Peserta KTT OKI Istanbul, Turki (Foto: AFP)
Setidaknya 50 pemimpin negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengecam Hizbullah lantaran aksi organisasi perlawanan tersebut membantu pemerintah yang sah di Suriah membasmi kelompok terror.
Pernyataan itu tertuang dalam komunike bersama dalam penutupan KTT OKI selama dua hari di Istanbul, Satu hari sebelum KTT berlangsung, tepatnya Rabu 13 April 2016, Rouhani meminta para delegasi OKI untuk menghindari pesan-pesan yang dapat memecah belah. Suksesor Mahmoud Ahmadinejad itu tidak ingin ada kalimat-kalimat pemecah belah negara Islam muncul sebelum, selama, dan sesudah KTT.
Anehnya OKI dalam komunike tersebut menuduh Hizbullah yang mendukung terorisme dan menyebabkan ketidakstabilan di wilayah Timur Tengah. Menurut laporan, beberapa negara termasuk Lebanon mengambil sikap abstain terhadap pernyataan itu seperti dikutip dari laman Daily Star, Sabtu 16 April 2016.
OKI juga menuduh Hizbullah melakukan terror di, Bahrain, Yaman, dan Kuwait. OKI juga menolak campur tangan Iran dalam urusan dalam negeri negara-negara Timur Tengah. OKI juga menyesalkan serangan terhadap kedutaan dan Konsulat Arab Saudi di Teheran dan di Meshad oleh pengunjuk rasa Iran pada bulan Januari lalu setelah Saudi mengeksekusi seorang ulama Syiah.
Sementara kantor berita Iran, Mehr, melaporkan Presiden Iran Hassan Rouhani dan delegasinya tidak menghadiri sesi akhir pertemuan puncak itu. Hal itu dilakukan sebagai aksi protes atas beberapa artikel yang mengkritik Iran dan Hizbullah.
Pernyataan penutup itu juga menegaskan bahwa semua perselisihan harus diselesaikan berdasarkan piagam OKI dan PBB, yang mendukung cara-cara damai untuk mengakhiri perselisihan dan menahan diri dari penggunaan kekuatan.
OKI melupakan peran Arab Saudi di Yaman Suriah. KTT OKI juga tidak menyinggung peran Turki dan Qatar dalam menciptakan instalibilas di kawasan terutama peran mereka mendukung kelompok terror di Suriah.
Komunike itu juga mengutuk “agresi terhadap Azerbaijan” Armenia dan menyatakan harapan bahwa damai Suriah yang berlangsung di Jenewa akan berkontribusi dalam menyelesaikan perang saudara yang sudah berlangsung selama 5 tahun di Suriah.
Turki, yang akan mengemban keketuaan OKI selama tiga tahun ke depan, serta Arab Saudi adalah bagian dari koalisi Amerika Serikat (AS) di Suriah. Mereka juga merupakan musuh dari Presiden Suriah Bashar al Assad yang menjadi sekutu Iran. Meski begitu, Turki dan Iran memiliki hubungan diplomatik dan perdagangan yang cukup baik
Namun, tentu saja Turki yang mayoritas Sunni itu dekat dengan Arab Saudi, rival Iran lainnya. Milisi Houthi yang beraliran Syiah Zaidiyah diketahui dekat dengan Iran. Arab Saudi dan Houthi terlibat perang Yaman di mana Kerajaan Saudi mendukung pasukan pemerintah Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi. Konflik tersebut setidaknya menelan 6.000 korban jiwa sejak Maret 2015.
Kominike OKI itu bertentangan dengan pesan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di akhir KTT. “Kita adalah Muslim. Kami tidak ingin Islam terpecah-belah,” cetus pria 62 tahun itu.
(AFP/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email