Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label ABNS PIDATO. Show all posts
Showing posts with label ABNS PIDATO. Show all posts

Pemerintahan Menurut Nahjul Balaghah


Oleh: Sayid Ali Khameneh’i
Penerjemah: Nasir Dimyati

(Pidato Ayatullah Sayid Ali Khameneh’i di kongres milenium Nahjul Balaghah. Kongres pertama, di Teheran, Sekolah Tinggi Syahid Mutahari, Bulan Ordibehesyt, tahun 1360 Hs.- Bulan Rajab, tahun 1401 Hq.)

Tema pemerintahan di dalam Nahjul Balaghah, seperti puluhan tema penting lainnya di dalam kitab yang agung ini, diutarakan dengan cara yang berbeda dari cara yang biasa digunakan oleh para peneliti dan penulis. Tentunya Amirul Mukminin as. tidak membuat pasal tersendiri yang secara khusus membahas tentang pemerintahan dengan cara menyusun beberapa premis kemudian menarik sebuah konklusi. Cara bertutur beliau dalam persoalan ini seperti dalam persoalan-persoalan lainnya, adalah cara yang bijak, yakni melintasi medium-medium dan memfokuskan renungan pada konklusi. Pola pandang Amirul Mukminin as. terhadap tema pemerintahan adalah pola pandang seorang bijaksana terkemuka yang mempunyai hubungan dekat dengan sumber wahyu.

Poin berikut yang perlu dicermati di sini adalah tema pemerintahan di dalam Nahjul Balaghah tidak diutarakan dalam bentuk pembahasan yang terpisah dari kenyataan di lapangan. Sayidina Ali bin Abi Thalib as. berkecimpung secara langsung dengan pemerintahan, dan beliau berbicara di sini dalam kapasitasnya sebagai pemimpin dan seorang yang mengatur jalannya negara Islam dengan segenap kendala dan malapetaka yang dia hadapi serta menangani langsung berbagai dimensi pemerintahan. Perhatian terhadap persoalan ini akan banyak memberi pelajaran kepada kita yang pada masa kini sedang mengalami situasi dan kondisi yang mirip dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh beliau. Setelah membaca Nahjul Balaghah secara singkat, ada beberapa tema utama yang saya catat dan ingin saya sampaikan pada kesempatan kali ini.

Tema-tema utama yang harus diperhatikan dalam persoalan ini adalah sebagai berikut:


Makna Pemerintahan

Pertama-tama harus diperhatikan apakah pemerintahan menurut kaca mata Imam Ali as. berarti sama dengan makna pemerintahan yang dimengerti dalam kamus populer dunia kuno dan dunia modern? Yakni apakah pemerintahan berarti ketuanan, kesultanan, penguasaan oleh pihak yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah dan terkadang penguasa memiliki hak-hak yang istimewa dalam kehidupan? Atau bukan, pemerintahan menurut kamus Nahjul Balaghah memiliki makna yang berbeda? Dalam hal ini, kita akan menggunakan beberapa kata dan istilah khusus Nahjul Balaghah seperti imam, wali, dan wali amr untuk pemimpin dan rakyat untuk masyarakat yang dipimpin.


Urgensi Pemerintahan

Tema berikutnya adalah persoalan tentang urgensi pemerintahan. Ada pembahasan tersendiri apakah pemerintahan merupakan sesuatu yang urgen bagi umat manusia atau tidak? Kesimpulan dari pembahasan ini berarti komitmen terhadap konsekuensi-konsekuensi tertentu dalam kehidupan kolektif dan bukan sekedar menerima bahwa pemerintahan merupakan keharusan bagi sebuah masyarakat. sebaliknya, kesimpulan dari pembahasan ini sangat melukiskan ciri dan garis tertentu dalam metode memimpin, metode dipimpin dan dalam kepengurusan masyarakat.


Sumber Pemerintahan

Apa sumber pemerintahan menurut Nahjul Balaghah? Apakah sesuatu yang natural, ras, keturunan, nasab, dan kekuasaan (yakni kekuasaan natural atau kekuasaan yang diperoleh)? Atau bukan, melainkan sumber pemerintahan dan yang memberikan pengesahan terhadap pemerintahan seseorang ataupun kelompok tertentu adalah perkara Ilahi atau perkara massa?


Pemerintahan, Hak Atau Tugas?

Persoalan keempat adalah apakah prihal memerintah termasuk hak atau tugas? Apakah pimpinan berhak memerintah atau bertugas untuk memerintah? Siapakah orang yang boleh atau harus memerintah? Menurut Nahjul Balaghah, pemerintahan adalah hak dan sekaligus tugas. Pada kondisi tertentu, orang yang memenuhi syarat dan standar pemerintahan bertugas dan berkewajiban untuk memerintah, dan dia tidak boleh melepaskan tanggungjawab itu begitu saja.


Pemerintahan, Tujuan Atau Sarana?

Persoalan kelima adalah, apakah prihal memerintah bagi seorang pemimpin atau dewan pimpinan merupakan tujuan atau hanya sebuah sarana? Dan jika itu merupakan sarana, maka sarana untuk tujuan apa? Tujuan apa yang ingin dicapai oleh pimpinan untuk masyarakat?


Pemimpin Dan Rakyat

Tema keenam adalah persoalan sensasional tentang hubungan antara pemimpin dan rakyat. Apa dasar dan asas yang membangun hubungan antara mereka? Apakah itu hak pemimpin yang sepihak terhadap rakyat? Atau hak dua belah pihak di antara mereka? Ini merupakan kajian yang paling asasi, berbobot dan berkonsekuensi tentang pemerintahan menurut Nahjul Balaghah.


Rakyat Dan Pemerintahan

Tema ketuju adalah persoalan tentang rakyat dalam sebuah pemerintahan. Patut kita perhatikan secara seksama di dalam Nahjul Balaghah, apa peran rakyat di hadapan pemerintahan? Apakah mereka memiliki peran yang menentukan? Apakah mereka yang memulai? Apakah mereka mempunyai kuasa pilih yang penuh? Ataukah mereka sama sekali tidak berperan aktif? Atau apa? Semua ini persoalan-persoalan yang sangat teliti dalam Nahjul Balaghah.

Budaya-budaya yang dewasa ini mendominasi benak masyarakat dalam berbagai ranah politik sama sekali tidak ada yang sesuai dengan budaya Nahjul Balaghah.


Pola Perlakuan Terhadap Rakyat

Tema kedelapan adalah persoalan yang secara prinsipal tergolong sekunder, akan tetapi secara praktik sangat sensasional dan penting sekali, yaitu persoalan tentang pola perlakuan pemerintah terhadap rakyat. Bagaimanakah seharusnya pejabat dan anggota pemerintah memperlakukan rakyat? Apakah mereka penagih dari rakyat? Ataukah sebaliknya, mereka berhutang kepada rakyat? Apa etika pemerintah di hadapan rakyatnya?


Perilaku Pemimpin Terhadap Dirinya

Tema kesembilan termasuk persoalan yang menarik sekali, yaitu tentang perilaku pemimpin terhadap dirinya sendiri. Apakah ada batasan untuk perilaku pemimpin terhadap dirinya? Apa cukup perilaku baik pemimpin terhadap rakyatnya? Ataukah tidak, ada hal lain di balik cara berhubungan pemimpin dengan rakyatnya, yaitu hubungan dia dengan dirinya sendiri? Bagaimanakah semestinya kehidupan pribadi pemimpin? Apa pandangan Nahjul Balaghah dalam persolan ini?


Syarat-Syarat Pemimpin

Tema yang kesepuluh berkenaan dengan syarat pemimpin. Manusia yang bagaimana menurut Nahjul Balaghah yang boleh memimpin umat manusia?

Inilah tema-tema persoalan tentang pemerintahan dalam Nahjul Balaghah, dan kita bisa mengutarakan serta membahasnya.


Makna Pemerintahan

Persoalan pertama berkenaan dengan makna pemerintahan. Menurut ungkapan yang populer di dalam bahasa arab, pemimpin biasa disebut dengan sultan dan malik (raja). Kata sultan secara implisit mengandung makna penguasaan dalam diri pemimpin. Yakni pemimpin dipandang dari sisi penguasaannya; orang lain tidak berhak mencampuri urusan rakyat, sedangkan dia berhak. Adapun malik (raja), mengandung makna kepemilikan atas rakyat atau kepemilikan atas nasib mereka.

Di dalam Nahjul Balaghah, pemimpin umat Islam tidak pernah disebut dengan malik atau sultan. Julukan pemimpin di dalam Nahjul Balaghah yang pertama adalah imam, artinya penghulu dan pembimbing. Berbeda antara penghulu dan petunjuk jalan, penghulu adalah orang yang apabila dia mengajak sekelompok orang atau umat terlebih dulu dia sendiri harus bergerak dan berada di barisan terdepan. Ada semacam makna gerakan, maju, dan posisi terdepan di garis perjalanan rakyat di dalam kata imam.

Sebutan lain bagi pemimpin adalah wali. Wali berasal dari kata wilayah atau walayah. Dan bertolak dari derivasi-derivasi kata itu kita bisa sampai pada tujuan yang dimaksud dari penggunaan kata wali untuk pemimpin. Wilayah pada dasarnya menurut bahasa berarti sambungan dua hal. Bahasa mengatakan wilayah yakni sambungan dua belah pihak antara dua hal yang sekiranya tidak ada jarak pemisah di antara mereka. Sambungan yang utuh dan sempurna adalah makna wilayah. Memang ada juga makna lain yang disebutkan, seperti wilayah berarti cinta, wilayah berarti tanggungjawab pengasuhan, wilayah berarti pembebasan budak, wilayah berarti budak atau majikan.

Sepertinya, bentuk-bentuk sambungan yang terdapat dalam makna-makna wilayah tersebut merupakan fakta dari sambungan erat tampa jarak pemisah. Wali sebuah umat dan wali sebuah rakyat adalah orang yang bertanggungjawab atas perkara rakyat dan senantiasa bersambung dengan mereka. Makna wali ini sendiri menunjukkan sisi khas konsep pemerintahan menurut Nahjul Balaghah dan Amirul Mukminin Ali as.; wali amr yakni pelaksana perkara. Tidak ada nilai keistimewaan yang terkandung dalam kata pelaksana perkara. Masyarakat Islam seumpama pabrik besar yang terdiri dari bagian-bagian, mesin-mesin, baut-baut, mur-mur, bagian-bagian kecil dan besar yang sebagiannya sangat berpengaruh dan sebagiannya lagi tidak terlalu berpengaruh. Salah satu bagiannya yang terdiri dari pengatur masyarakat juga seperti bagian-bagian yang lain. Dia sama dengan bagian dan elemen yang membentuk himpunan ini. Wali amr artinya pelaksana sebuah pekerjaan. Dan pelaksana sebuah pekerjaan sama sekali tidak menuntut keistimewaan tersendiri dan praktis tidak ada kelebihan bagi dia dari sisi fasilitas kehidupan material. Jika dia berhasil menjalankan tugasnya dengan baik maka dia telah memperoleh keistimewaan spiritual sepantas keberhasilannya, dan tidak lebih dari itu. Inilah makna pemerintahan yang sebenarnya di dalam Nahjul Balaghah.

Oleh karena itu, pemerintahan di dalam Nahjul Balaghah sama sekali tidak berbau hegemoni. Tidak ada alasan bagi siapa pun untuk menuntut keistimewaan yang lebih daripada yang lain.

Di sisi lain, penduduk suatu kawasan yang dipimpin menurut ungkapan Nahjul Balaghah adalah rakyat. Rakyat berarti sekumpulan orang yang harus dijaga, diperhatikan dan dilindungi oleh wali amr atau pemimpin. Tentunya perlu dicatat bahwa adakalanya perhatian dan perlindungan dilakukan terhadap benda mati, dan hal itu memiliki makna tersendiri, adakalanya dilakukan terhadap binatang, dan itu juga memiliki makna tersendiri. Namun, adakalanya perhatian dan perlindungan dilakukan terhadap manusia, dengan segenap dimensi kepribadiannya, cinta kebebasan dan tuntutannya untuk menambah spiritualitas, kemungkinan ruhnya untuk membubung tinggi, dan dengan cita-cita serta tujuannya yang mulia, semua ini harus kalian perhatikan sebagai sebuah himpunan, dan manusia dengan segenap himpunan ini harus dijaga, diperhatikan dan dilindungi.

Inilah hal penting yang sepanjang masa dititikberatkan dalam peradaban Islam. Kumait Asadi mengatakan, “Dia memerintah tidak seperti orang yang memelihara manusia sama dengan binatang ternak.” [1]

Artinya, manusia harus dipelihara lengkap dengan semua dimensi kemanusiaannya. Inilah arti rakyat dan ungkapan yang digunakan oleh Nahjul Balaghah untuk kelompok manusia yang dipimpin.

Singkat kata bahwa ketika kita mencari makna pemerintahan di dalam Nahjul Balaghah, dari satu sisi kita melihat di puncak pemerintahan adalah seorang wali, wali amr, penanggung jawab urusan rakyat, petugas yang memikul kewajiban besar, dan orang yang beban tanggung jawabnya lebih banyak dan lebih berat daripada yang lain. Di sisi lain kita melihat rakyat yang harus dipelihara dengan segenap norma-norma dan cita-citanya serta unsur-unsur yang membentuk kepribadiannya. Inilah makna pemerintahan, dan makna pemerintahan ini sama sekali bukan hegemoni, adidaya, atau keserakahan.

Di berbagai kesempatan dalam Nahjul Balaghah, Amirul Mukminin Ali as. telah menyinggung kerangka pemerintahan. Bisa dikatakan ada puluhan kalimat beliau di dalam Nahjul Balaghah yang menentukan makna pemerintahan menurut pandangan beliau. Di antaranya adalah perintah beliau atas Malik Asytar:

“Jibâyatu khorôjiha, wa jihâdu ‘aduwwihâ, wa istishlâhu ahlihâ wa ‘imârotu bilâdihâ.” [2]

Inilah makna pemerintahan. Malik Asytar terpilih sebagai gubernur Mesir bukan untuk meraup kekuasaan atau memperoleh keistimewaan material, melainkan untuk menjalankan tugas-tugas sebagai berikut: menarik pajak dari rakyat untuk mengatur masalah keungan negara, bertempur melawan musuh-musuh rakyat dan menjamin keamanan mereka, mengajak mereka kepada perbaikan (perbaikan dengan dimensinya yang luas mencakup sisi material dan spiritual menurut pandangan Ali as. dan logika Nahjul Balaghah), memakmurkan kawasan pemerintahan. Dengan kata lain, membina manusia, memakmurkan tanah air, meningkatkan akhlak dan nilai-nilai spiritual, dan menuntut tugas rakyat di hadapan tugas-tugas berat yang harus ditanggung oleh pemerintah.


Urgensi Pemerintahan

Persoalan selanjutnya adalah urgensi pemerintahan. Di dalam Nahjul Balaghah, pembahasan ini diutarakan terkait dengan gelombang khusus yang muncul pada masa pemerintahan beliau, dan gelombang seperti itu senantiasa ada pada setiap periode kehidupan manusia. Yakni gelombang adikuasa di tengah masyarakat. Selalu saja ada orang yang berambisi merebut kekuasaan dan keistimewaan untuk diri sendiri, dan tidak sudi menerima tata cara yang berlaku di tengah masyarakatnya.

Orang-orang seperti itu ingin menghindari keharusan-keharusan yang dibebankan oleh sebuah kehidupan bersama ke atas pundak setiap orang, mereka tidak peduli dengan kesepakatan-kesepakatan sosial dan bersama. Kelompok seperti itu selalu ada di masyarakat terdahulu, dan sekarang juga ada, dan pada masa yang akan datang pun akan ada selama akhlak insani yang sempurna belum terealisasi. Mereka ibarat sekelompok orang yang berada di kapal dan ingin melubangi bagian kapal yang mereka duduki. Ibarat di kereta yang sedang berjalan dan ingin melepaskan gerbong atau kamar yang mereka huni dari gerbong dan kamar yang lain dan berhenti sesuka hati mereka di tempat yang nyaman, bahkan bila perlu semua gerbong dan lokomotif kereta itu harus berhenti bersama mereka. Mereka tidak sudi menerima keharusan-keharusan yang dibebankan oleh sebuah kehidupan bersama atas setiap orang berdasarkan tuntutan dari kehidupan sosial itu sendiri.

Apabila gelombang adidaya dan adikuasa ini menemukan ruang bercokol di tengah masyarakat, maka akan terjadi hiruk pikuk dan kekecau balauan. Sayidina Ali as. berkata tentang gelombang seperti ini, “lâbudda linnâsi min amîrin.”[3] ; harus ada pemimpin di antara sekelompok orang. Beliau menyampaikan sabdanya ini untuk menentang gelombang tertentu pada saat itu. Yaitu gelombang yang berusaha menolak urgensi pemerintahan, dan jika pada batinnya adalah kecenderungan adidaya dan adikuasa akan tetapi pada lahirnya telah disolek dengan gincu filsafat, dan inilah yang terjadi pada masa pemerintahan beliau as.

Memang Khawarij adalah kelompok yang jujur tapi keliru, tapi sudah barang tentu ada juga sekelompok yang besekongkol untuk berslogan, “lâ hukma illâ lillâh” [4] ; tiada hukum kecuali untuk Allah. Maksud mereka yang sebenarnya adalah di tengah masyarakat, kita sama sekali tidak butuh pada pemerintahan. Amirul Mukminin Ali as. menerangkan makna yang sesungguhnya dari kalimat “lâ hukma illâ lillâh” dan menerangkan pula titik kekeliruan mereka. Sudah jelas kita tidak bisa menerima kemungkinan bahwa Asy’ats bin Qais, dalam kapasitasnya sebagai pemimpin kelompok Khawarij, salah memahami kalimat itu. Tidak mungkin kita menerima kemungkinan bahwa komplotan-komplotan politik anti Imam Ali as. tidak berperan dalam melahirkan gelombang yang sekilas tampak Ilahi ini.

Mereka mengatakan, “Pemerintahan hanya milik Tuhan.” Dan kami tidak menginginkan pemerintah. Tapi maksud mereka yang sesungguhnya adalah kami tidak menginginkan pemerintahan Ali bin Abi Thalib as. Seandainya beliau menyerah terhadap pemutarbalikan yang jelas ini, atau terhadap pergolakan sosial orang-orang yang dengan polosnya menerima ucapan batil itu, dan mengundurkan diri dari kancah politik, maka pada saat itu pula mereka yang tadinya mengatakan kami tidak butuh pada pemerintahan mengklaim diri sebagai orang yang berhak atas pemerintahan dan langsung merebutnya.

Amirul Mukminin Ali as. mengatakan, “Tidak demikian, pemerintahan adalah sebuah keharusan dalam sebuah masyarakat.”; “kalimatu haqqin yurôdu bihâl bâthil.” [5] ; ini adalah tutur kata yang haq dan pernyataan Al-Qur’an, “inil hukmu illâ lillâh.” [6] ; hukum dan pemerintahan hanyalah untuk Allah, akan tetapi tutur kata dan keterangan ini bukan berarti masyarakat tidak membutuhkan pemimpin, “na‘m, innahû lâ hukma illâ lillâh wa lâkin hâ’ulâ’u yaqûlûna lâ imrota illâ lillâh.” [7] ; mereka ingin mengatakan bahwa pengaturan masyarakat juga harus ditanggung oleh Allah sendiri dan tidak ada satu pun selain Dia yang berhak menjadi pemimpin masyarakat, artinya masyarakat harus dibiarkan tanpa pemimpin. Beliau berkata, “wa innahû lâbudda linnâsi min amîrin barrin aw fâjir.” [8] ; ini adalah sebuah keniscayaan sosial, keniscayaan natural dan manusiawi bahwa masyarakat membutuhkan pengurus dan pemimpin, entah itu pemimpin yang baik atau pemimpin yang jahat. Kehidupan kelompok manusia mengharuskan adanya pemimpin yang mengatur urusan mereka. “lâ hukma illâ lillâh” yang mereka katakan tapi yang sebetulnya mereka inginkan adalah menolak pemerintahan Ali bin Abi Thalib as. yang tidak memuaskan mereka. Padahal kalimat “lâ hukma illâ lillâh” maksudnya adalah menolak ‘andâdullôh’ atau sekutu-sekutu Allah, menolak pemerintahan yang sejajar dengan pemerintahan Allah dan menandinginya, sedangkan pemerintahan Ali bin Abi Thalib as. tidak sejajar dengan pemerintahan Allah, sebaliknya hanyut dalam pemerintahan Allah dan segaris vertikal dengannya serta bersumber darinya. Beliau mengupas persoalan ini. Di dalam sebuah masyarakat, apabila terdapat pemerintahan yang mempunyai ciri-ciri itu, yakni bersumber dari pemerintahan Allah, maka segala bentuk gerakan menyimpang yang memutarbalikkan makna “lâ hukma illâ lillâh” adalah gerakan anti Allah dan anti Ali. Ketika itu, Amirul Mukminin Ali as. menentang keras gerakan menyimpang itu dan menghajar kelompok khawarij yang tidak mau kembali ke jalan yang benar.


Sumber Pemerintahan

Persoalan yang berikutnya adalah sumber pemerintahan. Dalam peradaban manusia yang populer dari dulu sampai sekarang, sumber pemerintahan adalah kekuatan dan kekuasaan. Semua penaklukan dan serangan militer terjadi dalam rangka itu. Dinasti-dinasti yang menggantikan dinasti sebelumnya juga menempuh jalan ini. Iskandar yang menaklukkan Iran, Mongol yang menyerang berbagai kawasan dunia, semua itu dengan perhitungan yang sama. Logika mereka semua adalah karena kita mampu maka kita menyerbu, karena kita kuasa maka kita merampas dan membunuh. Di sepanjang sejarah, semua gerakan yang membangun sejarah pemerintahan menunjukkan budaya semacam ini. Baik menurut pihak pemimpin maupun pihak yang dipimpin, tolok ukur pemerintahan dan sumbernya adalah kekuatan dan kekuasaan. Tentunya, raja yang hendak menduduki tampuk kepemimpinan atau sudah mendudukinya tidak menyatakan secara terus terang bahwa sumber dan landasan pemerintahannya adalah kekuatan. Bahkan Genghis Khan menyerang Iran dengan alasan yang sekilas menurut sahabat dan para pendukungnya adalah alasan yang masuk akal.

Dewasa ini, permainan para adidaya berarti pasrah di hadapan budaya hegemoni. Mereka yang menduduki negara-negara secara paksa, mereka yang memasuki rumah-rumah rakyat yang terletak ribuan kilometer dari tanah air mereka sendiri, mereka yang mencengkram nasib bangsa-bangsa tanpa kehendaknya, meskipun secara lisan mereka tidak menyatakan bahwa kekuatan dan kekuasaan adalah sumber kepemimpinan, akan tetapi dengan perilaku mereka menyatakan hal itu. Meskipun ini merupakan budaya yang dominan, namun ada juga pandangan lain. Plato menyebut ilmu dan keutamaan sebagai tolok ukur pemerintahan, dia meyakini pemerintahan orang-orang yang utama. Tapi pandangan ini tidak lebih dari lukisan di atas kertas dan pembahasan di ruang kelas.

Di dunia sekarang, demokrasi, yakni keinginan dan suara terbanyak rakyat adalah tolok ukur dan sumber pemerintahan. Tapi siapa sih yang tidak tahu bahwa puluhan cara curang yang digunakan untuk menggiring suara rakyat ke arah adidaya dan adikuasa. Kesimpulannya, di dalam peradaban manusia yang populer dari dahulu kala sampai sekarang, dan dari masa kini sampai kapan saja sebelum peradaban alawi –yakni, peradaban yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib as.– memerintah kehidupan umat manusia, sumber pemerintahan atau kepemimpinan adalah kekuatan dan kekuasaan serta tidak ada yang lain.

Amirul Mukminin Ali as. di dalam Nahjul Balaghah tidak menyebutkan hal-hal itu sebagai sumber pemerintahan, bahkan lebih penting dari itu bahwa beliau sendiri telah memberikan contoh yang konkrit dalam kancah politik. Menurut Ali as., sumber utama pemerintahan adalah serangkaian nilai-nilai spiritual. Hanya orang-orang yang punya ciri-ciri tertentu yang berhak memerintah rakyat dan mengemban tanggung jawab wilayah atas urusan mereka.

Cermatilah surat-surat Sayyidina Ali as. kepada Muawiyah, Thalhah dan Zubair, begitu pula surat-surat beliau kepada petugas-petugasnya sendiri, kepada penduduk Kufah dan penduduk Mesir. Beliau memandang pemerintahan dan wilayah atas rakyat muncul dari nilai spiritual. Tapi nilai spiritual ini sendiri tidak cukup bagi seseorang untuk menjadi pemimpin dan wali yang nyata, melainkan rakyat dalam hal ini juga memiliki saham tersendiri yang terjewantahkan dalam bai’at.

Amirul Mukminin Ali as. menyatakan pandangan-pandangannya di dua bidang tersebut, baik itu di surat beliau kepada pihak-pihak oposisi pemerintahnya yang telah kami singgung sebelumnya, maupun dalam keterangan-keterangan beliau tentang Ahlibait as. Beliau menyatakan bahwa nilai-nilai spiritual adalah tolok ukur pemerintahan.

Tapi sebagaimana kami sebutkan di atas, nilai-nila itu dengan sendirinya tidak cukup menjadi modal untuk membangun sebuah pemeritahan, dan baiat dari pihak rakyat adalah syarat pembangunan itu.

“Innahu bâya‘anil qoumul ladzî bâya‘û Abâ Bakrin wa Umaro wa Utsmâna ‘alâ mâ bâya‘ûhum ‘alaihi, falam yakun lis syâhidi an yakhtâro wa la lil ghô’ibi an yarudda, wa innamâs syûrô lil muhâjirîna wal anshôri, fa’in ijtama‘û ‘alâ rojulin wa sammûhu imâman kâna dzâlika lillâhi ridho.” [9]

Beliau mengatakan, “Jika muhajirin dan anshar berkumpul dan menyepakati seseorang tertentu sebagai pemimpin mereka dan pasrah terhadap kepemimpinannya maka Allah rela akan itu.” Bai’at tangan lain yang menyambut tepuk tangan hak kekhalifahan.

Nilai-nilai spiritual itu dapat mengantarkan seseorang kepada kekuasaan dan kedudukan wilayah amri secara nyata dan praktis ketika rakyat juga menerimanya.


Pemerintahan, Hak Atau Tugas

Persoalan lain yang sangat penting di dalam Nahjul Balaghah adalah, apakah pemerintahan sebuah hak atau tugas? Amirul Mukminin Ali as. di salah satu penjelasannya yang singkat dan padat menyatakan bahwa pemerintahan di samping hak juga merupakan tugas atau kewajiban. Bukan demikian caranya; setiap orang yang mendapatkan peluang dan kesempatan untuk memerintah dan dengan metode tertentu –seperti propaganda atau metode lain yang biasanya para pencari kekuasaan mengetahuinya dengan baik- mampu meraup suara rakyat maka dia berhak memerintah. Ketika pemerintahan adalah pemerintahan yang haq, maka hak itu hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu, dan kekhususan itu bukan berarti ada kasta yang lebih istimewa daripada kasta yang lain. Karena, di dalam masyarakat Islam, semua orang berhak merias dirinya dengan gemerlap kehidupan. Semua orang berhak menciptakan peluang dan kesempatan itu. Meskipun periode pasca wafatnya Nabi Muhammad saw. merupakan periode yang terkecuali, tapi Nahjul Balaghah mengungkapkan pernyataannya secara umum dan menyinggung hak pemerintahan itu secara berulang-ulang. Imam Ali bin Abi Thalib as. di dalam pidato Syiqsyiqiyahnya yang terkenal mengatakan,

“Wa innahû laya‘lamu anna mahallî minhâ mahallul quthbi minar rohâ, yanhadiru ‘annîs sailu wa lâ yarqô ilayyat thoir.” [10] ; posisi saya terhadap kekhalifahan seperti posisi poros terhadap penggilingan batu. Dan tentang hari ketika melalui dewan syura yang terdiri dari enam orang mereka berbaiat kepada Utsman bin Affan, beliau berkata, “laqod ‘alimtum annî ahqqun nâsi bihâ min ghoirî.” [11] ; hai manusia sekalian! Kalian sendiri tahu bahwa aku lebih berhak memerintah daripada siapa pun selainku. Ini adalah persoalan yang tampak jelas di dalam Nahjul Balaghah, tapi setelah itu beliau langsung menambahkan catatan,

“Wa wallôhi la’aslamanna mâ salimat umûrul muslimîn wa lam yakun fîhâ jaurun illâ ‘alayya khossotan.” [12] ; selama diri saya sendiri yang teraniaya maka saya akan tetap sabar dan pasrah, selama urusan-urusan berkisar pada diri saya maka saya senantiasa memberikan pelayanan. Perkataan ini mirip dengan perkataan beliau pada masa awal kekhalifahan Abu Bakar, beliau mengatakan,

“Fa’amsaktu yadî hattâ ro’aitu rôji‘atan nâsi qod roja‘at ‘anil islâm.” [13] ; mulanya aku mencuci tangan dari bai’at, aku pantang menyerah, aku tak sudi berbai’at, tapi kemudian aku menyaksikan berbagai fenomena akan terjadi yang mana akibatnya untuk Islam, muslimin, serta pribadi Ali bin Abi Thalib as. jauh lebih sulit dan tak tertahankan daripada musibah kehilangan hak wilayah atau pemerintahan.

Dengan demikian, Amirul Mukminin Ali as. memandang wilayah dan pemerintahan sebagai hak. Dan ini bukan persoalan yang bisa diingkari.

Sebaiknya semua orang muslim memandang persoalan ini dengan kaca mata terbuka dan realistis. Persoalan ini tidak ada urusannya dengan pembahasan yang terkadang menimbulkan perdebatan antara Syi’ah dan Ahlisunnah. Kini, kami yakin bahwa di cakrawala dunia Islam, saudara-saudara syi’ah dan ahlisunnah harus hidup bersatu, untuk bersama dan mengakui persaudaraan islami lebih penting daripada hal yang lain. Ini adalah sebuah hakikat yang sebenarnya. Sikap pengertian dua belah pihak dan cinta persatuan, pada masa kini merupakan tugas setiap orang muslim, dan selamanya juga merupakan tugas. Namun demikian, pembahasan ilmiah dan ideologis di dalam Nahjul Balaghah menunjukkan hakikat tersebut kepada kita, dan kita tidak bisa menutup mata begitu saja dari hakikat yang disampaikan oleh Amirul Mukminin Ali as. secara terang-terangan. Beliau memandang wilayah dan pemerintahan sebagai hak sebagaimana beliau memandangnya juga sebagai tugas. Ketika rakyat mengerumuni Ali as. sehingga,

“Famâ rô‘anî illâ wan nâsu ka‘urfid dhob‘i ilayya, yantsâlûna ‘alayya min kulli jânibin hattâ laqod wuthi’al Hasanâni wa syuqqo ‘athfâya.” [14] ; banyak sekali orang yang mengerumuni saya sehingga putra-putra saya terinjak-injak dan selendang saya terkoyak. Masyarakat paakan acara “Millenium Nahjul Balaghah”, semestinya kita sadar bahwa selama seribu tahun berlalu, kitab yang berharga ini tersingkirkan minimal selama sembilan ratus lima puluh tahun. Selain para ulama dan kalangan tertentu tidak ada yang tahu kitab itu kecuali sekedar nama.

Setelah diterjemahkan, alhamdulillah lambat laun kitab ini memasuki relung-relung kehidupan masyarakat. Mereka sebelumnya tidak tahu bahwa ada kitab berharga yang berjudul Nahjul Balaghah. Hanya kalimat-kalimat singkat yang mereka dengar darinya, itu pun lebih sering berkenaan dengan pelecehan dunia dan sedikit tentang akhlak, adapun sisanya belum tersentuh oleh mereka. Secara bertahap kitab ini berpindah dari tangan ke tangan yang lain. Ada beberapa yang menulis keterangan atas kitab itu dan ada pula yang menyebut kesimpulan-kesimpulannya sendiri sebagai keterangan. Semua jerih payah itu patut untuk dihargai. Akan tetapi, jika semua itu dibandingkan dengan keagungan Nahjul Balaghah dan hal-hal yang semestinya dilakukan terkait dengan kitab ini, maka masih belum terhitung apa-apa.

Pada masa kini kita harus kembali kepada Nahjul Balaghah. Para ulama seyogyanya melakukan tugas mereka dalam bidang ini, dan kalangan muda jangan menunggu guru, ulama dan ahli sastra mereka.

Nahjul Balaghah seyogyanya diperhatikan secara seksama dari berbagai dimensinya yang berbeda-beda, untuk itu diperlukan pertemuan-pertemuan dan diskusi-diskusi. Tentunya, lembaga Bunyode Nahjul Balaghah bisa menjadi poros dalam proyek besar ini. Semoga Allah swt. menyukseskan kita semua dalam hal ini.


Referensi: Bozgasyt Beh Nahjul Balaghoh; Bunyode Nahjul Balaghoh


Catatan Kaki:

1. Buku kumpulan puisi Kumait bin Zaid Asadi yang berjudul “Al-Hâsyemîyyât”, hal. 26.
2. Nahj Al-Balâghoh, surat ke-53.
3. Nahj Al-Balâghoh, pidato ke-40.
4. Ibid.
5. Ibid.
6. QS. Al-An‘âm: 57.
7. Nahj Al-Balâghoh, pidato ke-40.
8. Ibid.
9. Nahj Al-Balâghoh, surat ke-6.
10. Nahj Al-Balâghoh, pidato ke-3.
11. Nahj Al-Balâghoh, pidato ke-73.
12. Ibid.
13. Nahj Al-Balâghoh, surat ke-62.
14. Nahj Al-Balâghoh, pidato ke-3.
15. Nahj Al-Balâghoh, pidato ke-3.
16. Nahj Al-Balâghoh, pidato ke-91.

(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Berikut Isi Khotbah Shalat Idulfitri Quraish Shihab di Istiqlal Selengkapnya


Khotbah Shalat Idulfitri 1438 H yang berlangsung di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (25/6/2017) pagi, disampaikan oleh pakar tafsir Al-Qur’an kenamaan, Prof. Quraish Shihab. Selaku khatib, Quraish mengajak masyarakat Indonesia, terutama kaum Muslimin, untuk senantiasa memupuk rasa cinta Tanah Air dan memegang teguh prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dengan berpedoman pada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Dasar Negara, Pancasila.

Berikut isi khotbah tersebut selengkapnya.

***


Allah Akbar, Allah Akbar, Wa Lillahil Hamd.

Dengan takbir dan tahmid, kita melepas Ramadhan yang insya Allah telah menempa hati, mengasuh jiwa serta mengasah nalar kita. Dengan takbir dan tahmid, kita melepas bulan suci dengan hati yang harus penuh harap, dengan jiwa kuat penuh optimisme, betapa pun beratnya tantangan dan sulitnya situasi. Ini karena kita menyadari bahwa Allah Maha Besar. Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Semua kecil dan ringan selama kita bersama dengan Allah. Kita bersama sebagai umat Islam dan sebagai bangsa, kendati mazhab, agama atau pandangan politik kita berbeda. Karena kita semua ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita semua satu bangsa, satu bahasa dan satu Tanah Air dan kita semua telah sepakat ber-Bhineka Tunggal Ika, dan menyadari bahwa Islam, bahkan agama-agama lainnya, tidak melarang kita berkelompok dan berbeda. Yang dilarang-Nya adalah berkelompok dan berselisih.

Maksudnya: “Janganlah menjadi serupa dengan orang-orang yang berkelompok-kelompok dan berselisih dalam tujuan, setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan. Mereka itulah yang mendapatkan siksa yang pedih.” Demikian Allah berfirman dalam QS. Ali ‘Imran ayat 105.

Saudara, keragaman dan perbedaan adalah keniscayaan yang dikehendaki Allah untuk seluruh makhluk, termasuk manusia.

Seandainya Allah menghendaki niscaya kamu dijadikannya satu umat saja, tetapi (tidak demikian kehendak-Nya). Itu untuk menguji kamu menyangkut apa yang dianugerahkan-Nya kepada kamu. Karena itu berlomba-lombalah dalam kebajikan (QS. Al-Maidah ayat 48).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahil Hamd!

Saudara, kini kita beridul fitri. Kata fithri atau fithrah berarti “asal kejadian”, “bawaan sejak lahir”. Ia adalah naluri. Fitri juga berarti “suci”, karena kita dilahirkan dalam keadaan suci bebas dari dosa. Fithrah juga berarti “agama” karena keberagamaan mengantar manusia mempertahankan kesuciannya. Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama (Islam) dalam keadaan lurus.

Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atasnya. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum ayat 30).

Dengan beridul fitri, kita harus sadar bahwa asal kejadian kita adalah tanah: Allah Yang membuat sebaik-baiknya segala sesuatu yang Dia ciptakan dan Dia telah memulai penciptaan manusia dari tanah. (QS. AsSajadah ayat 7)

Kita semua lahir, hidup dan akan kembali dikebumikan ke tanah. Dari bumi Kami menciptakan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu untuk dikuburkan dan darinya Kami akan membangkitkan kamu pada kali yang lain. (QS. Thaha ayat 55).

Kesadaran bahwa asal kejadian manusia dari tanah, harus mampu mengantar manusia memahami jati dirinya. Tanah berbeda dengan api yang merupakan asal kejadian iblis. Sifat tanah stabil, tidak bergejolak seperti api. Tanah menumbuhkan, tidak membakar. Tanah dibutuhkan oleh manusia, binatang dan tumbuhan — tapi api tidak dibutuhkan oleh binatang, tidak juga oleh tumbuhan. Jika demikian, manusia mestinya stabil dan konsisten, tidak bergejolak, serta selalu memberi manfaat dan menjadi andalan yang dibutuhkan oleh selainnya.

Bumi di mana tanah berada, beredar dan stabil. Allah menancapkan gunung-gunung di perut bumi agar penghuni bumi tidak oleng – begitu firman-Nya dalam QS. An-Nahl ayat 15. Peredaran bumi pun mengelilingi matahari sedemikian konsisten! Kehidupan manusia di dunia ini pun terus beredar, berputar, sekali naik dan sekali turun, sekali senang di kali lain susah.

Saudara, jika tidak tertancap dalam hati manusia pasak yang berfungsi seperti fungsinya gunung pada bumi, maka hidup manusia akan oleng, kacau berantakan. Pasak yang harus ditancapkan ke lubuk hati itu adalah keyakinan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa. Itulah salah satu sebab mengapa idul fitri disambut dengan takbir.

Kesadaran akan kehadiran dan keesaan Tuhan adalah inti keberagamaan. Itulah fithrah atau fitri manusia yang atas dasarnya Allah menciptakan manusia (QS. Ar-Rum ayat 30).

Selanjutnya karena manusia diciptakan Allah dari tanah, maka tidak heran jika nasionalisme, patriotisme, cinta Tanah Air, merupakan fithrah yakni naluri manusia. Tanah Air adalah ibu pertiwi yang sangat mencintai kita sehingga mempersembahkan segala buat kita, kita pun secara naluriah mencintainya. Itulah fithrah, naluri manusiawi. Karena itulah, hubbu al-wathan minal iman, cinta Tanah Air adalah manifestasi dan dampak keimanan. Tidak heran jika Allah menyandingkan iman dengan Tanah Air (Q.S Al-Hasyr ayat 9).

Sebagaimana menyejajarkan agama dengan Tanah Air, Allah berfirman: Allah tidak melarang kamu berlaku adil (memberi sebagian hartamu) kepada siapapun – walau bukan Muslim– selama mereka tidak memerangi kamu dalam agama atau mengusir kamu dari negeri kamu (QS. Al-Mumtahanah ayat 8). Demikian pembelaan agama dan pembelaan Tanah Air yang disejajarkan oleh Allah.

Saudara, (siapa) yang mencintai sesuatu akan memeliharanya, menampakkan dan mendendangkan keindahannya serta menyempurnakan kekurangannya bahkan bersedia berkorban untuknya. Tanah Air kita, yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, harus dibangun dan dimakmurkan serta dipelihara persatuan dan kesatuannya. Persatuan dan kesatuan adalah anugerah Allah yang tidak ternilai.

“Seandainya engkau, siapapun engkau, menafkahkan segala apa yang di bumi untuk mempertautkan hati anggota masyarakat, engkau tidak akan mampu, tetapi Allah yang mempertautkan hati mereka,” begitu Firman-Nya dalam QS. al-Anfal ayat 63.

Sebaliknya, perpecahan dan tercabik-cabiknya masyarakat adalah bentuk siksa Allah. Itulah antara lain yang diuraikan Al-Quran menyangkut masyarakat Saba’, negeri yang tadinya dilukiskan Al-Quran sebagai baldatun thayyibatum wa rabbun ghafur, negeri sejahtera yang dinaungi ampunan Illahi tapi mereka durhaka dengan menganiaya diri mereka, menganiaya negeri mereka.

Maka Kami jadikan mereka buah bibir dan kami cabik-cabik mereka sepenuh pencabik-cabikan. (QS. Saba’ ayat 18).

Saudara, yang dikemukan ayat-ayat di atas adalah sunatullah. Itu adalah hukum kemasyarakatan yang kepastiannya tidak berbeda dengan kepastian “hukum-hukum alam”. Allah berfirman: “Sekali-kali engkau -– siapapun, kapan dan di mana pun engkau — tidak akan mendapatkan bagi sunnatullah satu perubahan pun dan sekali-kali engkau tidak akan mendapatkan bagi sunnatullah Allah sedikit penyimpangan pun.

Itulah yang terjadi di Uni Soviet dan Yugoslavia dan yang prosesnya bisa jadi yang kita saksikan dewasa ini di sekian negara di Timur Tengah.

Allahu Akbar, Allah Akbar, Wa Lillahil Hamd.

Saudara-saudara sekalian, Allah berpesan bahwa bila hari raya fithrah tiba, maka hendaklah kita bertakbir ْKalimat takbir merupakan satu prinsip lengkap menembus semua dimensi yang mengatur seluruh khazanah fundamental keimanan dan aktivitas manusia. Dia adalah pusat yang beredar, di sekelilingnya sejumlah orbit unisentris serupa dengan matahari, yang beredar di sekelilingnya planet-planet tata surya. Di sekeliling tauhid itu beredar kesatuan-kesatuan yang tidak boleh berpisah atau memisahkan diri dari tauhid, sebagaimana halnya planet-planet tata surya — karena bila berpisah akan terjadi bencana kehancuran.

Kesatuan-kesatuan tersebut antara lain. Pertama, kesatuan seluruh makhluk karena semua makhluk kendati berbeda-beda namun semua diciptakan dan di bawah kendali Allah. Itulah “wahdat al-wujud/Kesatuan wujud” – dalam pengertiannya yang sahih.

Kedua, kesatuan kemanusiaan. Semua manusia berasal dari tanah, sejak Adam, sehingga semua sama kemanusiaannya. Semua harus dihormati kemanusiaannya, baik masih hidup maupun telah wafat, walau mereka durhaka. Karena itu: Siapa yang membunuh seseorang tanpa alasan yang benar, maka dia bagaikan membunuh semua manusia dan siapa yang memberi kesempatan hidup bagi seseorang maka dia bagaikan telah menghidupkan semua manusia.“ [QS. al-Maidah ayat 32]

Memang jika ada manusia yang menyebarkan teror, mencegah tegaknya keadilan, menempuh jalan yang bukan jalan kedamaian, maka kemanusiaan harus mencegahnya. Hal ini dikarenakan, menurut QS. Al-Hajj ayat 40: Seandainya Allah tidak mengizinkan manusia mencegah yang lain melakukan penganiayaan niscaya akan diruntuhkan biara-biara, gereja-gereja, sinagog-sinagog, dan masjid-masjid, yang merupakan tempat-tempat yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Tetapi Allah tidak menghendaki roboh-robohnya tempat-tempat peribadatan itu. Karena itu pula kemanusiaan harus bersifat adil dan beradab.

Ketiga, di pusat tauhid beredar juga kesatuan bangsa. Kendati mereka berbeda agama, dan suku, berbeda kepercayaan atau pandangan politik, mereka semua bersaudara, dan berkedudukan sama dari kebangsaan. Karena itu sejak zaman Nabi Muhammad SAW., beliau telah memperkenalkan istilah “Lahum Ma Lanaa Wa ‘Alaihim Maa ‘Alaina”. Mereka yang tidak seagama dengan kita mempunyai hak kewargaan sebagaimana hak kita kaum Muslimin dan mereka juga mempunyai kewajiban kewargaan sebagaimana kewajiban kita.

Dan karena itu pula, pemimpin tertinggi Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad At-Thayyib, berkata: “Dalam tinjauan kebangsaan dan kewargaannegaraan, tidak wajar ada istilah mayoritas dan minoritas karena semua telah sama dalam kewargaan negara dan lebur dalam kebangsaan yang sama.”

Kesadaran tentang kesatuan dan persatuan itulah yang mengharuskan kita duduk bersama bermusyawarah demi kemaslahatan dan itulah makna “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawatan perwakilan”.

Saudara, kesadaran tentang kesamaan dan kebersamaan itu merupakan salah satu sebab mengapa dalam rangkaian idul fithri, setiap Muslim berkewajiban menunaikan zakat fitrah yang merupakan simbol kepedulian sosial serta upaya kecil dalam menyebarkan keadilan sosial. Selain kesatuan-kesatuan di atas, masih banyak yang lain, seperti: kesatuan suami isteri, yakni kendati mereka berbeda jenis kelamin namun mereka harus menyatu. Tidak ada lagi yang berkata “saya” tetapi “kita”, karena mereka sama-sama hidup, sama-sama cinta serta sama-sama menuju tujuan yang sama.

Akhirnya, walau bukan yang terakhir, perlu juga disebut kesatuan jati diri manusia yang terdiri dari ruh dan jasad. Penyatuan jiwa dan raga, mengantar “binatang cerdas yang menyusui” ini menjadi manusia utuh sehingga tidak terjadi pemisahan antara keimanan dan pengamalan, tidak juga antara perasaan dan perilaku, perbuatan dengan moral, idealitas dengan realitas. Akan tetapi, masing-masing merupakan bagian yang saling melengkapi. Jasad tidak mengalahkan ruh dan ruh pun tidak merintangi kebutuhan jasad.

Kecenderungan individu memperkukuh keutuhan kolektif dan kesatuan kolektif mendukung kepentingan individu. Pandangan tidak hanya terpaku di bumi dan tidak juga hanya mengawang-awang di angkasa. Demikian itulah manusia yang ber-‘idul fithri, yang kembali ke asal kejadiannya.

Anda menemukan dia teguh dalam keyakinan. Teguh tetapi bijaksana, senantiasa bersih walau miskin, hemat dan sederhana walau kaya, murah hati dan murah tangan, tidak menghina dan tidak mengejek, tidak menyebar fitnah tidak menuntut yang bukan haknya dan tidak menahan hak orang lain.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa lillahil Hamd.

Saudara, kitab suci Al-Qur’an menguraikan bahwa sebelum manusia ditugaskan ke bumi, Allah memerintahkannya transit terlebih dahulu di surga. Itu dimaksudkan agar Adam dan ibu kita Hawa memperoleh pelajaran berharga di sana. Di surga, hidup bersifat sejahtera. Di sana, menurut Al-Qur’an Surah Thaha ayat 118-119, “tersedia sandang, papan dan pangan yang merupakan tiga kebutuhan pokok manusia. Di sana juga tidak terdengar, jangankan ujaran kebencian, ucapan yang tidak bermanfaat pun tidak ada wujudnya. Yang ada hanya damai… damai dan damai.

Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula yang menimbulkan dosa, akan tetapi ucapan salam lagi sejahtera. (QS. Al-Waqiaah ayat 25-26).

Situasi demikian, dialami oleh manusia modern pertama itu, bukan saja agar jika mereka tiba di pentas bumi mereka rindu kepada surga sehingga berusaha kembali ke sana, tetapi juga agar berusaha mewujudkan bayang-bayang surga itu dalam kehidupan di bumi ini, yakni hidup sejahtera, terpenuhi kebutuhan pokok setiap individu, dalam suasana damai, bebas dari rasa takut yang mencekam, bebas juga dari kesedihan yang berlarut.

Saudara! Di surga juga keduanya menghadapi tipu daya iblis dan mengalami kepahitan akibat memperturutkannya. Sementara pakar berkata bahwa kata “iblis” terambil dari bahasa Yunani Kuno yakni Diabolos, yang berarti “sosok yang memfitnah, yang memecah belah”. Iblis memfitnah Tuhan dengan berkata bahwa Allah tidak melarang Adam dan pasangannya mencicipi buah terlarang, kecuali karena Allah enggan keduanya menjadi malaikat atau hidup kekal (QS. Al-’Araf ayat 20). Iblis memfitnah, memecah belah, dan menanamkan prasangka buruk.

Dengan beridul fitri, kita hendaknya sadar tentang peranan Iblis dan pengikut-pengikutnya dalam menyebar luaskan fitnah dan hoax serta menanamkan prilaku buruk serta untuk memecah belah persatuan dan kesatuan.

Saudara, Al-Qur’an melukiskan bahwa mempercayai ujaran Iblis, mengakibatkan tanggalnya pakaian Adam dan Hawa. (QS. Al-araf ayat 27). Pakaian adalah hiasan, pakaian juga menandai identitas dan melindungi manusia dari sengatan panas dan dingin sambil menutupi bagian yang enggan diperlihatkan. Selama bulan puasa ini, kita menenun pakaian takwa dengan nilai-nilai luhur.

Nilai yang telah disepakati oleh bangsa kita adalah nilai-nilai yang bersumber dari agama dan budaya bangsa yang tersimpul dalam Pancasila. Itulah pakaian kita sebagai bangsa. Itulah yang membedakan kita dari bangsa-bangsa lain. Itulah hiasan kita dan itu pula yang dengan menghayatinya kita dapat terlindungi — atas bantuan Allah — dari aneka sengatan panas dan dingin, dari aneka bahaya yang mengganggu eksistensi kita sebagai bangsa.

Allah berpesan: Jangan menjadi seperti seorang perempuan gila dalam cerita lama yang merombak kembali tenunannya sehelai benang demi sehelai setelah ditenunkannya (QS. An Nahl ayat 92).

Saudara-saudara, para ‘Â’idîn dan ‘Â’idât, yakinlah bahwa kita memiliki nilai-nilai luhur yang dapat mengantarkan kita ke cita-cita proklamasi. Tetapi agaknya kita kurang mampu merekat nilai-nilai itu dalam diri dan kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai inilah yang membentuk kepribadian anggota masyarakat; semakin matang dan dewasa masyarakat, semakin mantap pula pengejawantahan nilai-nilai tersebut. Masyarakat yang sakit adalah yang mengabaikan nilai-nilai tersebut.

Ada orang atau masyarakat yang sakit tapi tidak menyadari bahwa dia sakit. Sayyidina Ali pernah berucap melukiskan keadaan seseorang atau masyarakat: “Penyakitmu disebabkan oleh ulahmu tapi engkau tidak lihat obatnya ada di tanganmu tapi engkau tak sadar.”

Keadaan yang lebih parah adalah tahu dirinya sakit, obat pun telah dimilikinya, tapi obatnya dia buang jauh-jauh. Semoga bukan kita yang demikian.

Akhirnya, mari kita jadikan ‘idul fithri, sebagai momentum untuk membina dan memperkukuh ikatan kesatuan dan persatuan kita, menyatupadukan hubungan kasih sayang antara kita semua, sebangsa dan se-Tanah Air.

Marilah dengan hati terbuka, dengan dada yang lapang, dan dengan muka yang jernih, serta dengan tangan terulurkan, kita saling memaafkan, sambil mengibarkan bendera as-Salâm, bendera kedamaian di Tanah Air tercinta, bahkan di seluruh penjuru dunia.

“Ya Allah, Engkaulah as-Salâm (kedamaian), dari-Mu bersumber as-Salâm, dan kepada-Mu pula kembalinya. Hidupkanlah kami, Ya Allah, di dunia ini dengan as-Salâm, dengan aman dan damai, dan masukkanlah kami kelak di negeri as-Salâm (surga) yang penuh kedamaian. Maha Suci Engkau, Maha Mulia Engkau, Yâ Dzal Jalâli wal Ikrâm.

(Islam Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Rahbar Ucapkan Belasungkawa


Rahbar Republik Islam Iran, Ayatullah Khamenei, mengucapkan belasungkawa mendalam kepada seluruh rakyat Iran lantaran peristiwa teroris yang mengguncang kota Tehran pada hari Rabu, 12 Ramadhan kemarin.


Teks ucapan belasungkawa Rahbar dalam hal ini adalah sebagai berikut:

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Aksi teroris 12 Ramadhan di makam Imam Khomeini dan gedung Parlemen Iran menunjukkan kedengkian dan permusuhan busuk pada kaki tangan Amerika terhadap rakyat Iran dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Revolusi Islam dan Imam Khomini ra. Peristiwa ini telah merenggut korban beberapa orang warga gugur syahid dan terluka.

Kejahatan-kejahatan yang membuktikan kebusukan dan juga kehinaan para pelaku dan pemberi komandonya ini sungguh sangat kecil untuk bisa mengkerdilkan tekad dan semangat rakyat Iran.

Hasil pasti dari semua ini adalah peningkatan kebencian terhadap Amerika dan para kaki tangannya di kawasan seperti Arab Saudi. Rakyat Iran semakin bersatu dan semakin melaju dengan kebulatan tekad.

Saya pribadi mengagungkan kenangan para syuhada yang telah menjadi korban peristiwa ini. Saya mengucapkan selamat dan sekaligus belasungkawa kepada keluarga mereka. Semoga korban yang terluka lekas dianugerahi kesembuhan oleh Allah.


Sayyid Ali Khamenei

9 Juni 2017

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Sayid Hasan Nasrullah: Muqawama Akan Terus Melanjutkan Perjuangannya

Sayid-Hasan-Nasrullah-Hari-Raya-Muqawama-dan-Pembebasan-.

Sayyid Hasan Nsrullah, Sekjen Hizbullah mengatakan: “Siapa pun yang mengimani Muqawama tidak akan menunggu orang lain di dunia, dia akan beraksi tanpa menanti konsensus internal maupun eksternal.”

Sekjen Hizbullah Libanon Sayid Hasan Nasrullah pada hari kamis (25/5), di Hermel, berpidato dalam rangka memperingati Hari Raya Muqawama dan Pembebasan yang ke-17. Hari Raya yang digelar setiap tahun sejak pengusiran militer rezim zionis dari Libanon selatan pada tahun 2000.

Sayid Hasan Nasrullah, sebagaimana dirilis elnashra dan alahednews, menyebut Hermel sebagai Kota Syuhada. Sembari menyampaikan penghargaan dan mengirimkan salam kepada seluruh arwah syuhada, dia menuturkan bahwa lebaran ini setiap tahun harus dirayakan.

Dia mengatakan, “Siapa pun yang mengimani Muqawama tidak akan menunggu orang lain di dunia, dia akan beraksi tanpa menanti konsensus internal maupun eksternal.”


Hanya Iran dan Suriah Yang Berdiri Membela Bangsa Libanon

Mengenai pendudukan Libanon, Sekjen Hizbullah mengatakan, “AS dan Barat membantu israel untuk menduduki Libanon. Hanya dua negara yang berdiri membela Bangsa Libanon. Hanya Iran dan Suriah. Negara-negara Arab dan Barat sama sekali tidak membantu Bangsa Libanon. Dan masyoritas hampir mutlak dunia ketika itu bersama israel.

Dia melanjutkan, “Kemenangan besar ini (pengusiran zionis dari Libanon) tiada lain hasil pengorbanan tentara, Bangsa Libanon, dan Muqawama; mulai dari Gerakan Amal sampai kelompok-kelompok Muqawama Libanon lainnya. Kita harus senantiasa mengenang dan mengulang nama orang-orang yang punya andil dalam kemenangan ini. Orang-orang seperti Sayid Musa Shadr –semoga Allah Swt mengembalikannya-, Sayid Abbas Musawi, Syaikh Raghib, dan Imad Mughniyah.”

Sayid Hasan Nasrullah menyebut “Kehendak Bangsa” sangat efektif untuk melawan penjajah. Dia mengatakan, “Masalah Muqawama melawan penjajahan tergantung pada kebijakan, kehendak, tekad, dan iman kalian; rakyat. Orang yang punya mental kalah, tidak akan bisa berbuat apa-apa. Sekarang ini, nasib bangsa-bangsa dan negara-negara kawasan tergantung pada rakyatnya. Di Suriah, Iran, Bahrain, dan negara-negara lainnya seperti Palestina tergantung pada rakyat dan generasi baru mereka.”

Sekjen Hizbullah juga berbicara mengenai pemilu Libanon dan mengatakan, “Hendaknya semua partai berusaha mencapai undang-undang baru pemilu.”
Setelah itu, dia menyinggung KTT Riyadh dan mengatakan bahwa deklarasi konferensi ini tidak akan mempengaruhi kondisi dalam negeri Libanon. Dia mengatakan, “Deklarasi KTT ini sama sekali tidak diberitahukan sebelumnya kepada peserta. Mereka sama sekali tidak diikutsertakan dalam menyusun kontennya.”


Krisis Akhir Bahrain Termasuk Dampak KTT Riyadh

Sehubungan dengan masalah Bahrain, Sekjen Hizbullah mengatakan, “Sikap Ayatullah Isa Qasim selalu damai dan stabil. Tapi pemerintah Dinasti Khalifah bukannya membangun dialog dan mendengarkan tuntutan rakyat Bahrain, malah memperlakukan mereka dengan pembunuhan, hukuman mati, penjara, penghancuran masjid, perataan rumah dengan tanah, dan lain sebagainya. Sampai kemudian mereka memutuskan untuk mencabut kewarganegaraan Syaikh Isa Qasim pemimpin revolusi negeri ini dan mengasingkannya.”

Dia menambahkan, “Syaikh Isa hampir setahun tinggal di dalam rumahnya, dan rakyat berkumpul di sekitar rumahnya demi melindungi simbol dan pemimpin mereka.”

“Boleh jadi masalah Bahrain ini salah satu dampak KTT Riyadh dan berkah! kunjungan Trump ke kawasan. Serangan brutal –aparat keamanan Bahrain- ke bundaran Al-Fida’ yang melukai dan menghilangkan banyak orang adalah hasil pertemuan Riyadh.”

Sayid Hasan Nasrullah mengatakan, “Sekarang ini mereka terus menghubungi –pemerintah- untuk mengasingkan Syaikh Qasim. Dan saya minta kepada pemerintah Libanon untuk menentang pengasingan Syaikh Qasim ke Libanon dan menyatakan hal itu kepada pemerintah Bahrain.”


KTT Riyadh Tidak Lebih dari Pertemuan Trump dan Salman

Sekjen Hizbullah Libanon kemudian berbicara tentang KTT Riyadh dan mengatakan, “Ini tidak lebih dari pertemuan dua pihak antara Donald Trump presiden AS dan Salman bin Abdulaziz raja Saudi. Deklarasi Riyadh juga tidak lebih dari pernyataan Saudi-AS.”

Dia menegaskan bahwa, “Sebagaimana sebelumnya juga pernah terjadi, koalisi Arab-Islami! dibentuk tanpa sepengetahuan beberapa negara. Apa yang dilakukan Saudi ini tiada lain untuk: Pertama-tama, penghargaan untuk Trump. Kedua, upaya untuk memberikan posisi sentral kepada Saudi. Ketiga, perkumpulan untuk menakut-nakuti Iran dan poros Muqawama. Dan target keempat adalah memotivasi AS serta meyakinkannya untuk intervensi ke negeri ini.”

Dia melanjutkan, “Penghargaan dan penghormatan terhadap Trump ini diberikan pada saat dia sejak awal telah mengambil sikap paling keras terhadap Muslimin dan melarang mereka masuk ke Amerika. Trump adalah presiden AS yang paling rasis.”

Sayid Hasan Nasrullah menegaskan bahwa, “Saudi melakukan semua ini untuk pertama-tama, melindungi diri dan pemerintahnya di hadapan dunia; karena, bukan hal yang samar lagi bagi semua orang bahwa aktor di balik tabir semua kelompok takfiri adalah Saudi. Saudilah yang membuat Al Qaeda. Negera ini sentral Takfirisme. Riyadh menyuap Trump agar dia menjauhkan tuduhan dukungan terhadap terorisme dari dirinya. Upayanya adalah memperkenalkan Iran sebagai pusat terorisme.”


Iran Selalu Mendukung Muqawama Sedangkan Saudi Senantiasa Membina Terorisme

Sekjen Hizbullah mengatakan, “Memangnya Iran pusat terorisme?! Memangnya Iran yang mengorganisir pasukan-pasukan Wahabi?! Iya, Iranlah yang mendukung Muqawama di Libanon dan Palestina, Iranlah yang membela Bangsa Irak pada saat ISIS ingin memasuki kota Najaf dan Karbala.”

Dia melanjutkan, “Siapa yang mentakfir orang-orang Syiah? Iran atau mufti-mufti Saudi?! Sepanjang sejarah Saudi, dapat disaksikan takfir terhadap Muslimin. Sementara Iran senantiasa memperjuangkan taqrib (pendekatan) di antara mazhab-mazhab Islam.

Saudi tidak berhasil menempelkan tuduhan kepada Iran. Saudi melakukan ini karena butuh kepada presiden AS agar memainkan peran di kawasan.

Saudi menghadapi kendala bernama Iran. Dulu, Saudi mendukung raja Iran yang dilindungi israel. Tapi sekarang, problem utama Riyadh adalah Iran. Demi melawan Iran, Saudi rela mempersembahkan segala sesuatu kepada Trump.”

Dia melanjutkan, “Saudi percaya bahwa tidak ada solusi lain untuk masalah ini (Iran) selain mendekatkan diri kepada Trump. Kontrak yang ditandatangani Riyadh dan AS lebih dari 480 miliar dolar.”

Sayid Hasan Nasrullah mengatakan, “Mengenai sikap terhadap Palestina juga mereka menyatakan kesiapan diri, dan Trump menyampaikan pesan ini kepada Benyamin Netanyahu perdana menteri rezim zionis. Tidak ada satu kata pun tentang Palestina yang terucap dan membuat Trump khawatir.”

Setelah itu, Sekjen Hizbullah berbicara tentang perang Yaman. Dia mengatakan, “Sudah dua tahun setengah perang di Yaman berlangsung, dan tidak ada satu pun di dunia yang berani angkat suara tentang fakta yang sebenarnya mengenai perang ini. Karena mereka takut bantuan finansial Saudi terputus. Rakyat Yaman bertekad untuk melanjutkan perlawanan (Muqawama), dan agresi Saudi tidak akan membuahkan hasil selain pertumpahan darah yang lebih banyak lagi dan pada akhirnya, kalianlah yang pasti kalah dan merugi. “


Rakyat Iran Memperbarui Janji pada Revolusi Islam dengan Partisipasi Besar dalam Pemilu

Sayid Hasan Nasrullah melanjutkan, “Ketika para pejabat negara-negara Islam dan AS berkumpul di Arab Saudi, rakyat Iran memperbarui janji pada Revolusi Islamnya dengan berpartisipasi dalam pemilu.”

Dia menyinggung penyelenggaraan besar-besaran pilpres dan pemilihan umum dewan kota serta desa seraya menjelaskan bahwa selama penyelenggaraan pemilu ini, tidak ada satu peluru pun yang melesat dan sama sekali tidak ada kegaduhan. Inilah Iran dan republik sesungguhnya yang oleh negara-negara yang sedikit pun tidak kenal kotak suara diserukan agar diperangi bersama dan rakyatnya ditundukkan secara paksa.
Arab Saudilah yang dulu menggerakkan Saddam Husain untuk mengagresi Iran dan memeranginya. Dia sendiri mengaku telah mengirimkan bantuan finansial kepadanya.”


Riyadh Mesti Meninggalkan Kedengkian kepada Iran dan Menempuh Negosiasi

Sayid Hasan Nasrullah menegaskan bahwa, “Saudi tidak pernah melewatkan langkah apa pun yang dipikir dapat melemahkan Iran. Tapi kenyataannya, Iran semakin kuat dan terus menguat. Saya imbau Saudi untuk meninggalkan kedengkian terhadap Iran dan menjadikan “Negosiasi dengan Iran” sebagai satu-satunya upaya. Jalan yang sedang ditempuh Saudi sekarang adalah kekalahan dan Iran pasti akan memenangkan perhelatan ini.”

Dia melanjutkan, “Rakyat Irak juga sedang memegang kendali nasib mereka sendiri, perjalanan mereka terus maju ke arah finalisasi perang di Mousul, dan ada kesepakatan nasional untuk menghancurkan ISIS. Di Suriah juga kita menyaksikan berbagai kemenangan –Muqawama- di medan perang dan kekalahan ISIS.

Sekjen Hizbullah menyinggung kembali deklarasi KTT Riyadh dan menjelaskan, “Meskipun tema utama deklarasi ini adalah Iran, tapi nama Iran tidak disebutkan. Selain Indonesia, pejabat-pejabat negara Mesir, Jordania, dan Kuwait dalam pidatonya tidak menyebutkan Iran.”


Insyaallah Tahun 2018 Tidak Ada ISIS Lagi di Irak dan Suriah

Sayid Hasan Nasrullah menekankan, “Di Irak dan Suriah, ISIS sedang mengalami kekalahan total. Dan insyallah, tahun 2018 tidak akan ada lagi ISIS di Irak dan Suriah. Tapi kalian malah membentuk koalisi untuk itu.”

Dia melanjutkan, “Peserta KTT Syarmus Syaikh Mesir pada tahun 1996 lebih besar dari KTT akhir Riyadh. Pada KTT itu mereka memutuskan untuk menghakhiri Hizbullah. Ketika itu, dari sisi kekuatan kita masih lemah sekali, senjata kita yang paling canggih pada waktu itu cuma Katyusha, dan Iran tidak ikut campur dalam peperangan.”

Sekjen Hizbullah melanjutkan, “Muqawama akan meneruskan aktivitasnya. Dan kita sekarang pada kerangka poros Muqawama sedang dalam posisi lebih kuat dari masa-masa sebelumnya. Kita punya punya pasukan lebih banyak dan tekad yang lebih kuat.”


Muqawama Pemenang Akhir Medan Perang

Sayid Hasan Nasrullah kembali menyinggung deklarasi KTT Riyadh dan mengatakan, “Trump memuji Saudi dan menyatakan diri akan melawan terorisme. Tapi, baru-baru ini salah satu pejabat Hizbullah dimasukkan ke dalam daftar terorisme. Kita, anggota Muqawama, kenal jalan. Dan nama kita sejak tahun delapan puluhan sudah dimasukkan ke dalam daftar terorisme. Kita akan tetap tinggal di tanah air kita, membela diri dan anak-anak kita.”

Sembari menekankan penghentian perang di Yaman, Sekjen Hizbullah di penghujung pidatonya mengatakan, “Pasca KTT Riyadh, Muqawama bakal terus mengibarkan bendera dan tidak akan gugur sampai menyempurnakan kemenangannya.”

(Al-Manar/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Imam Khamenei: Pertahanan Suci, Jihad, dan Kesyahidan Harus Selalu Dihidupkan

Ayatullah Uzma Imam Sayid Ali Khamenei, Wali Faqih Zaman.

Wali Faqih Zaman Ayatullah Uzma Imam Sayid Ali Khamenei, Rabu (24/5) sore, dalam pertemuan dengan sejumlah panglima, prajurit, seniman, panitia dan pihak-pihak yang terlibat dalam acara malam-malam kenangan Pertahanan Suci menyebut presentasi kenangan 8 tahun masa perang yang dipaksakan pada Republik Islam dan penggunaan berbagai metode seni, kesusastraan, serta modern dalam mentransfer kenangan-kenangan itu kepada generasi baru sebagai pekerjaan yang sangat berharga dan penting.

Beliau menekankan bahwa, “Salah satu pelajaran abadi masa Pertahanan Suci adalah apabila tawakal kepada Allah Swt secara praktis disertai dengan kerelaan hati yang paling dalam, tentu dapat melewati semua rintangan dan tantangan dengan penuh keimanan.”

Pemimpin Revolusi Islam ini dalam menguraikan salah satu dampak Pertahanan Suci, menyebut masa itu sebagai pentas “tawakal praktis kepada Allah Swt”, “keberanian melawan berbagai kekuatan”, dan “kemenangan atas semua rintangan berkat tawakal praktis”. Beliau menambahkan, “Setiap masyarakat yang sedang bergerak ke arah kemajuan, secara natural akan menghadapi macam-macam rintangan dan tantangan.

Sekiranya masyarakat ini punya cita-cita spiritual, anti cinta kekuasaan, dan anti cinta dunia, maka tantangannya pasti akan lebih banyak. Dalam masyarakat yang seperti ini, tawakal praktis kepada Allah Swt dan perasaan mampu untuk mengatasi berbagai rintangan adalah hal yang sangat penting.”

Imam Khamenei menuturkan, “Republik Islam sekarang pantas mengaku menang atas semua tantangan di hadapannya. Karena ia punya pengalaman menanggulangi banyak sekali rintangan berat pada masa Pertahanan Suci.”

Beliau menekankan bahwa, “Apabila dalam hati terdapat iman dan pada tindakan ada tawakal kepada Allah Swt, maka gunung-gunung sekali pun akan menjadi datar di hadapan kehendak ini dan tak akan kuasa menghadapinya.”

Ayatullah Uzma Khamenei kemudian menyinggung situasi dan kondisi yang sangat berat pada awal masa peperangan yang dipaksakan terhadap Republik Islam. Beliau mengatakan, “Sejak paruh kedua tahun 1359 Hs sampai awal tahun 1361 Hs, kondisi perang saat itu sangat sulit. Ketika itu kita berada pada kondisi paling buruk dari sisi peralatan militer dan angkatan bersenjata yang siaga dan teratur. Sementara itu, musuh Ba’tsi sudah siap siaga di jarak 10 kilo mete dari kota Ahwaz.”

Pemimpin Revolusi Islam melanjutkan, “Tapi, para panglima dan prajurit dengan bertawakal kepada Allah Swt dan mengenali kemampuan diri mereka serta bersandar kepadanya, mampu membalikkan keadaan. Sehingga pada paruh pertama tahun 1361 Hs, dua operasi besar Fathul Mubin dan Baitul Maqdis meraih kemenangan. Hasilnya, ribuan tentara agresor Ba’tsi tertawan, kawasan luas tanah air yang sempat terjajah terebut kembali, dan kota Khuramsyahr terbebaskan.”

Beliau menguraikan bahwa pada masa perang yang dipaksakan itu, seluruh kekuatan dunia; termasuk AS, Nato, Uni Soviet, dan penguasa-penguasa kolot di kawasan kompak melawan Republik Islam. Beliau mengatakan, “Dalam kondisi seperti ini kita bisa menang melawan kekuatan-kekuatan itu. Apakah pengalaman-pengalaman praktis ini belum cukup untuk kepercayaan diri dan ketenangan hati kita?!”

Pemimpin Revolusi Islam mengingatkan pada ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa kita jangan sampai membuka celah pada hati kita untuk dimasuki kesedihan dan kelemahan. Beliau menekankan bahwa, “Jika kita betul-betul beriman kepada Allah Swt dan bertawakal kepada-Nya, kita pasti bisa melewati semua rintangan dan tantangan dengan penuh keimanan.”

Beliau menjelaskan bahwa penyebaran mental ini dan semangat tawakal praktis ini bisa dilakukan dengan cara menjaga kenangan-kenangan masa perang Pertahanan Suci. Beliau mengatakan, “Buku-buku yang ditulis mengenai kenangan Pertahanan Suci, atau film-film yang dibuat dalam rangka itu, jauh lebih mulia dari sekedar karya seni atau sastra murni. Karya-karya ini sejatinya merupakan injeksi semen terhadap tonggak-tonggak Revolusi dan Identitas Nasional serta kemajuan negara, sehingga tonggak-tonggak ini semakin kokoh dan lestari.”

Imam Khamenei menyebut kenangan-kenangan masa Pertahanan Suci sebagai kekayaan nasional. Beliau menekankan pentingnya kontinuitas pengumpulan kenangan-kenangan itu, begitu pula pentingnya penggunaan variasi metode seni yang menarik dalam mentransfer kenangan tersebut kepada generasi baru, dan hati-hati jangan sampai berlebihan dalam mengungkapkannya. Lalu beliau mengatakan, “Transfer kenangan-kenangan ini kepada masyarakat adalah sedekah dan kebajikan serta infak spiritual yang besar. Orang-orang yang beraktivitas di bidang ini sebetulnya merupakan perantara rezeki maknawi dan Ilahi kepada negara.”

Beliau juga menyebut Rahiyane Nur (Penapak Tilas Cahaya) sebagai salah satu sedekah dan kebajikan tersebut. Seraya menyinggung adanya motivasi-motivasi tertentu yang hendak melemahkan karya-karya dan pelajaran-pelajaran masa Pertahanan Suci, beliau mengatakan, “Motivasi-motivasi yang mengintimidasi negara-negara Islam untuk menghapus tema jihad dan kesyahidan dari buku-buku pelajaran itulah yang sekarang di dalam negeri sedang terus beraktivitas dan menampilkan diri sebagai mikropolitik-mikropolitik kebudayaan.”

Ayatullah Uzma Khamenei menekankan dalam kondisi apa pun jangan pernah lalai. Beliau mengatakan, “Pertahanan Suci, jihad, dan kesyahidan harus selalu dihidupkan agar generasi terkini terhubungkan dengan generasi yang telah mengukir puncak sejarah Pertahanan Suci.”

Beliau menyebut penghubungan generasi terkini dengan generasi masa Pertahanan Suci sebagai penghubungan generasi ini dengan generasi orang-orang yang saleh.

Beliau menambahkan, “Sekarang ini juga seperti tahun enam puluhan; kita menyaksikan anak-anak muda yang mengucurkan air mata dan bersikeras untuk diperkenankan hadir di medan-medan Pertahanan Haram. Transfer mental dan nilai-nilai masa Pertahanan Suci ke generasi terkini merupakan hasil upaya dan jerih payah segenap himpunan yang giat meriwayatkan kenangan-kenangan masa itu.”

Wali Faqih Zaman menekankan bahwa kenangan-kenangan masa Pertahanan Suci penuh dengan semangat dan logika. Beliau mengatakan, “Hakikat, kenangan, dan kekayaan masa Pertahanan Suci itu kalau pun sampai lima puluh tahun kedepan mau terus dieksplorasi, tetap tidak akan habis.”

(IRNA/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Pidato Rahbar di Hari Raya Nowruz: Tahun “Ekonomi Muqawama: Produksi-Lapangan Kerja”


Saya menetapkan slogan tahun ini “Ekonomi Muqawama: Produksi-Lapangan Kerja” yaitu ekonmomi muqawama sebagai topik utama kemudian produksi dan [penciptaan] lapangan kerja; ini merupakan poin-poin yang harus menjadi fokus.
بسم‌الله‌الرّحمن‌الرّحیم

یا مقلّب القلوب و الابصار، یا مدبّر اللّیل و النّهار، یا محوّل الحول و الاحوال، حوّل حالنا الی احسن الحال. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلی فاطِمَةَ وَ اَبیها وَ بَعلِها وَ بَنیها

Saya mengucapkan selamat atas hari kelahiran Sayyidah Fatimah Zahra, Siddiqah al-Kubro (as) dan hari raya Nowruz kepada Anda semua, para tamu yang mulia. Semoga eid Anda penuh penuh berkah, baik Anda para tamu yang mulia, bangsa Iran, para pemuda yang tercinta dan seluruh elemen masyarakat! Dan saya mengucapkan selamat secara khusus kepada para keluarga tercinta syuhada, para veteran cacat perang dan para pahlawan, serta kepada seluruh bangsa yang mengenal eidNowruz dan merayakannya.

Pada kesempatan ini kita panjatkan syukur kepada Allah Swt yang sekali lagi memberikan taufik eid Nowruz kepada kalian bangsa Iran yang tercinta; kami mengharapkan tahun penuh berkah dan dibarengi dengan keamanan dan kesejahteraan bagi bangsa Iran, dan tahun 1396 HS insyaallah akan menjadi tahun baik bagi bangsa Iran dan bagi seluruh umat Islam dunia; seluruh keluarga Iran yang tercinta insyaallah pada tahun ini yang baru saja dimulai, berada dalam rahmat dan berkah ilahi.

Jika kita menganalisa tahun yang baru saja berlalu—tahun 1395 HS—harus kita katakan bahwa tahun itu sama seperti tahun-tahun sebelumnya yang memiliki kebahagiaan dan kesedihan, kegetiran dan kemanisan; yang dimaksud dengankegetiran dan kemanisan adalah yang berkaitan dengan bangsa Iran, dan bukan masalah-masalah pribadi. Kita merasakan manis pada tahun lalu, kita merasakan kebahagiaan dimana kebahagiaan itu berkaitan dengan kehormatan nasional, keamanan nasional, semangat muda pada bangsa Iran dan gerakan mukmin komprehensif di semua titik negara; dan juga kita merasakan kegetiran yang umumnya berkaitan dengan masalah ekonomi dan sosial yang nanti akan saya singgung.

Kemuliaan Iran dan bangsa tercinta kita pada tahun 1395 HS dapat disaksikan sepanjang tahun, sejak awal hingga akhir. Musuh-musuh kita di berbagai belahan dunia telah mengakui kekuatan, keagungan dan identitas nasional Iran dapat disaksikan dalam semua isu pada tahun lalu. Sikap tidak hormat Presiden Amerika Serikat terhadap Republik Islam Iran, telah dijawab oleh rakyat yang bergelora dan dengan dukungan serta kepedulan pada [pawai akbar] 22 Bahman, pada Hari Qods Sedunia di bulan Ramadhan, pada konsentrasi akbar masyarakat, yang menunjukkan identitas dan tujuan negara ini kepada seluruh dunia.

Keamanan negara di lingkungan penuh gejolak regional bahkan internasional, merupakan sebuah poin sangat penting dan besar bagi bangsa Iran. Sekarang di sekitar kita, negara-negara tetangga kita; dari sebelah timur, tenggara, hingga barat laut, banyak negara yang menghadapi instabilitas, kawasan dilanda instabilitas, [namun] bangsa Iran alhamdulillah sepanjang tahun merasakan keamanan yang stabil.

Semangat muda yang telah saya singgung, berangkat dari fakta dan informasi tentang aktivitas ribuan kelompok pemuda di seluruh penjuru negara yang dengan aktivitas mereka baik di bidang ilmiah, budaya, olahraga dan produksi, sedang menawarkan upaya dan terobosan baru serta disiapkan untuk masa depan negara.

Gerakan penuh keimanan yang saya singgung adalah berbagai sesi dan pertemuan keagamaan yang penuh semangat, kehangatan dan sangat nyata di sepanjang tahun, yang berkaitan dengan masalah-masalah para imam as, berkaitan dengna masalah-masalah penting agama mulai dari I’tikaf, ibadah, bulan Ramadhan dan perjalanan kaki pada hari Arbain serta berbagai konferensi penting Asyura dan pekan Muharram. Semuanya adalah poin positif dan menggembirakan negara kita dan untuk bangsa kita.

Kegetiran dan kesulitan yang ada umumnya terkait masalah ekonomi dan pendapatan masyarakat; berbagai masalah yang dihadapi golongan masyarakat menengah dan lemah sepanjang tahun dan terus berlanjut; karena saya mengetahui kondisi masyarakat, oleh karena itu kegetiran ini saya rasakan dengan segenap wujud saya; kegetiran yang dirasakan masyarakat khususnya kalangan lemah yang berhubungan dengan masalah dan kesulitan ekonomi seperti kenaikan harga, pengangguran, serta dampak negatif sosial yang umumnya berasal dari masalah ekonomi seperti diskriminasi dan kesenjangan.

Baik, kita semua bertanggung jawab, kita harus bertanggungjawab baik di hadapan Allah Swt maupun di hadapan rakyat. Saya menamakan tahun 1395 HS dengan "aksi dan implementasi” dan meminta para pejabat negara untuk membentuk sebuah komite untuk aksi dan implementasi itu dan mereka telah membentuknya, telah diambil langkah-langkah baik yang laporannya telah sampai ke tangan kami; akan tetapi apa yang telah dilaksanakan masih jauh dari apa yang diharapkan masyarakat yang kami harapkan. Pada pidato saya, akan saya jelaskan sebagian dari isu penting dan data statistik yang diajukan oleh para pejabat, adalah data yang positif; sebagiannya juga dikemukakan oleh para pejabat yang menunjukkan data negatif; ini semua harus disaksikan.

Ekonomi muqawama (resistensi) adalah sebuah paket; paket ini jika hanya dilihat dari namanya ekonomi muqawama saya, mungkin tidak akan bepengaruh; saya melihat solusinya pada bahwa paket ini harus kita bagi pada beberapa poin penting dan untuk setiap poin kunci dan penting di dalamnya, kita menetapkan sebuah batas waktu, dan kami meminta para pejabat, tokoh dan seluruh maysarakat untuk mengerahkan segala daya mereka untuk terfokus pada titip kunci tersebut; menurut saya solusinya ada pada pengenalan dengan baik poin-poin kuci tersebut untuk tahun ini.

Menurut saya, kunci-kunci penting itu adalah produksi, produksi dalam negeri, lapangan kerja dan pada umumnya penciptaan lapangan kerja untuk para pemuda; ini adalah di antara poin utamanya. Jika kita dapat memfokuskan pada dua poin ini dan menyusun perencanaan dan pembagian berdasarkan hal itu, maka dapat dibayangkan banyak hal yang akan maju dan akan dapat tercapai banyak kesuksesan besar dan faktual.

Pada pidato, insyaallah saya akan menjelaskan dua poin penting dan prinsip yang terkait, oleh karena itu, saya menetapkan slogan tahun ini "Ekonomi Muqawama: Produksi-Lapangan Kerja” yaitu ekonmomi muqawama sebagai topik utama kemudian produksi dan [penciptaan] lapangan kerja; ini merupakan poin-poin yang harus menjadi fokus.

Tuntutan saya dan rakyat terhadap para pejabat yang tercinta dan terhormat adalah memfokuskan pada dua poin ini dan semua tugas terlaksana sesuai perencanaan dan In sya Allah di akhir tahun dapat memberikan laporan hasil-hasilnya kepada masyarakat.

Kemi berharap Anda semua berada dalam inayah Imam Mahdi as dan insyaallah berkat doa jiwa-jiwa suci para syuhada dan Imam Khomeini (ra), Anda melalui tahun bahagia dan baik disertai keamanan dan kesejahteraan.
والسّلام علیکم و رحمةالله و برکاته

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Pemimpin Tertinggi Revolusi: Prestasi Besar Teladan Muqawamah Terhadap Kerugian Besar Proses Perdamaian


Ayatullah Sayid Ali Khamenei (Rahbar) dengan menjabarkan sejumlah prestasi gemilang dan membanggakan teladan Muqawamah dan intifada suci dalam mengalahkan rezim Zionis, dan dengan mengisyaratkan pembuktian kekeliruan agenda-agenda “perdamaian” dan upaya-upaya terbaru antek bayaran yang ingin menyelewengkan muqawamah dan intifada serta membelanjakannya dalam interaksi-interaksi rahasia dengan para musuh, menegaskan muqawamah lebih cerdas untuk terjerumus dalam perangkap ini.

Menurut laporan IQNA seperti dikutip dari situs Rahbar, Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Selasa pagi (21/2), dalam konferensi internasional keenam dukungan atas Intifada Palestina dan di tengah-tengah para pemimpin kelompok Palestina, para ketua dan pengurus parlemen negara-negara Islam, dan ratusan cendekiawan, orang-orang alim dan sejumlah tokoh terkemuka, dan penuntut kebebasan dunia Islam, menyebut tujuan konflik dan sejumlah perang internal yang dikenakan di kawasan adalah memudarkan dukungan terhadap perjuangan suci pembebasan Quds dan dengan menegaskan kelaziman menjauhi kelompok-kelompok muqawamah Palestina juga mengingatkan masuknya konflik etnis, mazhab dan konflik internal sejumlah negara: semua gerakan-gerakan Islam dan nasionalis berkewajiban untuk melayani perjuangan Palestina dan intensitas hubungan Republik Islam dengan kelompok muqawamah hanya terkait dengan kadar komitmen mereka dengan pokok-pokok muqawamah.

Demikian juga, beliau menjabarkan sejumlah prestasi gemilang dan membanggakan Muqawamah dan Intifada suci dalam mengalahkan rezim Zionis. Beliau mengisyaratkan pembuktian kekeliruan agenda-agenda "perdamaian” dan upaya-upaya terbaru antek bayaran yang ingin menyelewengkan muqawamah dan intifada serta membelanjakannya dalam interaksi-interaksi rahasia dengan para musuh. "Muqawamah lebih cerdas untuk terjerumus dalam perangkap ini dan Intifada, dengan seizin Allah akan memberikan kekalahan sekali lagi kepada rezim penjajah dan upaya untuk pembebasan Palestina harus menjadi poros persatuan semua umat muslim dan para penuntut kebebasan,” tegas beliau.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyebut kisah memilukan Palestina dan kesedihan mendalam kelaliman rakyat yang sabar sebagai rasa sakit dan kedukaan mendalam di hati manusia-manusia penuntut kebebasan dan pencari kebenaran serta keadilan dan beliau menambahkan, sejarah Palestina dan penjajahan lalimnya serta terlantarnya jutaan manusia dan resistensi rakyat ini penuh dengan pasang surut.

Rahbar dengan mengisyaratkan background sejarah, menyebut konspirasi pembentukan rezim Zionis sebagai sebuah konspirasi transregional. Beliau mengatakan, "Tidak ada periode sejarah manapun, tidak ada satupun bangsa dunia yang mendapati kesukaran dan aksi-aksi lalim semacam ini, dimana dalam konspirasi transregional, sebuah negara dijajah secara penuh dan rakyatnya terusir dari rumah dan tempat tinggal mereka dan sebagai gantinya, sekelompok lain mendiami tempatnya dan tidak mengindahkan eksistensi asli dan menaruh eksistensi palsu ke tempat tersebut”.

Beliau menyebut eliminasi lembaran kotor sejarah seperti lembaran-lembaran ternoda lainnya termasuk janji tak terpungkiri Ilahi dalam al-Quran dan di awal pembahasan telah dijabarkan kondisi penyelenggaraan konferensi dukungan atas intifada Palestina. Beliau mengatakan, konferensi kalian diselenggarakan dalam kondisi terburuk dunia dan regional serta kawasan kalian yang senantiasa mendukung rakyat Palestina dalam memerangi sebuah konspirasi global, hari-hari ini korban ketidakamanan dan beragam krisis.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengisyaratkan, meski adanya krisis di beberapa negara Islam kawasan telah memudarkan dukungan terhadap masalah Palestina dan perjuangan suci kebebasan Palestina, namun dengan melihat hasil krisis-krisis ini, kita mengerti bahwa manakah adikuasa yang mendapatkan keuntungan.

Beliau menambahkan, mereka yang telah menciptakan rezim Zionis di kawasan ini sehingga melalui pengenaan sebuah konflik berkepanjangan, merintangi stabilitas, pembentukan, dan kemajuan kawasan, sekarang juga mengalami sejumlah konflik yang ada.

Menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam, sejumlah konflik yang ada di kawasan menyebabkan terbuangnya kemampuan-kemampuan rakyat dalam sejumlah konflik sia-sia dan terciptanya peluang untuk mengambil kekuasaan semaksimal mungkin rezim penjajah Zionis. Beliau menambahkan, sementara itu, kita melihat upaya orang-orang baik, dan para pemimpin umat Islam, yang iba ingin menyelesaikan perselisihan-perselisihan ini, namun ironisnya konspirasi-konspirasi pelik musuh, dengan memanfaatkan kelalaian sebagian pemerintah, mampu menciptakan perang-perang internal atas sejumlah rakyat dan menjerumuskan mereka satu sama lain dan memudarkan upaya orang-orang baik umat Islam tersebut.

Beliau menyebut pelemahan kedudukan masalah Palestina dan upaya orang-orang jahat untuk mengeluarnya dari prioritas adalah masalah yang sangat penting dan beliau mengingatkan, dengan adanya sejumlah konflik yang dimiliki oleh negara-negara Islam satu sama lain, yang sebagian hal tersebut adalah alami dan sebagian lainnya merupakan konspirasi musuh dan sebagian lainnya juga akibat lalai, namun topik Palesina dapat dan harus menjadi poros persatuan bagi kesemuanya.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyebut salah satu prestasi konferensi persatuan dukungan atas intifada adalah pemaparan prioritas pertama dunia Islam dan para penuntut kebebasan dunia, yakni masalah Palestina dan terciptanya nuansa empati untuk merealiasikan tujuan luhur membela masyarakat Palestina dan perlawanan para penuntut kebenaran dan pencari keadilan mereka. "Tidak semestinya kita melalaikan urgensi dukungan politik terhadap rakyat Palestina, dimana di dunia sekarang ini hal tersebut merupakan prioritas khsusus dan rakyat Palestina serta para penuntut kebebasan dengan segala animo dan metode, dapat berkumpul dalam satu tujuan, yakni Palestina dan pentingnya upaya untuk kebebasannya,” tegas beliau.

Pemimpin Besar Revolusi juga mengindikasikan munculnya tanda-tanda lengsernya rezim Zionis dan surutnya para aliansi utamanya, khususnya Amerika. Beliau menambahkan, dalam kondisi sekarang ini dapat dilihat lambat laun situasi dunia condong ke arah melawan aksi-aksi bermusuhan, illegal, dan tak manusiawi rezim Zionis, namun sekarang ini masyarakat dunia dan negara-negara kawasan belum dapat menjalankan tanggung jawabnya sebaik mungkin di hadapan masalah kemanusiaan tersebut.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei dengan mengisyaratkan kesinambungan "penindasan brutal rakyat Palestina dan penjarahan tanah-tanah mereka dan pembangunan kota di tempat tersebut”, "Konflik besar-besaran”, "pembunuhan dan penjarahan”, "upaya untuk merubah citra dan esensi Quds dan Masjidil Aqsha serta tempat-tempat suci Islam dan Kristen lainnya”, "mencabut hak-hak utama masyarakat”, yang dilakukan dengan dukungan semua aspek Amerika dan sebagian pemerintah barat juga mengungkapkan keprihatinan atas tidak adanya reaksi patut dunia dalam melawan kejahatan-kejahatan ini.

Beliau dengan mengisyaratkan "risalah agung, Ilahi dan membanggakan rakyat Palestina” dalam membela Quds dan Masjidil Aqsha, juga membahas masalah kelaziman kontinuitas perlawanan dan beliau mengingatkan, rakyat ini tidak memiliki jalan kecuali dengan bergantung kepada Allah swt dan bersandar pada kemampuan-kemampuan alami mereka, terus berupaya menjaga bara perlawanan agar terus berkobar dan sejatinya telah melakukan demikian sampai sekarang.

Menurut Ayatullah Sayid Ali Khamenei, intifada sekarang ini di kawasan jajahan yang telah dimulai untuk ketiga kalinya, lebih teraniaya ketimbang dua intifada sebelumnya, namun itu adalah sebuah gerakan gemilang dan penuh harapan. "Dengan seizin Allah kita akan melihat intifada ini, akan menjadi babak yang sangat penting dalam sejarah perlawanan dan akan memberikan kekalahan sekali lagi terhadap rezim penjajah,” ucap beliau.

Beliau mengisyaratkan "proses tahap pertumbuhan kanker rezim Zionis” dan perubahannya menjadi bencana saat ini dan menganggap penawarnya juga bertahap. Beliau menambahkan, beberapa intifada dan resistensi konsisten dan kontinu dapat merealisasikan tujuan-tujuan yang sangat penting dan merupakan terjangan yang terus maju sehingga merealisaikan tujuan-tujuannya sampai masa kebebasan penuh Palestina.

Selanjutnya, Rahbar mengisyaratkan beban berat yang dipikul sendirian oleh rakyat Palestina dalam melawan rezim Zionis dunia dan para pendukungnya. Beliau juga mengisyaratkan tujuan dan hasil agenda-aganda penyeru kompromi dengan rezim Zionis. "Rakyat Palestina "sabar dan teguh, namun kokoh dan tegap” memberikan kesempatan kepada seluruh pengklaim untuk mengujikan klaim mereka,” ucap beliau.

Beliau menambahkan, saat itu ketika klaim palsu realisme dan urgensi menerima minimum hak untuk mencegah hilangnya hak, agenda-agenda perdamaian dipaparkan secara serius, rakyat Palestina dan bahkan gerakan-gerakan yang kekeliruan opininya telah terbuktikan sejak dari awal, juga mereka beri kesempatan.

Dengan menegaskan afirmasi permanen Republik Islam Iran atas kesalahan jenis kompromi tersebut dan dampak kerugian-kerugian besar mereka, beliau mengingatkan, kesempatan yang diberikan dalam proses perdamaian akan mengimbaskan dampak merusak dalam perjalanan resistensi dan perlawanan rakyat Palestina, namun faidahnya hanya membuktikan kesalahpahaman gambaran realisme dalam aksi.

Menurut Rahbar, eksistensi dan esensi rezim lalim Zionis tergantung pada kehancuran bertahap identitas dan eksistensi, karena eksistensi ilegal rezim Zionis jika masih terus berlanjut akan memberikan kehauncuran eksistensi dan esensi Palestina.

Pemimpin Besar Revolusi dengan bersandar pada realita ini, juga menyebut wajib dan pentingnya menjaga identitas Palestina dan menjaga seluruh tanda-tanda identitas kebenaran dan alami dan sebagai sebuah jihad suci. Beliau menegaskan, selama nama dan kenangan Palestina dan kobaran muqawamah mengobarkan seluruh aspek rakyat ini, maka tidak mungkin akar rezim Zionis akan kokoh.

"Problem proses perdamaian bukan semata lalai terhadap hak sebuah rakyat, memberikan legalitas pada rezim penjajah, dimana ini sendiri merupakan kesalahan besar dan tak termaafkan, namun problemnya adalah pada dasarnya sama sekali tidak ada keselarasan dengan kondisi terkini masalah Palestina dan tidak mempertimbangkan Ekspansionis dan karakter represif dan serakah rezim Zionis,” tambah beliau.

Menurut Rahbar, pembuktian kesalahan klaim-klaim para pengklaim perdamian menyebabkan terciptanya sejenis kesepakatan sosial terkait metode-metode benar perlawanan untuk merealisasian hak-hak rakyat Palestina. Beliau mengatakan, sekarang ini rakyat Palestina dalam buku catatan tiga dekadenya, telah merasakan dua teladan resistensi, dan mendapatkan kadar keselarasannya dengan kondisi-kondisi diri mereka.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei dengan mengisyaratkan sejumlah prestasi gemilang teladan muqawamah pejuang dan kontinuitas intifada suci dalam melawan proses perdamaian, menganggap serangan ke muqawamah dan mempertanyakan intifada oleh sejumlah markas dan para musuh dikarenakan sejumlah prestasi tersebut. Beliau menambahkan, tidak diharapkan dari musuh selain karena jalan ini, namun terkadang sebagian gerakan yang ada dan bahkan negara-negara yang lahiriahnya mengklaim menyertai masalah Palestina, sejatinya berupaya menyelewengkan rute lurus rakyat ini, mereka menyerang muqawamah.

Beliau dalam menjelaskan esensi klaim gerakan-gerakan tersebut dan sejumlah negara munafik mengatakan, klaim mereka adalah muqawamah pasca beberapa dekade umurnya, sampai sekarang tidak dapat merealisasikan kebebasan Palestina, dengan demikian metode ini membutukan revisi!

Ayatullah Khamenei dalam menjawab kliam tersebut mengatakan, benar bahwa muqawamah sampai sekarang belum mampu meraih tujuan akhirnya, yakni kebebasan penuh Palestina, namun mampu menghidupkan masalah Palestina.

Rahbar dengan memaparkan pertanyaan kunci "harus dilihat jika tidak ada muqawamah, sekarang ini kita akan berada dalam kondisi seperti apa? Menyebut prestasi terpenting muqawamah adalah menciptakan rintangan mendasar di hadapan proyek-proyek Zionis dan mengingatkan, keberhasilan muqawamah dalam memikul sebuah pertempuran erosi kepada musuh, yakni mampu menggagalkan program utama rezim Zionis yang ingin mengusai seluruh kawasan.

Beliau menegaskan, peran muqawamah pada masa-masa penjajahan tidak dapat ditutupi oleh siapapun dan sudah pasti tidak dapat memungkirinya, bahkan peran muqawamah dalam kemenangan meski singkat, pertempuran tahun 1973 M.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei menambahkan, sejak tahun 1982 Masehi dimana beban muqawamah diembankan di pundak rakyat Palestina, muqawamah Islam Lebanon, Hizbullah tiba guna membantu rakyat Palestina dalam pertempuran mereka.

"Jika muqawamah mengalahkan rezim Zionis, sekarang ini kita melihat ganggungan ke kawasan-kawasan regional lainnya seperti Mesir sampai Yordania, Irak, Teluk Persia dll,” tegas Pemimpin Besar Revolusi Islam.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei menganggap mengalahkan rezim Zionis adalah sebuah prestasi yang sangat penting, namun bukan sebagai satu-satunya prestasi muqawamah dan dalam menjelaskan prestasi muqawamah lainnya beliau menambahkan, kebebasan selatan Lebanon dan perealisasian kebebasan Gaza, dua tujuan adalah fase penting dalam proses pembebasan Palestina, yang dapat merefleksikan proses penyebaran geografi rezim Zionis.

Beliau juga mengupas ketidakmampuan rezim Zionis dalam merambah ke kawasan-kawasan baru dalam sepanjang 30 tahun lalu dan kemunduran serta keluar secara terhinanya dari selatan Lebanon dan Gaza, dan demikian juga peran mendasar dan terkemuka muqawamah di intifada pertama dan kedua. Beliau mengatakan, perang 33 hari Lebanon dan perang 22 hari, perang 12 hari dan perang 51 hari di Gaza, semua itu adalah lembaran gemilang raport muqawamah, yang menyebabkan kebanggaan seluruh rakyat kawasan, dunia Islam dan seluruh manusia pencari kebebasan dunia.

Rahbar mengingatkan kondisi sukar perang 33 hari Lebanon dan muqawamah yang menyebabkan kemenangan. Beliau mengatakan, dalam perang tersebut seluruh jalan bantuan untuk rakyat Lebanon dan para pejuang Hizubllah diblokade, namun dengan bantuan Allah dan bersandar pada kekuatan rakyat Lebanon, rezim Zionis dan pendukung utamanya yaitu Amerika mengalami kekalahan telak, sehingga tidak akan berani melakukan serangan kembali.

Beliau demikian juga dengan mengisyaratkan resistensi rakyat di Gaza yang telah merubah kawasan tersebut menjadi benteng tak terkalahkan muqawamah menambahkan, muqawamah Gaza dalam beberapa pertempuran berturut-turut menunjukkan bahwa rezim Zionis lebih lemah di hadapan hasrat seorang rakyat, yang memiliki kemampuan untuk terus bangkit.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyebut jawara utama perang Gaza adalah prajurit, meski dengan adanya beberapa blockade ekonomi beberapa tahun terakhir, dengan bersandar pada kekuatan iman, masih terus tetap membela benteng muqawamah, yakni Gaza.

Beliau demikian juga mengucapkan rasa terimakasih kepada seluruh kelompok Palestina, khususnya Saraya al-Quds dari fraksi Jihad Islam, Brigade Izzudin Al Qassam dari Hamas, Brigade Syuhada al-Aqsha dari Fatah, dan Brigade Abu Ali Mustafa dari faksi Khalq untuk kebebasan Palestina, yang memiliki peran berharga dalam perang Gaza dengan rezim Zionis.

Selanjutnya, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengkhususkan kelaziman menjamin kebutuhan-kebutuhan mendasar rakyat Palestina dan beliau dengan memperingatkan bahaya-bahaya yang muncul dari kehadiran rezim Zionis menegaskan, muqawamah harus mendapatkan semua sarana lazim untuk kesinambungan kinerjanya dan dalam hal ini, semua rakyat dan pemerintah kawasan dan para pencari kebebasan dunia berkewajiban untuk menjamin kebutuhan-kebutuhan mendasar rakyat ini, dimana bentangan utama muqawamah adalah bangkit dan kekomitemenan rakyat Palestina, yang telah mendidikan keturunan-keturunan berani dan kuat.

Terkait kewajiban penting menjamin kebutuhan-kebutuhan rakyat dan muqawamah Palestina beliau mengatakan, ini adalah kewajiban penting dan hidup, dimana kesemuanya harus kita jalankan dan dalam proses ini, tidak semestinya tidak peduli terhadap kebutuhan-kebutuhan mendasar muqawamah di tepi barat, dimana sekarang ini diembankan di pundak utama intifada terlalimi.

Opini patalogi atas aktivitas muqawamah Palestina adalah poros berikutnya ucapan Rahbar dalam konferensi tersebut.

Beliau menasehati muqawamah Palestina agar mengambil pelajaran dari masa lampau agar kelompok muqawamah menghindari segala konflik dan beliau menegaskan, muqawamah dan Palestina lebih bernilai dan luhur untuk memasuki konflik di kalangan negara-negara Islam dan Arab dan atau konflik internal negara dan atau konflik etnis dan agama dan masyarakat Palestina, khususnya kelompok muqawamah harus mengetahui kadar kedudukan tingginya dan tidak masuk dalam konflik-konflik yang ada.

Rahbar menyebut kewajiban semua negara Islam dan Arab serta semua gerakan Islam dan nasional adalah melayani perjuangan Palestina dan menambahkan, mendukung muqawamah adalah kewajiban kita semua dan tidak ada seorangpun yang berhak mengharapkan ganjaran khsuus di hadapan mereka.

Ayatullah Sayid Ali Khameneni menyebut satu-satunya syarat membantu muqawamah Palestina adalah mengeluarkan bantuan dalam rangka memperkuat sturktur masyarakat Palestina dan muqawamah. Beliau mengingatkan, komitmen dengan ideologi perlawanan di hadapan musuh dan resistensi dalam semua dimensinya, menjamin kesinambungan bantuan-bantuan tersebut.

Beliau dalam menjelaskan sikap Republik Islam Iran terhadap muqawamah Palestina mengatakan, sikap kita dengan muqawamah adalah sebuah sikap pokok dan tidak terkait dengan satu kelompok khusus dan kami akan menyertai setiap kelompok yang kokoh di jalan ini, dan setiap kelompok yang keluar dari jalan ini, maka akan jauh dari kami.

Rahbar mengingatkan, kedalaman hubungan kita dengan kelompok muwawamah Islam hanya terkait dengan kadar komitmen mereka dengan pokok muqawamah.

Masalah perselisihan antar pelbagai kelompok Palestina adalah topik lain yang dibahas oleh Ayatullah Sayid Ali Khamenei dan beliau mengatakan, keragaman opini dikarenakan keragaman atensi adalah hal yang lumrah dan dapat dimengerti dan selama tetap dalam koridor tersebut, bisa jadi menambah dan memperkaya perlawanan masyarakat Palestina.

Menurut Rahbar, dorongan menemukan perbedaan konflik sebagai langkah di jalan hasrat musuh dan menyebabkan mandulnya kekuatan dan kemampuan gerakan-gerakan perlawanan. "Manajemen perselisihan dan perbedaan tendensi dan minat adalah seni, dimana semua gerakan-gerakan utama harus menggunakannya dan memprogram pelbagai program perlawanannya, yang hanya memberikan tekanan kepada para musuh semata dan menyebabkan kuatnya perlawanan,” ucap beliau.

Pemimpin Besar Revolusi menyebut persatuan nasional berdasarkan program jihad sebagai hal urgensi nasional bagi Palestina dan menegaskan, diharap semua pelbagai gerakan bersedia agar berupaya untuk menjalankan permintaan semua rakyat Palestina guna merealisasikan persatuan nasional.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengisyaratkan konspirasi lain terhadap muqawamah dan menambahkan, muqawamah, hari-hari ini juga menemui konspirasi lain dan itu adalah upaya para penjilat yang berupaya menyelewengkan muqawamah dan intifada rakyat Palestina dari jalannya dan menjadikannya sebagai anggaran interaksi rahasianya dengan para musuh rakyat Palestina.

Beliau mengingatkan, muqawamah lebih cerdas untuk terjerumus dalam perangkap tersebut, khsusunya rakyat Palestina yang memiliki pemimpin sejati resistensi dan pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa rakyat ini dengan mengetahui secara mendetail akan kondisi yang ada, dapat merintangi sejumlah penyelewengan yang ada dan semoga saja gerakan-gerakan muqawamah tidak terjerumus dalam perangkap tersebut, rakyat ini seperti sebelumnya dapat memproduksi kebutuhannya.

"Jika ada satu kelompok yang menancapkan panji muqawamah ke tanah, dapat dipastikan akan ada kelompok lain yang muncul di hati rakyat Palestina dan memegang panji tersebut,” tegas Pemimpin Besar Revolusi.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei demikian juga mengingatkan, sudah pasti kalian semua yang hadir dalam pertemuan ini semata-mata akan membahas masalah Palestina, yang ironisnya dalam bebarapa tahun terakhir telah terjadi kesalahan-kesalahan yang memerlukan perhatian, namun dapat dipastikan sejumlah krisis yang ada di tempat kawasan dan umat Islam patut untuk diperhatikan, namun yang menyebabkan pertemuan tersebut adalah masalah Palestina.

Beliau mengatakan, pertemuan ini dapat menjadi teladan sehingga lambat laun semua kaum muslim dan rakyat kawasan dengan bersandar pada persamaan-persamaan yang ada, dapat mengendalikan konflik yang ada dan dengan menyelesaikan satu persatu mereka, akan menyiapkan hal-hal yang semakin memperkuat umat Muhammadi.

Rahbar di penghujung mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada para tamu undangan dan ketua parlemen departemen Islam dan para mitranya dalam pertemuan kesepuluh yang telah membentuk konferensi tersebut dan memintakan rahmat dan ampunan untuk para syuhada Islam, khususnya para syuhada muqawamah di hadapan rezim Zionis dan semua pejuang muqawamah dan juga ruh pendiri Republik Islam Iran, yang sangat peduli dengan masalah Palestina.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, demikian juga mengisyaratkan hari itu adalah hari syahid Malcolm X, pemimpin muslim kulit hitam Amerika, beliau meminta para hadirin agar membacakan surah Al-Fatihah untuk ruhnya.

Seusai pidato, Rahbar melakukan pertemuan dan dialog dengan sejumlah para tamu partisipan dalam konferensi internasional dukungan atas Intifada Palestina.

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Terkait Berita: