Sayyidah Zahra sa berwasiat untuk memandikan, mengkafani, menshalati dan menguburkannya dengan sembunyi-sembunyi.
Shabestan News Agency melaporkan dari Isfahan, Ayatullah Sayyid Abul Hasan Mahdawi menekankan bahwa kezhaliman terhadap Sayyidah Zahra sa bukan karena dirampasnya hak pribadi yang beliau miliki.
Beliau menambahkan, terkadang mengenai kezhaliman terhadap Sayyidah Zahra sa kita membatasinya dengan hal ini, dan terkadang kita berfikir bahwa bentuk kezhaliman terbesar yang dirasakan Sayyidah Zahra sa adalah perampasan hak pribadi yang beliau miliki, sebut saja masalah tanah Fadak.
Namun kenyataannya tidaklah demikian, karena jika harta duniawi adalah hal yang penting bagi keluarga Rasulullah saww, lalu mengapa setelah kepemimpinan dipegang oleh Imam Ali as tanah fadak tidak diambil kembali?
Ayatullah Mahdawi melanjutkan, Sayyidah Fathimah sa tidak pernah berpesan untuk kepentingan pribadinya, dimana beliau sa berwasiat untuk memandikan, mengkafani, shalat mayit dan dikuburkan dengan sembunyi-sembunyi.
Jika orang yang ingin diri dihargai, pastilah saat ia meninggal ia akan membiarkan jenazahnya didatangi orang-orang dan mengucapkan belasungkawa dan lain sebagainya.
Namun Sayyidah Zahra sa menyingkirkan semuanya dari kepentingan pribadinya dan beliau sa memikirkan kepentingan umum, oleh sebab itu beliau sa mewasiatkan hal tersebut.
Sayyidah Fathimah sa berwasiat seperti tidak lain adalah untuk menepis semua penyimpangan-penyimpangan yang terjadi setelah wafatnya Rasulullah saww, oleh karena itu kita semua harus berbahagia karena dengan wasiat ini Sayyidah Fathimah sa telah memberikan pengetahuan tentang kezhaliman yang beliau alami, pungkas Ayatullah Mahdawi.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email