Presiden Joko Widodo didampingi ibu negara Iriana berjalan menuju ruang VVIP setibanya di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (19/2/2016). Presiden beserta delegasi tiba kembali di Tanah Air usai melakukan lawatan ke Amerika Serikat untuk menghadiri KTT ASEAN-AS, berkunjung ke Silicon Valley dan menjadi pembicara utama dalam US-ASEAN Business Council. (Foto: TRIBUNNEWS/HERUDIN).
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Kerajaan Arab Saudi yang juga merupakan Wakil Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdul Aziz Al-Saud, di Hotal Dahua Boutique, Hanzhoung, Minggu (4/9/2016).
Dalam pertemuan itu, Presiden didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
“Dua topik yang dibicarakan dalam pertemuan itu adalah upaya untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dan mengenai masalah haji,” ujar Retno usai pertemuan itu.
Di bidang ekonomi, kata Retno, Arab Saudi ingin sekali melakukan investasi secara besar-besaran di Indonesia.
“Mereka menyebutnya mega investment,” kata Retno.
Tiga sektor dimana Arab Saudi ingin berinvestasi secara besar-besaran adalah pengilangan minyak, pembangunan rumah murah dan pariwisata.
Pangeran Salman sangat berharap adanya tindak lanjut dari pertemuannya dengan Presiden Jokowi.
“Ada beberapa tindak lanjut dan tadi saya dan Seskab melanjukan pertemuan dengan Ahmad Al Khatib,” ucap Retno.
Ahmad Al-Khatib ini adalah utusan pemerintah Arab Saudi untuk melakukan pembicaraan awal tentang rencana kerjasam tersebut.
“Oktober nanti Raja Arab Saudi akan ke Indonesia dan kunjungan ini diharapkan membawa sejarah yang membawa hasil konkrit bagi kedua negara,” tutur Retno.
Usulan Penambahan Kuota Haji
Hal lainnya yang disampaikan oleh Presiden Jokowi kepada Pangeran Salman adalah tentang kuota haji. Indonesia, lanjut Retno, memahami adanya pembatasan kuota dalam haji sehingga Indonesia mengusulkan penggunaan kuota yang tidak terpakai oleh negara lain.
“Apakah memungkinkan apabila kuota-kuota yang tidak dipakai oleh negara lain dapat digunakan oleh Indonesia?” ucap Retno.
Hal ini sangat penting dibicarakan terlebih dahulu dengan pemerintah Kerajaan Arab Saudi sebelum dibicarakan dengan negara lain yang memiliki kelebihan kuota haji.
“Kita harus berbicara terlebih dahulu dengan pemerintah Kerajaan Arab Saudi,” kata Retno.
Usulan lainnya terkait dengan kuota haji, Presiden mengusulkan adanya penambahan kuota haji bagi Indonesia.
Hal ini disampaikan Presiden karena di beberapa provinsi di Indonesia seseorang yang akan beribadah haji harus menunggu tidak kurang dari 20 tahun.
“Apakah ada kuota tambahan untuk haji yang berasal dari Indonesia karena untuk beberapa provinsi di Indonesia pada saat yang bersangkutan akan beribah haji menunggu waktu lebih dari 20 tahun,” ucap Retno.
Menanggapi hal ini, Pangeran Salman akan memerintahkan Menteri Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Indonesia membahas kuota haji tersebut. Selain itu, Pangeran Salman mengusulkan untuk mempermudah koordinasi peningkatan kerjasama termasuk kerjasama ekonomi agar menteri luar negeri Kerajaan Arab Saudi berhubungan dengan menteri luar negeri Indonesia.
“Sehingga akan memudahkan sekali koordinasi dalam rangka bilateral di bidang ekonomi. Dan Presiden setuju,” tutup Retno.(*)
(Tribun-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email