1. “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, daan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 207).
Abu Ja’far al-Iskafi mengatakan—sebagaimana tertulis dalam kitab Syarah, Nahjul Balaghah, karya Ibn Abil Hadid, juz 3, halaman 270: “Hadis al-firasyi (yakni tidurnya Ali di ranjang Rasul saw di malam hijrah) adalah hadis mutawatir, yang tiada yang mengingkarinya kecuali orang yang gila atau orang tidak pemah berkumpul dengan kaum Muslim, karena semua mufasirin telah meriwayatkan bahwa firman Allah di atas turun pada Imam Ali bin Abi Thalib.
Dan hadis ats-Tsa’labi —yang menjelaskan tidurnya Ali di rumah Nabi saw saat beliau hijrah— disebutkan oleh al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, juz 3, halaman 238 dan aI-Kanji dalam kitab Kifayah ath-Thalib halaman 114, ash-Shafuri dalam kitab Nuzhatul Majalis, juz 2, halaman 209, yang menukil dari al-Hafizh an-Nasafi. Dan diriwayatkan juga oleh Ibn ash-Shabbal al-Maliki dalam kitab Al-Fusul Al-Muhimmah halaman 33, dan Sibthu Ibnul Jauzi al-Hanafi dalam kitabnya Tadzkirah Al-Khawas, halaman 31 dan as-Syablanji dalam kitab Nurul Abshar, halaman 86.
Dan hadis menginapnya Imam Ali di rumah Rasul di malam hijrah terdapat juga dalam kitab Musnad Ahmad, juz 1, halaman 348, Tarikh Ath-Thabari, juz 2 halaman, 99-101, Thabaghat Al-Kubra, karya Ibn Sa’ad, juz 1 halaman 212, Tarikh Al-Ya’qubi, juz 2, halaman 29, Sirah Ibn Hisyam, juz 2, halaman 291, Al-Iqdul Farid, juz 3, halaman 290, Tarikh Al-Khatib Al-Baghdadi, juz 13 halaman 191, Tarikh Ibn Atsir, juz 2, halaman 42, Tarikh Abil Fida’, juz 1, halaman 126, Manaqib, karya Al-Khawarzimi, halaman 75, Al-Imta’, karya Al-Muqrizi, halaman 39, Tarikh Ibn Katsir, juz 7, halaman 338, dan Sirah Al-Halabiyah, juz 2, halaman 29.
Dan terdapat isyarat tentang kejadian yang mulia ini dalam hadis shahih yang diriwayatkan dari Ibn Abbas, yang disebutkan oleh beberapa al-Hafizh (perawi terpercaya). Silakan Anda baca kitab Al-Ghadir, juz 1, halaman 50-51, dimana ada hadis yang disampaikan oleh Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib: “Amirul Mu’minin tidur di ranjang Rasul saw untuk menjaga beliau dari kejahatan kaum musyrikin. Beliau persembahkan nyawanya demi Rasul pada malam hijrah ke Madinah, sehingga Allah menurunkan ayat pada beliau dalam surah al-Baqarah ayat 207. (Silakan Anda baca juga kitab Tadzkiratul Khawas, halaman 115, Syarah Nahjul Balaghah, karya Ibn Abil Hadid, juz 2, halaman 103, dan Jamharatul Khuthab, juz 2, halaman 12).
2. “Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan orang-orang mukmin.” (QS. AI-Anfal: 62) .
Al-Hafizh Abul Qasyim Ibn Asakir dalam kitab Tarikh- nya menyampaikan suatu riwayat seraya berkata: “Kami diberitahu oleh Abul Hasan Ali bin Muslim asy-Syafi’i, dari Abul Qasim bin ‘Ala dan Abu Bakar Muhammad bin Umar bin Sulaiman al-‘Uraini an-Nasibi, kami diberitahu oleh Abu Bakar Ahmad bin Yusuf bin Khallad, dari Abu Abdillah al- Husain bin Isma’il al-Mihri, dari Abbas bin Bakar, dari Khalid bin Abi Umar al-Asadi, dari al-Kilabi dari Abu Shalih dari Abu Hurairah yang berkata: “Tertulis di arasy bahwa tiada Tuhan selain Allah. Aku Maha Esa dan tidak ada yang menyekutukan Aku dan Muhammad hamba-Ku serta Rasul-Ku, dan Aku kuatkan dia dengan Ali.”
Al-Kanji asy-Syafi’i meriwayatkan sanad hadis tersebut dalam kitab Kifayah-nya, halaman 110, lalu ia berkata: “Aku mengatakan, disebutkan oleh Ibn Jarir dalam kitab Tafsir-nya dan Ibn Asakir dalam kitab Tarikh-nya di saat menyebutkan biografi Ali, dan diriwayatkan juga oleh Jalaluddin as-Suyuti dalam kitab Ad-Durrul Mantsur, juz 3, halaman 199, yang menukill dari Ibn Asakir, serta diriwayatkan oleh Al-Qandusi dalam kitab Yanabi’ul Mawaddah, halaman 94, yang menukil dari Al-Hafizh Abu Nu’aim dengan sanad dari Abu Hurairah dan dari jalur Abu Shalih dari Ibn Abbas.
Adapun permulaan hadis disebutkan oleh beberapa hafizh di antaranya: Al-Khatib al-Baghdadi dalam kitab Tarikh-nya, juz 11, halaman 173 dengan sanad dari Anas bin Malik, dimana: ia mengatakan bahwa Nabi saw bersabda: “Ketika aku mengalami mi’raj, aku melihat di atas arasy tertulis: “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Aku kuatkan dia dengan Ali, dan Aku tolong dia dengan Ali.” Sedangkan Muhibbudin Ath-Thabari dalam kitab Ar-Riyadh an-Nadhirah, juz 2, halaman 172 dari Abul Khamra dari jalur Al-Mulla dalam kitab Sirah-nya, juga terdapat dalam kitab Dzakhairul ‘Uqba, halaman 69, kemudian Al-Khawarzimi dalam kitab Al-Manaqib, halaman 254 dan Al-Hammuyi dalam kitab Faraidus Simthain pada bab 46 dari dua jalur meriwayatkan dengan redaksi: “Ketika aku mengalami mi’raj ke langit, aku melihat di atas arasy tertulis: “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Muhammad yang paling baik di antara makhluk-makhluk-Ku. Aku kuatkan dan dukung dia dengan Ali.”
Dan dengan sanad yang lain dari Abul Khamra meriwayatkan: “Pada malam mi’raj, aku melihat di sebelah kanan arasy tertulis, ‘Aku adalah Allah Yang Maha Esa Yang tiada Tuhan selain Aku dan Aku menciptakan surga ‘Adn dengan tangan-Ku untuk Muhammad, makhluk pilihan-Ku, dan Aku kuatkan ilia dengan Ali’.” Dan redaksi hadis ini diriwayatkan juga oleh AI-Hafizh Suyuti sebagaimana terdapat dalam kitab Kanzul Ummal, juz 6, halaman 158 dari jalur selain Abul Khamra. Sementara itu, melalui jalur Jabir diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: “Tertulis di pintu sorga dua ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi, ‘Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Aku kuatkan dia dengan Ali’.” Riwayat ini disebutkan oleh Al-Hafizh Al-Haitsami dalam kitab Al-Majma’, juz 9, halaman 121 dari jalur Ath-Thabaram dari Abul Khamra, dan Suyuti dalam kitab Al-Khashaisul Kubra, juz 1, halaman 7 yang menukil dari Ibn ‘Adi dan Ibn Asakir dari jalur Anas.
Sayyid Al-Hamdani meriwayatkan dalam, kitab Mawaddatul Qurba bahwa Imam Ali berkata: “Rasul saw bersabda, “Sesungguhnya aku melihat namamu disandingkan dengan namaku dalam empat tempat: Pertama, ketika aku sampai di Baitul Maqdis di saat aku mengalami mi’raj ke langit, aku mendapati tulisan di atas batu, yaitu: ‘Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Aku kuatkan dia dengan Ali sebagai pembantunya. Kedua, ketika aku sampai di Sidratul Muntaha, aku menemukan di dalamnya tulisan: ‘Aku adalah Allah yang tiada Tuhan selain Aku. Aku Maha Esa. Muhammad adalah harnba-Ku yang terbaik, dan Aku kuatkan dia dengan Ali sebagai pembantunya.’ Ketiga, ketika aku sampai di arasy Tuhan alam semesta lain aku mendapati tulisan: ‘Sesungguhnya Aku adalah Allah yang tiada Tuhan selain Aku. Muhammad adalah kekasih-Ku di antara hamba-Ku, dan aku dukung dia dengan Ali.’ Keempat, ketika aku sampai di surga, maka aku menemukan tulisan di pintu sorga: ‘Tiada Tuhan selain Aku dan Muhammad kekasih-Ku di antara hamba-Ku, kemudian aku kuatkan dia dengan Ali dan aku bela dia dengan Ali’.”
3. “Hai Nabi cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (QS. Al-Anfal: 64).
Al-Hafizh Abu Nu’aim dalam kitab Fadhailus Sahabah dengan sanad yang dapat dipercaya mengatakan: “Sesungguhnya ayat tersebut turun pada Ali bin Abi Thalib. Yakni yang dimaksud al-mu’minin (orang-orang mukmin) dalam ayat di atas ialah Ali.”
4. “Di antara orang-orang mukrnin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya).” (QS. Al-Ahzab: 23).
Al-Khatib Al-Khawarzimi menyebutkan dalam kitab Al- Manaqib, halaman 188, dan Al-Hafizh Al-Kanji dalam kitab Al-Kifayah, halaman 122 yang menukil dari Ibn Jarir dan selainnya dari para mufasirin, bahwasannya firman Allah: “Maka di antara mereka ada yang gugur, yaitu turun pada hamzah paman Rasul saw dan sahabat-sahabatnya, dimana mereka berjanji kepada Allah untuk tidak pemah akan mundur saat berjihad sampai mereka terbunuh; dan di antara mereka ada yang menunggu-nunggu’, yaitu turun kepada Ali bin Abi Thalib dimana beliau tetap melanjutkan jihad dan tidak pemah mengubah sikapnya.”
Dan dalam kitab Ash-Shawaiq Al-Muhriqah, karya Ibn Hajar, halaman 80 disebutkan bahwa Imam Ali as ditanya saat berada di atas mimbar di Kufah tetang firman Allah “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang tel-ah mereka janjikan kepada Allah...” Kemudian beliau menjawab: “Ya Allah, aku mohon ampunan pada-Mu, ayat ini turun padaku dan pada pamanku Hamzah, dan pada anak pamanku Ubaidah bin Harts bin Abdul Muthalib. Ubaidah telah syahid di perang Badr dan Hamzah telah syahid di perang Uhud, sedangkan aku menunggu orang yang paling celaka yang akan membunuhku (yakni Ibn Muljam–penj). Demikianlah yang dijanjikan oleh kekasihku Abul Qasim Muhammad saw.”
5. “Sesungguhnya penolong kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan yang menunaikan zakat seraya mereka tunduk kepada Allah (dalam keadaan rukuk’).” (QS. Al-Ma’idah : 55).
Abu Ishaq ats-Tsa’labi dalam kitab tafsirnya meriwayatkan hadis dari Abu Dzar al-Ghifari yang berkata: “Aku mengerjakan shalat bersama Rasulullah pada waktu Dzuhur, lain ada seorang pengemis di masjid meminta-minta dan tidak ada seorangpun yang memberi. Kemudian si pengemis tersebut mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berdoa : “Ya Allah, saksikanlah aku meminta di masjid Muhammad saw Nabi-Mu dan tidak ada seorangpun yang memberikan padaku sesuatu.” Saat itu Imam Ali sedang melaksanakan shalat dalam keadaan rukuk lalu beliau mengisyaratkan pada pengemis tersebut agar mengambil cincin yang ada di jari kelingking kanannya, sehingga pengemis itu mendekati Ali dan mengambil cincinnya. Kejadian itu disaksikan langsung oleh Rasul saw. Kemudian beliau mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: “Ya Allah, Tuhan kami, sesungguhnya saudaraku Musa memohon kepada-Mu seraya berkata, ‘Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, yaitu Harun saudaraku. Teguhkanlah dengan dia kekuatanku dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku.’ (QS. Thaha : 25-32). Lalu Engkau menurunkan firman-Mu, “Kami akan kuatkan engkau dengan saudaramu dan Kami akan menjadikan untukmu berdua kekuasaan dimana mereka tidak dapat sampai kepada kamu berdua. ‘Ya Allah, sesungguhnya aku Muhammad, Nabi-Mu dan pilihan-Mu, maka lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku dan jadikanlah untukku pembantu dari keluargaku, yaitu Ali serta teguhkanlah dengan dia kekuatanku’.” Abu Dzar ra. berkata: “Belum selesai Rasul saw berdoa, sehingga Jibril turun alas perintah Allah untuk membawakan satu ayat pada Rasul seraya berkata: “Wahai Muhammad, bacalah “Sesungguhnya pemimpin kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat clan yang menunaikan zakat seraya mereka tunduk kepada Allah (dalam keadaan rukuk’).”
Banyak kalangan ahli tafsir menyampaikan riwayat berkenaan dengan kejadian tersebut, di antara mereka Ath- Thabari dalam kitab tafsirnya, juz 6, halaman 165 dari jalur Ibn Abbas dan Utbah bin Abi Hakim serta Mujahid, Al-Wahidi pun menyebutnya dalam kitab Asbabun Nuzul, halaman 148 dari dua jalur, Ar-Razi dalam kitab tafsimya, juz 3, halaman 431 dari ‘Atha’ dari Abdullah bin Salam dan Ibn Abbas dan juga hadis Abu Dzar di atas, Al-Khazin dalam kitab tafsimya, juz 1, halaman 496, Abul Barakat dalam tafsimya, juz 1, halaman 496, An-Naisaburi dalam kitab tafsirnya, juz 3, halaman 461, Ibn Shabbagh al-Maliki dalam kitab Al-Fusul Al-Muhimmah, halaman 123, Ibn Thalhah asy-Syafi’i dalam kitab Mathalibus Sa’ul, halaman 31 dengan redaksi hadis yang disampaikan Abu Dzar tersebut, Sibthu Ibnul Jauzi dalam kitab Tadzkiratul Khawas, halaman 9 dari tafsir Tsa’labi dari As- Suddi dan ‘Utbah serta Ghalib bin Abdullah, Al-Kanji asy-Syafi’i dalam kitab Al-Kifayah, halaman 106 dengan sanad dari Anas dan halaman 122 dari Ibn Abbas dari jalur Hafizhul Iraqain, dan Al-Khawarzimi serta Ibn Asakir dari Abu Nu’aim dan Al-Qhadhi Abul Ma’ali, Al-Khawarzimi dalam kitab Manaqib-nya, halaman 178 dengan dua jalur, Al-Hammuyi dalam kitab Faraidus Simthain dalam bab 14 dari jalur Al-Wahidi dan dalam bab 39 dari Anas dan dari jalur-jalur yang lain dari Ibn Abbas, Al-Qhadhi Al-Iji dalam kitab Al-Mawaqif, juz 3, halaman 276, Muhibbuddin Ath-Thabari dalam kitab Ar-Riyadh An-Nadhirah, juz 2, halaman 227 dari Abdullah bin Salam dari jalur Al-Wahidi, Abul Faraj, dan Al-Fadhaili. Kitab Adz-Dzakhair juga menyebutnya pada halaman 102 dari jalur Al-Waqidi dan Ibnul Jauzi, Ibn Katsir as-Syami dalam kitab tafsirnya, juz 2, halaman 71 dengan jalur dari Amirul Mukminin, dan dari jalur Ibn Abu Khatim dari Salamah bin Kuhail, dan dari Ibn Jarir Ath-Thabari dengan sanad dari Mujahid dan as-Suddi dari Al-Hafizh Abdur Razaq dengan sanad dari Ibn Abbas, dan melalui jalur Al-Hafizh Ibn Mardawih dengan sanad dari Sofyan Ats-Tsauri dari Ibn Abbas, dan dari jalur Al-Kilabi dari Ibn Abbas, dimana Al-Kilabi mengatakan: “Sanad ini tidak ada kekurangannya.” AI-Hafizh juga menyebutkannya dari Ibn Mardawih dengan redaksi dari Amirul Mukminin, Ammar, dan Abu Rafi’. Ibn Katsir juga meriwayatkan dalam kitab Al-Bidayah wa Nihayah, juz 7, halaman 357 dari Thabarani dengan sanad dari Amirul Mukminin, dan dari jalur Ibn Asakir dari Salamah bin Kuhail. Al-Hafizh As-Suyuti menulisnya dalam kitab Jam’ul Jawami’ sebagaimana terdapat pada kitab Kanzul Ummal, juz 6, halaman 391 dari jalur Al-Khatib, juga tertulis dalam kitab Al-Muttafaq dari Ibnu Abbas, halaman 405 dari jalur Abu Syaikh dan Ibn Mardawih dari Amirul Mukminin. Ibn Hajar pun meriwayatkannya dalam kitab Ash-Shawaiq Al-Muhrlqah, halaman 25, As-Sablanji dalam kitab Nurul Abshar, halaman 77 yang mengutip riwayat Abu Dzar dari Tsa’labi, sedangkan Al-Alusi menyebutnya dalam kitab Ruhul Ma’ani, juz 2, halaman 329.
6. “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalam Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah...” (QS. At-Taubah: 19).
Ath-Thabari dalam kitab tafsimya meriwayatkan dengan sanad dari Anas yang berkata: “Al-Abbas dan Syaibah bin Utsman termasuk orang yang bertanggung jawab terhadap Ka’bah. Mereka saling berbangga terhadap pekerjaan mereka masing masing. Al-Abbas berkata kepadanya, ‘Saya lebih mulia daripada kamu karena saya paman Rasulullah saw dan pembawa wasiat ayahnya serta orang yang memberi minum para jamaah haji.’ Syaibah balik menjawab, “Saya lebih mulia daripada kamu karena sara diberi kepercayaan oleh Allah untuk menjaga rumah-Nya (Ka’bah).” Di saat mereka berdua saling berbangga dan sekaligus bertengkar, datanglah Ali bin Abi Thalib lalu Abbas mengatakan kepadanya, ‘Syaibah membanggakan dirinya atasku lalu ia mengaku bahwa dia lebih mulia dariku.’ Imam Ali berkata kepadanya, ‘Apa yang kamu katakan wahai pamanku?’ Abbas berkata, ‘Saya berkata kepadanya bahwa saya paman Rasulullah dan pengemban wasiat ayahnya serta pemberi minum pada para jamaah haji. Sara lebih mulia darimu.’ Imam Ali berkata kepada Syaibah, ‘Apa yang kamu katakan wahai Syaibah?’ Ia menjawab, ‘Aku berkata kepadanya bahwa aku lebih mulia darimu. Saya yang diberi amanat oleh Allah atas rumah-Nya, sedangkan kamu tidak.’ Imam Ali berkata kepada mereka berdua, ‘Jadikanlah aku bersama kalian dalam kebanggaan!’ Mereka berdua mengatakan, ‘Ya.’ Imam Ali melanjutkan, ‘Aku lebih mulia daripada kalian. Aku yang pertama mengimani ancaman Allah dari kaum lelaki umat ini; aku orang yang pertama kali berhijrah dan berjihad’.” Lalu ketiga lelaki itu pergi untuk mengadap Rasul saw, dimana mereka memberitahu kepada beliau bahwa masing-masing mereka berbangga atas yang lain. Lalu Rasulullah saw tidak menjawab sedikit pun. Setelah beberapa hari, Jibril as membawa wahyu dari Allah tentang mereka, lalu Nabi memanggil ketiga orang tersebut agar supaya datang dan beliau membacakan kepada mereka ayat ke-19 dari surah At-Taubah.
Hadis mufakharah (berbangga-bangga) di atas dan sebab turunnya ayat itu disebutkan oleh banyak perawi dan ulama, baik secara global maupun secara terperinci, di antaranya:
Al-Wahidi dalam kitab Asbabun Nuzul, halarnan 182 yang dinukil dari Hasan, Sya’bi, dan Quradhi. Al-Qurtubi menyebutkannya dalam kitab tafsirnya, juz 8, halaman 91 dari as-Suddi, Ar-Razi dalam kitab tafsirnya, juz 4, halaman 422. Sedangkan Al-Khazin dalam kitab tafsirnya, juz 2, halaman 221 mengatakan bahwa Sya’bi dan Muhammad bin Ka’ab al-Quradhi mengatakan, ‘Ayat ke-19 dari surat at-Taubah ini turun pada Ali bin Abi Thalib, dimana Abbas bin Abdul Muthallib dan Talhah bin Abi Syaibah saling berbangga satu sama lain. Talhah mengatakan, ‘Aku yang menguasai rumah ini karena di tanganku ada kunci-kuncinya.’ Abbas menjawab, ‘Aku pemberi minum para jamaah haji.’ Sedangkan Ali berkata, ‘Aku tidak tahu apa maksud perkataan kalian. Sungguh aku telah mendirikan shalat dan menghadap kiblat selama 6 bulan sebelum orang lain melaksanakannya dan aku selalu berjihad.’ Kemudian Allah Swt menurunkan ayat tersebut.
Dan di antara mereka yang meriwayatkan hadis tersebut adalah Abul Barakat an-Nasafi dalam kitab tafsirnya, juz 2, halarnan 221, Al-Hammuyi dalam kitab Faraidus Simthain dalam bab 41 dengan sanad dari Anas, Ibn Shabbagh al-Maliki dalam kitab Al-Fusulul Muhimmah, halarnan 123 dari jalur Al-Wahidi dari Al-Hasan, Sya’bi, dan Al-Qurazi. Jamaluddin Muhammad bin Yusuf az-Zarandi pun menyebutnya dalam kitab Nazmu Duraris Simthain, Al-Kanji dalam kitab Al-Kifayah, halaman 113 dari jalur Ibn Jarir dan Ibn Asakir dari Anas dengan redaksi yang telah disebutkan, Ibn Katsir as-Syami dalam kitab tafsirnya, juz 2, halarnan 341 dari Al-Hafizh Abdur Razzaq dengan sanad dari Sya’bi dan dari jalur Ibn Jarir dari Muhammad bin Ka’ab Al-Qurazi dan dari As-Suddi, dan dari jalur Al-Hafizh Abdur Razzaq juga dari Al-Hasan dan Muhammad bin Tsaur dari Muammir dari Al-Hasan. Sementara itu Al-Hafizh As-Suyuti menyebutnya dalam kitabnya Ad-Durrul Mantsur, juz 3, halaman 218 dari jalur Al-Hafizh Ibn Mardawih dari Ibn Abbas, dan dari jalur para hafizh, di antaranya: Abdur Razaq, Ibn Abi Syaibah, Ibn Jarir, Ibn Munzhir, Ibn Abi Hatim, dan Abu Syaikh dari Sya’hi. Juga diriwayatkan oleh Ibn Mardawih dari Sya’bi dan dari Abdur Razzaq dari Al-Hasan, dan dari jalur Ibn Abi Syaibah, Abu Syaikh dan Ibn Mardawih dari Ubaidillah bin Ubaidah, dan dari jalur al-Firyani dari Ibn Sirin, dan dari Ibn Jarir dari Muhammad bin Ka’ab al-Quradhi dari jalur Ibn Jarir dan Abu Syaikh dari adh-Dhahhak, dan dari Abu Nu’aim dan Ibn Asakir dengan sanad dari Anas dengan redaksi sebagaimana di atas.
Ash-Shafuri menyebutnya dalam kitab Nuzhatul Majalis, juz 2, halaman 242. Sedangkan dalam kitab Syawaridul Milkh wa Mawaridul Manh, halaman 209 disebutkan bahwa Abbas dan Hamzah saling berbangga. Hamzah berkata, ‘Saya lebih baik daripada kamu karena saya memakmurkan Ka’bah.’ Abbas menjawab, ‘Saya lebih baik daripada kamu karena saya memberi minum para jamaah haji.’ Lalu mereka berdua berkata, ‘Kami keluar ke Attah dan kami sepakat untuk menjadikan hakim siapapun yang pertama kali kami temui. Kemudian mereka menemui Ali dan menjadikannya hakim untuk menyelesaikan urusan mereka. Ali bin Abi Thalib berkata, ‘Saya yang lebih baik daripada kalian berdua, karena saya lebih dahulu masuk Islam dibandingkan kalian. Kemudian Ali memberitahukan hal itu kepada Nabi saw, sehingga Rasul merasa sedih karena Ali membanggakan dirinya atas pamannya. Lalu Allah Swt menurunkan ayat tersebut sebagai pembenar perkataan Ali dan penjelas keutamaannya.
Berkenaan dengan hadis mufakharah dan sebab turunnya ayat di atas, banyak kalangan penyair yang menuangkan pujian kepada Imam Ali, seperti al-Himyari, an-Nasyi, al-Basynawi, dan lain-lain.
7. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96).
Abu Ishak meriwayatkan dalam kitab tafsirnya dengan sanad dari Barra’ bin ‘Azib yang berkata: Rasul saw berkata kepada Ali: ‘Ya Allah, ya Tuhan kami, jadikanlah untukku di sisi-Mu suatu perjanjian dan tanamkanlah untukku di dalam hati kaum mukmin rasa cinta dan kasih sayang’.” Lalu Allah Swt menurunkan ayat ini.
Disebutkan oleh Abul Mudhaffar Sibthu Ibnul Jauzi al- Hanafi dalam kitab Tadzkirah-nya, halaman 10 bahwa Ibn Abbas berkata: “Sesungguhnya Allah menanamkan kecintaan pada Ali di hati kaum mukhlin.” Sedangkan dalam kitab Majma’ Az-Zawaid, juz 9, halaman 125 disebutkan bahwa Ibn Abbas. perkata: “Ayat ke-96 dari surah Maryam turun pada Ali bin Abi Thalib. Dan ayat tersebut berbicara tentang kecintaan kaum mukmin pada Ali.” Riwayat ini dikemukakan oleh Al-Khatib Al-Khawarzimi dalam kitab Manaqib-nya, halaman 188 dari hadis Ibn Abbas dengan sanad dari Ali yang berkata: “Salah seorang lelaki menemuiku laIu dia mengatakan, ‘Wahai Abul Hasan, demi Allah, saya mencintaimu karena Allah.’ Lalu aku pulang ke tempat Rasul saw dan aku memberitahu beliau ten tang perkataan laki-laki tersebut, lain beliau bersabda, ‘Apakah engkau melakukan suatu kebaikan padanya wahai Ali?’ Aku menjawab, ‘Demi Allah, saya tidak berbuat baik apapun padanya.’ Lalu Rasul saw bersabda, ‘Puji Syukur pada Allah yang menjadikan hati kaum mukmin rindu dan cinta kepadamu.” Kemudian turunlah firman Allah Swt di atas.
Hadis tersebut juga disampaikan oleh Al-Hafizh Al-Kanji dalam kitab Al-Ghifayah, halaman 121, Muhibbuddin Ath- Thabari dalam kitab Ar-Riyadh An-Nadhirah, juz 2, halaman 207 dimana disebutkan dari jalur Al-Hafizh as-Salafi dari lbnul Hanafiyyah bahwa, ‘Tertanam pada hati orang mukmin kecintaan pada Ali dan keluarganya.’ Dan hadis itu diriwayatkan juga oleh Al-Hammuyi di dalam kitab Faraid-nya pada bab ke-14 dari jalur Al-Wahidi dengan dua sanad dari lbn Abbas, juga As-Suyuti dalam kitab Ad-Durrul Mantsur, juz 4, halaman 287 dari jalur Al-Hafizh Ibn Mardawih dan ad-Daelami dari Barra’, dan dari jalur Ath-Thabrani dari Ibn Mardawih dari Ibn Abbas, sedangkan Al-Qusthallani menyebutnya dalam kitab Al-Mawahib, juz 7, halaman 14 dari jalur an-Naqash, Asy-Syablanji dalam kitab Nurul Abshar, halaman 112 dari Naqasy, serta Al-Hadhrami dalam kitab Rasyfatushadi, halaman 25.
8. “Apakah orang-orang yang berbuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh ...” (QS. Al-Jatsiyah: 21).
Abul Mudhaffar Sibtu lbnul Jauzi Al-Hanafi mengatakan dalam kitab Tadzkirah-nya, halaman 11: “As-Suddi meriwayatkan dari lbn Abbas yang berkata: “Ayat ini turun pada Ali di peperangan Badar. Dan yang berbuat kejahatan adalah “Utbah, Syaibah, Al-Walid, dan Al-Mughirah. Sedangkan yang beriman dan beramal shaleh adalah Ali.” Anda akan mendapatkan riwayat yang serupa dengan yang di atas dalam kitab Kifayah Ath-Thalib, karya Al-Kanji asy-Syati’i, halaman 120.
9. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 7).
Ath-Thabari dalam kitab Tafsir-nya, juz 30, halaman 146 menyampaikan riwayat dengan sanad dari Abul Jarud dari Muhammad bin Ali yang berkata: “Rasul saw bersabda, ‘Wahai Ali, engkau dan pengikutmu (sebaik-baik makhluk)’.” Hadis ini diriwayatkan juga oleh Al-Khawarzimi dalam kitab Manaqib-nya, halaman 66 dari Jabir yang berkata: “Kami sedang berada di tempat Rasul saw, lalu tiba-tiba Ali bin Abi Thalib datang dan Rasul saw bersabda, ‘Telah datang kepada kalian saudaraku.’ Kemudian beliau menoleh ke arab Ka’bah seraya bersabda, ‘Demi jiwaku yang berada di bawah kekuasaan-Nya, sesungguhnya orang ini (Ali) dan pengikutnya adalah orang-orang yang beruntung di Hari Kiamat. Sesungguhnya Ali adalah orang yang pertama mengimaniku, yang paling setia dengan janji Allah, yang paling menegakkan perintah Allah, yang paling adil terhadap bawahannya, dan yang paling utama di sisi Allah.’ Perawi mengatakan, “Di saat itulah turun ayat ke-7 dari surah al- Bayyinah, sehingga ketika Imam Ali datang kepada para sahabat Rasul saw, mereka berkata, ‘Telah datang pada kita sebaik-baik makhluk’.”
Diriwayatkan melalui jalur Al-Hafizh Ibn Mardawih dari Yazid bin Syurahi al-Anshari, sekertaris Imam Ali yang berkata: “Aku mendengar Ali berkata, ‘Di saat aku sedang menyandarkan dadaku pada Nabi, beliau bersabda, ‘Wahai Ali, apakah engkau tidak mendengar firman Allah:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh mereka adalah sebaik-baik makhluk? Mereka adalah kamu dan pengikutmu. Dan kita akan berada di tempat yang sama, yaitu di telaga al-Haudh ketika semua umat akan dihisab’.” (Riwayat ini disebutkan oleh Al-Kanji dalam kitab Al-Kifayah, halaman 119 dariYazid Bin Syurahil).
Terdapat riwayat mursal (terhapus sanad-nya) dari Ibnul Shabah al-Maliki dalam kitab Al-Fusul Al-Muhimmah, halaman 122 dari Ibn Abbas yang berkata: “Ketika turun ayat ini, Rasul saw berkata pada Ali, ‘Engkau dan pengikutmu kelak akan datang pada Hari Kiamat dalam keadaan ridha dan diridhai. Sedangkan musuh-musuhmu kelak akan datang dalam keadaan marah dan dimarahi’.” Dan diriwayatkan oleh Al-Hammuyi di kitab Faraid Simthain dengan dua jalur dari Jabir yang menyatakan bahwa ayat ini turun pada Ali. Dan ketika para sahabat Nabi melihat Ali datang pada mereka, maka mereka mengatakan, “Sungguh telah datang manusia yang paling baik.”
Jalaluddin As-Suyuti mengemukakan hadis tersebut dalam kitab Durrul Mantsur, juz 6, halaman 379. Sedangkan Ibn Asakir menyampaikan riwayat dari Jabir bin Abdillah yang berkata: “Kami sedang berada di tempat Rasul, lalu tiba-tiba Ali datang lain Rasul saw bersabda, ‘Demijiwaku yang berada di bawah kekuasaan-Nya, sesungguhnya orang ini (Ali) dan pengikutnya adalah orang-orang yang beruntung pada Hari Kiamat’.” Hadis ini juga disebutkan oleh Ibnu Adi dari Ibnu Abbas, yang berkata: “Ketika turun ayat ke-7 dari surah Al-Bayyinah, Rasul saw, berk.ata kepada Ali, ‘Engkau dan pengikutmu kelak pada Hari Kiamat akan ridha dan diridhai’.” (Riwayat Yazid bin Syurahil yang lain disebutkan pula oleh asy-Syablanji dalam kitab Nurul Abshar, halaman 112 dari Ibn Abbas dengan redaksi yang telah disebutkan dari Ibn Shabagh al-Maliki).
10. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3).
Jalaluddin As-Suyuti dalam kitab tafsir Ad-Durrul Mantsur, juz 6, halaman 392 menyebutkan riwayat dari Ibn Mardawih dan dari Ibn Abbas yang berkata: “Firman Allah, ‘Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian,’ turun untuk Abu Jahal bin Hisyam. Sedangkan ayat berikutnya, ‘kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh’, turnn untuk Ali dan Salman.
11. “Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir) ? Mereka tidak sama.” (QS. As-Sajdah: 18).
Ayat di atas turun pada Ali bin Abi Thalib sebagaimana disebutkan oleh Ath-Thabari dalam kitabnya, juz 21, halaman 62 dengan sanad dan Attha’ bin Yasar yang berkata: “Walid dan Ali terlibat pembicaraan yang seru. Walid berkata, ‘Aku paling fasih lisannya daripada engkau dan paling tajam ujung tombaknya daripada engkau.’ Ali berkata, ‘Diamlah engkau karena engkau adalah orang yang fasik’.” Lalu Allah Swt menurunkan ayat di atas untuk kedua orang tersebut.
Dalam kitab Al-Aghani, juz 4. halaman 185 clan tafsir al- Khazin, juz 3, halaman 470 disebutkan bahwa, konon antara Ali dan Walid terjadi perselisihan dan pembicaraan, dimana Walid berkata kepada Ali, “Diamlah kamu, karena kamu anak kecil dan aku orang tua. Demi Allah, aku lebih fasih lisannya daripada kamu dan lebih tajam ujung tombaknya daripada kamu dan lebih berani daripada kamu.” Lalu Ali berkata kepadanya: “Justru kamu yang harus diam karena kamu orang fasik.” Kemudian Allah Swt menurunkan ayat tersebut.
Riwayat itu disebutkan juga oleh Al-Wahidi dengan sanad dari ‘Abdullah bin Abbas dalam kitab Asbabun Nuzul, halaman 263, Muhibbudin Ath-Thabari pun menulisnya dalam kitabnya Ar-Riyadh An-Nadhirah, juz 2, halaman 206 dari Ibn Abbas dan Qatadah dari jalur Al-Hafizh as-Salafi dan Al-Wahidi, dan tertulis juga dalam kitab Dzakhairul ‘Uqba, halaman 88, Al-Khawarizmi dalam kitab Al-Manaqib, halaman, 188, Al-Kanji dalam kitab Al-Kifayah, halaman 55, An-Naisaburi dalam kitab tafsimya, Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya, juz 3, halaman 462 seraya mengatakan: “Attha’ bin Yasar dan as-Suddi dan selain keduanya mengatakan bahwa ayat tersebut turun pada Ali bin Abi Thalib dan ‘Uqbah (kemungkinan yang dimaksud adalah Walid bin ‘Uqbah–penj.) dan diriwayatkan juga oleh Jamaluddin az-Zaranbi dalam kitab Nadzmu Duraris Simthain.
Ibn Abi Hadid dalam kitab Syarah Nahjul Balaghah, halaman 394, dan juz 2, halaman 103 menceritakan dari gurunya bahwa turunnya ayat di atas pada Ali bin Abi Thalib adalah hal yang maklum dan tidak diragukan. As-Suyuti juga menyebutnya dalam kitab Ad-Durrul Mantsur, juz 4, halaman 178 dan mengatakan: “Abul Faraj dalam kitab Al-Aghani, Al-Wahidi, Ibn ‘Adi, Ibn Mardawih, Al-Khatib, dan Ibn Asakir meriwayatkan hadis di atas dari jalur Ibn Abbas dan Ibn Ishak dan Ibn Jarir dari Attha’ bin Yasar. Ibn Abi Hatim menyebutkan juga dari Abdurrahman bin Abi Lailah yang berasal dari Ibn Mardawih, Al-Khatib, dan Ibn Asakir dari Ibn Abbas, serta disebutkan oleh Al-Hillabi dalam kitab Sirah Al-Halabiyah, juz 2, halaman 85.
12. “Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (rnenerirna) agama Islam lalu ia rnendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang rnernbatu hatinya?)” (QS. Az-Zumar: 22).
Ayat tersebut turun pada Imam Ali dan Hamzah sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Hafidzh Muhibbuddin Ath- Thabari dalam kitab Ar-Riyadh An-Nadhirah, juz 2, halaman 307 dari Al-Wahidi clan Abul Faraj, dan juga disebutkan dalam kitab Dzakha’irul ‘Uqba, halaman 88.
13. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119).
Al-Hafizh Abu Nu’aim, Ibn Mardawih, dan Ibn Asakir dari Jabir dan Ibn Abbas menyatakan bahwa maksud ayat itu ialah: jadilah kalian bersama Ali bin Abi Thalib. AI-Kanji pun meriwayatkannya dalam Kitab Al-Ghifayah, halaman 111, Al- Hafizh As-Suyuti dalam kitab Ad-Durrul Mantsur, juz 3, halaman 290. Sibtu Ibnul Jauzi berkata dalam kitab Tadzkirah, halaman 10: “Para sejarawan mengatakan, ‘Maksud ayat tersebut ialah: bergabunglah bersama Ali dan ahlul baitnya.” Sedangkan Ibn Abbas berkata: “Ali adalah penghulu orang- orang yang benar.”
14. “Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang di dekatkan kepada Allah Swt." (QS. AI-Waqi’ah: 10-11).
Ayat ini turun pada Imam Ali sebagaimana diriwayatkan dari Ibn Mardawih dari Ibn Abbas yang mengatakan: “Sesungguhnya ayat ini turun pada Hizqil, seorang yang beriman dari keluarga Fir’aun, Habib an-Najjar yang disebutkan dalam surah Yasin, dan Ali bin Abi Thalib. Setiap orang dari mereka mendahului umatnya dalam beriman, dan Ali yang paling utama. Sedangkan dalam redaksi Ibn Hatim disebutkan nama Yusya’ bin Nun sebagai ganti dari Hizqil.
Diriwayatkan oleh Ad-Dailami dari Aisyah dan Ath- Thabrani, Ibn Dhahhak Tsa’labi, Ibn Mardawih, dan Ibn Maghazili dari Ibn Abbas yang berkata: Rasul saw bersabda: “Orang-orang yang mendahulu umatnya dalam beriman ada tiga orang, yaitu yang pertama kali beriman kepada Musa adalah Yusya’ bin Nun, yang pertama kali beriman kepada Isa adalah orang yang tersebut dalam surah Yasin, dan yang pertama kali beriman kepada Muhammad adalah Ali bin Abi Thalib.” Sehubungan dengan hal itu, Tsa’labi menyatakan: “Mereka adalah orang-orang yang benar (ash-shiddiqun) dan Ali yang paling utama di antara mereka.”
Hadis itu diriwayatkan pula oleh Muhibbuddin dalam kitab Ar-Riyadh An-Nadhirah, juz 1, halaman 157, Al-Haitsami dalam kitab Majma’uz Zawaid, juz 9, halaman 102, dan Al-Kanji asy-Syafi’i dalam kitab Al-Kifayah, halaman 46 dengan redaksi: “Tiga orang yang mendahului umatnya masing-masing dalam beriman kepada Allah dan tidak pernah menyekutukan-Nya ialah Ali bin Abi Thalib, orang yang disebutkan dalam surah,Yasin (Habib an-Najjar) dan seorang mukmin dari keluarga Fir’aun. Mereka adalah orang-orang yang benar, dan Ali orang yang paling utama dari mereka.” Kemudian Al-Kanji mengatakan bahwa sanad hadis ini dipercaya oleh Darquthni dan dapat dijadikan dalil. Dan Al-Hafizh As-Suyuti meriwayatkannya dalam kitab Durrul Mantsur, juz 6, halaman 154, Ibn Hajar dalam kitab Ash-Shawaiq Al-Muhriqah, halaman 74 dan Sibthu Ibnul Jauzi dalam kitab Tadzkiratul Khawas, halaman 11.
15. “Dan tahanlah mereka di tempat (perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya. ” (QS. Ash-Shaffat: 24).
Rasul saw bersabda: “Maksud ayat tersebut ialah mereka akan ditanya tentang wilayah (kepemimpinan) Ali.” Ibn Hajar mengatakan dalam kitab Shawaiq Al-Muhriqah, halaman 89 bahwa hadis ini dikeluarkan oleh Ad-Dailami dari Abu Sa’id Al-Khudri dari Rasulullah saw. Sedangkan Al-Wahidi menyatakan: “Sehubungan dengan tafsir firman Allah surah Ash-Shaffat ayat ke-24, diriwayatkan bahwa mereka akan ditanya tentang wilayah (kepemimpinan) Ali dan ahlul bait, karena Allah Swt memerintahkan Nabi-Nya saw untuk memberitahu umatnya bahwa beliau tidak meIninta upah atas penyampaian risalah kecuali kecintaan kepada ahlul baitnya.”
16. “Maka sesungguhnya Allah Swt adalah pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik.” (QS. At-Tahrim: 4).
Mujahid meriwayatkan “bahwa yang dimaksud orang- orang mukmin yang baik dalam ayat tersebut adalah Ali bin Abi Thalib.” (Tafsir Ibn Katsir,juz 4, halaman 389, Tafsir Al-Bahrul Muhith, juz 8, halaman 291, Ad-Durrul Mantsur, juz 6, halaman 244, Kifayah Ath-Thalib, bab 30, halaman 137).
17. “Dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.” (QS. Al-Haqqah : 12).
Rasul saw berkata pada Imam Ali: “Wahai Ali, sesungguhnya Allah Swt memerintahkan kepadaku agar mendekatkanmu dan tidak menjauhkanmu serta mengajarkanmu.” Lalu turunlah ayat tersebut. (A’yanusy Syi’ah, juz 3, halaman 66. Ibn Shabbal juga menyebutnya dalam kitab Al-Fusul Al-Muhimmah, Asbabun Nuzul, karya Al- Wahidi, dan Tafsir Ath-Thabari, Ad-Durrul Mantsur, karya As-Suyuti).
18. “Dan orang yang membawa kebenaran dan orang yang membenarkannya.” (QS. Az-Zumar: 33).
Mujahid berkata: “Yang membawa kebenaran adalah Rasul saw, sedangkan yang membenarkannya adalah Ali bin Abi Thalib.” (Kifayah Ath-Thalib, halaman 233, Tafsir Qurtubi juz 15 halaman 256, Tafsir Al-Bahrul Muhith, juz 7, halaman 428, Ad-Durrul Mantsur, juz 5, halaman 328).
Ibn Najjar mengatakan: “Ketika turun ayat, Sesungguhnya engkau sebagai pemberi peringatan dan setiap kaum ada orang yang memberi petunjuk, Rasulullah saw meletakkan tangannya di dada Ali seraya bersabda, ‘Saya pemberi peringatan.’ Kemudian beliau menunjukkan tangannya ke arah Ali sambil bersabda, ‘Sedangkan engkau adalah pemberi petunjuk. Wahai Ali, banyak orang rnendapat petunjuk karenamu setelahku’.” (Riwayat ini dikeluarkan juga oleh Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadzrak dan Ad-Durrul Mantsur karya As-Suyuti. Bahkan Abdullah bin Ahmad pun menyebutnya dalam Zawa’idus Musnad dan Ibn Abi Hakin serta Ath-Thabrani mengemukakannya dalam Mu’jam Al- Aushath).
19. “Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang mempunyai bukti yang nyata (Al-Quran) dan Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi.” (QS. Hud: 17).
Imam Ali as berkata: “Ala bayyinah minrabbihi (orang yang mempunyai bukti yang nyata dari Tuhannya adalah Rasulullah saw, sedangkan saya sebagai saksi atasnya, dimana aku membaca dan mengikutinya. Demi Allah, pengetahuan kalian tentang keutamaan yang Allah khususkan pada kami ahlul bait lebih saya cintai daripada apa yang terdapat di bumi, baik berupa emas maupun perak.” (Yanabi’ul Mawaddah, karya Al-Qanduzi, halaman 99, Ad-Durrul Mantsur, juz 3, halaman 324, Syarah Nahjul Balaghah, karya Ibn Abil Hadid, juz 1, halaman 208, Tafsir Ath-Thabari, juz 12, halaman 10, radzkirah Al-Khawash, halaman 20, cetakan Najaf, halaman 10, cetakan Iran).
20. “Orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang- terangan maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 274).
Para mufassir mengatakan bahwa ayat ini turun pada Imam Ali bin Abi Thalib (Ibid, juz 3, halaman 73-74. Al-Wahidi An-Naisaburi dengan sanad dari Ibn Abbas dan Mujahid serta Al-Kilabi menyebutkan dalam kitab Asbabun Nuzul bahwa ayat tersebut turun untuk Ali bin Abi Thalib. Saat itu beliau tidak memiliki harta selain 4 Dirham, lalu beliau menyedekahkan 1 Dirham di malam hari, 1 Dirham yang lain di siang hari, 1 Dirham dengan rahasia, dan 1 Dirham lagi dengan terang-terangan. Kitab Usudul Ghabah juga meriwayatkannya dengan beberapa sanad dari Ibn Abbas).
21. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian nengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul maka hendaklah kalian mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin)...” (QS. Al-Mujadalah: 12).
Sehubungan dengan firman Allah Swt tersebut, dikisahkan bahwa sahabat-sahabat Rasulullah saw dilarang mengadakan pembicaraan khusus atau menceritakan rahasia dengan beliau sehingga mereka bersedekah. Dan tidak ada seorangpun yang melakukan hal itu kecuali Ali bin Abi Thalib Imam Ali berkata: “Sesungguhnya di dalam Al-Qur’an, kitab Allah ‘Azza wa Jalla terdapat satu ayat yang tidak ada seorangpun yang mengamalkannya selain aku.” Lalu Imam Ali menyebut ayat itu, dan beliau berkata: “Ayat tersebut diwajibkan kemudian dihapus hukumnya (mansukh).” (Ibid juz 3, halaman 74-6. Selain An-Nasa’i, banyak penulis kitab hadis yang juga meriwayatkannya dengan sanad-sanad tersebut dan Al-Wahidi pun meriwayatkannya. Thabari menyebutnya dalam kitab tafsimya dengan beberapa sanad dari Mujahid, bahkan tertulis juga dalam Tafsir Al-Kasysya dan Tafsir Ar-Razi. Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadzra mengatakan: “Ini hadis shahih menurut syarah Bukhari dan Muslim tapi mereka tidak menyebutnya”.
(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email