Pesan Rahbar

Home » » Kisah Sayidah Fatimah as

Kisah Sayidah Fatimah as

Written By Unknown on Monday, 8 February 2016 | 02:25:00


Tanggal 20 Jumadi Tsani adalah hari kelahiran Sayidah Fatimah Az-Zahra as. Tepat pada tanggal ini, pada tahun ke-5 kenabian, rumah pasangan Nabi Muhammad saw dan Siti Khadijah as diliputi oleh suasana yang penuh dengan kebahagiaan. Karena di hari itu, mereka dianugerahi karunia ilahi yang begitu berharga, kelahiran seorang perempuan agung, Sayidah Fatimah Az-Zahra. Berbagai keutamaan seperti keimanan, ketakwaan, keilmuan, akhlak mulia menunjukkan kesempurnaan spiritual dan keagungan maknawi Sayidah Fatimah. Hubungan yang sangat erat antara Sayidah Fatimah dengan Rasulullah Saw melampaui ikatan darah antara anak dengan ayahnya.

Lebih dari itu, hubungan keduanya diikat oleh keimanan dan kecintaan ilahiah. Sebab kecintaan para aulia Allah berbeda dengan kecintaan dalam ikatan darah, bahkan melampaui hubungan antara seorang anak dengan ayahnya sendiri. Oleh karena itu, mereka tidak memberikan jalan bagi kecintaan selain Allah swt, Jika pun mencintai selain Allah, kedudukannya sebagai bagian dari kecintaan kepada Allah Swt.

Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah swt yang menjadi suri teladan bagi umat manusia. Sebab seluruh perkataan hingga perilakunya berdasarkan wahyu Allah swt. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surat an-Najm ayat 3 dan 4, "Dan tiadalah yang diucapkan [Nabi Muhammad Saw] itu (yaitu Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)."

Berdasarkan prinsip tersebut, perkataan Nabi Muhammad Saw mengenai Sayidah Fatimah dan perilaku beliau kepada putrinya memiliki rahasia tertentu yang melampaui sekedar hubungan afeksi antara orang tua terhadap anaknya. Sebab Rasulullah Saw juga memiliki putri selain Sayidah Zahra, yang lebih tua darinya. Nabi Muhammad Saw juga sangat mencintai seluruh putrinya, tapi tidak ada yang menyamai kecintaan beliau kepada Sayidah Fatimah.

Nabi Muhammad Saw mempersembahkan kasih sayang kepada putrinya Sayidah Fatimah. Ketika beliau berada di mimbar maupun mihrab, ketika shalat, doa dan munajat, saat di Mekah maupun Madinah, di dalam kota mapun di luar kota dan tempat lainnya, senantiasa menyebut nama Sayidah Fatimah dan menghormatinya melebihi penghormatan terhadap seorang ayah kepada putrinya sendiri.

Ketika Rasulullah Saw kembali dari perjalanan jauh, orang pertama yang ditanyakannya adalah Fatimah. Demikian juga, ketika akan berangkat untuk melakukan perjalanan, orang terakhir yang berpamitan dengan beliau adalah Sayidah Zahra. Peristiwa ini terekam dengan jelas dalam berbagai literatur Sunni dan Syiah. Berbagai buku hadis dan sejarah Sunni menjelaskan masalah ini seperti Musnad Ahmad jilid 5, Sunan Abu Dawud jilid 2, Sunan Kubra Baihaqi jilid 1 dan lainnya.

Dalam referensi hadis Syiah seperti Biharul Anwar jilid 43, dijelaskan ketika Rasulullah memasuki rumah, beliau mencium tangan Fatimah Saw. Selain itu diriwayatkan juga, ketika Nabi Muhammad Saw mencium tangan Fatimah, malaikat Jibril mencium tanah jejak telapak kakinya.

Tentu saja, perilaku Rasullah Saw terhadap Sayidah Zahra itu bukan semata-mata menunjukkan sikap natural ayah terhadap putrinya. Tapi lebih dari itu ada kesadaran dan pengetahuan yang tinggi terhadap sosok Sayidah Fatimah. Ketika Nabi Muhammad Saw ditanya mengapa melakukan tindakan seperti itu ? Rasulullah Saw menjawab, "Aku mencium bau surga darinya. Ketika aku mencium putriku, aku mencium surga."

Dalam kitab Ilal al-Syarayi' al Anwar jilid 1, dijelaskan ketika Rasulullah Saw ditanya mengapa beliau memperlakukan Sayidah Fatimah tidak seperti putrinya yang lain. Nabi Muhammad Saw menjawab, "Engkau berhak untuk tidak mengetahui rahasia di balik itu ! Sebab engkau tidak mengenal Fatimah! Fatimah adalah investasiku, perjuanganku membuahkan hasil. Dialah faktor yang menyebabkan agamaku abadi, sebab mempertahankan sunahku..."

Kepribadian agung dan kesempurnaan Sayidah Fatimah muncul ketika perkataan dan perilaku Rasulullah Saw menjadi sarananya. Rahasia keagungan Sayidah Fatimah terletak pada ketinggian keimanan, ketakwaan, dan keluhuran akhlaknya. Beliau adalah contoh terbaik dari perempuan teladan sepanjang sejarah. Terkait hal ini, Nabi Muhammad Saw bersabda, "Dari perempuan hanya Maryam, Asiyah, Khadijah dan Fatimah yang merupakan contoh perempuan sempurna." (Ad-Dur al-Mantsur jilid 2)

Karakteristik ilahiah dari Sayidah Fatimah menyebabkan Nabi Muhammad Saw sangat mencintainya. Salah satu dari karakteristik tersebut adalah keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt yang termanifestasikan dalam seluruh dimensi kehidupannya. Kitab Biharul Anwar jilid 43 menceritakan Rasulullah Saw bersabda, "Putriku Fatimah adalah orang yang dipenuhi hatinya dengan keimanan oleh Allah swt, dan keyakinan yang menghunjam."

Suatu hari Rasulullah berkata kepada Sayidah Fatimah. Beliau bersabda, "Engkau wanita terbaik di dunia." Putrinya menjawab, "Ayahanda, bagaimana dengan kedudukan Maryam ?". "Beliau adalah pemuka perempuan di zamannya, dan engkau adalah pemuka perempuan seluruh dunia." Ketika Rasulullah Saw sakit hingga menyebabkan wafat, beliau melihat putrinya bersedih. "Wahai Fatimah ! Apakah engkau tidak bahagia menjadi wanita terbaik di dunia dan perempuan terbaik di antara umatku dan terbaik di antara orang-orang mukmin ?" (Shahih Bukhari jilid 4).

Di berbagai pertemuan, Nabi Muhammad Saw mengenalkan sosok Sayidah Fatimah kepada umat Islam. Dalam salah satu pidatonya, Rasulullah Saw bersabda, "Siapapun bisa mengetahui wanita ini dan mengenalnya. Tapi tidak setiap orang bisa mengenalnya. Ketahuilah ia adalah bagian dari tubuhku. Dia adalah ruh dan hatiku. Oleh karena itu, orang yang menyakitinya, maka sama dengan menyakitiku."

Suatu hari Nabi Muhammad Saw memasuki rumah putrinya. Ketika itu, di rumah tersebut ada Sayidina Ali bin Abi Thalib dan dua putranya Hassan dan Husein selain Fatimah. Saat itu, malaikat menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad Saw surat al-Ahzab ayat 33, "... Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya."

Ayat ini menjelaskan kedudukan Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw sebagai manusia paling agung dan suci yang dibersihkan dosanya oleh Allah swt. Setelah ayat tersebut turun, Rasulullah Saw mengangkat tangan berdoa,"Ya Allah, mereka adalah ahlul baitku, maka jauhkan mereka dari dosa, dan jadikan mereka suci dan bersih." Ayat ini semakin memperjelas kedudukan Sayidah Fatimah dan keagungannya yang dicatat dalam lembaran sejarah sebagai wanita teladan sepanjang masa.

(IRIB Indonesia/PH)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: