Gubernur Nusa Tenggara Timur, Frans Lebu Raya, mengatakan dirinya bersama semua unsur pemangku kepentingan di daerahnya tetap bersepakat menolak kehadiran kelompok ideologi radikalisme masuk ke provinsi kepulauan itu.
“Kami bersama Forkompimda dan juga pimpinan agama tetap bersepakat menolak radikalisme di sini,” kata gubernur dua periode itu dalam acara dialog antara pemerintah daerah dengan pimpinan keagamaan setempat di Kupang, Kamis sore.
Hadir dalam dialog tersebut, unsur pimpinan lintas agama dari Keuskupan Agung Kupang, Sinode GMIT (Gereja Masehi Injili Timor), MUI NTT, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) NTT, DPRD NTT serta perwakilan unsur Forkompimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah).
Gubernur Lebu Raya meminta semua pimpinan agama agar mengarahkan umat untuk tidak terpengaruh dengan berbagai urusan atau isu-isu intoleransi yang terjadi di daerah lain seperti Jakarta maupun lainnya.
“Kita jaga daerah ini agar terus damai sehingga masyarakat kita bisa mencari hidup dengan tenang,” katanya.
Menuruntya, isu agama merupakan isu paling sensitif yang bisa dimainkan oleh oknum atau kelompok kepentingan untuk menciptakan konflik yang memecah-belah persatuan dan kesatuan.
“Semua orang di dunia tahu bahwa untuk menciptakan konflik maka isu ekonomi, politik, tidak cukup mempan, melainkan yang paling sensitif itu isu agama, karena itu kita jaga harus terus kita jaga,” katanya menegaskan.
Dia mengatakan, saat ini tengah berkembang ideologi-idelogi radikal, terorisme di mana-mana namun dia tetap berharap tidak terjadi di Nusa Tenggara Timur.
Menurutnya, menjaga perdamaian di provinsi selaksa pulau itu bukan hanya untuk mendapat sebuah pengakuan atau julukan sebagai daerah yang tingkat toleransi tertinggi.
“Dengan menjaga kedamaian maka akan memberi kesempatan kepada masyarakatnya untuk terus hidup bersaudara dan saling menolong,” katanya.[]
(Antara-News/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email