cabangnya saja yang diketahui umat manusia hingga datangnya Imam Zaman as. Sedangkan dua 25 cabang lainnya akan diketahui dan digunakan oleh manusia di masa pemerintahan Imam Zaman as.

Di masa pemerintahan Imam Zaman, ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi akan berkembang sangat pesat, yang mana semuanya saling berkaitan satu sama lain.

Dalam Biharul Anwar diriwayatkan dari Imam Shadiq as bahwa beliau berkata, “Ilmu pengetahuan memiliki 27 cabang, yang mana hanya 2 cabangnya saja yang diketahui umat manusia hingga datangnya Imam Zaman as. Sedangkan dua 25 cabang lainnya akan diketahui dan digunakan oleh manusia di masa pemerintahan Imam Zaman as.”[1]

Dengan demikian pada masa Imam Zaman as berkuasa ilmu pengetahuan akan lebih maju dua belas kali lipat dari sebelumnya.

Di zaman pemerintahan Imam Mahdi as, tidak ada yang berfikiran bahwa kemajuan dalam ilmu pengetahuan tidak selaras dengan kemajuan spiritual dan keagamaan manusia. Banyak sekali riwayat yang menyinggung kemajuan-kemajuan tersebut, yang mana umat manusia saat ini belum merasakannya.[2]

Yang jelas kemajuan-kemajuan itu bukan dilandaskan oleh mukjizat atau mistik, melainkan murni karena ilmu pengetahuan yang berkembang.

Kemajuan di bidang ekonomu pun demikian, secara menakjubkan umat manusia akan merasakan perataan kekayaan dan kemakmuran serta kesejahteraan yang melimpah. Sebagaimana yang kita baca dalam sebuah riwayat, “Kekayaan dari perut bumi akan bermunculan untuknya dan tidak akan terlihat reruntuhan di seluruh permukaan dunia.”[3]

Begitu juga diriwayatkan dari Rasulullah saw, “Umatku di masa pemerintahan Imam Zaman as akan merasakan nikmat-nikmat melimpah yang sebelumnya tidak mereka rasakan.”[4]

Referensi:
[1] Biharul Anwar, jil. 52, hal. 336.
[2] Ibid, hal. 321 sampai hal. 390.
[3] Muntakhab Al-Atsar, hal. 482; Syaikh Shaduq, jil. 1, hal. 331.
[4] Biharul Anwar, jil. 52, hal. 338.

(Shabestan/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: