Pesan Rahbar

Home » » Rouhani Kunjungi Oman, Kuwait Bahas Pesan Negara-negara Teluk

Rouhani Kunjungi Oman, Kuwait Bahas Pesan Negara-negara Teluk

Written By Unknown on Friday, 17 February 2017 | 01:39:00

Presiden Iran Hassan Rouhani meninggalkan Teheran untuk mengunjungi Muscat, Oman, pada 15 Februari 2017. (Foto: IRNA)

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pembicaraan di Oman dan Kuwait akan fokus pada isu-isu dalam pesan yang disampaikan ke Teheran baru-baru ini oleh Kuwait City tentang hubungan antara Republik Islam dan negara-negara Teluk Persia Arab.

Menjelang keberangkatannya ke ibukota Oman, Muscat, Rabu (15/2/17), Rouhani mengatakan Iran menyambut baik pesan, dari enam negara pantai Teluk Persia yang menyatakan kesediaan mereka untuk menemukan solusi kesalahpahaman dan peningkatan hubungan melalui dialog.

Pada tanggal 25 Januari, Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Sabah al-Khalid al-Hamad Al Sabah mengunjungi Teheran, membawa surat dari pemimpin negara-negara Teluk Persia dengan tujuan untuk memperbaiki hubungan dengan Teheran.

Kunjungan ini adalah yang pertama yang dilakukan oleh seorang pejabat senior dari wilayah itu sejak awal 2016, sejak hubungan antara Iran dan beberapa monarki Arab mulai merenggang di tengah pendekatan konfrontatif yang diambil oleh penguasa Saudi baru terhadap Republik Islam.

Rouhani lebih lanjut menyinggung perjalanannya ke Oman dan Kuwait, mengatakan ia mengendakan untuk membahas pesan tersebut dengan para pejabat dari kedua negara, yang tergabung dalam [Persia] Gulf Cooperation Council (GCC).

Situasi di Irak, Suriah dan Yaman juga dalam agenda pembicaraan di Oman dan Kuwait, kata presiden Iran, menambahkan negara-negara Arab Teluk Persia dapat memainkan peran penting dalam membantu mengakhiri pertumpahan darah di tiga negara itu, khususnya Yaman.

“Kebijak Republik Islam Iran didasarkan pada hubungan baik-bertetangga dan keamanan Teluk Persia. Iran tidak pernah melakukan invasi, tidak menintervensi dalam urusan internal negara [lain] atau menyebarkan keyakinan agama dan politik, ” katanya.

Foto ini dirilis oleh kantor Kepresidenan Iran menunjukkan Presiden Hassan Rouhani memegang surat dari negara-negara Arab Teluk Persia, yang diberikan kepadanya oleh Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Sabah al-Khaled al-Hamad Al Sabah saat pertemuan mereka di Teheran, Januari 25, 2017. (Foto:  AP)

Rouhani menegaskan posisi Iran mengatakan bahwa keamanan Teluk Persia harus dilindungi oleh negara-negara regional tanpa kehadiran negara luar yang “merugikan” .

Dia menyerukan persatuan lebih kuat di antara negara-negara Muslim dan penghapusan “kesenjangan antara Syiah dan Sunni yang dibuat oleh kekuatan-kekuatan besar,” menambahkan Syiah dan Sunni telah hidup damai berdampingan selama berabad-abad.

Hubungan antara Iran dan negara-negara Teluk Persia memburuk pada bulan Januari 2016, ketika Riyadh memutus hubungan dengan Teheran menyusul protes keras di depan kantor diplomatiknya di Republik Islam menyusul eksekusi seorang ulama Syiah Saudi.

Hubungan Teheran Riyadh merenggang setelah tragedi himpitan mematikan para jamaah haji selama ritual haji di Mina, dekat Mekkah, pada bulan September 2015. Sekitar 465 peziarah haji Iran tewas dalam insiden itu, dimana Iran menyalahkan ketidakmampuan Riyadh dalam mengelola ibadah haji.

Setelah putus hubungan diplomatik Arab Saud dengan Iran, negara-negara Arab Teluk Persia tertentu juga turut memutuskan atau menurunkan hubungan dengan Iran.

Bahrain mengikuti jejak Saudi dan memutus hubungan dengan Iran, sementara Qatar memanggil duta besarnya untuk Teheran dan Uni Emirat Arab mengumumkan penurunan peringkat hubungan diplomatik dengan Republik Islam. Namun Oman, mengkritik langkah Riyadh sebagai tidak bijaksana dan tidak benar.

Iran telah menyuarakan kesiapan untuk bekerja sama dengan negara-negara di kawasan itu, termasuk dengan Arab Saudi, untuk menangkal tantangan yang mencengkeram Timur Tengah. Pada akhir Januari, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan kepada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, bahwa Teheran dan Riyadh bisa bekerja sama untuk membantu mengakhiri konflik regional asalkan Arab Saudi melihat realitas di lapangan sebelum hubungan diantara kedua belah pihak kembali berjalan normal.

(IRNA/AP/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: