RASULULLAH SAW PENDIRI MADZHAB SYIAH, TINJAUAN NORMATIF MENGAPA MEMILIH MADZHAB SYIAH.
Bismillhirrahmanirahim.
Allhumma sholi ala muhammad wa ali muhammad,
Referensi:
Referensi:
Bismillhirrahmanirahim.
Allhumma sholi ala muhammad wa ali muhammad,
Pendahuluan.
Tulisan ini diterbitkan untuk memenuhi permintaan dari ikhwan atau
akhwat, yang menginginkan sebuah senerai tulisan yang berisikan sebuah
kajian tentang alasan mengapa seseorang memilih madzhab syi’ah. Meski
terkatagorikan hal yang sulit namun tidak ada jeleknya kami mencoba
membuat sebuah tulisan, yang secara sistematis, menjelaskan
alasan-alasan seseorang memilih madzhab syi’ah. Tulisan ini sedapat
mungkin menggunakan sumber-sumber yang berasal dari jalur periwayatan
yang bersumber dari kalangan ulama ahlu sunnah wal jama’ah sehingga
denganya dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya pesan tentang Madzhab
syi’ah sebetulnya tersimpan secara melimpah dari sumber-sumber ahlu
sunnah.Harapan kami semoga dengan tulisan ini dapat menjelaskan kepada
khalayak ramai tentang madzhab syiah dan semoga dapat diambil
manfaatnya.
Pengertian Syi’ah.
Madzhab syi’ah dalam tulisan ini memiliki padanan istilah yakni,
madzhab ahlul ba’it, syi’ah imamiyah ataupun syi’ah Itsna asyariah, dan
kemudian disingkat dengan syi’ah. Secara umum syi’ah didifinisikan
sebagai partisan atau pengikut, pengertian khususnya adalah, kaum
muslimin yang menganggap pengganti Rasulullah SAW merupakan hak
istimewa keluarga Nabi SAW (Ahlul Ba’it) dan mereka yang dalam
pengetahuan dan kebudayaan Islam mengikuti madzhab Ahlul Ba’it [1]
Ayatullah Sayyid Muhammad al Musawi menjelaskan pula bahwa syi’ah
berarti pengikut atau pembela. Al Fairuzabadi dalam al Qamus
menjelaskan syi’ah berasal dari kata Sya’a, dan ia menjelaskan sebagai
syi’atur rajul, yang merupakan para pengikut dan pembela seseorang dan
dalam konteks tertentu berarti kelompok ini berlaku untuk satu orang,
atau dua orang laki-laki dan perempuan. Namun, pada umumnya kata ini
digunakan dalam arti setiap orang yang setia kepada Ali bin Abi Thalib
dan Ahlul Ba’it sehingga menjadi julukan khusus bagi mereka, Bentuk
jamaknya adalah asyya dan syiya[2].
Sedangkan istilah syi’i berarti
penganut syi’ah. Penganut syi’ah juga disebut dengan sebutan tasyayyu,
yang artinya menganut paham sebagaimana yang terdapat dalam syi’ah yang
telah berbentuk madzhab tertentu [3]
Isu Abdullah bin Saba’ sebagai Pendiri syi’ah
Sebagian orang menuduh bahwa syi’ah tercipta dari kreasi seorang
Yahudi yang memiliki dendam kusumat terhadap Islam, orang tersebut
kemudian memeluk Islam guna menghancurkan Islam dari dalam. Orang Yahudi
tersebut bernama Abdullah bin Saba’. Menurut penulis kitab al Milal wa
Nihal [4], As Syahrastani, Abdullah bin Saba’ adalah seorang Yahudi
dari kota Shan’a, Yaman dan Syahrastani merupakan orang pertama yang
menyebut Abdullah bin Saba’ sebagai orang Yahudi [5] Penyebutan Abdullah
bin Saba’ sebagai orang Yahudi sebetulnya tidak tepat, sebab namanya
dan nama ayahnya jelas menunjukan nama Arab bukan nama-nama Yahudi.
Nasab Abdullah bin Saba’ tidak diketahui dan masa lalunya pun gelap
pula. [6]
Cerita Abdulah bin Saba’ ini lebih tepat di sebut dongeng ketimbang
cerita kenyataan. Ada beberapa sebab yang menjadi alasan bahwa kisah
Abdulah bin saba’ ini disebut sebagai ”mitos”, yang secara sengaja
diciptakan untuk melakukan pembunuhan karakter dan pendiskriditan
terhadap para pengikut Imam Ali dan Ahlul Ba’it Rasulullah Beberapa.
alasan akan menjadi obyek kajian tulisan ini.
Kejanggalan dari cerita Abdullah bin Saba’ ini, setidaknya dapat
dilihat dari tiga hal [7], Pertama Bagi manusia yang berakal sehat –
dengan tidak dikotori kepicikan berfikir, pen- tak mungkin
menganggapnya kisah Abdullah bin Saba’ dapat dipercaya, bagaimana
mungkin seorang Yahudi yang baru masuk Islam memiliki keterampilan
politik yang luar biasa dan dengan kemampuanya mempengaruhi
pribadi-pribadi kaum muslim yang mulia seperti : Abu Dzar al Ghifari,
Muhammad bin Abu Bakar (putra khalifah I adik Ummul Mukminin’Aisyah),
Ammar bin Yasir, Sha’sha’ah bin Shauhan, Muhammad bin Abu Hudzaifah,
Abdurahman bin ”udais, Malik Asytar untuk melakukan agitasi dan
propaganda pemberontakan pada khalifah ke III ? dan para sahabat yang
mulia ini mengekor begitu saja ? Kedua adalah hal yang mustahil orang
yang baru saja masuk Islam (apalagi dari kalangan Yahudi) kemudian
menjalankan dan mengorganisasikan pemberontakan tanpa para sahabat
bertindak keras mencegah terjadinya perpecahan di dalam tubuh Islam
dan ketiga Adalah hal yang aneh Seorang yahudi yang baru masuk Islam
bisa memulai menghancurkan agama islam tanpa seorang muslim pun peduli.
Dari mana sumber cerita Abdullah bin Saba’ ?
Seorang sarjana muslim bernama As Sayyid Murthadha al Askari, telah
melakukan penelitian terhadap kisah Abdullah bin Saba’ . Dan hasil
penelitiannya dibukukan dengan judul ’Abdullah bin Saba’ wa Asathir
Ukhra (’Abdullah bin Saba’ dan Dongeng-Dongeng Lain) serta buku yang
diberi judul ”Khamsun wa Mi’ah Shahabi Mukhthalaq” (Seratus Lima Puluh
Sahabat Fiktif). Menurut al Askari, sumber utama terciptanya kisah
Abdullah bin Saba’ adalah seseorang yang bernama Sayf Ibn Umar at
Tamimi (meninggal 170 H). Say ibn Umar at Tamimi telah menciptakan
tokoh fiktif bernama Abdullah bin Saba’ dalam bukunya al Jamal wa
mashiri ”ali wa ”Aisyah dan al Futuh al Kabir wa ar Riddah. Dari buku
tersebut lalu menyebarlah cerita tentang Abdullah bin Saba’ ke
penulis-penulis Islam sesudahnya. Penyebaran kisah Abdullah bin Saba’
sedemikian masiv, sehingga buku-buku sejarah Islam diwarnai oleh cerita
palsu tentang Abdullah bin Saba.
Bagaimana Dongeng Abdullah bin Saba’ dapat beredar luas ?
Peredaran dongeng Abdullah bin Saba’ tersebar melalui penulis sejarah
seperti Thabari (wafat 310 H) Ibn ’Asakir (wafat 571 H) Ibn Abi Bakr (w
741 H) dan adz Dzahabi (wafat 748), dari merekalah kemudian dongeng
Abdullah bin Saba’ tersebar ke generasi-generasi sesudahnya. Berikut
adalah peredaran cerita Abdullah bin Saba’ ( untuk lebih jelasnya lihat
Gambar Skema Penyebaran Kisah Abdullah bin Saba’) :
a. Berikut adalah sejahrawan yang mengutip cerita Abdullah bin Saba’ langsung ke kedua kitab karya sayf tersebut:
1. al Thabari, ia menyatakan sendiri dalam kitab tarikhnya bahwa ia
mengutip kisah Abdullah bin saba’ dari Syaif Ibn Umar at Tamimi.
2. al-Dzahabi, ia mengutip dari syaif dan ia juga menyebutkan bahwa ia mengutip dari al Thabari (1).
3. Ibn Abi Bakir, ia mengutip dari Ibn Atsir (15) yang mengutip dari Thabari (1)
4. Ibn Asakir mengutip langsung dari buku syaif Ibn Umar at Tamimi.
b. Berikut adalah sejahrawan yang mengutip secara tidak langsung cerita Abdullah bin Saba karya sayf.
1. Nicholson mengutip dari al-Thabari (1)
2. Ensiklopedia Islam karya al Thabari (1)
3. Van Floton mengutip dari al Thabari (1)
4. Wellhauzen mengutip dari al Thabari (1)
5. Mirkhand mengutip dari Thabari (1)
6. Ahmad Amin mengutip dari Thabari (1) dan dari wellhauzen (8)
7. Farid Wajdi mengutip dari Thabari (1)
8. Hasan Ibrahim mengutip dari Thabari (1)
9. Said Afghani mengutip dari al Thabari (1), Ibn Abi Bakir (3), Ibn Asakir (4), dan Ibn Bardan (18)
10. Ibn Khaldun mengutip dari al Thabari (1)
11. Ibn Atsir mengutip dari al Thabari (1)
12. Ibn Katsir mengutip dari al Thabari
13. Donaldson mengutip dari Nicholson (b2) dan dari eksiklopedia al Thabari (b2)
14. Ghiath al Din mengutip dari Mirkhand (9)
15. Abu al-Fida menutip dari Ibn Atsir (11)
16. Rasyid Ridha mengutip dari Ibn Atsir (11)
17. Ibn Bardan mengutip dari Ibn Asakir (4)
18. Bustani mengutip dari Ibn Katsir (16)
Para penulis kontemporer pada akhirnya banyak yang mengutip
cerita-cerita Abdullah bin Saba’ melalui penulis di atas, sekedar
menyebutkan sebagian buku yang terkenal yang menuliskan Abdullah bin
Saba’ (dan syiah) diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Muhammad Rasyid Ridha, dalam bukuya As Sunnah wa Asy Syi’ah ,
ia mengatakan : ” Tasyayyu terhadap khalifah ke empat ”Ali bin Abi
Thalib” adalah pangkal perpecahan umat Muhammad dalam agama dan politik
mereka. Pencetus dasar-dasarnya dalah seoranng Yahudi bernama Abdullah
bin Saba’, ia menganjurkan kepada yang berlebih-lebihan (ghuluw) tehadap
Ali dengan tujuan memecah belah umat ini serta merusak agama dan urusan
dunia”. Rasyid Ridha mengambil rujukan kisah Abdullah bin Saba’ ini
dari Ath Thabari.
2. Ahmad Amin dalam Fajar Islam dan Dhuha Islam, dalam bukunya
dituliskan ” Akidah syi’ah tentang wasiat dan Raja’ah diambil dari Ibnu
Saba’ adapaun konsep Mahdi al Muntazhar diambil dari ajaran Yahudi
melalui Ibnu Saba’. Abu Dzar al Gfhifari mengambil pemikiran tentang
sosialisme dari Ibnu Saba’, dan Ibnu saba’ mengambilnya dari ajaran
Mazdakiyah yang tersebar di masa kekuasaan bani Umayyah, dari semua itu
dapat ditarik kesimpulan bahwa syi’isme adalah benteng bagi semua orang
yang ingin menghancurkan agama Islam”. Tetapi kemudian Ahmad Amin
meralat pendapatnya, setelah Ahmad Amin bertemu dengan Ayatullah
Muhammad Husain Kasyif al Ghitha. dan kemudian Ahmad Amin menyatakan
permintaan maaf kepada Muslim Syi’ah [8] Ahmad Amin menyebutkan ia
mengambil sumber rujukan kisah Abdullah bin Saba’ ini dari Ath Thabari
3. Dr Hasan Ibrahim Hasan dalam bukunya Tarikh al islam as Siyasi.
Ia menuliskan dalam bukunya sebagai berikut : ” Abdullah bin Saba’
mempengaruhi seorang sahabat besar ahli hadis, ia adalah abu Dzar al
Ghifari untuk melakukan pemberontakan menetang Utsman dan Muawiyyah” Ia
menyebutkann sumber cerita Abdullah bin Saba’ dari Ath Thabari.
4. Syekh Abu Zuhrah ”Tarikh al Madzahib al islamiyah. Ia menuliskan
dalam bukunya : ” Abdullah bin Saba’ mengatakan bahwa ada seribu nabi
dan setiap nabi memiliki wasi, dan Ali adalah wasi Muhamma. Muhammad
adalah penutup para nabi dan Ali penutup para washi” [9} ia mengutip
cerita Abdullah bin Saba’ dari Ath Thabari
5. Farid Wajdi dalam bukunya Dairah Ma’arif al Qarn’Isyrn” cerita
Abdullah bin saba’ diambil dari sumber yang sama yakni Ath Thabari
6. Ahmad ’Athiyatullah, ” al Qamus al islami” ia menuliskan “ Ibnu
Saba’ adalah pimpinan sekte as saba’iyah dari kalangan syi’ah. Ia
dikenal dengan anam Ibnu as Sawda’” Ia pun mengambil sumber cerita
Abdullah bin Saba’ dari Ath Thabari.
Sedangkan kutipan-kutipan cerita Abdullah bin Saba’ yang beredar di
indonesia dalam bentuk artikel di majalah ataupun buku-buku relatif
banyak – terutama buku-buku yang diterbitkan oleh kelompok-kelompok
nawashib yang membenci Ahlul Ba’it, Seperti buku Mengapa Kita Menolak
Syi’ah yang diterbitkan oleh LPPI , Tikaman Syi’ah, Gen Syi’ah dan lain
sebagainya. Dari sekian artikel kami hanya akan menyebut dua saja,
karena kedua artikel inilah yang akan di bahas dalam tulisan ini, yang
sekaligus meluruskan kisah Abdullah bin Saba’ yang terdapat dalam
buku-buku lain”.
1. Artikel berjudul : Abdullah Bin Saba’ Tokoh Fiktif ?” ditulis
leh Ma’Had dan Majalah al Muslimun – majalah Hukum dan Pengetahuan
Islam- Bangil No 217 Sya’ban/Ramadhan 1408 April 1988. Halaman 16-20
Serta Majalah Suara Masjid
2. Abdullah Bin Saba’ Bukan Tokoh Fiktif Karya Dr Sa’diy Hasyimi.
Menimbang Jarh dan Ta’dil Si Pencipta Abdullah Bin Saba’ Syaif Ibnu Umar At Tamimi.
Telah kami sebutkan diatas secara singkat, bahwa Abdullah bin Saba’
adalah tokoh hasil rekayasa dari orang yang bernama Syaif Ibnu Umar at
Tamimi - Sang kreator manusia fiktif bernama Abdullah bin Saba’- ia
mati pada masa khalifah Harun al Rasyid, ia dikenal sebagai orang yang
membenci ahlul ba’it (nawashib). seperti telah kami sebutkan diatas, ia
menulis dua buah buku yang didalamnya terdapat tokoh yang bernama
Abdullah bin Saba’ - al Jamal wa mashiri ”ali wa ”Aisyah dan al Futuh al
Kabir wa ar Riddah. Murthadha Al Askari menyebutkan dalam bukunya “
Syaif at Tamimi telah memalsukan riwayat Nabi SAW dengan menciptakan
sahabat-sahabat yang tidak pernah ada dalam sejarah, nama-nama tersebut
adalah nama fiktif yang tidak pernah ada orangnya” Murthada al Askari
menyebutkan ada 150 sahabt fiktif tersebut, diantaranya ada yang bernama
Sa’r, Al Hazhhaz, Uth, Hamdhan dan lain sebagainya termasuk Abdullah
bin Saba’.
Kitab Tarikh al Umm wa al Muluk karya Ibnu Jarir Ath Thabari adalah
sumber tertua kisah Abdullah bin Saba’. Ath Thabari hanya bersandar pada
perawi tunggal, Syaif Ibnu Umar at Tamimi. Sedangkan jalur yang
menyambungkannya kepada Syaif hanya dua yaitu :
1. Ubaidullah bin Sa’id az Zuhri dari pamanya yang bernama Ya’qub
bin Ibrahim dari Syaif Ibnu Umar at Tamimi. Kisah Abdullah bin Saba’ ia
nukil dari jalur ini secara lisan.
2. As Surri (Abu Ubaidah) bin Yahya dari Syu’aib bin Ibrahim dari
Syaif Ibnu Umar at Tamimi. Kisah Abdullah bin Saba’ ia nukil melalui
kitab Al Futuh wa Ar riddah dan Kitab al Jamal wa Masir ‘Aisyah karya
syaif ibnu Umar at Tamimi, dan terkadang ia mengutip secara lisan.
As Surri bin Yahya yang dimaksud dalam jalur periwayatan di atas
bukanlah Ats Surri bin Yahya seotang perawi yang terkenal tsiqah. Sebab
masa hidup Ats Surri bin Yahya yang tsiqah itu lebih awal dari ath
Thabari. Ia wafat tahun 167 H. Sementara Ath Thabari baru lahir tahun
224 H Selisih antara wafat As Surri dan kelahiran ath Thabari adalah 57
tahun.[10]Penelusuran para ulama menyebutkan bahwa, tidak ada seorang
perawi yang bernama As Surri bin Yahya selain dia. Oleh karenanya, ada
yang mengasumsikan bahwa as Surri yang menjadi perantara periwayatan ath
Thabari adalah salah satu dari dua perawi yang keduanya adalah
pembohong dan cacat di mata ulama :
1. As Surri bin Ismail al Hamdani al Kufi.
2. As Surri bin ’Ashim al Hamdani (seorang imigran yang tinggal di
kota Bghdad) wafat tahun 258 H dan ath Thabari hidup sezaman denganya
selama tiga puluh tahun lebih. [11]
Mayoritas ulama (ahlu Sunnah) memandang kredibilitas (Jarh wa Ta’dil)
Syaif Ibnu Umar at Tamimi sebagai tidak bernilai [12]. Diantara
komentar para ulama Jarh wa ta’dil adalah sebagi berikut
1. Yahya bin Muin (wafat 233 H) berkata tentang Syaif Ibnu Umar
at Tamimi :”Riwayat syaif lemah dan tidak berguna, uang sesen lebih
berharga daripada dirinya ” .
2. Abu Daud ( wafat 316 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi
: ”Syaif bukan seorang yang dapat dipercaya. ia adalah seorang
pembohong (al Kadzdzab), ia tidak berarti sedikitpun, beberapa hadis
yang ia sampaikan sebagian besarnya tertolak”.
3. Ibn Hibban (wafat 354 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi
:” Sayf meriwayatkan hadis-hadis palsu dan menisbahkan pada perawi –
perawi yang sahih. Ia dianggap sebagai seorang pembid’ah dan pembohong
serta pemalsu hadits”.
4. Ibn Abd Barr (wafat 462H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at
Tamimi : ”beliau menulis tentang al Qa’qa, dimana syaif berbohong”.
5. Al Daruquthni (wafat 385 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi : ”Riwayat yang disampaikan syaif lemah”.
6. Firuzabadi (wafat 817H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi :” Riwayat yang syaif sampaikan lemah”.
7. Ibn al Sakan (wafat 353 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi : ”Riwayat syaif lemah”
8. Ibn Adi (wafat 365 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi : ”
Ia lemah, sebagian hadisnya mashut, akan tetapi sebagian besar darinya
tidak terdukung riwayat yang ia sampaikan lemah dan tidak digunakan”.
9. Al Suyuthi (wafat 900H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi : ”Hadis yang disampaikan syaif lemah”.
10. Ibnu Hajar al Asqalani (wafat 852) berkata tentang Syaif ibnu
Umar at Tamimi setelah menyebut sebuah hadis yang pada silsilah
perawinya terdapat nama Syaif ibnu Umar at Tamini : ” Dalam hadis banyak
perawi lemah (dhaif) dan yang paling lemah diantara mereka adalah
sayf”
11. Ibn Abi Hatam (wafat 327 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at
Tamimi: ”Para ulama telah mengabaikan riwayat yang disampaikan syaif ”
12. Safi al Din (wafat 923 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at
Tamimi : ” riwayat yang disampaikan sayf dianggap lemah (dhaif)”.
13. Al Hakim ( wadat 450 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at
Tamimi :”Sayf adalah seorang ahli bid’ah riwayatnya diabaikan”.
14. Al Nas’i (wafat 303 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi
: ”Riwayat yang disampaikan Syaif lemah dan riwayat tersebut harus
diabaikan karena tidak dapat dipercaya dan tidak berdasar”.
15. Abu Hatam (277 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi : ”Hadis yang diriwayatkan sayf harus ditolak”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cerita Abdullah bin Saba’
adalah sebuah kebohongan yang diciptakan oleh Syaif ibnu Umar at Tamimi,
sebagaimana dinyatakan oleh Dr Ahmad al Wa’ili : ” Para peneliti
menyebutkan bahwa ath Thabari menukil 701 riwayat sejarah yang meliputi
berbagai peristiwa yang mewarnai masa kekhalifahan ketiga khalifah
pertama. Kesemuanya ia nukil dari jalur As Surri si pembohong, dari
Syu’aib yang misterius keperibadianya dan dari Syaif yang ditolak oleh
para ulama menolaknya ” [13]
Riwayat Abdullah bin Saba’ yang tidak melalui jalur Syaif at Tamimi.
Majalah al Muslimun pada edisi No 217 Sya’ban/Ramadhan 1408 April
1988. Halaman 16-20 menuliskan sebuah artikel berjudul : Abdullah Bin
Saba’ Tokoh Fiktif ?”, diantaranya dapat kami kutipkan sebagai berikut :
” ….Dari kalangan sunni al Hafizh Ibnu Hajar al ’Asqalani dalam
bukunya Lisanul Mizan (Jilid III hal 289-290 Cetakan I Tahun 1330 H)
meriwayatkan tentang Abdullah bin Saba’ melalui enam jalur tanpa melalui
Syaif Ibnu Ummar at Tamimi, yaitu :
1. Dari ’Amr bin Marzuq, dari Syu’bah, dari Salamah bin Kuhail dari Zaid bin Wahab dari Ali Bin Abi Thalib ra”
2. Dari Abu Ya’la al Mushili, dari Abu Kuraib, dari Muhammad bin
Hasan al Aswad, dari Harun bin Shalih, dari al Harits bin Abdurrahman
dari Abu Jallas dari Ali bin Abi Thalib.
3. Dari Abu Ishaq al Fazari bin Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Abu Za’ra’i, dari Zaid bin Wahab.
4. Dari al isyari dan al Alka’i dari Ibrahim dari Ali bin Abi Thalib.
5. Dari Muhammad bin Utsman Abu Syaibah dari Muhammad bin al Ala’i dari Abu Bkar Ayyasy dari Mujahid dari Asy Sya’bi.
6. Dari Abu Nu’aim, dari Ummu Musa (Yusuf al Kandahlawi, Hayatush Shahabah)…”.
Dengan mengutip pendapat dari al Hafizh Ibnu Hajar al ’Asqalani
tersebut, Majalah al Muslimun bermkasud mematahkan argumen bahwa
Abdullah bin Saba’ bukan tokoh fikitf melainkan tokoh riel yang ada
orangya.
Namun sungguh sayang disayang, ada kealpaan-kalau tidak mau
dikatakan sebagai ketidak jujuran-. Bahwa dalam pengutipan tersebut
terdapat distorsi. Entah sengaja maupun tidak disengaja pihak Majalah al
Muslimun telah menghilangkan pandangan akhir dari al hafizh Ibnu Hajar
al ’Asqalani yang menyebutkan seluruh riwayat tersebut dinyatakan oleh
Ibnu hajar sebagai tidak bernilai (wa laysat lahu riwayatun) dan
distorsi kedua, pihak majalah al Muslimun telah menambahkan jalur
periwayatan yang tidak pernah ditulis oleh Ibnu Hajar al ”Asqalani dalam
kitabnya Lisanul Mizan, jalur yang tidak disebutkan dalam lisanul
mizan yang dimuat dalam majalah al Muslimun yaitu, dari al isyari dan al
Alka’i dari Ibrahim dari Ali bin Abi Thalib (No 4) dan dari Abu Nu’aim,
dari Ummu Musa (Yusuf al Kandahlawi, Hayatush Shahabah)…” (No 6) jalur
ini tidak termuat dalam kitab Ibnu Hajar. Agar lebih adil akan kami
kutipkan terjemahan dari kitab Lisanul Mizan Jilid III hal 289-290 yang
ditulis oleh al Hafizh Ibnu Hajar al ’Asqalani :
”…Ibnu ”asakir berkata dalam Tarikh-nya, ”Ia seorang Yahudi yang
berasal dari Yaman. Ia menampakkan keislamanya dan menjelajahi
negeri-negeri kaum Muslimin untuk memalingkan mereka dari ketaatan
kepada para pemimpin, dan memasukan kejelekan (syarr) diantara mereka.
Ia memasuki Damaskus dan melakukan kegiatan-kegiatan yang sama”. Ibnu
’Asakir kemudian meriwayatkan sebuah cerita panjang dari Syaif Bin ’Umar
at Tamimi dalam kitab al Futuh yang tidak sahih sanad-sanadnya. Dan
melalui Ibnu Abi Khaitsamah, dari Muhammad bin ’Ibad, dari Syufyan bin
’Ammar ad-Dhni, saya mendengar Abu Thufail berkata, ”Saya melihat al
Musyayab bin Najabah membawa … (barangkali adasatu atau beberapa kalimat
yang hilang-pentashih kitab) … ia masuk ke mimbar kemudian berkata
tentang sesuatu, kemudian ia berkata, ”Ia berdusta atas nama Allah dan
Rasul-Nya”.
Telah menceritakan kepada saya ’Amr bin Mazruq dari , dari
Syu’bah, dari Salamah bin Kuhail dari Zaid bin Wahab ia berkata, bahwa
Ali Bin Abi Thalib ra berkata ” Aku berlepas diri dari orang kotor ini,
si Aswad (artinya ”abdullah bin Saba’ perawi, pen). Ia menuduh jelek
kepada Abu Bakar dan Umar ra..” dan melalui Muhammad bin ’Utsman bin Abi
Syaibah dari Muhammad bin al ”Ala’ dari Abu Bakar bin ’Iyasy dari
Majalid dari asy Sa’bi iaberkata, ”Orang yang pertama-tama berdusta
adalah ’Abdullah bin Saba’” .
Abu Ya’la al Mushili berkata dalam
Musnadnya dari Abu Kuraib dari Muhammad bin al hasan al Asadi dari Harun
bin Shalih dari al harits bin ’Abdur –Rahman dari Abi Jallas, saya
mendengar ’Ali berkata kepada ’Abdullah bin Saba’, ”Demi Allah, apa yang
disampaikan kepada sya (oleh Rasulullah saw ini-pentashih kitab) adalah
sesuatu yang disembunyikannya terhadap seseorang dari manusia. Dan
sungguh saya telah mendengar beliau bersabda, ’Seseungguhnya ketika
mendekati hari kiyamat ada tiga puluh pendusta, dan kamu adalah satu
diantaranya”.
Abu Ishaq al Fazari berkata dari Syu’bah dari Salamah bin
Kuhail dari Abi Za’ra dari zaid bin Wahab bahwa Suwaid bin Ghaflah
menemui Ali dalam sebuah iamarah-nya, kemudian ia berkata, ”Sesungguhnya
saya melewati sekelompok orang yang menyebut-nyebut Abu Bakar dan Umar.
Mereka berpendapat bahwa anda menyembunyikan seseuatu perkara terhadap
keduanya, seperti itu. Termasuk kelompok itu adalah ”abdullah bin Saba’.
Sementara, orang yang pertama kali menampakan hal seperti itu adalah
’Abdullah bin Saba;. Kemudian Ali berkata, ”Aku berlepas diri daro
kekotoran si Aswad ini” Kemudian Ali berkata ” Saya berlindung kepada
Allah bahwa aku menyembunyikan sesuatu perkara terhadap keduanya,
hanyalah kebaikan dan kebagusan”.
Kemudian ’Ali mengutus orang kepada
’Abdullah bin Saba, dan ia diusir ke Mada’in. Dan Ali berkata, ”Jangan
sampai ia berdiam bersamaku dalam satu negeri untuk selama-lamanya”
Kemudian ’Ali naik mimbar sehingga orang-orang pada berkumpul, kemudian
’Ali menceritakan cerita itu ditengah kerumunan orang-orang dan memuji
keduanya (Abu Bakar dan Umar – pen) dengan panjang lebar. Dan pada
Akhirnya ’Ali berkata, ” Ingatlah, jika sampai ada orang yang melebihkan
saya melebihi keduanya maka pasti saya akan mencambuknya sama dengan
hukuman had bagi orang-orang yang memfitnah”. Berita-berita tentang
’Abdullah bin Saba’ dalam sejarah sangat terkenal, tetapi tidak
(satupun) bernilai riwayat (wa laysat lahu riwayatun) Dan segala puji
bagi Allah…”
Itulah kutipan dan terjemahan panjang dari pandangan al Hafizh Ibnu
Hajar yang menolak seluruh riwayat berkenaan dengan kisah ”Abdullah bin
saba’ baik melalui jalur Syaif Ibnu Umar at Tamimi maupun yang diluar
jalur Syaif . Sebetulnya selain yang disebutkan oleh Majalah al Muslimun
masih ada lagi cerita Abdullah bin Saba’ yang tidak melalui Sya’if
Ibnu Umar at Tamimi, yaitu :
1. Kitab ”Maqalat al Islamiyyin (Esai mengenai Masyarakat Islam) ditulis oleh ’Ali Ibn Isma’il al Asy’ari.
2. Kitab al Farq Bain al Firaq (Perbedaan diantara aliran-aliran) karya ’Abd al Qahir Ibn Thahir al Baghdadi.
3. Muhammad Ibn ’Abd al Karim al Syahrastani (548) dalam bukunya ”al Milal wa Nihal (Negara dan Kebudayaan).
4. Kitab Syarh Nahjil-Balaaghah karya Ibnu Abil al hadid. yang
menyebutkan bahwa ‘Abdullah bin Saba’ pernah berdiri ketika ‘Ali bin Abi
Thalib sedang berkhutbah. Lalu ia (Ibnu Saba’) berkata :
أنت أنت، وجعل
يكررها، فقال له – علي – : ويلك من أنا، فقال : أنت الله، فأمر بأخذه وأخذ
قوم كانوا معه على رأيه.
“Engkau, engkau’. Ia (Ibnu Saba’)
mengulang-ulang perkataan itu. Maka ‘Ali berkata kepadanya : “Celaka
kamu, siapakah diriku ?”. Ibnu Saba’ menjawab : “Engkau adalah Allah”.
‘Ali pun memerintahkan untuk menangkapnya dan orang-orang yang
sependapat dengannya”. [Syarh Nahjil-Balaaghah, 5/5].
Tetapi di dalam keempat kitab tersebut [14], para penulisnya tidak
memberikan Isnad jalur periwayatan kisah tersebut, serta tidak
disebutkan sumber riwayat sehingga validitas ceritanya tdak dapat diuji
kebenaranya. Pada ketiga buku tersebut, cerita Abdullah bin Saba selalu
diawali dengan ”Beberapa orang (?) berkata …(demikian demikian)” atau
”Beberapa ulama (?) berkata (ini dan itu) ” tidak disebutkan siapa orang
itu atau siapakah ulama itu . Sehingga pengujian kebenaran tentang
cerita Adullah bin saba’ dalam kitab tersebut tidak mungkin dilakukan
sehingga ceritanya lebih layak untuk diragukan. Bahkan para penulis
kadang terlampau berlebihan dalam memperkaya dongengan tersebut,
misalnya dalam kitab tersebut dituliskan terdapat aliran-aliran yang
sukar dicari rujukan validitasnya seperti al kawusiyyah, al tayyarah,
al Mamturah, al gharabiyyah, al ma’lumiyyah dan lain sebagainya. Hampir
semuanya ditulis dengan tanpa menyertakan sumber atau referensinya,
sehingga nyaris sebagai cerita rekayasa. Pada kitab al Milal Wa Nihal
bahkan didapatkan cerita yang nyaris mengarah ke fiksi, ” …
ada
sekelompk makhluk setengah manusia bernama al Nas-Nas, dengan wajah
separuh, satu mata, satu tangan dan satu kaki. Umat Islam dapat
berbicara dengan makhluk-makhluk ini dan bahkan dapat bertukar puisi.
Beberapa orang islam bahkan sering memburu mereka dan memakanya.
Makhluk-makhluk ini dapat melompat lebih cepat dari pada seekor kuda
dan mereka memakan rumput…”
Sehingga keabsahan cerita Abdullah bin Saba’
dalam kitab tersebut diragukan kebenaranya.
Riwayat Abdullah Bin Saba’ dalam Khazanah Kitab Syi’ah.
Khazanah kepustakaan syi’ah terdapat pula kisah-kisah yang bercerita
tentang Abdullah bin Saba, diantaranya kami kutipkan dari Majalah al
Muslimun pada edisi No 217 Sya’ban/Ramadhan 1408 April 1988. Halaman
16-20 :
”Diantara isyu-isyu yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba’ ialah :
1. Bahwa Ali bin Abi Thalib menerima washiyat sebagai pengganti
Rasulullah saw (dikutip dari An Nubakhti. Firaq As Syi’ah hal 44).
2. Bahwa Abu Bakar. Umar bin Khatab dan Utsman bin Affan adalah
orang-orang zhalim, karena merampas haq khilafah Ali bin Abi Thalib ra
setelah Rasulullah saw. Umat yang membai’at ketiga khalifah tersebut
dinyatakan kafir (dikutip dari An Nubakhti Firaq As Syi’ah op cit hal
44).
3. Bahwa Ali ra adalah pencipta semua makhluk dan pemberi rizqi
(dikutip dari Ibnu badran, tahdzib at tarikh ad Dimasyqi juz VII hal
430).
4. Bahwa Nabi Muhammad saw akan kembali lagi ke dunia sebelum kiamat
sebagaimana kembalinya Isa as (dikutip dari Ibnu Badran, op cit Juz VII
hal 428).
5. Bahwa Ruhul Qudus berinkarnasi ke dalam diri pada Imam Syi’ah (.. al Bad’u wa at Tarikh juz V hal 129 tahun 1916).
6. Al-Maamiqaaniy berkata .“Abdullah bin Saba’ yang dikembalikan
kepadanya kekufuran dan sikap berlebih-lebihan yang sangat terang”.Lalu
ia berkata : Orang yang berlebih-lebihan lagi terlaknat.
Amiirul-Mukminiin telah membakarnya dengan api. Ia mengatakan bahwa
‘Aliy adalah Tuhan, dan ia adalah nabi”.[Tanqiihul-Maqaal fii
‘Ilmir-Rijaal, 2/183-184].
7. As-Sayyid Ni’matullah Al-Jazaairiy berkata : ’Abdullah bin Saba’
berkata kepada ‘Aliy ‘alaihis-salaam : ‘Engkau adalah tuhan yang
sebenar-benarnya’. Maka ‘Aliy mengasingkannya ke daerah Madaain. Dan
dikatakan : ‘Sesungguhnya ia dulu seorang Yahudi lalu masuk islam. Saat
masih beragama Yahudi ia pernah berkata terhadap Yusyaa’ bin Nuun dan
Muusaa semisal apa yang dikatakannya kepada ‘Aliy”.
[Anwaarun-Nu’maaniyyah, 2/234].
8. Muhammad Husain Az-Zain berkata: “Maka, sesungguhnya sosok
laki-laki ini – yaitu Ibnu Saba’ – diketahui benar adanya dan
menampakkan sikap berlebih-lebihan (ghulluw). Dan sesungguhnya sebagian
di antara mereka (orang-orang Syi’ah) ragu-ragu akan keberadaannya
sehingga menjadikannya sebagai sosok khayalan…..
Adapun kami, sesuai
penelitian termuktakhir, tidak ragu akan keberadaannya dan sikap
berlebih-lebihannya” [Asy-Syii’ah wat-Taariikh, hal. 213.
9. Dapat ditambahkan pula bahwa Abu Muhammad al Hasan Ibnu Musa an
Nubakhti, seorang syi’ah didalam bukunya ”Firaq as syi’ah hal 41-42
mengatakan, bahwa Ali ra pernah hendak membunuh Abdullah bin Saba’ dan
kebohongan yang disebarkan, yakni mengaggap Ali ra sebagai Tuhan dan
mengaku dirinya sebagai nabi, akan tetapi tidak jadi karena ada yang
tidak setuju, Lalu, sebagai gantinya, Abdullah bin saba’ dibuang ke
Mada’in.
Buku Encyclopedia Shi’a halaman 554 memberikan penjelasan terhadap
kisah Abdullah bin Saba’ yang dikutip oleh penulis syi’ah diatas, ”...
an Nubakhti, Ibnu Badran, Al-Maamiqaaniy, As-Sayyid Ni’matullah
Al-Jazaairiy, Muhammad Husain Az-Zain dan sejahrawan syi’ah lainya yang
menuliskan kisah Abdullah bin Saba’ tidak pernah menyebutkan dari mana
ia mendapatkan riwayat serta sumbernya, bahkan sering ditemui, mereka
menuliskan cerita Abdullah bin Saba’ hanya dengan sumber yang ditulis ”
beberapa oarang berkata demikian dan demikian...”
tanpa memberi isnad
atau nama orang-orang yang menjadi sumber cerita tersebut, sehingga
kebenaran cerita Abdullah bin Saba’ diragukan kebenarnya”.
Selain dalam buku diatas ada beberapa sumber lain yang berasal dari
syi’ah yang menyebutkan tentang Abdullah bin Saba’ , berikut ami
kutipkan dari blog milik al jauzaa :
1. Dari Abu Ja’far ‘alaihis-salaam, ia berkata :
إن عبد الله بن سبأ
كان يدعي النبوة، ويزعم أن أمير المؤمنين هو الله – تعالى عن ذلك – فبلغ
ذلك أمير المؤمنين عليه السلام فدعاه وسأله فأقر بذلك وقال : نعم أنت هو،
وقد كان قد ألقي في ورعي أنك أنت الله وأني نبي، فقال أمير المؤمنين عليه
السلام : ويلك قد سخر منك الشيطان، فارجع عن هذا ثكلتك أمك وتب، فأبى،
فحبسه، واستتابه ثلاثة أيام، فلم يتب، فأحرقه بالنار، وقال : أن الشيطان
استهواه، فكان يأتيه ويلقي في روعه ذلك.
“Sesungguhnya ‘Abdullah bin Saba’
mendakwakan nubuwwah dan mengatakan Amiirul-Mukminiin (‘Aliy bin Abi
Thaalib) adalah Allah – Maha Tinggi Allah atas tuduhan itu – . Khabar
itu pun sampai kepada Amiirul-Mukminiin. Beliau memanggilnya dan
mengkonfirmasikannya. Ia (‘Abdulah bin Saba’) berkata : ‘Benar, engkau
adalah Allah. Telah dibisikkan ke dalam hatiku bahwa engkau adalah Allah
dan aku adalah nabi’. Amiirul-Mukminiin ‘alaihis-salaam berkata :
‘Celaka kamu, syaithan telah menundukkanmu’. Rujuklah dari perkataanmu,
ibumu pasti binasa, dan bertaubatlah !’. Ia menolak (untuk bertaubat),
lalu ia dipenjara dan diminta untuk bertaubat dalam waktu tiga hari.
Namun ia tidak mau bertaubat juga, sehingga (dijatuhi hukuman) dibakar
dengan api. Amiirul-Mukminiin berkata : ‘Syaithan telah menguasai
dirinya. Ia datang kepadanya (Ibnu Saba’) dan membisikkan ke dalam
hatinya hal tersebut”.
2. Dari Abu ‘Abdillah, bahwasannya ia berkata :
لعن الله عبد الله
بن سبأ، إنه ادعى الربوبية في أمير المؤمنين عليه السلام، وكان والله أمير
المؤمنين عليه السلام عبدًا لله طائعًا، الويل لمن كذب علينا، وإن قومًا
يقولون فينا ما لا نقوله في أنفسنا نبرأ إلى الله منهم، نبرأ إلى الله
منهم.
“Allah melaknat ‘Abdullah bin Saba’. Sesungguhnya ia mendakwakan
Rububiyyah kepada Amiirul-Mukminiin ‘alaihis-salaam, sedangkan
Amiirul-Mukminiin – demi Allah – hanyalah seorang hamba yang mentaati
Allah. Neraka Wail adalah balasan bagi siapa saja yang berdusta atas
nama kami. Sesungguhnya telah ada satu kaum berkata-kata tentang kami
sesuatu yang kami tidak mengatakannya. Kami berlepas diri kepada Allah
atas apa yang mereka katakan itu, kami berlepas diri kepada Allah atas
apa yang mereka katakan itu”. [Ma’rifatu Akhbaarir-Rijaal oleh
Al-Kasysyiy, hal. 70-71].
Kitab Rijaalul-Kasysyiy ini termasuk kitab
Syi’ah yang pertama dan diakui dalam ilmu rijaal. Dalam blog abu al
jauza tidak disebutkan sanad periwayat kisah Abdullah bin saba’ dari
kitab al kasysyiy, agar lebih komplit maka kami sebutkan sumber sanad
kisah tersebut. Kisah Abdullah bin Saba’ dalam riwayat al kasysyiy
memiliki sanad sebagai berikut :
a. Dari Muhammad bin Quluwaihi al Qummy, dari Sa’ad bin Abdullah
bin Abi Khalaf, dari Abdurrahman bin Sinan, dari Abu Ja’far as (Rijal al
kasy hal 107),
b. Dari Muhammad bin Quluwaihi, dari sa’ad bin Abdullah, dari Ya’qub
bin Yazid dan Muhammad bin Isa dari Abu ‘Umair dari Hisyam bin Salim
dari Abu Abdillah as. (ibid),
c. Dari Muhammad bin Quluwaihi, dari Sa’ad bin Abdullah dari Ya’qub
bin Yazid dan Muhammad bin Isa, dari Ali bin Mahzibad, dari Fudhallah
bin Ayyub al Azdi, dari Aban bin Utsman dari Abu Abdillah as (ibid)
d. Dari ya’qub bin yazid, dari Ibnu Abi ‘Umair dan Ahmad bin Muhammad
bin Isa dari ayahnya dan Husein bin Said dari Ibnu Abi ‘Umair, dari
Hisyam bin Salim, dari Abu Hamzah ats Tsumali, dari Ali bin Husein as
(Ibid hal 108)
e. Dari Sa’ad bin Abdullah dari Muhammad bin Khalid ath Thayalisi
dari Abdurahman bin Abu Najras, dari Ibnu Sinan dari abu Abdillah as.
(ibid hal 108)
3. Al-Maamiqaaniy berkata :
عبد الله بن سبأ الذي رجع إلى الكفر
وأظهر الغلو
.“Abdullah bin Saba’ yang dikembalikan kepadanya kekufuran
dan sikap berlebih-lebihan yang sangat terang”.Lalu ia berkata :
غالٍ
ملعون، حرقه أمير المؤمنين عليه السلام بالنار، وكان يزعم أن علياً إله،
وأنه نبي.
“Orang yang berlebih-lebihan lagi terlaknat. Amiirul-Mukminiin
telah membakarnya dengan api. Ia mengatakan bahwa ‘Aliy adalah Tuhan,
dan ia adalah nabi”.[Tanqiihul-Maqaal fii ‘Ilmir-Rijaal, 2/183-184].
Al-Maamiqaaniy merupakan salah seorang ulama besar Syi’ah dalam ilmu
rijaal. Al-Maamiqaaniy tidak menyebutkan sumber periwayat tentang kisah
Abdullah bin Saba’ baik jalur periwayatanya maupun jalur pengutipan
kisahnya, sebagimana telah dibahas diatas.
4. An-Naubakhtiy berkata :
السبئية قالوا بإمامة علي، وأنها فرض من
الله عز وجل وهم أصحاب عبد الله بن سبأ، وكان ممن أظهر الطعن على أبي بكر،
وعمر، وعثمان، والصحابة، وقال : (إن عليا عليه السلام أمره بذلك) فأخذه علي
فسأله عن قوله هذا، فأقر به، فأمر بقتله، فصاح الناس إليه : يا أمير
المؤمنين ! أتقتل رجلاً يدعوا إلى حبكم أهل البيت، وإلى ولايتك والبراءة من
أعدائك ؟ فصيره إلى المدائن. وحكى جماعة من أهل العلم أن عبد الله بن سبأ
كان يهوديًا فأسلم ووالى عليًا وكان يقول وهو على يهوديته في يوشع بن نون
بعد موسى عليه السلام بهذه المقالة، فقال في إسلامه في علي بن أبي طالب
بمثل ذلك، وهو أول من شهر القول بفرض إمامة علي عليه السلام وأظهر البراءة
من أعدائه….فمن هڽا قال من خالف الشيعة : إن أصل الرفض مأخوذ من اليهودية.
“Kelompok Saba’iyyah mengatakan keimamahan ‘Aliy dan hal itu merupakan
satu kewajiban dari Allah ‘azza wa jalla. Mereka adalah pengikut
‘Abdullah bin Saba’. Mereka adalah orang-orang yang menampakkan
pencelaan terhadap Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan para shahabat. Ia (Ibnu
Saba’) berkata : ‘Sesungguhnya ‘Aliy memerintahkannya’. Maka ‘Aliy
menangkapnya dan mengkonfirmasi atas perkataannya tersebut, dan ia pun
mengakuinya. Lalu ‘Aliy memerintahkan untuk membunuhnya. Orang-orang
berteriak : ‘Wahai Amiirul-Mukminiin, apakah engkau akan membunuh orang
yang menyerukan mencintai Ahlul-Bait, kepemimpinanmu, dan berlepas diri
dari musuh-musuhmu ?’. Maka ‘Aliy mengasingkannya ke daerah
Madaain.Diriwayatkan oleh sekelompok ahli ilmu (ulama) bahwasannya
‘Abdullah bin Saba’ adalah seorang Yahudi yang masuk Islam, lalu
memberikan loyalitas kepada ‘Aliy. Saat masih dalam agama Yahudi, ia
pernah berkata tentang Yusya’ bin Nuun sepeninggal Musa ‘alaihis-salaam
perkataan seperti ini. Lantas setelah masuk Islam, ia berkata tentang
‘Aliy seperti apa yang dikatakannya kepada Yusya’ bin Nuun. Ia adalah
orang yang pertama kali mengumumkan pendapat wajibnya keimamahan ‘Aliy
‘alaihis-salaam dan menampakkan berlepas diri terhadap musuh-musuhnya….
Dari sinilah asal perkataan orang-orang yang menyelisihi Syi’ah (baca :
Ahlus-Sunnah) : ‘Sesungguhnya dasar Rafidlah diambil dari paham Yahudi”.
[Firaqusy-Syii’ah, hal. 32-44].
An-Naubakhtiy ini menurut penilaian
orang Syi’ah adalah seorang yang tsiqah lagi diakui [lihat
Jaami’ur-Ruwaat oleh Al-Ardabiiliy 1/228 dan Al-Kunaa wal-Alqaab oleh
‘Abbaas Al-Qummiy 1/148].
Demikian pula an Naubakhtiy tidak
menyebutkan sumber dan jalur periwayatan kisah Abdullah bin Saba,
sebagaimana sudah dibaha pada tulisan diatas.
5. Sa’d bin ‘Abdillah Al-Asy’ariy Al-Qummiy berkata saat
memaparkan kelompok Saba’iyyah :
السبئية أصحاب عبد الله بن سبأ، وهو عبد
الله بن وهب الراسبي الهمداني، وساعده على ذلك عبد الله بن خرسي، وابن
أسود، وهما من أجل أصحابه، وكان أول من أظهر الطعن على أبي بكر، وعمر،
وعثمان، والصحابة وتبرأ منهم.
“Kelompok Saba’iyyah adalah pengikut
‘Abdullah bin Saba’. Ia adalah ‘Abdullah bin Wahb Ar-Raasibiy
Al-Hamdaaniy. Para pembantunya adalah ‘Abdullah bin Khurasiy dan Ibnu
Aswad. Mereka berdua termasuk orang terkemuka dari kalangan pengikutnya.
Ibnu Saba’ adalah orang yang pertama kali menampakkan celaan terhadap
Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsmaan, dan para shahabat, serta berlepas diri dari
mereka semuanya”. [Al-Maqaalaatu wal-Firaq, hal. 20].Al-Qummiy ini
menurut penilaian orang Syi’ah termasuk orang yang tsiqah yang luas
pengetahuannya tentang khabar/riwayat [lihat Jaami’ur-Ruwaat, 1/352].
6. As-Sayyid Ni’matullah Al-Jazaairiy berkata:
قال عبد الله بن
سبأ لعلي عليه السلام : أنت الإله حقًَا، فنفاه علي عليه السلام إلى
المدائن، وقيل : إنه كان يهوديًا فأسلم، وكان في اليهودية يقول في يوشع بن
نون وفي موسى مثل ما قال في علي.
“’Abdullah bin Saba’ berkata kepada
‘Aliy ‘alaihis-salaam : ‘Engkau adalah tuhan yang sebenar-benarnya’.
Maka ‘Aliy mengasingkannya ke daerah Madaain. Dan dikatakan :
‘Sesungguhnya ia dulu seorang Yahudi lalu masuk islam. Saat masih
beragama Yahudi ia pernah berkata terhadap Yusyaa’ bin Nuun dan Muusaa
semisal apa yang dikatakannya kepada ‘Aliy”. [Anwaarun-Nu’maaniyyah,
2/234]. Ni’matullah Al-Jazaairiy dikenal sebagai seorang muhaddits dan
ulama besar yang diakui keilmuannya oleh kalangan Syi’ah [lihat Al-Kunaa
wal-Alqaab, 3/298 dan Safiinatul-Bihaar 2/601].
7. Sebetulnya masih ada kisah Abdullah bin Saba yang terdapat
didalam karya Syekh al Thusi, Ahmad Ibnu Thawus, Allamah al Hilli,
Syaikh Shaduq yang jalur pengutipanya melalui al Kusysyi(Dalam blog Abu
al Jauza tidak disebutkan), kami hanya akan menyebut jalur syekh shaduq
yang disebut dalam majalah al Muslimun, dengan jalur dari Muhammad bin
al hasan, dari Muhammad al Hasan ash shafadi dari Muhammad bin isa dari
qasim bin Yahya dari kakeknya al hasan bin rasyid dari Abu Basyir, dari
Abu Abdullah as (As Shaduq, Illal Asy Syara’i Cet ke II hal 344) dan
Dari Sa’id bin Abdullah dari Muhammad Isa bin ‘Ubaid al yaqthumi dari
al Qasim bin Yahya dari kakeknya al hasan bin rasyid dari abu basyir dan
Muhammad bi Muslim dari Abu Abdillah as (ash Shaduq al Khisal Cet th
1389 hal 628).
Riwayat-riwayat diatas telah pula dibahas dalam buku Encyclopedia of
Shia pada halaman 554-560, sebagian kutipanya adalah sebagai berikut :
1. Diantara perawi syi’ah yang menyebutkan nama ‘Abdullah bin
Saba’ tanpa memberi keterangan mengenai sumber asal muasalnya adalah
Sa’d Ib ‘Abd Allah al Asy’ari al Qummi (301), dalam bukunya al Maqalat
wal Firaq, menyebut sebuah riwayat dimana terdapat nama ‘Abdullah bin
Saba’. Tetapi ia tidak menyebut sanadnya dan juga tidak menyebut dari
siapa (atau dari kitab mana) ia mendapat cerita tersebut dan apa
sumbernya. Selain itu al Asy’ari al Qummi telah meriwayatkan banyak
hadis dari sumber ahlu sunnah. Al Najjashi (450) dalam kitabnya “ al
Rijal” menuliskan “ Bahwa al-Asy’ari al Qummi mengembara ke banyak
tempat terkenal dengan hubunganya dengan sejahrawan sunni dan banyak
mendapat cerita dari mereka, ia menulis banyak riwayat lemah dari apa
yang ia dengar, salah satunya adalah cerita ‘Abdullah Ibn Saba’, yang
ditulisnya dengan tanpa jalur periwayatan “
2. Nama kedua yang menyebutkan kisah Abdullah bin Saba’ dalam kitab
Syi’ah adalah Hasan Ibn Musa al Nawbakhti (310), ia seorang sejahrawan
syi’ah yang menuliskan sebuah riwayat dalam bukunya “al Firaq” tentang
Abdullah bin Saba’. Tetapi ia tidak pernah menyebut dari mana ia
mendapat riwayat tersebut serta sumbernya.
3. Nama ketiga adalah al Khusyi (atau al Kusysyi, ia disingkat dengan
nama Kas) 369 menulis dalam kitabnya berjudul “Rijall” (Rijjal al kasy)
ditahun 340H mengenai Abdullah bin Saba’. Di dalam bukun tersebut, ia
menyebut beberapa hadis yang didalamnya muncul nama “Abdullah bin Saba’,
dari Imam ahlul Ba’it. Tetapi telah terbukti bagi ulama syi’ah bahwa
kitab Rijjal al kasysyi memiliki banyak kesalahan, terutama dalam nama
dan juga beberapa kesalahan pada kutipan-kutipan dalam kitab ar Rijjal
(diantaranya kisah Abdullah bin saba’). Oleh karenanya, bukunya tidak
dianggap sebagai sumber syi’ah yang dapat dipercaya. Apalagi bahwa
riwayat-riwayat al Kussyi tentang Abdullah bin Saba’ tidak ditemukan di
empat hadis utama syi’ah. Diantara ulama-ulama syi’ah terdapat beberapa
ulama seperti Syaikh al Thusi. Ahmad Ibn Thawus, Allamah al Hilli
syaikh shaduq dan lain sebagainya yang mengutip riwayat Abdullah bin
Saba’ darinya”. Untuk melihat penilaian kritis terhadap kesalahan hadis
al Kasysyi kami persilahkan membaca telaah Rijal karya al Kusysyi
dalam kitab al Rijal karya al Tustari dan Al askari. [15]
Alternatif lain pengujian Validitas Kisah Abdullah bin Saba’.
Selain pengujian melalui jalur periwayatan dan sumber periwayatan
yang telah kami sebutkan diatas, seorang sarjana Muslim bernama S.H.M
Jafri menggunakan metode lain untuk meneliti asal-usul Syi’ah. Beliau
menuliskan hasil penelitianya dalam buku berjudul Origin and Early
Development Of Shi’a Islam.
Pengujian yang ia gunakan adalah dengan
kajian historiografi dengan melakukan studi komparatif sejarah, yakni
membandingkan seluruh penulis sejarah Islam dari generasi paling awal.
Ia menuliskan “ bahwa keberadaan Abdullah bin Saba’ tidak ditemukan
dalam naskah-naskah sejarah tertua seperti Muhammad bin Ibn Ishaq bin
Yasar (l. 85/704, w. 151/681) Abu Abdullah Muhammad bin Sa’ad ( 168)
Ahmad bin Yahya al Baladzuri (w 279/892) Ibn Wadhih al Ya’qubi (w.
284/897) Abu Bakar ahmad bin Abdullah al Aziz al Jauhari (w 298) dan
Mas’udi (w 344), Sejarah seputar masa krisis kekhalifahan Utsman bin
Affan hingga terbunuhnya beliau yang ditulis para sejahrawan tertua
tersebut tidak disebut-sebut keterlibatan Abdullah bin Saba bahkan nama
Abdullah bin Saba’ tidak ditemukan dalam naskah Ansab al Asyraf karya
Baladzuri, padahal kitab tersebut yang paling detail bercerita tentang
krisis pada masa kekhalifahan Utsman, demikian pula tidak ditemukan
dalam naskah sejahrawan tertua lainya”
Memang dalam kitab baladzuri
terdapat nam Ibnu Saba’, tetapi dia merujuk pada nama Abdullah bin
Wahab al Hamdani atau kemudian dikenal dengan sebutan Abd Allah al Wahab
al Saba’i pemimpin kelompok Khawarij. bukan merujuk pada Ibn Sawda
atau Abdullah bin Saba’.
Berpijak dari hasil penelitian S.H.M Jafri tersebut dapatlah kita
sebutkan bahwa, eksistensi tentang Abdullah bin Saba’ ini baru muncul
pada naskah-naskah sejarah setelahnya, dengan kata lain muncul pada masa
Ath Thabari yang merujuk pada si pencipta tokohnya yang bernama Syaif
Ibnu Umar at Tamimi yang kemudian cerita tersebut beredar secara luas di
kutip oleh kalangan sejarahwan ahlu sunnah maupun syi’ah.
Beberapa sejahrawan modern banyak pula yang telah melakukan penelitian
tentang syi’ah (beserta asal-usulnya) dan kesimpulan mereka adalah
meragukan keberadaan figur fiktif bernama Abdullah bin saba tersebut
diantaranya adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh tim yang dibentuk lembaga ahlu
sunnah dari Damaskus yang bernama al majma’ al ‘Ilmi al ‘Arabi, telah
membentuk tim dibawah pimpinan Profesor Muhammad Kurdi Ali, untuk
melakukan penelitian tentang syi’ah. Hasilnya penelitian telah
diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Khtath al Syam. Dalam kitab
tersebut dijelaskan tentang asal usul syi’ah yang dilahirkan dari lisan
Rasulullah SAW , dan bukan dari Abdullah bin Saba’, dalam buku itu
disebutkan pula nama-nama sahabat syi’ah awal.
2. Ulama dari Indonesia yang meneliti syi’ah diantaranya adalah Prof
Dr H Abu Bakar Atjeh – beliau adalah seorang ahlu sunnah- yang karyanya
diterbitkan dengan judul Syi’ah Rasionalisme dalam Islam yang dalam
bukunya beliau mengutip pendapat HAMKA bahwa madzhab syafi’i yang di
anut mayoritas muslim indonesia lebih dekat dengan madzhab syi’ah. Dalam
bukunya tidak disebutkan peran Abdullah bin Saba’ dalam pendirian
islam, malah beliau menunjukkan bahwa syi’ah dilahirkan oleh Rasulullah
saw.
3. Ulama dari indonesia lainya adalah H Abdullah bin Nuh beliau
-adalah seorang ahlu sunnah-, yang banyak melakukan penelitian tentag
syi’ah, dan beliau menyebutkan bahwa penyebar Islam di Indonesia yang
pertama adalah orang-orang syi’ah
4. Dr Thoha Husein, ia menyatakan tentang keraguanya akan keberadaan
Abdullah bin Saba’ dan menganggapnya tokoh fiktif. (sebagaimana
dituliskan dalam Al Fitnatul Kubra jilid II karya Thoha Husein) beliau
juga meneliti kitab-kitab sejarah awal dan tidak ditemukan nama Abdullah
bin Saba’tersebut. Sikap para nawashib kepada beliau sungguh
keterlaluan, hasil dari penelitian beliau dikecam oleh para pembenci
ahlul ba’it dan nama beliau dicemarkan, termasuk para nawashib di
Indonesia.
5. Asyaikh al azar Syaikh Mahmud Syaltut, beliau bahkan mengeluarkan
fatwa bolehnya berpegang dengan madzhab syi’ah. Lagi-lagi para nawashib
yang hendak memadamkan api Islam menuduh beliau sebagai telah keluar
dari islam.
Kecurangan-kecurangan dalam pengutipan.
Ditengarai para nawashib telah melakukan kecurangan-kecurangan
terhadap karya-karya sejahrawan awal. Modusnya adalah dengan melakukan
perubahan ataupun pemalsuan terhadap redaksional dengan dibelokan dari
makna aslinya. Tindakan itu dimaksudkan untuk menunjukan kepada khalayak
awam bahwa dalam kitab-kitab sejarah paling awal yang ditulis
sejahrawan muslim terdapat figur Abdullah bin Saba’ dan itu membuktikan
kepada khalayak ramai, bahwa Abdullah binn Saba’ bukanlah tokoh fiktif.
Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :
“Ahmad bin Ya’qub,…, Dia mengutip perkataan Sayyidina Utsman ketika
beliau marah kepada sahabat Ammar bin Yasir karena telah merahasiakan
wafatnya Abdullah bin Mas’ud dan Miqdad “celakalah Ibnu as-Sauda’
(Abdullah bin Saba’) itu. Sungguh aku benar-benar mengetahuinya.” [16]
tindak pemalsuan diatas adalah dengan pemberian makna lain dari
redaksi yang sebenarnya, pada tulisan diatas (yang dipalsukan) kata
dalam kurung yang tertulis (Abdullah bin Saba’) tidak terdapat dalam
kitab Tarikh Ya’qubi, kata tersebut adalah tambahan dari si pengutip.
Pihak pengutip sengaja menghilangkan informasi sebelum dan sesudahnya
yang menunjukkan bahwa Ibnu Sa’uda yang dimaksud adalah Ammar bin
Yasser, mari kami kutipkan secara utuh :
“ Ketika Ibnu Mas’ud datang ke Madinah dari kuffah, dan menyerahkan
kunci ba’it al mal dengan sikap sedemikian rupa, lalu Utsman bin Affan
mengeluarkan perintah agar Ibn Mas’ud dihajar dan dikeluarkan dari
amsjid. Karena tidak senang dengan perbuatan Utsman, maka Ali membawa
Ibn Mas’ud ke rumah. Ibnu Mas’ud meninggal dua tahun sebelum Utsman.
Dalam Wasiatnya Ibnu Mas’ud minta supaya Ammar mendo’akan dan
menshalatkan jenazahnya, dan meminta supaya Usman tidak mensholatkan
jenazahnya. Miqdad juga bersikap demikian…. Utsman bin Affan marah
kepada Ammar bin Yasser yang telah merahasiakan wafatnya Abdullah bin
Mas’ud dan Miqdad bin Amr, Utsman bin Affan berkata kepada Ammar “
Celakalah engkau Ibnu as sauda sungguh aku benar-benar
mengetahuinya…Ammar oleh kalangan Qurasy digelari dengan Ibnu Sawda’
yang artinya sebagai putra wanita hitam dan Al Abd yang artinya si
budak” [17]
Dengan demikian jelas bahwa si pengutip bermaksud membelokkan arti
dari Ibnu Sawda diatas, sebagaimana telah kami sampaikan diatas melalui
penelitian bahwa Abdullah bin Saba’ tidak diketemukan dalam kitab-kitab
sejahrawan Islam Paling awal.
Sebetulnya kalau kita jeli melihat kalimat yang dipalsukan tersebut,
bahwa sebetulnya yang disebut Ibnu Sa’uda adalah Ammar bin Yasir,
perhatikan : diatas diceritakan Khalifah Utsman bin Affan marah kepada
Ammar bin Yassir karena telah merahasiakan wafatnya Abdullah bin
Mas’ud dan Miqdad padahal Khalifah Utsman tahu, kemarahan khalifah
diujudkan dengan mengatakan “celakalah Ibnu as sauda” tentu saja
kemarahan itu ditujukan kepada Ammar bukan ? tidak kepada Abdullah bin
Saba’, karena disitu Khalifah sedang berbicara dengan Ammar. Biasanya
orang-orang nawashib sangat lihai dalam memotong dan memalsukan
informasi, tapi kali ini mungkin mereka kurang begitu cekatan atau
terlalu bersemangat untuk memberikan tuduhan bahwa Syi’ah adalah produk
Abdullah bin Saba’, sehingga mereka terperangkap dalam tindak
pemalsuanya sendiri.
Bentuk pembiasan informasi lain adalah, terdapatnya “nama Ibnu Saba’
yang tertulis dalam kitab Ansab al Asyraf karya baladzuri, dalam
kitabnya tertulis “… Dan Ibnu Saba’ memiliki satu naskah dari surat
tersebut lalu ia mengubah-ubahnya” jika informasi ini dipotong sampai
disini saja maka dampaknya adalah bahwa bukti Abdullah bin Saba’
tertulis di kitab sejarah islam awal adalah benar, tetapi kalimat
tersebut masih memiliki keterangan, bahwa yang dimaksud al Baladzuri
dengan Ibnu saba’ disitu adalah ‘Abd Allah Ibn Wahab al Saba’i atau
dikenal juga dengan Abdullah bin Wahab al Hamdani, dia adalah pemimpin
utama Khawarij dari suku Sabaiyah atau Qathan. Penyematan nama
saba’iyah ini disebabkan oleh gesekan antara suku Adnan dan Qathan,
sehingga orang-orang Adnani memanggil orang-orang dari suku Qathan
dengan sebutan sabaiyah [18]
Dengan demikian pemerkosaan pada kedua kitab awal yang dipaksa untuk
membuktikan adanya tokoh Abdullah bin Saba’ sebetulnya adalah tindakan
kejahata. Kedua kitab tersebut memang berbicara secara detail berkenaan
krisi dimasa khalifah Utsman sehingga beliau wafat, namun tidak
diketemukan nama Abdullah bin Saba’ sebagimana yang dituduhkan sebagai
pendiri Madzab syi’ah.
Rasulullah SAW adalah pendiri madzhab syi’ah.
Sebagai alat uji terakhir untuk meneliti kebenaran apakah syi’ah
adalah produk Abdullah bin Saba’ adalah menggunakan alat uji sebagimana
yang diperintahkan oleh Imam Ja’far ash Shadiq, agar menguji hadis
(riwayat) dengan Al Qur’an dan jika hadis (riwayat) tersebut
bertentangan dengan Al Qur’an maka buanglah ke tembok (tidak dipakai).
Kami akan menyajika sabda Rasulullah saw, yang mendeklarasikan syi’ah
dan siapa syi’ah itu. Rasulullah menafsirkan dari ayat Al Qur’an dan
menjelaskan makna ayat tersebut. Dengan demikian Hadist yang kami
sebutkan dibawah ini langsung bersumber dari Al Qur’an dan Sabda
Rasulullah saw sendir, kami tidak akan memberikan analisa apapun,
karena Rasulullah adalah yang memahami Al Qur’an. Dan kami tidak
mengambil sumber dari syi’ah yang sangat banyak itu, kami cukupkan saja
mengambil dari sumber ahlu sunnah sendiri.
Syi’ah didirikan oleh Rasulullah SAW sendiri – hal ini bertolak belakang
dari pandangan yang menyebutkan syi’ah merupakan paham hasil kreasi
dari Abdullah bin Saba’ – bahkan Rasulullah saw tatkala menafsirkan
ayat Al Qur’an beliau menjelaskan makna syi’ah tersebut ditujukan kepada
pengikut imam Ali bin Abi Thalib dan Ahlul Ba’it, hal ini dapat di baca
dalam riwayat ulama ahlu sunnah dibawah ini :
1. Al Hafizh Abu Na’im, [19] meriwayatkan dalam kitabnya HIlayah
al Awliya dengan sanad dari Ibnu Abbas, ketika turun ayat yang mulia :”
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh
mereka itu sebaik-baik makhluk” (QS.AlBayyinah: 7-8), kemudian
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Wahai Ali, itu
adalah engkau dan syi’ahmu. Engkau dan syi’ahmu akan datang pada hari
kiamat dalam keadaan ridho dan di ridho’i” .
2. Mawfiq bin Ahmad al Khawarizmi, meriwayatkan dari Abu
Mua’ayyid, dalam kitab al Manaqib hadis ke dua dfalam pasal 17 dalam
penjelasan ayat yang turun berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib, dengan
redaksi tanpa mencantumkan ayatnya, bahwa Rasulullah saw bersabda kepada
Ali bin Abi Thalib, “Wahai Ali, itu adalah engkau dan syi’ahmu. Engkau
dan syi’ahmu akan datang pada hari kiamat dalam keadaan ridho dan di
ridho’i” .
3. Sabath bin al Jawzi dalam kitabnya Tadzkirah Khawwash al
Ummah hlm 56 meriwayatkan dengan sanad dari Abu Sa’id al Khudri, Nabi
Saw memandang kepada Ali bin Abi Thalib, lalu Rasulullah saw bersabda, “
orang ini dan para pengikutnya (syi’ah) adalah orang-orang yang
mendapat kemenangan pada hari kiamat”
4. Al Hakim ‘Ubaidullah al Haskani, seorang mufasir ahlu sunnah
yang terkemuka menuliskan dalam kitabnya Syawahid al Tanzil, dari al
Hakim Abu ‘Abdullah al Hafizh dengan sanad marfu’ kepada Yazid bin
Syahrahil al Anshari, ia berkata :” Saya mendengar Ali bin Abi Thalib
berkata, “Rasulullah saw, sambil menyandarkan kepalanya di dadaku beliau
bersabda, “Wahai Ali, tidakkah engkau pernah mendengar firman Allah
SWT, “:” Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh mereka itu sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8) mereka
adalah engkau dan syi’ahmu, dan tempat pertemuanku dan kamu yang telah
dijanjikan adalah al haudh, ketika umat-umat lain ketakutan saat hendak
di hisab, kalian dipanggil karena tanda putih di dahi (ghurran
muhajjalin).
5. Allamah Muhammad bin Yusuf al Qurasyi al Kanji al Syafi’I,
meriwayatkan dalam kitabnya Kifayah al Thalib Bab 62 dari Yazid bin
Syarahil, ia berkata :” Saya mendengar Ali bin Abi Thalib berkata,
“Rasulullah saw, sambil menyandarkan kepalanya di dadaku beliau
bersabda, “Wahai Ali, tidakkah engkau pernah mendengar firman Allah SWT,
“:” Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh
mereka itu sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8) mereka adalah
engkau dan syi’ahmu, dan tempat pertemuanku dan kamu yang telah
dijanjikan adalah al haudh, ketika umat-umat lain ketakutan saat hendak
di hisab, kalian dipanggil karena tanda putih di dahi (ghurran
muhajjalin).
6. Mawfiq bin Ahmad al Khawarizmi dalam kitabnya Manaqib Ali bin
Abi Thalib, Rasulullah bersabda, , “Wahai Ali, tidakkah engkau pernah
mendengar firman Allah SWT, “:” Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal shaleh mereka itu sebaik-baik makhluk”
?(QS.AlBayyinah: 7-8) mereka adalah engkau dan syi’ahmu, dan tempat
pertemuanku dan kamu yang telah dijanjikan adalah al haudh, ketika
umat-umat lain ketakutan saat hendak di hisab, kalian dipanggil karena
tanda putih di dahi (ghurran muhajjalin).
7. Abu al Mu’ayyid al Mawfiq bin Ahmad al Khawarizmi meriwayatkan
dalam Manaqib Ali bin Abi Thalib Pasal 9 hadis ke 10 dari Jabir bin
“Abdullah al Anshari, ia berkata, Kami berada bersama Rasulullah SAW,
kemudian dating Ali bin Abi Thalib, kemudian beliau bersabda, “ Telah
dating saudaraku kepada kalian”, kemudian beliau menoleh ke Ka’bah dan
memukulkan tanganya, lalu beliau bersabda: ” Demi yang diriku dalam
kekuasan-Nya, orang ini dan syi’ahnya adalah orang-orang yang beroleh
kemenangan pada hari kiamat. Kemudian, ia adalah orang pertama yang
beriman di antara kalian, yang paling setia menepati janji Allah, yang
paling keras menegakkan perintah Allah, yang paling adil dalam memimpin,
yang paling adil dalam membagi, dan yang paling agung keutamaanya di
disisi Allah” Perawi kemudian menambahkan, kemudian turun ayat
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh
mereka itu sebaik-baik makhluk… (hingga akhir surrah), selanjutnya
perawi berkata, “ Apabila Ali bin Abi Thalib dating, para sahabat
Muhammad berkata, “Telah dating khayrul barriyyah (sebaik-baik makhluk)
8. Allamah al-Kanji al Syafi’I meriwayatkan dalam kitabnya
Kifayah al Thalib bab 62 dengan sanad dari Jabir bin ‘Abdullah al
Anshari : , Kami berada bersama Rasulullah SAW, kemudian dating Ali bin
Abi Thalib, kemudian beliau bersabda, “ Telah dating saudaraku kepada
kalian”, kemudian beliau menoleh ke Ka’bah dan memukulkan tanganya,
lalu beliau bersabda: ” Demi yang diriku dalam kekuasan-Nya, orang ini
dan syi’ahnya adalah orang-orang yang beroleh kemenangan pada hari
kiamat. Kemudian, ia adalah orang pertama yang beriman di antara
kalian, yang paling setia menepati janji Allah, yang paling keras
menegakkan perintah Allah, yang paling adil dalam memimpin, yang paling
adil dalam membagi, dan yang paling agung keutamaanya di disisi Allah”.
9. Jalaludin al Suyuthi dalam kitabnya al Durr al Mantsur, ia
meriwayatkan hadis dari Ibn ‘Asakir al Dimasyqi yang meriwayatkanya
dari Jabir bin ‘Abdullah al Anshari, bahwa ia berkata : Kami berada
bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba Ali bin Abi Thalib dating, maka Nabi
SAW bersabda, “Demi diriku dalam kekuasaan-Nya, orang ini dan syi’ahnya
adalah orang-orang yang beroleh kemenangan pada hari kiamat.” Kemudian
turun ayat : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh mereka itu sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8)
10. Jalaludin al Suyuthi dalam kitabnya al Durr al Mantsur juga
meriwayatkan dari Ibn ‘Adi dari Ibn ‘Abbas, bahwa ia meriwayatkan
ketika turun ayat “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh mereka itu sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8),
Rasulullah SAW bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Engkau dan syi’ahmu
dating pada hari kiamat dalam keadaan ridho dan diridhoi”.
11. Ibnu al-Shabagh al-Maliki dalam kitabnya al Fushul al Muhimmah
hal 122, meriwayatkan hadis dari Ibn ‘Abbas, ia berkata : Ketika turun
ayat : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh mereka itu sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8) Nabi SAW
bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, ”Ítu adalah engkau dan syi’ahmu,
engkau dan mereka dating pada hari kiamat dalam keadaan ridho dan di
ridhoi. Sedangkan Musuh-musuhmu dating dalam keadaan murka dan hangus”
12. Ibnu Hajar dalam kitabnya Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah bab XI,
meriwayatkanya dari al Hafizh Jamaluddin al Zarandi , Muhammad bin Yusuf
al Zarandi al Madani, ia berkata, Ketika turun ayat : “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu
sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8) Nabi SAW bersabda kepada Ali
bin Abi Thalib, ”Ítu adalah engkau dan syi’ahmu, engkau dan mereka
dating pada hari kiamat dalam keadaan ridho dan di ridhoi. Sedangkan
Musuh-musuhmu dating dalam keadaan murka dan hangus” Maka Ali bin Abi
Thalib bertanya kepada Rasulullah SAW, “Siapakah Musuhku ? Beliau SAW
menjawab, “Orang-orang yang berlepas diri darimu dan suka melaknatmu”.
13. Allamah al Mashudi dalam Jawahir al “Uqdayn juga meriwayatkan
dari al Hafizh Jamaludin al Zarandi , Muhammad bin Yusuf al Zarandi al
Madani, ia berkata, Ketika turun ayat : “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu sebaik-baik makhluk”
?(QS.AlBayyinah: 7-8) Nabi SAW bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, ”Ítu
adalah engkau dan syi’ahmu, engkau dan mereka dating pada hari kiamat
dalam keadaan ridho dan di ridhoi. Sedangkan Musuh-musuhmu dating dalam
keadaan murka dan hangus” Maka Ali bin Abi Thalib bertanya kepada
Rasulullah SAW, “Siapakah Musuhku ? Beliau SAW menjawab, “Orang-orang
yang berlepas diri darimu dan suka melaknatmu”.
14. Mir Sayid Ali al Hamdani al Syafi’I, dalam kitabnya Mawaddah
al Qurba, meriwayatkan dari Ummul mukminin Ummu Salamah, bahwa ia
berkata : Rasulullah SAW bersabda : Wahai Ali, engkau dan
sahabat-sahabatmu berada di surga. Engkau dan syiahmu berada di surga.
15.Ibnu Hajar dalam kitabnya Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah
meriwayatkan dari Ummul mukminin Ummu Salamah, bahwa ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : Wahai Ali, engkau dan sahabat-sahabatmu
berada di surga. Engkau dan syiahmu berada di surga.
16. Al Hafizh bin al Maghazali al Syafi’I, dalam kitabnya Manaqib
‘Ali bin Abi THalib, ia meriwayatkan hadis dengan sanad dari Jabir bin
“Abdullah : Ketika Ali bin Abi Thalib dating dalam penaklukan Khaibar,
Rasulullah SAW berkata kepadanya : “Wahai Ali… Cukuplah bagimu dengan
kedudukanmu disampingku seperti kedudukan Harun disamping Musa, hanya
saja tidak ada Nabi sesudahku. Engkau yang membebaskan jaminanku,
menutup auratkau dan berperang untuk membela sunnahku. Kelak di
akhirat, engkau adalah makhluk yang paling dekat denganku. Di Al
haudh engkau berada di belakangku. Syiahmu berada diatas mimbar-mimbar
dari cahaya disekelilingku dengan wajah yang putih. Aku memberikan
syafaat kepada mereka . Merekapun berada dis urga di dekatku. Orang yang
memerangimu berarti memerangiku dan orang yang berdamai denganmu
berarti berdamai denganku.
17. Kitab Tarikh Baghdad, Juz 12 hlm 289. Nabi saw berkata
kepada Ali bin Abi Thalib : “Engkau dan syi’ahmu berada di surga”
18. Kitab Muruj al-Dzahab, juz 2 hlm. 51 Nabi saw bersabda : ”
Pada hari kiamat manusia dipanggil dengan nama-nama mereka dan ibu
mereka kecuali orang ini (Ali bin Abi Thalib) dan syi’ahnya. Mereka
dipanggil dengan nama mereka dan bapak mereka karena kesahihan kelahiran
mereka”.
19. Kitab Al Shawa’iq al- Muhriqah, hlm 66 ceta. al-Maimanah
Mesir. Bahwa Nabi saw bersabda: “Wahai Ali, engkau dan syiahmu kembali
kepadaku di al-Hawdh dengan rasa puas dan wajah yang putih. Sedangkan
musuh-musuh mereka kembali ke al-hawdh dalam kehausan”.
20. Allamah Shalih al Turmudzi meriwayatkanya dalam al Manaqib al
Murthadhawiyah hl 101 cet Bombay, Bahwa Nabi saw bersabda: “Wahai Ali,
engkau dan syiahmu kembali kepadaku di al-Hawdh dengan rasa puas dan
wajah yang putih. Sedangkan musuh-musuh mereka kembali ke al-hawdh dalam
kehausan”.
21. Kitab Kifayah al-Thalib, halaman 135, Nabi saw bersabda kepada
Ali bin Abi Thalib: “…dan syiahmu berada diatas mimbar-mimbar dari
cahaya dan dengan wajah putih di sekelilingku. Aku memberi syafaat
kepada mereka. Maka mereka kelak disurga bertetangga denganku”.
22. Kitab Manaqib Ibn Maghazali, hlm 238 meriwayatkan dalam hadis
panjang dan pada akhir hadis berbunyi : Nabi saw bersabda kepada Ali
bin Abi Thalib: “…dan syiahmu berada diatas mimbar-mimbar dari cahaya
dan dengan wajah putih di sekelilingku. Aku memberi syafaat kepada
mereka. Maka mereka kelak disurga bertetangga denganku”.
23. Kitab Kifayah al-Thalib, hal 98 dengan sanad dari ‘Ashim bin
Dhumurah dari Ali bin Abi Thalib : Rasulullah SAW bersabda : “Ada sebuah
pohon yang aku adalah pangkalnya, Ali adalah cabangnya, al-Hasan dan
al-Huasin adalah buahnya, dan syi’ah adalah daun-daunnya. Tidak keluar
sesuatu yang baik kecuali dari yang baik” Allamah al Kanji kemudian
menuliskan, “ Demikianlah al Khatib meriwayatkanya dalam kitab tarikh
dan sanad-sanadnya.
24. Al Hakim meriwayatkan dalam al Mustadrak Juz 3 hal 160 :
dengan sanad dari ‘Ashim bin Dhumurah dari Ali bin Abi Thalib :
Rasulullah SAW bersabda : “Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya,
Ali adalah cabangnya, al-Hasan dan al-Huasin adalah buahnya, dan syi’ah
adalah daun-daunnya. Tidak keluar sesuatu yang baik kecuali dari yang
baik”
25. Ibnu Asakir meriwayatkan dalam kitab Tarikh Juz 4 hal 318 :
dengan sanad dari ‘Ashim bin Dhumurah dari Ali bin Abi Thalib :
Rasulullah SAW bersabda : “Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya,
Ali adalah cabangnya, al-Hasan dan al-Huasin adalah buahnya, dan syi’ah
adalah daun-daunnya. Tidak keluar sesuatu yang baik kecuali dari yang
baik”
26. Muhibbuddin meriwayatkan dalam kitab al Riyadh al Nadhrah
juz II hal 253. dengan sanad dari ‘Ashim bin Dhumurah dari Ali bin Abi
Thalib : Rasulullah SAW bersabda : “Ada sebuah pohon yang aku adalah
pangkalnya, Ali adalah cabangnya, al-Hasan dan al-Huasin adalah buahnya,
dan syi’ah adalah daun-daunnya. Tidak keluar sesuatu yang baik kecuali
dari yang baik”
27. Ibn Shabagh al Maliki dalam kitabnya al Fushul al Muhimmah,
11, dengan sanad dari ‘Ashim bin Dhumurah dari Ali bin Abi Thalib :
Rasulullah SAW bersabda : “Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya,
Ali adalah cabangnya, al-Hasan dan al-Huasin adalah buahnya, dan syi’ah
adalah daun-daunnya. Tidak keluar sesuatu yang baik kecuali dari yang
baik”
28. al Shafuri dalam kitabnya Nazhah al Majalis juz II hal 222,
dengan sanad dari ‘Ashim bin Dhumurah dari Ali bin Abi Thalib :
Rasulullah SAW bersabda : “Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya,
Ali adalah cabangnya, al-Hasan dan al-Huasin adalah buahnya, dan syi’ah
adalah daun-daunnya. Tidak keluar sesuatu yang baik kecuali dari yang
baik”
29. Allamah al Qunduzi al Hanafi dalam kitabnya Yaniabi ‘ al
Mawaddah hlm 257 cet Istanbul meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda :”
Janganlah kalian merendahkan syiah Ali bin Abi Thalib, karena
masing-masing dari mereka diberi syafaat seperti untuk Rabi’ah dan
Mudhar “
30. Allamah al Hindi dalam kitab Intiha’ al Afham hlm 19,
meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda :” Janganlah kalian merendahkan
syiah Ali bin Abi Thalib, karena masing-masing dari mereka diberi
syafaat seperti untuk Rabi’ah dan Mudhar “
31. Sabath bin al Jawzi dalam kitabnya Tadzkirah al Khawwash, hlm
59 cet aljir meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Sa’id al Khudri :
Nabi SAW memandang Ali bin Abi Thalib dan bersabda, “Orang ini dan
syi’ahnya adalah orangorang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat”
32. al Dailami, penulis kitan Firdaws al Akhbar. Meriwayatkan
dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah DAW bersabda :” Syi’ah Ali adalah
orang-orang yang memperoleh kemenangan “
33. Allamah al Mannawi, dalm kitabnya Kunuz al Haqa’iq hlm 83,
cet Bulaq : Meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah DAW
bersabda :” Syi’ah Ali adalah orang-orang yang memperoleh kemenangan “
34. Al Qunduzi dalam Yanabi’ al Mawwaddah hlm 180 cet Istanbul,
Meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah DAW bersabda :” Syi’ah
Ali adalah orang-orang yang memperoleh kemenangan “
35. Allamah al Hindi meriwayatkan dalam kitabnya Intiha al Afham
hal 222 Cet Nul Kesywar, ia eriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa
Rasulullah DAW bersabda :” Syi’ah Ali adalah orang-orang yang memperoleh
kemenangan “
36. Allamah al kasyafi al Turmudzi dalam kitabnya al Manaqib al
Murthadhawiyah hlm 113 cet Bombay, meriwayatkan dari Ibn Abbas : bahwa
Rasulullah SAW bersabda :”Ali dan syi’ahnya adalah orang-orang yang
mendapat kemenangan pada hari kiamat “
37. Al Qunduzi dalam Yanabi’ al Mawwaddah hlm 257 meriwayatkan
dari Ibn Abbas : bahwa Rasulullah SAW bersabda :”Ali dan syi’ahnya
adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat “
38. Allamah al Hindi meriwayatkan dalam kitabnya Intiha al Afham
hlm 19, meriwayatkan dari Ibn Abbas : bahwa Rasulullah SAW bersabda
:”Ali dan syi’ahnya adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada
hari kiamat “
39. Jalaludin al Suyuthi dalam kitabnya al Durr al Mantsur juz
VI hlm 379 cet Mesir, Rasulullah SAW bersabda kepada Ali bin Abi Thalib
: “Engkau dan syi’ahmu kembali kepadaku di al Hawdh dalam keadaan puas”
40. Al Qunduzi dalam Yanabi’ al Mawwaddah hlm 182, Rasulullah SAW
bersabda kepada Ali bin Abi Thalib : “Engkau dan syi’ahmu kembali
kepadaku di al Hawdh dalam keadaan puas”
41. Ibnu ‘Asakir dalam Kitab Tarikh, 4 hlm 318 meriwayatkan,
Nabi saw bersabda : “Wahai Ali, empat orang pertama yang masuk surga
adalah aku, engkau, al-Hasan dan al-Husain keturunan kita menyusul
dibelakang kita. Istri-istri kita menyusul dibelakang keturunan kita,
dan syiah kita di kanan dan kiri kita “.
42. Ibnu Hajar dalam kitabnya Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah hlm 96
meriwayatkan, Nabi saw bersabda : “Wahai Ali, empat orang pertama yang
masuk surga adalah aku, engkau, al-Hasan dan al-Husain keturunan kita
menyusul dibelakang kita. Istri-istri kita menyusul dibelakang
keturunan kita, dan syiah kita di kanan dan kiri kita “.
43. Sabath bin al Jawzi dalam kitabnya Tadzkirah al Khawwash hlm
31, Nabi saw bersabda : “Wahai Ali, empat orang pertama yang masuk
surga adalah aku, engkau, al-Hasan dan al-Husain keturunan kita menyusul
dibelakang kita. Istri-istri kita menyusul dibelakang keturunan kita,
dan syiah kita di kanan dan kiri kita “.
44. Dalam kitab Majma’ al Zawa’id juz IX hal 131 diriwayatkan
bahwa Nabi saw bersabda : “Wahai Ali, empat orang pertama yang masuk
surga adalah aku, engkau, al-Hasan dan al-Husain keturunan kita menyusul
dibelakang kita. Istri-istri kita menyusul dibelakang keturunan kita,
dan syiah kita di kanan dan kiri kita “.
45. Allamah al Mannawi, dalm kitabnya Kunuz al Haqa’iq dalam
catatan pinggir al Jami’ al Shaghir juz II hlm 16 diriwayatkan bahwa
Nabi saw bersabda : “Wahai Ali, empat orang pertama yang masuk surga
adalah aku, engkau, al-Hasan dan al-Husain keturunan kita menyusul
dibelakang kita. Istri-istri kita menyusul dibelakang keturunan kita,
dan syiah kita di kanan dan kiri kita “.
46. Is’f al Raghibin ditulis dalam catatan pinggir kitab Nur al
Abshar hlm 131 karya al Daruquthni meriwayatkan secara Imarfu’ bahwa
beliau Rasulull SAW bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Wahai Abul
Hasan, engkau dan syi’ahmu berada di surga”
47. Tarikh Baghdad juz XII hlm 289, cet al Sa’adah, Mesir,
meriwayatkan dengan sanadnya dari al Sya’bi dari Ali bin Abi Thalib :
Rasulullah SAW bersabda : Engkau dan syi’ahmu berada di surga
48. Akhthab Khawarizmi meriwayatkan dalam kitabnya al Manaqib :
meriwayatkan dengan sanadnya dari al Sya’bi dari Ali bin Abi Thalib :
Rasulullah SAW bersabda : Engkau dan syi’ahmu berada di surga
49. Dalam kitab Muntakhab Kanz al ummal yang dicetak dalam catatan
pinggir al Musnad juz V hlm 439 cet al Mathba’ah al Maimanah Mesir
meriwayatkan dengan sanadnya dari al Sya’bi dari Ali bin Abi Thalib :
Rasulullah SAW bersabda : Engkau dan syi’ahmu berada di surga”
50. Allamah al Barzanji menuliskan dalam kitabnya al Isya’ah fi
isyrath al sa’ah hlm 41 meriwayatkan dengan sanadnya dari al Sya’bi dari
Ali bin Abi Thalib : Rasulullah SAW bersabda : Engkau dan syi’ahmu
berada di surga
51. al Haitsami dalam Kitab Majma al Zawa’id juz 9 hlm 173,
meriwayatkan dari Abu HUrairah : Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin
Abi Thalib : Engkau bersamaku dan syi’ahmu di surga “
52. Allamah al Khahusyi menuliskan dalam kitabnya Syarf al Nabi
saw, ia meriwayatkan dari Ummul Mukminin Ummu Salamah : Rasulullah SAW
bersabda “ Aku sampaikan kabar gembira kepadamu wahai Ali, engkau dan
syi’ahmu berada di surga”
53. Allamah al Amritsari al Hanafi meriwayatkan dalam kitabnya
Rajih al Mathalib meriwayatkan dari Ummul Mukminin Ummu Salamah :
Rasulullah SAW bersabda “ Aku sampaikan kabar gembira kepadamu wahai
Ali, engkau dan syi’ahmu berada di surga”
54. al Haitsami dalam kitabnya Majma al Zawa’id , meriwayatkan
bahwa dalam kutbahnya Rasulullah saw bersabda : ” Wahai Manusia, barang
siapa membenci kami, Ahlul Ba’it, Allah akan mengumpulkanya pada hari
kiamat sebagai Yahudi. ” Jabir bin Abdullah bertanya, “Wahai Rasulullah,
walaupun ia mengerjakan puasa dan sholat ? beliau saw menjawab : ”
Sekalipun ia mengerjakan puasa dan sholat dan menyatakan dirinya sebagai
muslim. Dengan demikian, siapa yang menumpahkan darahnya, hendaknya
membayar jizah dan mereka itu kecil. Kepadaku diumpamakan umatku dengan
buah tin, lalu para pembawa bendera berlalu dihadapanku. Maka aku
memohon ampunan untuk Ali dan syi’ahnya”.
55. Ibnu ‘Asakir dalam Kitab Tarikh 2/442 meriwayatkan dari
Jabir bin Abdullah, bahwa dalam kutbahnya Rasulullah saw bersabda : ”
Wahai Manusia, barang siapa membenci kami, Ahlul Ba’it, Allah akan
mengumpulkanya pada hari kiamat sebagai Yahudi. ” Jabir bin Abdullah
bertanya, “Wahai Rasulullah, walaupun ia mengerjakan puasa dan sholat ?
beliau saw menjawab : ” Sekalipun ia mengerjakan puasa dan sholat dan
menyatakan dirinya sebagai muslim. Dengan demikian, siapa yang
menumpahkan darahnya, hendaknya membayar jizah dan mereka itu kecil.
Kepadaku diumpamakan umatku dengan buah tin, lalu para pembawa bendera
berlalu dihadapanku. Maka aku memohon ampunan untuk Ali dan syi’ahnya”.
56. Kitab Tahdzib juz VI hlm 67 cet al Turuqqi, Damaskus
meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa dalam kutbahnya Rasulullah
saw bersabda : ” Wahai Manusia, barang siapa membenci kami, Ahlul Ba’it,
Allah akan mengumpulkanya pada hari kiamat sebagai Yahudi. ” Jabir bin
Abdullah bertanya, “Wahai Rasulullah, walaupun ia mengerjakan puasa dan
sholat ? beliau saw menjawab : ” Sekalipun ia mengerjakan puasa dan
sholat dan menyatakan dirinya sebagai muslim. Dengan demikian, siapa
yang menumpahkan darahnya, hendaknya membayar jizah dan mereka itu
kecil. Kepadaku diumpamakan umatku dengan buah tin, lalu para pembawa
bendera berlalu dihadapanku. Maka aku memohon ampunan untuk Ali dan
syi’ahnya”.
Selain yang kami sebutkan di atas terdapat pula simber-sumber lain yang dapat dirujuk :
1. Tafsir Jami’ al Bayan karya ath Thabari.
2. Tafsir ad Durr al Mansur karya as suyuthi (juz 6 hal 379).
3. Tafsir Fath al Qadir (juz 5 hal 398).
4. Tafsir Ruh al Ma’ni karya al Alusi (juz 16 hal 370).
5. Al Manaqib karya al Khawarizmi (hal 111).
6. Kunuz al Haqa’iq karya al Mannawi ( juz 1 hal 150).
7. Anshab al asyraf karya al Baghdadi (hal 182).
8. Nadzm Durar as simtain karya az Zarandi (hal 92).
9. al Fushul al Muhimmah karya Ibnu ash Sabbagh al maliki (hal 107).
10. Nur al Abshar karya asy Syablanji (hal 78).
11. Tadzkirah al Huffadz karya Sibth Ibnu al jawzi (hal 28).
12. Syawahid at Tanzil karya al Hakim al Hiskani (juz 2 hal 356).
Penutup:
Dengan tanpa memberikan analisis apapun terhadap riwayat diatas
seshungguhnya hadis tersebut telah menjelaskan dengan sendirinya, bahwa,
syi’ah didirikan oleh Rasulullah SAW dengan merujuk pada maksud ayat Al
Qur’an :” Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh mereka itu sebaik-baik makhluk” (QS.AlBayyinah: 7-8) yang
kemudian oleh Rasullah SAW dijelaskan bahwa ayat tersebut ditujukan
kepada Imam Ali (dan Imam Ahlul Ba’it) serta para syi’ah.
Sebenarnya dengan berdasar QS Al Bayyinah 7-8 yang kemudian dijelaskan
maksudnya oleh Rasulloh tersebut meruntuhkan pandangan tentang riwayat
yang menyebutkan bahwa Syi’ah adalah hasil kreasi dari orang yang
bernama Abdullah bin Saba’. Alasanya sederhana saja, Imam Ja’far
memerintahkan untuk menguji validitas sebuah hadis itu dengan Al Qur’an
[20] bila hadis itu bertentangan dengan Al Qur’an maka dengan sendirinya
hadis tersebut gugur validitasnya, meskipun periwayatanya sahih. Al
Qur’an itu adalah kebenaran mutlak dan absolute sedangan para periwayat
hadis adalah makhluk yang bersifat relatif sehingga alat ukur kebenaran
adalah kebenaran yang paling mutlak itu sendiri. Pada kasus riwayat
Abdullah Bin saba’ (baik yang diriwayatkan melalui hadis-hadis ahlu
sunnah maupun syi’ah) dengan memperhatikan riwayat diatas hadis kisah
Abdullah bin saba’ runtuh dengan sendirinya, dan yang meruntuhkan adalah
Al Qur’an serta penjelasan Rasulullah SAW. [21]
Konsekuensi logis dari perjalanan intelektual dan spiritual insane
manusia membawa pada satu muara untuk menapaki tangga pertama, bahwa
pintu masuk menjadi insane yang diridhoi adalah melalui pintu masuk
bernama Syi’ah.
Setelah memaparkan tentang siapakah pendiri madzhab syi’ah maka pada
tulisan selanjutnya kami akan membahas siapakah para syi’ah awal
tersebut, melalui kitab al Fuzhul al Muhimmah hal 189-200 akan kami
paparkan para sahabat-sahabat pengikut syiah.
Referensi:
[1] Alamah Husain Thabathaba’i, Islam Syiah, hal 32.
[2]. al Fairuzabadi, al Qamus dalam kata sya’a.
[3] Abu Bakar Atjeh, Syi’ah Rasionalisme dalam Islam, mengutip dari Lisanul Arab dan Kitab Basyarat Syi’ah.
[4] Ayatullah Ja’far Subhani menunjukan berbagai kekeliruan dan
distorsi dari tulisan asy syahrastani dalam kitabnya yang judulnya sama
al Milal wa nihal.
[5] Lihat di catatan kaki di buku Identitas Madzhab Islam, karya Ali Zaenal Abidin hal 35
[6] Ibid
[7] Mengutip pernyataan Ayatullah Murthadha Askari yang melakukan risert terhadap kisah Abdullah bin Saba’.
[8] Penyesalan Ahmad Amin yang menuduh Syi’ah dengan Keburukan ini
dapat dibaca dalam kitab “Ashl Asy Syi’ah wa Ushuluha” pada halaman 72
[9] Pada artikel berikutnya akan kami sampaikan bahwa ke washian Imam
Ali adalah nash dari Illahi dan Rasulullah sendiri yang menyampaikan.
[10] Identitas madzhab Syi’ah karya Ali Zaenal Abidin hal 49
[11] ibid
[12] Silahkan rujuk ke Tahdzib at Tahdzib, Mizan al I’tidal, Tadzkirah wl Maudhu’at dan Lisan al Mizan.
[13] Ahmad al Wa’ili, Huwiyyah at Tasyayyu’ hal 131.
[14] Analisa kisah Abdullah bin Saba’ dari jalur non Syaif Ibnu Umar at Tamimi dikutip dari Encylopedia Shi’a
[15] Ibid halaman 555-556
[16] Dikutip dari artikel yang dipostingkan oleh Ibn Yahya yang berjudul Putra Yahudi.
[17] Kalimat diatas dapat dilihat dalam Tarikh Ya’qubi jilid 2 hal
171 dan kitab ansab al Asyraf karya Baladzuri jilid V hal 31, 36, 37.
kalimat tersebut juga dikutip oleh Dr Ali al wardi dalam kitab Wu’adh
Salathin yang melakukan risert tentang Abdullah bin Saba’ juga dimuat
dalam buku tebal History of the Caliphs : From the death of the mesenger
(SAW) to the decline of the Umayyad Dynasty 11-132 AH hal 170 dan
seterusnya.
[18] Sebagaimana tertulis dalam Ansab al Asyraf karya Baladzuri yang
dikutip oleh buku Antologi Islam hal 561 danal Fitnah al kubra Jilid I
dan Jilid II
[19]. . Al Hafizh Abu Na’im adalah ulama ahli hadis terkemuka dari
kalangan ahlu sunnah, Ibn Khalkan dalam kitabnya wafiyat al a’yah
mengatakan ” bahwa ia termasuk perawi hadis yang terpercaya dan ahli
hadis yang handal. menurut Ibn Khalkan, kitab Hilayah al awliya yang
mencapai 10 jilid merupakan kitab terbaik. Pujian yang sama diberikan
oleh Shalahuddin al Shafadi dalam kitabnya al wafi bi al wafiyat, ia
menyebut al hafizh Abu Na’im sebagai mahkota ahli hadis. Pujian yang
sama juga diberikan oleh Muhammad bin Abdullah al Khatib dalam kitabnya
Misykat al mashabih, ia mengatakan ia termasuk guru hadis yang tsiqat,
dan pendapat-pendapatnya menjadi rujukan.
[20] Seperti diketahui bahwa disiplin Ilmu hadis dalam Madzhab ahlu
Sunnah untuk menguji validitas hadis menggunakan pengujian Jarh wa
Ta’dil Sanad an sich, sedangkan dalam kalangan Syi’ah validitas hadis
selain menggunakan pengujian Jarh wa Ta’dil Sanad maish dilanjutkan di
uji dengan Al Qur’an.
[21] Bahwa kelemahan hadis Abdullah bin Saba’ kemudian ditunjukan
dari sisi periwayatan oleh As sayyid Murthadha al Askari dalam karya
beliau Abdullah bin saba wa ashathir ukhra, dan Khamsun wa Mi’ah
Shahabt Mukhtalaq dan Abdullah Bin Saba. Serta dalam buku karya Ustd M
Hashem, Abdullah Bin Saba benih perpecahan Umat dan Abdullah bin
Saba’ dalam polemik. Fenomena ini menjadi bukti bahwa jika Al Qur’an dan
Sabda Rasulullah SAW meruntuhkan pandangan pendiri syi’ah adalah
Abdullah Bin saba’ maka pembuktian kelemahan dalam riwayat tersebut
menjadi lebih mudah. Sebagaimana dapat anda sekalian baca di ke empat
buku tersebut yang membahas kisah abdullah bin saba’ dari riwayat Ahlu
Sunnah dan Syi’ah baik dari jalur Saif bin Umar at Tamimi ataupun yang
diluar jalur riwayat at Tamimi.
MENELADANI PARA SAHABAT MEMILIH SYI’AH SEBAGAI MADZHAB.
Pendahuluan.
Sebelumnya telah diuraikan sejarah kelahiran syi’ah, artikel ini
merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya [1] yang mengulas secara
difinitif tentang siapakah sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang kemudian
disebut sebagai syi’ah awal. Saya pribadi memandang perlu untuk
menuliskannya, agar konstruksi sejarah syiah dapat dilihat secara utuh,
keutuhanya terlihat dari relasi kesaling hubungan antara doktrin [2]
dan pelaku yang ditunjukan secara difintif siapakah sebetulnya para
syi’ah awal itu [3].
Para syi’ah awal.
Mengutip dari hadis yang diriwayatkan oleh Al Hafizh Abu Na’im, [4]
yang meriwayatkan dengan sanad dari Ibnu Abbas, ketika turun ayat yang
mulia :” Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh mereka itu sebaik-baik makhluk” (QS.AlBayyinah: 7-8), kemudian
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Wahai Ali, itu
adalah engkau dan syi’ahmu…”
Manifestasi pengejawantahan syi’ah awal ini
muncul usai wafatnya Rasulullah SAW, sebagai bentuk loyalitas dan
kepatuhan para sahabat kepada Rasulullah SAW yang telah menetapkan Ali
Bin Abi Talib (Ahlul Ba’it Rasulullah SAW dan Itrah Rasulullah SAW ) –
di Ghadir Kum – sebagai yang harus di patuhi pasca beliau SAW tiada.
Seorang ulama ahlu sunnah bernama Abu Hatim ar Razi dalam kitabnya al
Zinah , menuliskan, nama pertama yang diberikan dalam Islam sebagai
julukan bagi sekelompok orang pada masa Rasulullah SAW masih hidup
sebagi Syi’ah adalah (1) Abu Dzar Al Ghifari, (2) Salman al Farisi,
(3) Al Miqdad bin al Aswad al Kindi (4) ‘Ammar bin Yasir. Ayatullah
Sayyid Muhammad al Musawi mengomentari hal tersebut sebagi berikut,
…mereka adalah sahabat yang ikhlas, mereka mendengar Nabi SAW bersabda,
“Syiah Ali adalah makhluk terbaik dan mereka adalah orang-orang yang
beroleh kemenangan “, oleh karena itu mereka bangga menjadi bagian dari
makhluk terbaik itu, dan mereka dikenal dikalangan sahabat dengan
julukan syi’ah.
Di berbagai kesempatan Rasulullah SAW banyak memuji ke
empat sahabat –syi’ah awal- tersebut, diantaranya :
1. Sunan Tirmidzi 5/636 no 3718 menuliskan Diriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW mengatakan kalau Allah SWT memerintahkan Beliau untuk
mencintai empat orang sahabat dan Rasulullah SAW juga diberitahu bahwa
Allah SWT mencintai keempat sahabat tersebut. Para sahabat bertanya
kepada Rasulullah SAW siapakah keempat sahabat yang mendapat
keistimewaan seperti itu. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa mereka adalah
Ali RA, Abu Dzar RA, Miqdad bin Aswad RA, dan Salman Al Farisi RA.
Hadis ini diriwayatkan dalam,. Berikut hadis riwayat Tirmidzi :
حدثنا
إسماعيل بن موسى الفزاري ابن بنت السدي حدثنا شريك عن أبي ربيعة عن ابن
بريدة عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن الله أمرني بحب
أربعة وأخبرني أنه يحبهم قيل يا رسول الله سمهم لنا قال علي منهم يقول ذلك
ثلاثا و أبو ذر المقداد و سلمان أمرني بحبهم وأخبرني أنه يحبهم
Telah
menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi
yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari
Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda
‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai Empat
orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka. Para
sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”.
Rasulullah SAW bersabda “Ali diantaranya (Beliau menyebutkan itu tiga
kali) kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu
untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun
mencintai Mereka.
2. Sunan Ibnu Majah 1/53 no 149 (Dengan redaksi sama dengan di
atas)
حدثنا إسماعيل بن موسى الفزاري ابن بنت السدي حدثنا شريك عن أبي
ربيعة عن ابن بريدة عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن الله
أمرني بحب أربعة وأخبرني أنه يحبهم قيل يا رسول الله سمهم لنا قال علي
منهم يقول ذلك ثلاثا و أبو ذر المقداد و سلمان أمرني بحبهم وأخبرني أنه
يحبهم
Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu
binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari
Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW
bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai
Empat orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka.
Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama
mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali diantaranya (Beliau menyebutkan
itu tiga kali) kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT
memerintahkanKu untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa
Dia pun mencintai Mereka.
3. Musnad Ahmad 5/351 no 23018 (Dengan redaksi sama dengan no 1) )
حدثنا إسماعيل بن موسى الفزاري ابن بنت السدي حدثنا شريك عن أبي ربيعة عن
ابن بريدة عن أبيه قال قال رسو الله صلى الله عليه و سلم إن الله أمرني بحب
أربعة وأخبرني أنه يحبهم قيل يا رسول الله سمهم لنا قال علي منهم يقول ذلك
ثلاثا و أبو ذر المقداد و سلمان أمرني بحبهم وأخبرني أنه يحبهم
Telah
menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi
yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari
Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda
‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai Empat
orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka. Para
sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”.
Rasulullah SAW bersabda “Ali diantaranya (Beliau menyebutkan itu tiga
kali) kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu
untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun
mencintai Mereka.
4. Mustadrak Al Hakim 3/130 no 4649 (Dengan redaksi sama dengan
no 1)
حدثنا إسماعيل بن موسى الفزاري ابن بنت السدي حدثنا شريك عن أبي
ربيعة عن ابن بريدة عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن الله
أمرني بحب أربعة وأخبرني أنه يحبهم قيل يا رسول الله سمهم لنا قال علي
منهم يقول ذلك ثلاثا و أبو ذر المقداد و سلمان أمرني بحبهم وأخبرني أنه
يحبهم
Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu
binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari
Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW
bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai
Empat orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka.
Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama
mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali diantaranya (Beliau menyebutkan
itu tiga kali) kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT
memerintahkanKu untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa
Dia pun mencintai Mereka.
5. Al Kuna Al Bukhari 1/31 no 271 Dengan redaksi sama dengan no
1)
حدثنا إسماعيل بن موسى الفزاري ابن بنت السدي حدثنا شريك عن أبي ربيعة
عن ابن بريدة عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن الله أمرني
بحب أربعة وأخبرني أنه يحبهم قيل يا رسول الله سمهم لنا قال علي منهم يقول
ذلك ثلاثا و أبو ذر المقداد و سلمان أمرني بحبهم وأخبرني أنه يحبهم
Telah
menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi
yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari
Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda
‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai Empat
orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka. Para
sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”.
Rasulullah SAW bersabda “Ali diantaranya (Beliau menyebutkan itu tiga
kali) kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu
untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun
mencintai Mereka.
6. Tarikh Ibnu Asakir 21/409. )
حدثنا إسماعيل بن موسى الفزاري ابن
بنت السدي حدثنا شريك عن أبي ربيعة عن ابن بريدة عن أبيه قال قال رسول الله
صلى الله عليه و سلم إن الله أمرني بحب أربعة وأخبرني أنه يحبهم قيل يا
رسول الله سمهم لنا قال علي منهم يقول ذلك ثلاثا و أبو ذر المقداد و سلمان
أمرني بحبهم وأخبرني أنه يحبهم
Telah menceritakan kepada kami Ismail bin
Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi yang berkata telah menceritakan
kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang
berkata “Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah
memerintahkanKu untuk mencintai Empat orang dan Allah SWT memberitahuKu
bahwa Dia pun mencintai Mereka. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW
tolong sebutkan nama-nama mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali
diantaranya (Beliau menyebutkan itu tiga kali) kemudian Abu Dzar, Miqdad
dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu untuk mencintai Mereka dan Allah
SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka.
7. Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya:
حدثنا عبد الله حدثني
أبي ثنا بن نمير عن شريك ثنا أبو ربيعة عن بن بريدة عن أبيه قال قال رسول
الله صلى الله عليه و سلم ان الله عز و جل يحب من أصحابي أربعة أخبرني انه
يحبهم وأمرني ان أحبهم قالوا من هم يا رسول الله قال ان عليا منهم وأبو ذر
الغفاري وسلمان الفارسي والمقداد بن الأسود الكندي
Telah menceritakan
kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku
yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dari Syarik yang
berkata telah menceritakan kepada kami Abu Rabi’ah dari Ibnu Buraidah
dari Ayahnya yang berkata Rasulullah SAW bersabda “sesungguhnya Allah
Azza wajalla mencintai empat orang dari sahabatKu. Allah SWT
memberitahuKu bahwa Dia mencintai Mereka dan memerintahkanKu untuk
mencintai Mereka. Para sahabat berkata “siapa mereka wahai Rasulullah?”.
Rasulullah SAW berkata “Ali diantaranya, Abu Dzar Al Ghiffari, Salman
Al Farisi dan Miqdad bin Aswad Al Kindi.
8. Al Hafizh Abu Na’im, dalam Hilayah al Awliya jilid I hlm 172
meriwayatkan dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Sesungguhnya
Allah memerintahkan kepadaku untuk mencintai empat orang. Dia
memberitahukan kepadaku bahwa Dia mencintai mereka, lalu ditanyakan,
“Siapa mereka itu ?” Rasulullah saw menjawab, “Mereka adalah Ali bin Abi
Thalib, Abu Dzar, al Miqdad dan Salman.
9. Ibnu Hajar al Makki dalam kitabnya al Shawa’iq al Muhriqah,
dalam hadis ke lima dari empat puluh hadis yang menukil tentang
keutamaan Ali bin Abi Thalib meriwayatkan hadis dari Turmudizi dan al
Hakim dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Sesungguhnya
Allah memerintahkan kepadaku untuk mencintai empat orang. Dia
memberitahukan kepadaku bahwa Dia mencintai mereka, lalu ditanyakan,
“Siapa mereka itu ?” Rasulullah saw menjawab, “Mereka adalah Ali bin Abi
Thalib, Abu Dzar, al Miqdad dan Salman.
10. Ibnu Hajar al Makki dalam kitabnya al Shawa’iq al Muhriqah
dalam hadis nomor 29 menukil dari Turmudzi dan al Hakim dari Anas bin
Malik, bahwa Rasulullah saw bersabda :”Surga merindukan tiga orang,
mereka adalah Ali, Ammar dan Salman”.
11. Ibn Maghazali al Syafi’I dalam Manaqib ‘Ali bin Abi Thalib
hadis no 331, meriwayatkan hadis dengan sanadnya dari Buraidah :
Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah mencintai empat orang dari
sahabtku . Allah mengabarkan bahwa Dia mencintai mereka dan Dia
memerintahkan kepadaku untuk mencintai mereka,” Para sahabat bertanya,
“Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah saw ? “ Beliau menjawab, “Mereka
adalah Ali, Abu Dzar, Salman dan al Miqdad bin al Aswad al Kindi “ Imam
Ahmad bin Hanbal juga meriwayatkan dalam Musnad 5/351 dengan sanad
dari Muhammad bin al Thufail dari syarik. Al Hakim meriwayatkan dalam
al Mustadrak 3/30 melalui Imam Ahmad bin Hanbal dari al Aswad bin
‘Amir dan Abdullah bin Numair yang disahihkan oleh al Dzahabi dalam
Talkhis. Al Hafizh al Qazwini meriwayatkan pula dalam Sunan al Mushthafa
1/52.
Disamping ke empat nama di atas yang kemudian popular disebut sebagai
empat pilar syi’ah, para sejahrawan juga menuliskan beberapa nama-nama
sahabat yang disebut-sebut sebagai loyalis kepada Ali bin Abi Thalib
(syi’ah) [5] sebagaimana disebutkan pula oleh para sejahrawan bahwa
para sahabat ini menolak berba’at kepada khalifah yang dipilih secara
sepihak di Saqifah [6] diantaranya adalah [7]:
1. Hudzaifah al Yamani, halif orang madinah suku
Aus dan salah seorang sahabat istimewa Rasulullah. Dikenal sebagai
ksatria dan prajurit hebat yang berperang di Uhud dan melayani Rasul
sebagai penasehat khusus di khandaq, kesetianya kepad perintah
Rasulullah untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib pasca beliau wafat tak
berubah bahkan setelah membai’at khalifah I yang terpilih di saqifah,
Sebelum wafatnya, ia mewasiatkan kepada kedua anaknya agar mengikuti
jejaknya untuk patuh pada perintah Rasulullah saw untuk mengikuti Imam
Ali bin Abi Thalib. Kedua putra Hudzaifah Al Yamani turut serta bersama
pasukan Imam Ali bin Abi Thalib dalam perang Shifin melawan Mu’awiyah,
dan keduanya syahid.
2. Khuzaimah bin Tsabit, dari suku Aus, ia
dijuluki Dzu’sy Syahadtain oleh Rasulullah saw (orang yang kesaksianya
sama dengan kesaksian dua orang). Beliau adalah sahabat yang mematuhi
perintah Rasulullah saw untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib, beliau turut
serta dalam Perang Jamal dan Perang Shifin menyertai Imam Ali bin Abi
Thalib, dan beliau syahid di tangan tentara Mu’awiyah.
3. Abu Ayyub al Anshari, yang ayahnya, Khalid bin
Kulaib, asal banu Najjar dan ibunya khazraj. Ia salah satu sahabat
paling penting diantara Anshar dan merupakan tuan rumah Rasul di Madinah
sampai rumah beliau saw di bangun. Beliau adalah sahabat yang mematuhi
perintah Rasulullah saw untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib, Ia berperang
menyertai Imam Ali bin Abi Thalib dalam perang Al Jamal, Shifin dan
Nahrawan. [8] Rumah beliau sempat di jadikan situs sejarah hingga
tragedi yang terjadi pada tanggal 8 Syawal 1345 Hijriah bertepatan
dengan 21 April 1925 sekelompok gerakan Islam yang menamakan diri
Wahabbi menghancurkan rumah beliau, rumah yang sempat menampung
Rasulullah di saat tiba dari hijrah. Sebelumnya pada tahun 39 H Pasukan
Muawiyyah di bawah jendral Busr bin Artha’ah yang kejam membakar rumah
beliau dan rumah Jabir bin Abdullah al anshari. Dalam Pasukan Busr bin
Artha’ah ikut pula Abu Hurairah yang kemudian ditunjuk sebagai Busr
sebagai gubernur Mekkah. [9] Beliau bersama dengan Ibnu Mas’ud
menceritakan : ” Bahwa sesungguhnya Ali telah diperintahkan (oleh
Rasulullah saw) untuk memerangi orang-orang yang melanggar bay’at
(seperti pada perang jamal), orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
(seperti pada perang shiffin) dan orang-orang yang keluar dari agama
(seperti pada peristiwa Nahwan ) dan pada waktu itu Imam Ali berkata :
Aku hanya memiliki dua pilihan, memerangi mereka atau aku termasuk orang
yang mengingkari apa yang diturunkan Allah SWT” [10],
4. Sahl bin Hunaif, dari suku Aus, yang berperang
bersama Rasul di Badr dan peperangan lainya. Beliau adalah sahabat yang
mematuhi perintah Rasulullah saw untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib, ia
menemai Ali bin Abi Thalib di Bashrah dan berperang di shiffn menghadapi
Muawiyah, Ali bin Abi Thalib mengangkatnya sebagai Gubernur Persia.
5. Utsman bin Hunaif, sudara Sahl, Beliau adalah
sahabat yang mematuhi perintah Rasulullah saw untuk mengikuti Ali bin
Abi Thalib, ia pernah ditunjuk oleh Imam Ali sebagai gubernur Bashrah.
6. Al Bara’a bin ’Azib al Anshari, dari suku Khazraj dia salah seorang aristokrat madinah.
7. Abu Dzar bin Jundab al Ghiffari salah seorang yang dijuluki
empat pilar syi’ah, Khalifah ke III mengasingkanya di desa kecil
Rabadzah hingga beliau wafat. Beliau bersama Ibnu Abbas meriwayatkan
sebuah hadis dari Rasulullah yang bersabda, ” Kelak sepeninggalku akan
timbul fitnah. Oleh karena itu pilihlah Ali bin Abi Thalib, karena ia
adalah yang pertama kali akan menjabat tanganku di hari kiamat kelak,
dialah yang paling jujur dan seorang pembeda yang membedakan anatara haq
dan bathil, dan dia adalah pemimpin besar bagi orang-orang mukminin
”[11]Di berbagai kesempatan Abu Dzar sering mengungkapkan hak-hak Ahlul
Ba’it, diantaraya yang disebutkan Ya’qubi, bahwa Abu Dzar sering
mengatakan ” … Ali adalah pengemban wasiat (washi) Muhammad dan pewaris
(warits) ilmunya, Wahai orang-orang yang bingung tersesat setelah
rasulnya, jika mau mendahulukan dalam kepemimpinan mereka yang telah
Allah dahulukan, dan menyingkirkan orang yang telah Allah singkirkan,
dan jika kalian tegar menempatkan kekhalifahan dan pewaris pada orang
dari keluarga Rasulmu. Kalian pasti makmur dan kebutuhan hidupmu akan
melimpah ruah”.
8. Ubayy bin Ka’b, berasal dari cabang Banu Khazraj dan merupakan salah satu faqih dan qori terkemuka dari kalangan anshar.
9. Ammar bin Yasir, orang Arabia selatan yang
berafiliasi dengan klan qurasy makhzum. Ia salah satu pemeluk Islam
awal, dan salah satu dari empat pilar syi’ah awal. Rasulullah saw pernah
bersabda kepada Ammar “Kasihan engkau Ibnu Sumayyah, engkau akan
dibunuh oleh kelompok pembangkang”[8].
Ammar bin Yasir syahid saat
berperang bersama Imam Ali bin Abi Thalib pada perang shifin menghadapi
kaum Qasithin kaumnya Muawiyah. Kepada beliau (Ammar) dan Abu Ayyub al
Ansari Rasulullah saw pernah berwasiat, diriwayatkan dari al Qamah bin
Qais dan aswad bin buraidah, ”Kami mendatangi Abu Ayyub al Anshari dan
berkata, ”Wahai Abu Ayyub, sesungguhnya Allah telah memuliakan anda
dengan Nabimu ketika dia membiarkan untanya berhenti dirumahmu dan
Rasulullah memberikan keutamaan kepadamu.
Ceritakanlah kepadaku ketika
anda pergi bersama Ali bin abi Thalib memerangi kelompok La ila ha
illallah.” Abu Ayyub al Anshari berkata, ”Aku bersumpah kepadamu dengan
nama Allah, Nabi SAW bersamaku dirumah yang anda kunjungi sekarang.
Waktu Rasulullah saw bersama Ali yang duduk di sebelah kananya dan Anas
bin Malik berdiri di depanya. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu, dan
Rasulullah berkata, ”Lihatlah siapa yang ada dipintu?” saya Ammar ya
Rasulullah” Nabi berkata, ”Bukalah untuk Ammar yang suci dan disucikan!”
Anas bin Malik membuka pintu dan Ammar masuk menemui Rasulullah SAW,
Nabi SAW kemudian bersabda, ”Wahai Ammar nanati akan terjadi bencana
pada umatku sampai manusia saling membunuh satu sama lain. Jika kalian
melihat itu maka berpeganglah kepada orang yang berada disampingku,
yakni Ali bin Abi Thalib.
Jika semua orang menuju lembah dan Ali menuju
lembah yang lain, maka ikutilah lembah Ali dan jangan ikuti yang lain.
Ali tidak akan menyesatkanmu dari kebenaran dan membawamu kepada
kecelakaan, mentaatinya adalah mentaatiku dan mentaatiku adalah mentaati
Allah ” [12] Beliau dikenal sangat konsisten mengingatkan umat akan
keimamahan Ahlul Ba’it, pada saat pemilihan kekhalifahan ke III, terjadi
adu argumentasi antara Ammar bin Yasir dengan Ibn Abi Sarh (dikenal
sebagai berasal dari klan Umayyah yang bengis yang pernah akan dihukum
mati oleh Rasulullah SAW, ia saudara susu Utsman bin Affan ra).
Pada
saat prosesi pemilihan tersebut Abdurrahman dengan penuh semangat
mendukung Utsman bin Afan dan ia berkata kepada Abdurahman bin Auf, ”
Jika engkau ingin agar Quraisy tidak terpecah, maka angkatlah Utsman.
Pernyataan itu kemudian disanggah oleh Ammar bin Yasir seraya
menjelaskan betapa Ibn Abi Sarh adalah orang yang gigih sebagai anti
islam. Dengan nada keras Ammar mengatakan pada Ibn Abi Sarh :” Sejak
kapan engkau menjadi penasehat kaum Muslimin ?” kemudian terjadilah
dialog panjang , perkataan Ammar bin Yasir yang terkenal adalah ”
Wahai umat, Allah telah menjadikan kita kelompok manusia yang termulia
melalui Rasul-Nya dan mengistimewakan kita melalui agama-Nya, tetapi
kalian berpaling dari Ahlul Ba’it (Keluarga) Rasul Kalian”
Pernyataan
ini ditukas oleh Klan Makhzum dengan nada rasialis pra Islam, ”Ini
adalah masalah yang harus diselesaikan oleh Quraisy sendiri, wahai Ammar
siapakah engkau mencampuri kaum Qurasiy ? [13]
10. Al Miqdad bin ‘Amr, orang Arabia selatan
mungkin suku Kinda atau Bahrah, di adopsi oelh Aswad b Abd Yatsuts dari
banu Makhzum, Ia salah satu dari tujuh pemeluk Islam pertama dan salah
satu dari empat Pilar Syiah awal. Beliau dikenal sebagai pencinta ahlul
ba’it yang gigih, diberbagai kesempatan beliau menjelaskan hak-hak
keutamaan Ahlul Ba’it, salah satu perkataanya beliau ucapkan pada saat
pemilihan khalifah ketiga beliau berkata adalah : ” Sungguh berat
menyaksikan bagaimana orang memberi penghormatan kepada Ahl al Bayt
Rasul. Sungguh tergoncang pedoman melihat Quraisy telah mengabaikan dan
melangkahi mereka yang merupakan kelompok manusia terbaik dikalangan
mereka.” Lalu seseorang bertanya kepada Miqdad : ”Siapakah ahl al Bayt
ini dan siapakah orang yang termasuk dalam kelompok itu ?” Miqdad
menjawab: ”Ahl al Bayt artinya Banu abdul Muthalib dan orang yang
dimaksud adalah Ali bin Abi Thalib” [14]
11. Salman al Farisi, asli Persia dan pengikut
dan sahabat Rasulullah saw yang sangat bersemangat. Beliau selalu
menjadi pendukung Imam Ali bin Abi Thalib yang bersemangat. Ia adalah
salah satu dari empat pilar syi’ah, Rasulullah saw pernah berwasiat
kepadanya, ”Wahai salman seandainya seluruh umat manusia menempuh satu
jalan, dan Ali memilih jalan lain maka ikutilah Ali”. Beliau (Salman al
Farisi) mengatakan ” Kami memba’iat Rasulullah saw sebagai kesetiaan
kepada kaum muslimin, serta mengakui keimamahan Ali bin Abi Thalib dan
setia kepadanya. [15]
12. Khalid bin Sa’id, dari klan Umayyah, orang
ketiga atau ke empat yang masuk Islam setelah Abu Bakar, dan
satu-satunya dari klan umayah yang gigih mengingatkan para sahabat lain
untuk mematuhi perintah Rasulullah saw berwilayah kepada Ali bin Abi
Thalib.
Ringkasan nama-nama para sahabat syi’ah lainya.
Selain nama-nama sahabat yang telah kami sebutkan diatas berikut kami
tuliskan nama-nama para sahabat syi’ah lain yang ditulis dalam kitab al
Fushul al Muhimmah karya Sayyid Safruddin al Musawii :
1. Abu Rafi Al Qibthiy, beliau adalah bekas pembantu Rasulullah saw, nama aslinya Aslam, Hurmuz, Ibrahim atau Tsabit.Ia
mempunyai anak dan cucu semuanya termasuk pengikut dan pecinta hlul
ba’it (syi’ah) diantaranya : Rafi’ ( berputrakan Ali yang kemudian
menuliskan fiqh ahlul Ba’it), Hasan, Mughirah dan ‘Ubaidullah (beliau
yang menulis nama-nama para sahabat Nabi saw yang ikut dalam barisan
Imam Ali bin Abi Thalib dalam perang Shiffin menghadapi Muawiyah. Buku
karya ‘Ubaidullaj ini kemudian menjadi rujukan kitab al Ishabh ). Abu
Rafi’ memiliki cucu yang kemudian menjadi pengikut setia Ahlul Ba’t,
yakni : Hasan, Saleh, dan ‘Ubaidullah (putra dari Ali bin Abu Rafi’)
dan Fadhl bin Ubaidullah bin Abu Rafi’.
2. Abu al Mundzir Abuai Ibnu Ka’ab, (sebagimana
telah disebutkan diatas) yang bergelar sayyidul Qurra (penghulu para
qari), beliau termasuk yang menolak keputusan saqifah dan tetap
konsisten dengan perintah Rasulullah saw untuk berwilayah kepada Imam
Ali bin Abi Thalib.
3. Abdullah bin Yaqthur, dalam kitab al Ishabah
disebutkan namanya sebagai Ibn Yaqazhah, ia saudara sepersusuan al
Husain bin Ali ra, Abdullaj bin Yaqtur gugur dalam memebela Imam
Husain.
4. Abdurrahman bin Abd Rab al Anshariy. Dalam
kitab al muwalah karya ibn Uqdah disebut sebgai sorang yang disebut
sebagi yang mendengar nash Al Ghadir, kemudian bersaksi bagi Imam Ali
ketika kesaksian di serambi masjid. (disebutkan dalam al Ishabah).
5. Abu Fudhalah al Anshariy. Penulis al isti’ab
dan al ishabah merawikan dalam bagian riwayat hidup Fudhualah dari
putranya,bahwa ia pernah mendengar Ali as berkata ” Sesungguhnya
Rasulullah SAW pernah memberitahukan kepadaku bahwa aku tidak akan
mati sebelum aku diangkat sebagai amir , kemudian berlumuran darah dari
sini sampai sini (ia menunjukan ke mata dan kepalanya)”. berkata
Fudhalah (putra abu fudhalah) “’maka ayahku kemudian mendampingi beliau
(imam Ali as) sampai ia (ayahku) terbunuih di shifin “. Abu Fudhalah
termasuk salah seorang pejuang Badr.
6. Abu Laila al Ghifariy. Dalam biografinya (al
ishabah), Abu Ahmad dan Ibn Mandah meriwayatkan darinya, bahwa ia
mendengar Nabi saw bersabda : “Akan datang fitnah (kekacauan)
sepeninggalku, jika hal itu terjadi. Ikutilah Ali Bin Abi Thalib, ia
adalah orang pertama yang beriman kepadaku dan orang pertama yang
berjabat tangan denganku kelak pada hari kiamat. Dialah ash shiddiq al
akbar dan al Faruq, dan ia adalah pemimpin utama kaum mukminin”. Ibn
abdil Barr juga merawikan dalam riwayat hidup Abu Laila Al Ghifary. Dari
beliau pula diriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah saw yang
bersabda: “Akan datang fitnah sepeninggalku. Apabila keadaan itu menimpa
kalian, berpegangteguhlah pada Ali bin Abi Thalib, karena sesungguhnya
ia adalah orang yang pertama beriman kepadaku, yang pertama menjabat
tanganu di hari kiamat, dialah orang yang paling jujur, pembeda antara
kebenaran dan kebatilan, pemimpin bagi kaum mukmin, sedangkan harta
benda menjadi pemimpin bagi orang-orang munafik [16]
7. Abu Sa’id al Khudri, ucapan beliau yang
terkenal adalah “ Manusia diperintahkan lima hal. Mereka melaksanakan
empat hal diantaranya dan meninggalkan yang satu hal” ketika ditanyakan
kempat hal itu ia menjawab :”yaitu Shalat, zakat, puasa pada bulan
ramadhan dan haji” Ketika ditanya, apa satu hal yang telah mereka
tinggalkan : “Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib “ Ketika ditanyakan, “
apa itu juga difardhukan?”, ia menjawab: ´Benar hal itu di fardhukan
seperti empat hal sebelumnya” [17]
8. Abu Sufyan bin al Harits bin Abdul Muthalib,
beliau adalah saudara sepupu Rasulullah saw dan juga saudara sepersusuan
beliau, keduanya pernah disusui oleh Halimah as sa’diyah.
9. Ammar bin Abi Salamah ad Dalaniy, disebutkan dalam kitab al ishabah disebutkan ia gugur sebagai syahid bersama al Husain bin Ali ra.
10. ‘Amr bin abi salamah, (putra ummu salamah yang dipelihara oleh nabi saw).
11. Amr bin Salamah al Muradiy, Ibn Hajr, dalam
Al Ishabah, menyebutkanya sebagai orang yang terbunuh bersama Hujur bin
‘Adiy (yang dibunuh atas perintah Muawiyah karena menolak melaknat Imam
Ali bin Abi Thalib).
12. Anas bin al Harts ( al Harits bin Nabih),
Dialah yang mendengar Rasulullah bersabda (lihat al ishabah): “Putraku
ini (yakni al Husain bin Ali) akan terbunuh di suatu tempat yang
dinamakan Karbala. Maka barangsiapa di antara kalian mengalami masa itu
hendaknya ia membelanya”. Penulis Ishabah menceritakan “Di kemudian
hari (yakni ketika terjadi peristiwa pembantaian al Husain). Anas bin
Harits ikut berjuang di karbala dan syahid disana bersama al Husain ra.
13. Aban bin sa’id bin al Ash al Amawiy
14. ‘Abbas bin ‘abdul Muthalib, sejahrawan menyebutkan beliau adalah salah seorang dari para sahabat yang menolak memberikan ba’iat kepada Abu Bakar [18]
15. ‘Adiy bin Hatim ath Thaiy, beliau adalah
salah satu panglima dari pasukan Imam Ali bin Abi Thalib dikenal
sebagai Qurra (pembaca al Qur’an), dalam perang Jamal bersama Imam Ali
beliau kehilangan putra dan sebelah matanya.Keberanianya bertempur
sehingga dia dijuluki “Singa Laskar”.
16. ‘Abdullah bin Abbas, beliau adalah seorang
alim dan berpengetahuan luas (habr al Ummah –genius umat ini) oleh
Muawiyah bin Abu Sofyan beliau termasuk yang sering dilaknati oleh
Muawiyyah bin Abu sofyan. Salah seorang Jendral dari Muawiyyah bernama
Basir bin Artah yang mendapatkan perintah untuk memburu para pecinta
Ahlul Ba’it, pernah memburu Abdullah bin Abbas hingga kerumahnya tetapi
beliau tidak diketemukan, yang didapati adalah dua orang anak yang
tengah disusui ibunya, Basir bin Artah merebut dua anak tersebut dan
membunuh keduanya dihadapan ibunya Beliau diberbagai kesempatan
mengingatkan dan mendakwahkan keimamahan dari Ali bin Abi Thalib dan
Ahlul ba’it, dalam satu kesempatan beliau melakukan dialog keimamahan
dengan Khalifah Umar bin Khatab, selengkapnya meligat dialog yang
panjang tersebut kami persilahkan merujuk pada kitab syarh Nahjl al
Balaghah Juz 12 hal 52-54 dicetak oleh Dar Ihya al Turats al A’rabi.
Beliau pula yang menceritakan kepada kita semua, tentang “TRAGEDI HARI
KAMIS”, sebuah peristiwa yang membuat beliau menangis. Peristiwa Hari
Kamis adalah peritiwa detik-detik menjelang kewafatan Rasulullah saw dan
beliau SAW meminta selembar kertas dan tinta serta alat tulis untuk
menuliskan wasiat kepada umatnya agar sepeninggal beliau tidak tersesat,
namun beliau dihalangi oleh seseorang yang kemudian menyebut Rasulullah
saw telah mengigau (a hajara) sebuah pernyataan yang bertentangan
dengan sebutan Al Qur’an tentang diri Rasulullah” selebihnya tentang
penuturan Ibn ‘Abbas tentang Tragedi Hari Kamis ini dapat dilihat di
Sahih al Bukhari juz 2 hlm 118 dan sahih muslim pada akhir kitab al
Washiyyah
17. ‘Abdullah bin ‘Abd al Madani al Haritsiy.
18. ‘Abdullah bin Rafi’.
19. ‘Abdullah bin Abi Sufyan bin al Harits bin Abdul Muthalib.
20. ‘Abdullah bin Badil al Khuza’iy.
21. Abdullah bin Dabbab al Mid Hajiy.
22. Abullah bin Hanin bin Asad bin Hasym.
23. Abdullah bin Hawalah al Azdiy ( disebut dalam buku amal al amil jld I).
24. Abdullah bin ja’far, sejahrawan menuliskan
bahwa beliau bersama Imam Hasan, Imam Husain, Muhammad bin Hanafiah
membawa jenazah Imam Ali bin Abi Thalib malam-malam untuk dimakamkan
secara rahasia, mengingat kaum Khawarij dan bani Ummayah bermaksud
membongkar makam Imam Ali [19] Beliau pernah di dipaksa Muawiyyah untuk
berbai’at kepada Muawiyyah dengan ancaman jika menolak akan terjadi
tindak kekerasan [20} Muawiyyah bahkan berusaha menikahkan anaknya Yazid
dengan putri beliau tetapi kemudian beliau menolak [21]
25. Abdullah bin Ka’b al Haristsiy.
26. Abdullah bin Khabab bin Arat, beliau adalah
pecinta Ahlul Ba’it dan pembela Imam Ali bin Abi Thalib. Beliau syahid
dibunuh kelompok Khawarij bersama istrinya yang tengah mengandung,
jenazahnya dibuang ditempat sampah. Beliau dibunuh lantaran kecintaanya
kepada Imam Ali, usai menjawab pertanyaan Kaum khawarij yang menanyakan
:” meminta pendapat tentang Ali bin Abi Thalib”, kemudian beliau
menjawab “ Ali adalah amirul mukminin sekaligus Imam Kaum Muslim “ [22]
27. Abdullah bin Mas’ud al Hudzaliy, Khatib al
Bagdadi menuliskan bahwa beliau pernah dilarang menyebarkan hadis dari
Rasulullah oleh khalifah ke II. Beliau menjadi salah satu sahabat
penghimpun Al Qur’an. Beliau wafat dalam kondisi di asingkan, beliau
meminta Ammar bin Yasir yang mensholatkan jenazahnya dan melarang
Khalifah ke III mensholatkan jenazahnya [23] Abdullah bin Mas’ud
dikenal sebagai orang yang tak mau mengikuti Imamah versi masyarakat
[24]
28. Abdullah bin Naufal bin al Harits bin ‘Abdul Muthalib,
Ibn A’tsam Kufi, Baladzuri dan Ibn Syahr Ashub menuliskan bahwa
beliau membela Imam Hasan saat Imam Hasan diperangi Muawiyyah. Menjadi
delegasi antara Imam Hasan dan Muawiyyah.
29. Abdullah bin Rabiah bin Harits bin Abdul Muthalib.
30. ‘Abdullah bin Thufail al ‘Amiriy.
31. Abdullah bin Sahl bin Hunaif.
32. Abdullah bin Salamah al Kindiy.
33. Abdullah bin Warqa as Saluliy.
34. Abdullah bin Yaqthur, beliau syahid dalam membela Imam Husain.
35. Abdullah bin Zubair bin Abdhul Muththalib.
36. Abdurrahman bin Abbas bin Abdullah bin Abdul Muththalib.
37. Abdurahman bin Abza al Khuza’iy.
38. Abdurrahman bin Badil al Khuza’iy.
39. Abdurahman bin Hasal al Jumahiy.
40. Abdurahman bin Khirasy al Anshariy.
41. Abdurahman bin as Saib al Makhzumiy.
42. Ala bin Amr al Anshariy.
43. Alba bin Haitsam bin Jarir.
44. Ali bin Rafial Qibthiy.
45. Amir (Abu Thufail) bin Watsilah al Kinaniy.
46. Amar bin al Hamaq al Khuza’I, beliau adalah
Sahabat Rasulullah saw yang terkenal karena ibadahnya yang tak kenal
lelah, beliau syahid dibunuh atas perintah Muawiyyah bin Abu Sofyan
karena kecintaanya kepada Ali bin Abi Thalib dan Ahlul Ba’it Rasullullah
saw. Kepala beliau dipenggal dan ditancapkan diatas mata tombak dan ini
merupakan kepala pertama dalam masa Islam yang dibawa di atas ujung
tombak, sebelum nanti pada peritiwa karbala kepala-kepala keluarga
Rasulullah saw di penggal ditancapkan diatas tombak dan diarak.
47. ‘Ammar (Abu al Yaqzhan) bin Yasir
48. Amr bin Anas al Anshariy
49. Amr bin Farwah bin ‘Auf al Anshariy
50. Amr bin Hubair al Makhzumiy
51. Amr bin Muhshan
52. Amr bin Murrah an Nahdiy
53. Amr bin Syarahil
54. Amr bin Umais bin Mas’ud
55. Amr bin Uraib al Hamdaniy
56. Anas bin Mudrik al Khats’amy al Aklabiy
57. ‘Antarah as Salamiy as Sa’idy
58. Aslam bin al Harits bin Abdul Muthalib al Hasyimiy, ia adalah saudara Naufal.
59. Aswad bin ‘Abs bin Asma’ at Tamimiy
60. ‘Athyyah al Isma’ily menyebutnya diantara para sahabat
61. ‘Auf (Misthah) bin Utsatsah al Muththalibiy.
62. ‘Aun bin Ja’far bin Abi Thalib.
63. ‘Ayan bin Dhabi’ah bin Najiah ad Darimiy at Tamimiy.
64. Bara’ bin ‘Azib bin al Harits al Ashary,
disebutkan oleh Ibn As syuhnah dalam Tarikh nya sebagai salah seorang
yang bersama Ali ra, menolak untuk segera memberikan bayat kepada
khalifah I pada hari saqifah. Beliau yang memberitahu para sahabat yang
baru saja selesai mengurus jenazah Rasulullah SAW bahwa telah terjadi
pembicaraaan secara sepihak tentang kekhalifahan di Saqifah.
65. Bara’ bin Malik Saudara anas bin Malik al Anshary, beliau syahid saat penaklukan di persia.
66. Barid al Aslamiy, ketika ia gugur sebagai
syahid, Imam Ali memujinya dalam syair beliau : Pahala Allah sebesarnya
terlimpah atas keuarga Aslamiy yang gagah perkasa gugur di medan laga
di sekitar bani Hasym”. Barid, Abdullah, Munqidz dan kedua putra Malik
semuanya tergolong kesatria mulia.
67. Barid bin Hushaib al Aslamiy.
68. Basyir (saudara wada’ah) bin Abu Zaid al Anshariy, Ia dan sudaranya ikut berperang dalam perang shiffin berada pada pihak Imam Ali as dan ayah mereka syahid dalam peristiwa uhud.
69. Bilal bin Rabah al Habasyi (muadzin Rasulullah saw).
70. Dhahhak (al ahnaf) bin Qais at Tamimiy,
Seorang yang diJadikan perumpamaan dalam kesabaran dam kebijakan, ia
dilahirkan dimasa nabi saw masih hidup, namun ia tidak berjumpa dengan
beliau. kendatipun demikian beliau saw mendo’akan baginya.
71. Daud (Abu Laila) bin Bilal (ayah Abdurrahman al Anshariy).
72. Fadhl bin Abas bin Abdul Muththlib wafat saat terjadi wabah amwas, wabah ini merenggut pula Abu Ubaidah bin Jarrah, Muadz bin Jabbal, Suhail bin Amr.
73. Fakih bin Sa’d bin Jubair al Anshariy
74. Farwah bin Amr bin Wadaqah al Anshary
75. Habib bin Muzhahir bin Ri-ab bin Asytar Hajun, beliau syahid dihadapan imam Husain as ketika membela Imam di Padang Karbala.
76. Hajjaj bin ‘Amr bin Ghuzayyah al Anshary
77. Hakam bin Mughffal bin ‘Auf al Ghamidiy , syahid pada peristiwa Nahrawan dalam memerangi kaum khawarij bersama Imam Ali bin Abi Thalib.
78. Hakim bin Jabalah al Abdiy , beliau berjasa
dalam peristiwa al Jamal al Ash ghar, dan syahid. Telah syahid
bersamanya pada hari yang sama, yakni putranya Asyraf dan saudaranya
Ra’l bin Jabalah. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 25 Rabiul akhir,
sebelum kedatangan kesatuan tempur Pasukan Imam Ali as di kota
basrah. setelah itu pecahlah perang Jamal al akbar.
79. Halal bin Abi Halah, belau adalah putra dari Hind at Tamimiy
80. Hani bin Nayyar, beliau adalah sekutu al Anshar
81. Hani bin Urwah bin Fadhfadh bin Nimran bin Abd Yaghuts al Muradi, beliau syahid saat membela Muslim bin ‘Aqil, utusan imam Husian bin Ali as.
82. Hanzhalah bin Nu’man bin Amir al Anshari.
83. Harb al Maziniy (Abu al Ward bin Qais).
84. Harits bin Abbas bin Abdul Muthalib.
85. Harits bin Amr bin Hizam al Khazrajiy.
86. Haritz (Abu Qatadah) bin Rab’iy bin Baladahah al Anshary.
87. Harits bin Hatib bin ‘Amr al Anshary.
88. Harits bin Naufal bin Harits bin Abdul Muthalib.
89. Harits bin Nu’man bin Umayyah al Ausiy beliau
yang membantu Imam Ali mendapatkan rumah yang berdekatan dengan rumah
Rasulullah SAW, saat Imam Ali menikahi Fatimah az Zahra.
90. Harits bin Zuhair al Azdiy.
91. Hassan bin Khauth (atau khuth) bin Mis’ar Asy Syaibaniy, beliau berasal dari keluarga yang semuanya adalah orang-orang
pilihan loyalis terhadap Rasulullah dan pembela wasiatnya. Ia
bersama imam Ali as pada peristiwa perang jamal, ikut serta dalam
peritiwa tersebut yaitu : Kedua putranya Harits dan Bisyr serta
saudaranya Bisyr bin khauth, cucunya ‘Anbas bin Harits bin Hasan,
saudara sepupunya Wuhaib bin Amr Khauth, sepupu lainya Aswad bin
Bisyr bin Khauth dan kemenakanya Husain dan Hudzaifah bin Makhduj
bin Bisyr bin Khaut. Pemegang panji pada waktu itu adalah Husain bin
Makhduj bin Bisyr bin khauth, ketika ia syahid, panji diambil oleh
pamanya Aswad, dan ia pun syahid, lalu diambil alih Anbas bin Harits
bin Hassan, ia pun syahid kemudian panji diambil Wuhaib bin Amr bin
Khauth sampai beliau syahid.
92. Hasyim al Mirqal bin Uthab bin Abi Waqqash az Zuhriy, beliau
adalah salah satu panglima dari pasukan Imam Ali bin Abi Thalib. Beliau
adalah kemenakan Sa’ad bin Abi waqassh, beliau syahid membela Imam Ali
pada perang Shifin menghadapi Muawiyyah.
93. Hazim bin Abi Hazim al Ahmasiy.
94. Hudzaifah bin al Yaman al Absiy.
95. Hujur bin ‘Adiy al Kindiy beliau adalah
Sahabat Rasullullah yang shaleh, beliau adalah salah seorang pengikut
Imam Ali bin Abi Thalib dan pecinta ahlul ba’it, syahid dengan cara
dikubur hidup-hidup atas perintah Muawiyyah karena beliau menolak
melakukan kutukan kepada Imam Ali bin Abi Thalib ra., Ibnu Abdul Barr
penulis kitab al Isti’ab dan Ibnu Atsir penulis kitab al Kamil
menyebutkan :” Sesungguhnya Hujur bin ’Adiy al Kindiy adalah salah
seorang sahabat Nabi SAW yang dekat dan utama yang telah dibunuh oleh
Muawiyah bin abu sufyan bersama tujuh orang sahabt lainya, hanya karena
keenganan mereka untuk melaknat dan mencaci maki Ali bin Abi Thalib.
Kitab Tarikh Ibnu Asakir dan al baihaqi dalam kitabnya al Dala’il
menyebutkan Muawiyyah memerintahkan mengubur hidup-hidup Hujur bin
’Adiy al Kindiy, Abdurrahman bin Hassan al anzi.
96. Jabalah bin Amr bin Aus as Sa’idiy.
97. Jabir bin Abdullah al Anshariy.
98. Ja’dah bin Hubairah al Makhzumiy, ibunya Ummu Hani adalah saudara kandung Imam Ali
99. Ja’far bin Abu Sofyan bin al Harits bin Abdul Muthalib al Hasyimiy.
100. Jajah bin Sa’id al Ghifary, beliau dikenal aktif dalam kegiatan mengingatkan khalifah ke III dari beberapa tindakan yang dinilai kurang tepat.
101. Jarad bin Malik bin Nuwairah at Tamimiy, syahid bersama ayahnya saat peristiwa al Bithah.
102. Jarad bin Thuhyah al Wahidiy , Ayah Syabib bin Jarad yang syahid dalam peristiwa Tuff, bersama imam Husain.
103. Jariah bin Qudamah as Sa’diy beliau yang
ditugaskan Imam Ali bersama limapuluh orang dari kaum Tamim untuk pergi
ke Bashrah untuk mengahadapi kaum pemberontak.
104. Jariah bin Zaid.
105. Jundab bin Junadah (Abu Dzar al Ghifariy).
106. Jundab bin Zuhair Azdi, beliau adalah komandan pasukan infantri pada saat perang Jamal
107. Ka’b bin Amr bin Abbad al Anshariy ( Abu al Yusr).
108. Khalid bin Mu’ammar as Sausy.
109. Khalid bin Rabi’ah al Jadaliy.
110. Khalid bin Sa’id bin al Ash al Amawiy, adalah orang yang bersama imam Ali menolak untuk segera mengakui kekhalifahan Abu Bakar.
111. Khalid bin al Walid al Anshariy.
112. Khalid bin Zaid (Abu Ayub) al Anshariy
113. Khalifah bin Adiy al Bayadhiy
114. Kharsyah bin Malik al Bayadhiy
115. Kharsyah bin Malik al Audiy
116. Khabbab bin al Aratt Attamimiy ( al khuza’iy)
117. Khuwalid bin Amr al Anshary
118. Khuzaimah bin Tsabit al Anshariy (Dzu asy Syahadatain).
119. Kumail bin Ziyad, beliau adalah sahabat Imam
Ali bin Abi Thalib, dikenal sebagai pemimpin kelompok hafizh Al Qur’an
kepada beliau imam Ali mengajarkan do’a Nabi Khidir, sebuah do’a yang
Rasulullah SAW mengajarkan kepada Imam Ali. Do’a tersebut kemudian
populer dengan sebutan Do’a Kumai, do’a yang dibaca rutin satu pekan
satu kali oleh para pecinta Ahlul Ba’it. Kumail bin Ziyad syahid di
eksekusi oleh bani Umayyah karena kecintaanya kepada Ahlul Ba’it.
120. Malik bin Asytar, beliau berasal dari Yaman
(Arabia selatan), salah satu panglima dari Imam Ali bin abi Thalib,
berpawakan gagah tinggi besar, beliau syahid dengan cara diracun oleh
kubu Muawiyyah. Beliau syahid di Ain Syam. Pernyataan beliau yang
terkenal berkenaan dengan Ahlul Ba’it khususnya Imam Ali adalah : ”Ali
bin Abi Thalib adalah washi al awshiya, pemegang wasiat dari kalangan
pemegang wasiat dan warits ’ilm al anbiya, pewaris ilmu Rasul ” [25].
121. Malik dan Mutim (putra Nuwairah).
122. Malik bin at Tayyihan Miknaf bin Sulaim (datuk abu Mikhnaf al Ghamidiy).
123. Maitsam bin Yahya at Tammar, sahabat Imam Ali
bin Abi Thalib yang dibunuh oleh jendral Muawiyyah bernama Ubaidillah
bin Ziyad, beliau syahid dibunuh dengan cara keji, tangan, kaki dan
lidah beliau dipotong. Dan jenazahnya digantung dipohon kurma.
Syahidnya beliau sebagi hukuman atas penolakan beliau mengutuk dan
mencacimaki Imam Ali dan Ahlul Bayt.
124. Miqdad bin Amr al Kindiy.
125. Mirdas bin Malik al Aslamiy.
126. Miswar bin Syaddad bin Umair al Qurasyuy.
127. Mughirah bin Naufal bin Harits bin Abdul Muththalib saudara Imam Hasan lain ibu, diberi tanggungjawab Imam Hasan untuk menggalang kekuatan di kufah.
128. Muhajir bin Khalid bin Walid al Makhzumiy,
beliau menuruni kecintaannya kepada imam Ali as dari ibunya yang
seorang syi’i (ibunya adalah putri dari Anas bin Mudrik bin Ka’b).
129. Muhammad bin Abu Bakar (ash shidiq) bin Abu Quhafah at Tamimiy,
beliau adalah putra dari Khalifah I Abu Bakar ra, adik dari ummul
mukminin Aisyah. Beliau dikenal sebagai pembela ahlul ba’it beliau
sempat berkorespondensi dengan Muawiyyah untuk mengingatkan perlakuan
Muawiyyah yang menyerobot keimamahan ahlul ba’it, surat tersebut di
dokumentasikan dalam kitab Muruj adz Dzahab karya Mas’udi [26].
Ucapan beliau yang terkenal berkenaan dengan keimamahan ahlul ba’it
adalah : ”Ali bin Abi Thalib adalah pewaris pusaka dan penerus posisi
Rasulullah saw” [27} beliaulah yang ditugaskan Imam Ali membawa Ummul
Mukminin ’Aisyah setelah berakhirnya perang Jamal [28] Beliau syahid
dibunuh oleh pasukan Amr bin Ash, sekutu Muawiyyah yang telah membuat
kesepakatan dengan Amr bin Ash, bahwa Amr bin Ash akan diangkat sebagai
gubernar, sementara Muhammad bin Abu Bakar adalah Gubernur Mesir.
Beliau syahid bersama Kinanah bin Bisyr, jenazah Muhammad bin Abu Bakar
diperlakukan secara keji oleh pasukan Muawiyyah pimpinan Amr bin Ash,
kepala beliau dipenggal oleh Muawiyyah bin Khudaidi, dan tubuhnya
dimasukan dalam tubuh keledai yang mati kemudian dibakar [29]
130. Musyayab bin Najiyyah bin Rabi’ah al Fizariy, Ia syahid dalam peperangan para tawabbun berasama Sulaiman bin Shard al Khuza’iy.
131. Nu’man bin Rib’i Anshari, beliau komdandan pasukan infantri Imam Ali pada saat terjadi perang Jamal.
132. Nu’aim bin Mas’id bin Amir al Asyja’iy.
133. Nadhlah bin Ubaid al Aslamiy.
134. Qais bin Abi Qais.
135. Qais bin Kharsyah al Qaisiy.
136. Qais bin Maksyuh al Bajaliy.
137. Qais bin Sa’d bin Ubadah al Anshary, beliau adalah salah seorang dari para panglima Imam Ali bin Abi Thalib.
138. Qardhah bin Ka’b al Anshariy, beliau adalah
gubernur dari pemerintahan Imam Ali untuk wilayah Sawad. Beliau
bersama Ziyad bin Khashafah dan Ma’qil bin Qais Riyahi menghadapi
kelompok yang mirip-mirip gerakan khawarijj pimpinan Khirrit bin
Rasyid dari Bani Najiyah yang tengah melakukan pembunuhan terhadap kaum
muslimin yang berwilayah kepada Imam Ali.
139. Qutsam bin Abbas bin Abdul Muththalib,
menurut ummul mukminin ‘Aisyah beliau bersama Imam Ali yang memegangi
tangan Rasulullah saw di akhir hayat beliau saw [30] beliau adalah
gubernur Mekkah dari pemerintahan Imam Ali, menjadi buruan pasukan
Muawiyyah dibawah pimpinan Yazid bin Syajarah Rahawi. Beliau berhasil
meloloskan diri dari pengejaran, Jendral Muawiyyah yang bengis dan kejam
bernama Busr bin Artha’ah yang sedang melakukan pembantaian para
pendukung Imam Ali dan melakukan pembakaran rumah Abu Ayub al anshari
dan Jabir bin Abdullah al Anshari kemudian menunjuk Abu Hurairah
sebagai Gubernur Makkah. Para sejahrawan menuliskan diantaranya Tarikh
Ath Thabari, Syarah al Nahj al Balaghah Ibnu Abi al Hadid, al Samhudi,
Ibnu Khalkan dan Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa Abu Hurairah bersama
pasukan Basr bin Artha’ah yang sedang melakukan pembunuhan dan
pembakaran dan kemudian Abu Hurairah ditunjuk sebagai gubernur Mekkah
setelah Qutsam bin Abbas bin Abdul Muthalib mundur dari makkah.
140. Rabi’ah bin Qais al Adwaniy.
141. Rafi’ bin Abi Rafi’ al Qibthiy.
142. Rifa’ah bin Rafi bin Malik al Anshary.
143. Rusyaid al Hujuri, sahabat Imam Ali bin Abi
Thalib, yang syahid dalam operasi pembersihan para pendukung Imam Ali
atas instruksi Muawiyyah, syahid dengan cara mengenaskan dengan tubuh
terpotong yang memperlakukan tindakan tersebut adalah jendral dari
Muawiyyah yang bernama Ubaidillah bin Ziyad.
144. Sa’d bin Amr al Anshry.
145. Sa’id bin Harits bin Abdul Muthalib.
146. Sa’id bin Namran al Hamdaniy.
147. Sa’id bin Naufal bi Harits bin Abdul Muththalib.
148. Sa’id bin Sa’d bin ‘Ubadah al Anshary.
149. Salamah bin Abi Salamah atau Umar bin abi
Salamah (anak tiri Rasulullah saw dari Ummu Salamah), ibunda beliau
adalah Umm Salamah ketika menjelang terjadinya perang Jamal menuliskan
surat kepada Imam Ali bin Abi Thalib : “ Demi Allah, jika istri-istri
Nabi tidak dilarang meninggalkan rumah, tentu aku ikut anda. Sekarang
aku izinkan putraku yang paling aku cintai, yaitu Umar bin abi salamah
untuk ikut anda” [31] ibunda beliau Umm Salamh pula yang meriwayatkan
bahwa Ahlul Ba’it bukan termasuk istri-istri beliau saw. Di berbagai
kesempatan beliau bersama-istri-istri nabi SAW yang lain mengingatkan
umat Islam akan pesan Rasulullah saw agar mengikuti Imam Ali bin Abi
Thalib sepeninggal beliau saw. Salah satu perkataan umm salamah adalah
“Aku seru kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah . Pada saat ini
sepengetahuanku tak ada orang yang lebih baik dari pada Ali bin Abi
Thalib”. [32] Istri Rasulullah SAW yang lain ummul mukminin Maimunah
juga melakukan seruan yang sama, beliau berkata : “Ikutlah bersama Ali
bin Abi Thalib, karena dia tak pernah menyimpang dan tak pernah
menyesatkan dan tak pernah mencelakakan siapapun “ kata-kata ummul
Mukminin Salamah dan Maimunah ini diucapkan menghadapai kelompok Thalhah
dan Zubeir yang mengobarkan perang Jamal terhadap Imam Ali bin Abi
Thalib [33]
150. Salman al Farisy.
151. Salman bin Tsumamah al Ja’fiy.
152. Sammak bin kharsyah.
153. Sa’nah bin ‘Uraidh at Timawiy ia pernah
berdialog dengan Muawiyah di madinah, dan dalam dialog disebut, beliau
menyebut nama Imam Ali bin Abi Thalib, dan Muawiyah tesringgung dan
merasa kedudukanya direndahkan, sehingga Muawiyah berkata:”Kukira orang
ini telah pikun !!!, maka perintahkan kepadanya agar ia pergi !!!” jawab
Sa’nah ” Tidak aku tidak pikun, tetapi aku mohon darimu wahai muawiyah,
Demi Alloh !!! tidakkah ada ingat ketika kita sedang duduk dihadapan
Rasulullah saw, lalu Ali datang dan beliau menerimanya seraya berasbda :
ALLOH MEMERANGI SIAPA YANG MEMERANGIMU (ALI) DAN MEMUSUHI SIAPA YANG
MEMUSUHIMU” mendengar itu muawiyah segera memutuskan pembicaraan
tersebut dan mengalihkan ke topik lain.
154. Shabih Maula Ummu Salamah.
155. Shaify bin Rab’iy al Ausiy.
156. Shaleh al Anshariy al Salimiy.
157. Sha’sha’ah dan Shaihan (putra Shauhan)
beliau adalah seorang qurra’ dan pernah diusir dari Iraq sebagai akibat
pengaduan beliau kepada khalifah ke III lantaran pernyataan Said bin
Ash yang menyebutkan “ tanah Iraq adalah miik kaum Qurasy” beliau di
usir ke Kuffah bersama para qurra lainya diantaranya : Malik Asytar,
Zaid, Syuraih bin Aufi, Hurqush bin Zuhair, Zaid, Jundab bin Zuhair,
Ka’ab bin Abada, Adi bin Hatim, Kinam bin Hadzri, Malik bin Habib, Qais
bin Utharud, Ziyad bin Hafsah, Yazid bin Qais [34] dalam perang Jamal
beliau bertindak sebagai utusan Imam Ali yang mengajak berdamai Thalha
dan Zubair. Beliau pula yang menjadi utusan damai kepada Muawiyyah
menjelang perang shiffin. Diberbagai kesempatan beliau mengingatkan
klan Rabiah, Hamdan, Bani Abdul Qais dan Khuza’ah agar tetap setia
mengikuti perintah Rasulullah saw dengan mengikuti Imam Ali, beliau
pernah atas sikap klan Abdul Qais yang memilih Ahlul Ba’it, beliau
berkata : “ketika kemurtadan sudah merajalela, kalian tetap menjunjung
tinggi agama. Dan ketika sebagian orang ramai-ramai mendukung Thalha,
Zubeir dan Abdullah bin Wahab Rasibi, kalian justru menyatakan bahwa
:”Kami mengikuti Ahlul Ba’it dan melalui Ahlul Bait itulah Allah
menurunkan rahmat dan barakah-Nya keapad Kami “ semoga Allah menurunkan
rahmat dan barakahnya kepada kalian” [35]
158. Sinan bin Syaf’alah al Alusiy, beliau yang
meriwayatkan bahwa sabda Nabi saw bersabda : Telah disampaikan oleh
Jibril kepadaku bahwa ALLAH swt- ketika menggawinkan Fatimah
dengan Ali- telah memerintahkan kepada Ridwan agar memerintahkan kepada
pohon thuba untuk berdaun sebanyak bilangan parapecinta ahlul ba’it”
(hadis ini dikeluarkan darinya oleh Abu Musa sebagaimana tercantum dalam
biografi Sinan dalam buku al Ishabah).
159. Suhail bin Amr al Anshariy
160. Sulaiman bin Hasyim al Mirqal az Zuhriy
161. Sulaiman bin Shard al Khuza’iy, beliau yang bertekad sangat kuat untuk menuntut balas atas kematian imam Husain sehingga beliaupun syahid.
162. Sufyan bin Hani bin Jubair al Jaisyaniy.
163. Suwaid bin Ghaflah al Ja’fiy.
164. Syaiban bin Muhrits.
165. Syarahil bin Murrahal Hamadaniy, Ibn as
Sakan, Ibn Syahin, Ibn Gani dan Ath Thabraniy meriwayatkan darinya bahwa
ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda kepada Ali :
“Bergembiralah, wahai Ali: hidup dan amtimu bersama-sama aku” .
Keterangan tersebut tercantum dalam kitab al Ishabah.
166. Syuraih bin Hani bin Yazid al Haritsiy beliau adalah komandan pasukan Imam Ali yang membawahi 400 pasukan.
167. Tamam bin Abbas bin Abdul Muthalib al Hasyimi.
168. Thahir bin Abi Halah at Tamimiy.
169. Tharif bin Aban al Anmariy.
170. Tsabit bin Qais bin Khuthaim Azh Zhafariy.
171. Tsabit bin Ubaid al Anshariy.
172. Tsa’labah bin Qaizhiy bin Shakir al Anshary.
173. Ubaid bin Azib.
174. Ubaid bin At Tayyihan (Atik al Anshariy).
175. Ubaidullah bin Abbas bin Abdul Muththalib.
176. Uba’idah bin Amr as Samaniy.
177. Ubaidullah bin Naufal bin Harits bin Abdul Muththalib.
178. Ubaidullah bin Suhail al Anshariy an Nubaity.
179. Umarah bin Hamzah bin Abdul Muththalib.
180. Ubay bin ka’ab beliau adalah pemuka para
pembaca Al Qur’an (qurra’), Ibn Syuhnah menyebutkan dalam Tarikhnya
bahwa beliau berasama imam Ali menolak berbai’at kepada Abu bakar ra.
181. Umarah bin Syihab ats Tsauriy.
182. Umru -ul Qais bin Abis al Kindiy.
183. Uqbah bin Amr bin Tsa’labah al Anshary.
184. Urwah bin Malik al Aslamiy beliau adalah salah satu darai beberapa oramg dari Klan Aslam yang beroleh pujian dari Imam Ali bin Abi Thalib.
185. Urwah bin Syifaf bin Syuraih ath Thai-iy
beliau turut berperang melawan kaum khawarij, dan beliau mendengar
Ibahwa Imam Ali bin Abi Thalib as berkata : “Tak kan selamat dari mereka
sepuluh orang dan takkan terbunih dari kita sepuluh orang” dan sejarah
mencatat taksiran Imam itu tepat.
186. Urwah bin Zaid Khalil.
187. Urwah bin Nimran bin Fadhfadh bin Amr al Muradiy al Uthaifiy beliau adalah ayah dari Hani yang syahid dalam membela Muslim bin Aqil utusan imam Husain as.
188. Usaid bin Tsa’labah al Anshariy, beliau adalah seorang veteran perang Badr.
189. Utbah bin Abi Lahab
190. Utbah bin Daghl ats Tsa’labiy
191. Utsman bin Hunaif al Anshariy beliau pernah
ditunjuk Imam Ali sebagai penguasa Bashrah, pada saat krisis Jamal
beliau menunjuk Abu al Aswad dan Imran bin Husain sebagai komisi damai
menemui Pasukan Jamal yang hendak menyerbu Bashrah.
192. Uwais bin Amir al Qaraniy, beliau seorang
tabi’in terkemuka yang pernah dinubuatkan Rasulullah saw. Ia memeluk
agama Islam pada masa hidup Rasulullah tetapi tidak berjumpa dengan
beliau. Ibn Hajar menyebutkan dalam bagian III bukunya, Al Ishabah.
Beliau dikenal sebagai salah satu panglima dari pasukan Imam Ali bin Abi
Thalib.
193. Wad’ah bin Abi Zaid al Anshariy.
194. Wahb (Abu Juhaifah) bin Abdullah as Siwaiy.
195. Walid bin Jabir bin Zhalim ath Thaiy.
196. Ya’ la bin Hamzah bin Abdul Muththalib al Hasyimi.
197. Ya’la bin Umair an Nahdiy.
198. Yazid bin Hautsarah al Anshary.
199. Yazid bin Nuwairah al Anshariy.
200. Yazid bin Thu’mah al Anshary.
201. Zaid bin Arqam al Khazrajiy.
202. Zaid bin Aslam al Balawiy.
203. Zaid bin Hubaisy al Asadiy.
204. Zaid Binjariah al Anshariy.
205. Zaid bin Syurahil al Anshariy.
206. Zaid bin Wahab al Juhany.
207. Zhalim (Abu al Aswad) bin Amr ad Du-aliy.
208. Ziyad bin Mathraf, Beliau yang diambil
riwayatnya oleh al Barudiy, Ibn Jarir dan Ibn Syahin, sebagimana
tersebut dalam kitab al ishanah Ibn Hajar. Beliau berkata: “Aku
mendengar Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa ingin hidup seperti
hidupku dan mati seperti matiku serta masuk surga, maka hendaknya ia
memperwalikan Ali dan keturunannya sepeninggalku.
209. Zuhair (Abu Zaenab) bin Harits bin ‘Auf.
Demikian uraian tentang nama-nama para syi’ah awal yang dikumpulkan
dalam kitab al Fushul al Muhimmah yang diambil dari sumber utama kitab
al Ishabah. Memperhatikan nama-nama diatas, banyak ditemukan
figure-figur sahabat dengan kredibilitas moral dan loyalitas kepada
Islam yang sangat tinggi, Timbul satu pertanyaan :
1. Mengapa para sahabat-sahabat mulia ini berpihak kepada Imam Ali
bin Abi Thalib dan menolak (lebih tepatnya menunda) berbai’at kepada
hasil-hasil saqifah dan kemudian meneruskan kesetianya kepada Imam
Ahlul Ba’it lainya sepeninggal Imam Ali ?
2. Apakah kesetiannya ini adalah hasil dari ijtihad (sebagaimana
sebagian besar mayoritas memiliki pandangan seperti ini) yang didorong
oleh faktor-faktor hubungan emosional persahabatan, pertemanan dan
kekrabatan ?
3. Ataukah kesetian tersebut sepenuhnya bermotif politik kekuasaan,
karena para sahabat diatas satu pandangan dengan Imam Ali bin Abi Thalib
? Sebagaimana kita temukan dari bentuk-bentuk pragmatisme politik pada
masa modern ini ?
4. Ataukah motif sahabat mengikuti Imam Ali tersebut adalah
manifestasi dari pola-pola pergiliran kekuasaan pada waktu itu, yang
umumnya kekuasaan bersifat monarkhis, dilimpahkan dari keturunan
berikutnya ?
5. Ataukah motif-motif sahabat mengikuti Imam Ali bin Abi Thalib dan
ahlul ba’it didasarkan motif idiologis yang trenasenden dan spiritual ?
Wallahu ‘alam bhi showab.
Referensi:
[1] Artikel sebelumnya berjudul, “Rasulullah Pendiri Madzhab Syi’ah,
Tinjauan Normatif mengapa memilih Madzhab Syi’ah (Landasan Syi’ah dalam
Periwayatan Ahlu Sunnah) dimuat diblog Madzhab Cinta : http// lenteralangit.wordpress.com
[2] Doktrin mendasar dari syi’ah adalah, adanya wasiat Rasulullah
yang memerintahkan umatnya bahwa pasca beliau saw umat agar berpegang
teguh kepada Al Qur’an dan Ahlul Ba’it dan Itrah Rasulullah, akan
dibahas kemudian pada tulisan ke tiga.
[3] S.H.M Jafri mencoba melacak keberadaan syi’ah awal melalui study
komparatif , dengan melacak dari sumber sejahrawan ahlu sunnah dan
syi’ah, hasilnya ia tuliskan dalam buku “Origin and Early Development of
Shi’a Islam”.
[4] meriwayatkan dalam kitabnya HIlayah al Awliya
[5] Rujuk ke Tarikh Ya’qubi, II hal 126, Tarikh Baladzuri I hal
588, Thabari, Ibn Abi Al Hadid menyebutkan dalam juz II hal 50.
[6] Untuk melihat secara detail sahabat-sahabat senior yang menolak
berbai’at kepada hasil pemilihan sepihak di saqifah dapat dilihat di
Tarikh Ya’qubi juz II, Tarikh Baladzuri juz I hal 588, Kitab Syarh Nahj
al Balaghah karya Ibn Abil Hadid juz II hal 50. al Mawaqif karya
Fakhrurazi, kitab Raudhah al shafi karya Muhammad Khawan Syah. Kami
mengutip dari Abdil Barr dalam kitabnya al Isti’ab, ia menceritakan:
Sa’ad bin Ubadah, sekelompok khazraj dan Quraisy tidak berba’iat
kepada Abu Bakar , delapan belas tokoh juga menolak untuk berbai’at.
Mereka adalah para pengikut Ali bin Abi Thalib diantaranya : Salman al
Farisi, Abu Dzar al Ghifari, Miqdad bin Aswad al Kindi, Ubay bin
Ka’ab, Ammar bin Yasir, Khalid bin Said bin Ash, Buraidah al Aslami,
Khizaimah bin Tsabit, Abu Haitsam bin Taihan, Sahal bin HUnaif, Ustman
bin Hunaif, Abu Ayyub al Anshari, Jabir bin Abdullah al Anshari,
Hudzaifah al Yaman, Sa’ad bin Ubaidah, Qais bin Sa’ad Abdullah bin Abbas
dan Zaid bin Arqam.
[7] Biografi lebih detail silahkan rujuk ke Ibn Sa’ad, Isti’ab. Kami hanya menulis secara sekilas.
[8] Bakal terjadinya perang Jamal, Perang Shifin dan Perang Nahrawan
dikabarkan pula oleh Rasulullah saw, beliau saw mengabarkan bahwa Ali
bin Abi Thalib akan mengalami peperangan melawan kelompok yang disebut
Rasulullah saw sebagai kelompok al Nakitsin (pada perang jamal
menghadapi Thalha dan Zubeir), kelompok al Qasithin (pada perang shifin
menghadapi Muawiyah dan Amru bin ‘Ash) serta al Mariqin (pada perang
nahrawan menghadapi Khawarij) dan Rasulullah saw memerintahkan para
sahabat agar membantu Ali bin Abi Thalib. Kalangan ulama Ahlu Sunnah
banyak yang meriwayatkan hadis ini, salah satunya adalah al Nasa’ dalam
kitabnya al Khasha’ish hal 40 dengan sanad bersambung ke Abu Sa’id al
Khudry.
[9] Keterlibatan Abu Hurairah bersama Busr bin Artha’ah yang kejam
dalam aksi pembunuhan dan penghacuran rumah-rumah para pecinta ahlul
ba’it dan Imam Ali ini dituliskan dalam Tarikh al Thabari. Ibnu al
Atsir dalam al Kamil Ibnu abi al Hadid dalam syarh Nahj al Balaghah. .
[10] Ibn ‘Abdil Barr pada Riwayat hidup Ali bin Abi Thalib ra, Kitab
al Isti’ab, Peritiwa peperangan antara Imam Ali bin Abi Thalib kw telah
diberitahukan oleh Rasulullah saw, beliau menyebutkan dalam hadis yang
panjang dan beliau Rasulullah saw memerintahkan untuk memerangi
kelompok-kelompok penentang Imam Alli bin Abi Thalib, Rasulullah
menyebut kelompok-kelompok penentang ini dengan kelompok al Nakitsin, al
Qasithin dan al Mariqin, selebihnya silahkan merujuk ke al Jawzi dalam
kitab al Tadzkirah, al Qandawizy Kitab Yanabi’ al Mawaddah,
Abdurrahman al Nasa’iy dalam al Khasha’ish , Muhammad bin Thalhah al
‘Adawy Kitab Mathalib al Sa’il, Al Kanji al Syafi’I dalam kitab Kifayah
al Thalib
[11] Hadis Rasulullah saw ini sangat banyak diriwayatkan dalam
kompilasi hadis dikalangan Ahlu sunnah. Ibnu Hajar meriwayatkan dalam al
Ishabah juz VII hlm 168 yang dikeluarkan oleh Abu Ahmad dan Ibnu
Munaddah yang bersumber dari Ishaq bin Basyar al Asadi dari Khalid bin
al Harits dari hasan dari Abu Laila al Ghafariyah. Disebutkan pula oleh
Ibnu Abdul Barr dalam kitab al Isti’ab juz II hlm 657. Ibnu Atsir
menyebutkan dalam kitab Usd al Ghabah juz V diriwayatkan pula dalam
kitab Majma’ al Zawa’id juz IX hlm 102 dari Abu Dzar al Ghifari dan
Salman. Thabrani dan al Bazzar meriwayatkan dari Abu Dzar, disebutkan
pula oleh al Manawi dalam kitab Faidh al Qadir juz IV hlm 358. Al
Mutaqimenyebut dalam kitab nya Kanzul al Ummal juz VI hlm 156. al
Muhib al Thabari menyebutkan dalam Riyadh al Nadhirah juz II hlm 155
dan lain sebagainya
[12] Musnad Ahmad 2/161 no 6499 , Al Bukhari berkata dalam Tarikh Al Kabir juz 8 no 3557 dan masih banyak lagi.
[13] Ammar berasal dari klan Arab Selatan, dialog ini dapat disimak di kitabnya Thabari juz I hal 2785.
[14] Lihat di Thabari juz I hal 2786
[15] lihat di kitab Khuthath al Syam, kitab yang ditulis oleh
Profesor Muhammad kurdi Ali yang atas perintah Lembaga milik ahlu sunnah
wal jama’ah al Majma’ al Ilmi al; Arabi untuk melakukan penelitian
tentang syi’ah.
[16] Ibnu Hajar meriwayatkan dalam al Ishabah juz VII hlm 168
[17] Lihat hasil penelitian ulama-ulama ahlu sunnah yang dibukukan dalam kitab khutath al syam juz 5 hlm 251-256.
[18] Yang tercatat dalam Shahih Bukhari pada bagian akhir bab Perang
Khaibar, disebutkan bahwa yang menolak berbai’at diantaranya adalah
Salman al Farisi, Abu Dzar al Ghifari, Miqdad bin Aswad al Kindi, Ubay
bin Ka’ab, Ammar bin Yasir, Khalid bin Said bin Ash, Buraidah al
Aslami, Khizaimah bin Tsabit, Abu Haitsam bin Taihan, Sahal bin HUnaif,
Ustman bin Hunaif, Abu Ayyub al Anshari, Jabir bin Abdullah al Anshari,
Hudzaifah al Yaman, Sa’ad bin Ubaidah, Qais bin Sa’ad Abdullah bin Abbas
dan Zaid bin Arqam. Nama-nama tersebut ditulis dalam Sahih Muslim pada
bagian Jihad Bab “Sabda Rasulullah saw, Kami (para Nabi) tidak diwarisi)
diceritakan mengenai penolakan kepada Abu Bakar ra dengan sanad samapi
Um al Mukminin ‘Asyah ra. Lihat pula di kitab al Mawaqif karya
Fakhrurrazi, kitab Raudhah al Shafi karya Muhammad Khawan Syah, Kitab
al Isti’ab karya Abdil Barr.
[19] pemakaman Imam Ali bin Abi Thalib secara Rahasia dapat dilihat di Maqtal al Imam Amir al Mu’minin hal 79
[20] Ancaman tersebut dapat dilihat di kitab al Imamah was siyasah
[22] Lihat di Tarjamat al Imam al Husayn karya Ibn Sa’ad hal 149.
[23] Pembunuhan itu diceritakan dalam kitab Ansyab al Asyraf jill II hal 367
[24] Peristiwa wafatnya Abdullah bin Mas’ud sebagai akibat tindakan
keras khalifah ke III diceritakan dalam kitab Ansyab al Asyraf Jil V hal
31, 36, 37. Ibn Abil Hadid menuliskan dalam Syarah Nahj al Balghah Jil
III hal 42 dan 43.
[25] History of Caliphs karya Rasul Ja’fariyan hal 385
[26] Tarikh Ya’qubi juz II hal 179
[27 Lihat surat menyurat antara Muhammad bin Abu Bakar dengan Muawiyyah di Murur adz dzahab juiz III hal 20.
[28] Kitab Waqa’at Shiffin hal 118-119.
[29] Kitab Ansab al Asyraf jil II hak 249, diriwayatkan pula dalam
kitab al isti’ab jilid 1 hal 235, Tarikh al Thabari jilid 4 hal 79, Ibnu
Katsir jilid III hal 180, Ibnu Khaldun jilid 2 hal 182
[30] Musnad Ahmad jil 6 hal 34, 38
[31] Kitab al Gharat, jil 1 hal 276-289
[32] Kitab al Futuh jil II hal 284
[33] Kitab al Mu’jam al Kabir jil XXIV hal 10 dan kitab al Majma’ az zawa’id jil IX hal 135
[34] ibid
[35] Kitab Ansyab al Asyraf jil IV hal 39-43.
(Syiah-News/Lentera-Langit/ABNS)
(Syiah-News/Lentera-Langit/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email