Pesan Rahbar

Home » » Imam Khamenei: Pertahanan Suci, Jihad, dan Kesyahidan Harus Selalu Dihidupkan

Imam Khamenei: Pertahanan Suci, Jihad, dan Kesyahidan Harus Selalu Dihidupkan

Written By Unknown on Saturday 27 May 2017 | 12:20:00

Ayatullah Uzma Imam Sayid Ali Khamenei, Wali Faqih Zaman.

Wali Faqih Zaman Ayatullah Uzma Imam Sayid Ali Khamenei, Rabu (24/5) sore, dalam pertemuan dengan sejumlah panglima, prajurit, seniman, panitia dan pihak-pihak yang terlibat dalam acara malam-malam kenangan Pertahanan Suci menyebut presentasi kenangan 8 tahun masa perang yang dipaksakan pada Republik Islam dan penggunaan berbagai metode seni, kesusastraan, serta modern dalam mentransfer kenangan-kenangan itu kepada generasi baru sebagai pekerjaan yang sangat berharga dan penting.

Beliau menekankan bahwa, “Salah satu pelajaran abadi masa Pertahanan Suci adalah apabila tawakal kepada Allah Swt secara praktis disertai dengan kerelaan hati yang paling dalam, tentu dapat melewati semua rintangan dan tantangan dengan penuh keimanan.”

Pemimpin Revolusi Islam ini dalam menguraikan salah satu dampak Pertahanan Suci, menyebut masa itu sebagai pentas “tawakal praktis kepada Allah Swt”, “keberanian melawan berbagai kekuatan”, dan “kemenangan atas semua rintangan berkat tawakal praktis”. Beliau menambahkan, “Setiap masyarakat yang sedang bergerak ke arah kemajuan, secara natural akan menghadapi macam-macam rintangan dan tantangan.

Sekiranya masyarakat ini punya cita-cita spiritual, anti cinta kekuasaan, dan anti cinta dunia, maka tantangannya pasti akan lebih banyak. Dalam masyarakat yang seperti ini, tawakal praktis kepada Allah Swt dan perasaan mampu untuk mengatasi berbagai rintangan adalah hal yang sangat penting.”

Imam Khamenei menuturkan, “Republik Islam sekarang pantas mengaku menang atas semua tantangan di hadapannya. Karena ia punya pengalaman menanggulangi banyak sekali rintangan berat pada masa Pertahanan Suci.”

Beliau menekankan bahwa, “Apabila dalam hati terdapat iman dan pada tindakan ada tawakal kepada Allah Swt, maka gunung-gunung sekali pun akan menjadi datar di hadapan kehendak ini dan tak akan kuasa menghadapinya.”

Ayatullah Uzma Khamenei kemudian menyinggung situasi dan kondisi yang sangat berat pada awal masa peperangan yang dipaksakan terhadap Republik Islam. Beliau mengatakan, “Sejak paruh kedua tahun 1359 Hs sampai awal tahun 1361 Hs, kondisi perang saat itu sangat sulit. Ketika itu kita berada pada kondisi paling buruk dari sisi peralatan militer dan angkatan bersenjata yang siaga dan teratur. Sementara itu, musuh Ba’tsi sudah siap siaga di jarak 10 kilo mete dari kota Ahwaz.”

Pemimpin Revolusi Islam melanjutkan, “Tapi, para panglima dan prajurit dengan bertawakal kepada Allah Swt dan mengenali kemampuan diri mereka serta bersandar kepadanya, mampu membalikkan keadaan. Sehingga pada paruh pertama tahun 1361 Hs, dua operasi besar Fathul Mubin dan Baitul Maqdis meraih kemenangan. Hasilnya, ribuan tentara agresor Ba’tsi tertawan, kawasan luas tanah air yang sempat terjajah terebut kembali, dan kota Khuramsyahr terbebaskan.”

Beliau menguraikan bahwa pada masa perang yang dipaksakan itu, seluruh kekuatan dunia; termasuk AS, Nato, Uni Soviet, dan penguasa-penguasa kolot di kawasan kompak melawan Republik Islam. Beliau mengatakan, “Dalam kondisi seperti ini kita bisa menang melawan kekuatan-kekuatan itu. Apakah pengalaman-pengalaman praktis ini belum cukup untuk kepercayaan diri dan ketenangan hati kita?!”

Pemimpin Revolusi Islam mengingatkan pada ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa kita jangan sampai membuka celah pada hati kita untuk dimasuki kesedihan dan kelemahan. Beliau menekankan bahwa, “Jika kita betul-betul beriman kepada Allah Swt dan bertawakal kepada-Nya, kita pasti bisa melewati semua rintangan dan tantangan dengan penuh keimanan.”

Beliau menjelaskan bahwa penyebaran mental ini dan semangat tawakal praktis ini bisa dilakukan dengan cara menjaga kenangan-kenangan masa perang Pertahanan Suci. Beliau mengatakan, “Buku-buku yang ditulis mengenai kenangan Pertahanan Suci, atau film-film yang dibuat dalam rangka itu, jauh lebih mulia dari sekedar karya seni atau sastra murni. Karya-karya ini sejatinya merupakan injeksi semen terhadap tonggak-tonggak Revolusi dan Identitas Nasional serta kemajuan negara, sehingga tonggak-tonggak ini semakin kokoh dan lestari.”

Imam Khamenei menyebut kenangan-kenangan masa Pertahanan Suci sebagai kekayaan nasional. Beliau menekankan pentingnya kontinuitas pengumpulan kenangan-kenangan itu, begitu pula pentingnya penggunaan variasi metode seni yang menarik dalam mentransfer kenangan tersebut kepada generasi baru, dan hati-hati jangan sampai berlebihan dalam mengungkapkannya. Lalu beliau mengatakan, “Transfer kenangan-kenangan ini kepada masyarakat adalah sedekah dan kebajikan serta infak spiritual yang besar. Orang-orang yang beraktivitas di bidang ini sebetulnya merupakan perantara rezeki maknawi dan Ilahi kepada negara.”

Beliau juga menyebut Rahiyane Nur (Penapak Tilas Cahaya) sebagai salah satu sedekah dan kebajikan tersebut. Seraya menyinggung adanya motivasi-motivasi tertentu yang hendak melemahkan karya-karya dan pelajaran-pelajaran masa Pertahanan Suci, beliau mengatakan, “Motivasi-motivasi yang mengintimidasi negara-negara Islam untuk menghapus tema jihad dan kesyahidan dari buku-buku pelajaran itulah yang sekarang di dalam negeri sedang terus beraktivitas dan menampilkan diri sebagai mikropolitik-mikropolitik kebudayaan.”

Ayatullah Uzma Khamenei menekankan dalam kondisi apa pun jangan pernah lalai. Beliau mengatakan, “Pertahanan Suci, jihad, dan kesyahidan harus selalu dihidupkan agar generasi terkini terhubungkan dengan generasi yang telah mengukir puncak sejarah Pertahanan Suci.”

Beliau menyebut penghubungan generasi terkini dengan generasi masa Pertahanan Suci sebagai penghubungan generasi ini dengan generasi orang-orang yang saleh.

Beliau menambahkan, “Sekarang ini juga seperti tahun enam puluhan; kita menyaksikan anak-anak muda yang mengucurkan air mata dan bersikeras untuk diperkenankan hadir di medan-medan Pertahanan Haram. Transfer mental dan nilai-nilai masa Pertahanan Suci ke generasi terkini merupakan hasil upaya dan jerih payah segenap himpunan yang giat meriwayatkan kenangan-kenangan masa itu.”

Wali Faqih Zaman menekankan bahwa kenangan-kenangan masa Pertahanan Suci penuh dengan semangat dan logika. Beliau mengatakan, “Hakikat, kenangan, dan kekayaan masa Pertahanan Suci itu kalau pun sampai lima puluh tahun kedepan mau terus dieksplorasi, tetap tidak akan habis.”

(IRNA/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: