Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi (Foto: Sindonews)
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) disebut harus menjadi salah satu garda terdepan yang mempromosikan Islam sebagai agama cinta damai. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi saat membuka Internasional Seminar On Human Right Education di Jakarta pada Senin 12 Oktober 2015.
Retno mengatakan, OKI harus turut melawan aksi terorisme yang ada, tapi bukan dengan cara militer. Bentuk perlawananya adalah dengan mempromosikan Islam sebagai agama damai, dan bukan seperti yang ditunjukan oleh teroris.
“OKI harus mampu menyuarakan dengan sangat lantang, bahwa Islam adalah agama yang cinta damai, dan rahmatan lil alamin, di tengah semakin berkembangnya ancaman radikalime, ekstrimise, dan ketidaktoleranan,” ucap Retno.
“Bagaimanapun konsep rahmatan lil alamin harus dikenal sebagai kode prilaku, dan sebuah keunikan yang dimiliki oleh OKI,” sambung mantan Duta Besar Indonesia untuk Belanda tersebut,
Citra Islam di dunia internasional memang tercoreng oleh tindakan beberapa kelompok teror yang mengatasnamakan Islam. Sebut saja ISIS, Boko Haram atau al-Qaeda, beberapa kelompok teror yang membawa-bawa nama Islam, padahal kerap kali tindakan mereka tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Retno juga menyoroti krisis pengungsi Timur Tengah yang membanjiri Eropa. Ia menilai, penyebabnya adalah krisis politik dan konflik sektarian.
“Peningkatkan migran disebabkan oleh krisis politik, konflik sektarian atau masalah kemanusiaan lainnya, sesuatu yang turut menjadi perhatian dunia,” katanya
Retno menyebut, transformasi politik masih menjadi salah satu tantangan dan masalah utama beberapa negara anggota OKI. Transformasi yang tidak berjalan lancar membuat beberapa anggota OKI terjebak dalam krisis politik, yang beberapa diantaranya merambah menjadi konflik sektarian,
Selain itu, konflik sektarian di beberapa negara anggota OKI juga memang menjadi salah satu masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini. Contohnya seperti konflik di Suriah dan Yaman, yang menurut Retno keduanya saling berkaitan, dimana melibatkan dua kelompok ajaran Islam, yakni Sunni dan Syiah.
Lalu ada pula ekstrimisme yang dipandang turut menjadi salah satu penyebab terjadinya migrasi besar-besaran. “Ekstremis, teorisme, dan lain sebagainya adalah masalah kita semua. Kita harus hentikan itu semua,” imbuh Retno
(Sindo-News/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email