Pada pertemuan perdana konferensi persatuan di Mesir diungkapkan bahwa otoritas ulama Syiah telah mengeluarkan sekitar 22 fatwa haram menghina para sahabat dan istri-istri Nabi saw. Syaikh Karimah menjelaskan, “Saya menemukan sekitar 22 fatwa dari ulama-ulama Syiah Iran, Irak, dan Libanon yang kesemuanya berisi pengharaman menghina para sahabat dan istri-istri Nabi saw dan mereka berlepas tangan (barâ’at) dari orang-orang yang cukup gencar melontarkan cacian dan penghinaan terhadap beliau-beliau.”
Menurut kantor berita Syafi’i News yang dilansir dari Hauzah News, disaat Syaikh al-Azhar hendak berangkat guna mengikuti konferensi Ahlusunnah di Chechnya, Syaikh Ahmad Karimah, guru besar fikih Universitas al-Azhar Kairo, mengadakan konferensi pendekatan Syiah-Sunni dan persaudaraan Muslim-Kristen yang dihadiri oleh tokoh-tokoh Muslim Syiah dan juga tokoh-tokoh dari umat Kristiani.
Otoritas Ulama-ulama Syiah Mengeluarkan 22 Fatwa Haram Menghina para Sahabat dan Istri-istri Nabi saw
Ahmad Karimah dalam pernyataannya pada pertemuan perdana konferensi Ukhuwah Islamiah dan Mazhab terkait revitalisasi peran al-Azhar dalam pendekatan Syiah-Sunni dan menolak pengkafiran mazhab-mazhab Islam, menyampaikan bahwa al-Azhar sangat menghargai kemajemukan mazhab dan tidak akan mengkafirkan mazhab Syiah dan Ibadiyah. Beliau juga menuturkan, “Saya menemukan sekitar 22 fatwa dari ulama-ulama Syiah Iran, Irak, dan Libanon yang kesemuanya berisi pengharaman menghina para sahabat dan istri-istri Nabi saw dan mereka berlepas tangan (barâ’at) dari orang-orang yang cukup gencar melontarkan cacian dan penghinaan terhadap beliau-beliau.”
Guru besar al-Azhar ini menambahkan bahwa juga telah dibentuk dewan pakar yang nantinya akan memperkokoh aspek-aspek persamaan dalam pendekatan mazhab dan dalam hal ini kita sama sekali tidak menerima bantuan dari anasir-anasir luar dan akan berusaha menjalin hubungan kerjasama dengan otoritas-otoritas ulama Syiah Iran dan Libanon dalam masalah taqrib. Selanjutnya beliau menginformasikan bahwa dari kantor Syaikh al-Azhar dan Mufti Mesir menghubungi kami dan mengabarkan bahwa undangan yang kami kirim telah sampai di tangan namun karena harus berangkat ke Chechnya maka beliau tidak bisa ikut hadir mengikuti konferensi ini dan selain itu, perwakilan-perwakilan dari kedubes Irak dan sejumlah tokoh-tokoh Syiah seperti Thahir al-Hasyimi ikut serta dalam konferensi ini.
Badan Wakaf Mesir Kurang Respek dengan Ketegangan Sektarian
Pada konferensi ini, Abdul Masih Basit, guru Gereja Qibtiyah Ortodoks Mesir dan Imam Gereja Alzra’ berkata, “Mayoritas perkampungan-perkampungan Mesir berada dalam ketegangan dan di dalamnya berlangsung berbagai konflik, sementara disisi lain menteri urusan Wakaf juga lebih terfokus pada masalah shalat jumat dan penyampaian khutbah tertulis kepada para imam jumat dan kurang begitu peduli dengan wilayah-wilayah rawan konflik sektarian.”
Kelompok Salafi Bersikukuh Merubah Identitas Mesir
Najib Jibrail, direktur Persatuan Hak-hak Manusia Mesir juga dalam konferensi ini menyatakan, “Kelompok-kelompok radikal telah coba meracuni nalar kaum muda dengan janji-janji palsu berupa bidadari dan mengenalkan ajaran agama kepada mereka sebatas nikah dan di Mesir mereka cukup aktif dalam berdakwah dan kita menyaksikan kehadiran langsung kelompok teroris ISIS dan hasil dari kesemua itu adalah begitu teganya kaum Muslimin yang semestinya mengangkat senjata melawan para penjajah justru malah membantah umat manusia dan kaum Muslimin tak berdosa dan di tengah-tengah semua ini, ada sebagian kelompok yang mencoba mengompor-ngompori pemerintah untuk menolak undang-undang pendirian gereja-gereja, dan yayasan-yayasan Islam yang ada di Mesir juga tidak punya kapabilitas menghalau dengan cara-cara baik melalui dialog-dialog keagamaan terkait gerakan-gerakan kelompok radikal, hal ini karena tokoh-tokoh salafi garis keras telah masuk dan menerobos lembaga-lembaga keagamaan di Mesir dimana mereka itu lebih berbahaya dari kelompok Ikhwanul Muslimin, dan juga kelompok-kelompok Salafi berusaha terus untuk merubah dan merombak identitas Mesir.
Pendekatan Mazhab Harus Diawali dari Kalangan Elit Politik
Sementara Sayid Thahir al-Hasyimi, ilmuan dan aktifis Syiah Mesir, juga menyebutkan bahwa pendekatan mazhab-mazhab Islam dan agama-agama adalah sebuah proses yang terus berjalan dan dalam masalah ini kita perlu pada sebuah cita-cita politik dan kesadaran bersama, karena hubungan para pemeluk agama-agama dan mazhab-mazhab dengan Tuhannya mesti dipenuhi dengan kebaikan dan keberkahan bagi seluruh umat manusia. Terkait hal ini Amirul Mukminin Ali as meyakini bahwa persatuan dan kesatuan bangsa terwujud dengan adanya keragaman dan ia harus dimulai dari kalangan elit politik.
Beliau menambahkan,”Ketika kelompok takfiri tidak ada maka otomatis perpecahan, pembantaian dan kerusakan ini pun akan hilang dan perlu dicamkan bahwa kelompok teroris ISIS sama sekali tidak punya konsep pemerintahan dan konsep pemahaman kekinian dan modern terkait risalah atau ajaran otentik Islam.”
Pemikir dari kalangan Muslim Syiah ini menuturkan,”Sebagaimana kami sangat bangga sebagai Muslim Syiah dan pengikut Imam Ali as, juga merasa bangga terhadap Mesir dan keberadaan al-Azhar, bangga dengan persatuan nasional dan peradaban kuno Mesir dan kami meyakini bahwa program pelajaran yang moderat dan mengedepankan keragaman pemikiran dan mazhab yang pernah disinggung oleh Syaikh al-Azhar, Ahmad al-Thayyib, akan betul-betul menjaga stabilitas.” Hasyimi di akhir pidatonya meminta sekaligus menyerukan hendaklah kiranya diluncurkan wisata religius di Mesir sehingga bisa membantu perekonomiannya dan para wisatawan bisa mengunjungi dan berziarah ke tempat-tempat suci Ahlulbait as.
(Shafei-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email