Para pengamat menyalahkan media besar yang menyiarkan kekejaman. Ini justru memperkuat citra ISIS.
Tetapi beberapa pengamat lain mengatakan strategi ISIS yang merilis "video berdarah" mulai merusak citranya. Banyak aksi mengerikan militan ISIS telah menarik perhatian media dan menjadi berita utama di mana-mana.
Kebanyakan organisasi media besar punya ketentuan tentang penerbitan gambar atau video yang berisi kekejaman. Dalam hal video-video yang dirilis militan ISIS, media pada umumnya menghentikan tayangan sebelum aksi pembunuhannya.
Tetapi analis Daniel Wagner, CEO Country Risk Solutions, mengatakan video semacam itu seharusnya tidak diberitakan sama sekali.
"Kalau saya yang harus memutuskan, media akan lebih bijaksana dalam menayangkan apapun terkait ISIS. Sebagai contoh, media seharusnya tidak menyinggung sama sekali video-video pemenggalan atau tidak memberitakan aksi kejam terbaru yang dilakukan ISIS," sebut Wagner, seperti dikutip VOA Indonesia, Jumat (31/7/2015).
Wagner menyalahkan bisnis media serta pemirsa yang haus dengan sensasi karena itu membantu ISIS merekrut anggota baru dan kian memperkuat citra mereka.
Namun, para analis lainnya berpendapat banyaknya video ISIS yang menampilkan pembunuhan dan diberitakan secara luas dalam setahun ini justru mulai merugikan kelompok ekstremis itu.
Max Abrahms, anggota organisasi Dewan Hubungan Internasional dan profesor ilmu politik pada Universitas Northeastern, mengatakan, "Setiap negara yang menjadi sasaran ISIS justru semakin bertekad menumpas mereka. Memang benar membanggakan aksi-aksi kekerasan telah bermanfaat dalam hal rekrutmen, tetapi juga ada efek penyesalan yang besar di antara para anggotanya".
Selanjutnya menurut Abrahms, ISIS sadar video-video itu mulai menjadi bumerang dan para pemimpinnya sepertinya telah meminta bawahannya agar tidak membangga-banggakan kekerasan mereka. Kemampuan beradaptasi seperti inilah, kata Abrahms, yang membuat ISIS berkembang pesat secara cepat.
(MetroNews/Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email