Pesan Rahbar

Home » » LANDASAN SYIAH DALAM RIWAYAT AHLUS SUNNAH (Pertama)

LANDASAN SYIAH DALAM RIWAYAT AHLUS SUNNAH (Pertama)

Written By Unknown on Wednesday 16 July 2014 | 18:41:00

RASULULLAH SAW PENDIRI MADZHAB SYIAH, TINJAUAN NORMATIF MENGAPA MEMILIH MADZHAB SYIAH.

Bismillhirrahmanirahim.
Allhumma sholi ala muhammad wa  ali muhammad,


Pendahuluan.
Tulisan ini diterbitkan untuk memenuhi permintaan dari ikhwan atau akhwat, yang menginginkan sebuah senerai tulisan yang berisikan sebuah kajian tentang alasan mengapa seseorang memilih madzhab syi’ah. Meski terkatagorikan hal yang sulit namun tidak ada jeleknya kami mencoba membuat sebuah tulisan, yang secara sistematis, menjelaskan alasan-alasan seseorang memilih madzhab syi’ah. Tulisan ini sedapat mungkin menggunakan sumber-sumber yang berasal dari jalur periwayatan yang bersumber dari kalangan ulama ahlu sunnah wal jama’ah sehingga denganya dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya pesan tentang Madzhab syi’ah  sebetulnya tersimpan secara melimpah dari sumber-sumber ahlu sunnah.Harapan kami semoga dengan tulisan ini dapat menjelaskan kepada khalayak ramai tentang madzhab syiah dan semoga dapat diambil manfaatnya.

Pengertian Syi’ah.
Madzhab syi’ah dalam tulisan ini memiliki padanan istilah yakni,  madzhab ahlul ba’it, syi’ah imamiyah ataupun syi’ah Itsna asyariah, dan kemudian disingkat dengan syi’ah.  Secara umum syi’ah didifinisikan sebagai partisan atau pengikut, pengertian khususnya adalah, kaum muslimin yang menganggap pengganti  Rasulullah SAW merupakan hak istimewa  keluarga Nabi SAW (Ahlul Ba’it) dan mereka yang dalam pengetahuan dan kebudayaan Islam mengikuti madzhab Ahlul Ba’it [1]

Ayatullah Sayyid Muhammad al Musawi menjelaskan pula bahwa syi’ah berarti pengikut atau pembela. Al Fairuzabadi dalam al Qamus  menjelaskan syi’ah berasal dari kata Sya’a, dan ia menjelaskan sebagai syi’atur rajul, yang merupakan para pengikut dan pembela seseorang dan dalam konteks tertentu berarti kelompok  ini berlaku untuk satu orang, atau dua orang laki-laki dan perempuan. Namun, pada umumnya kata ini digunakan dalam arti setiap orang yang setia kepada Ali bin Abi Thalib dan Ahlul Ba’it sehingga menjadi julukan khusus bagi mereka, Bentuk jamaknya adalah asyya dan syiya[2].

Sedangkan istilah syi’i berarti penganut syi’ah. Penganut syi’ah juga disebut dengan sebutan tasyayyu, yang artinya menganut paham sebagaimana yang terdapat dalam syi’ah yang telah berbentuk madzhab tertentu [3]
Isu Abdullah bin Saba’ sebagai Pendiri syi’ah

Sebagian orang menuduh bahwa syi’ah tercipta dari kreasi seorang Yahudi yang memiliki dendam kusumat terhadap Islam, orang tersebut kemudian memeluk Islam guna menghancurkan Islam dari dalam. Orang Yahudi tersebut bernama Abdullah bin Saba’. Menurut penulis kitab al Milal wa Nihal [4], As Syahrastani,  Abdullah bin Saba’ adalah seorang Yahudi dari kota Shan’a, Yaman dan  Syahrastani merupakan orang pertama yang menyebut Abdullah bin Saba’ sebagai orang Yahudi [5] Penyebutan Abdullah bin Saba’ sebagai orang Yahudi sebetulnya tidak tepat, sebab namanya dan nama ayahnya jelas menunjukan nama Arab bukan nama-nama  Yahudi.  Nasab Abdullah bin Saba’ tidak diketahui dan masa lalunya pun gelap pula. [6]

Cerita Abdulah bin Saba’ ini lebih tepat di sebut dongeng ketimbang cerita kenyataan. Ada beberapa sebab yang menjadi alasan bahwa kisah Abdulah bin saba’ ini disebut sebagai ”mitos”, yang secara sengaja diciptakan untuk melakukan pembunuhan karakter  dan pendiskriditan terhadap para pengikut Imam Ali dan Ahlul Ba’it Rasulullah Beberapa. alasan  akan menjadi obyek kajian tulisan ini.

Kejanggalan dari cerita Abdullah bin Saba’ ini,  setidaknya dapat dilihat dari tiga hal [7], Pertama  Bagi manusia yang berakal sehat – dengan  tidak dikotori kepicikan berfikir, pen-  tak mungkin menganggapnya kisah Abdullah bin Saba’ dapat dipercaya,  bagaimana mungkin seorang Yahudi yang baru  masuk Islam memiliki keterampilan politik yang luar biasa dan dengan kemampuanya mempengaruhi pribadi-pribadi kaum muslim yang mulia seperti : Abu Dzar al Ghifari, Muhammad bin Abu Bakar (putra khalifah I adik Ummul Mukminin’Aisyah), Ammar bin Yasir, Sha’sha’ah bin Shauhan, Muhammad bin Abu Hudzaifah, Abdurahman bin ”udais, Malik Asytar untuk melakukan agitasi dan propaganda pemberontakan pada khalifah ke III ? dan para sahabat yang mulia ini mengekor begitu saja ?  Kedua  adalah hal yang mustahil orang yang baru saja masuk Islam (apalagi dari kalangan Yahudi) kemudian menjalankan dan mengorganisasikan pemberontakan  tanpa para sahabat bertindak keras mencegah terjadinya perpecahan di dalam tubuh Islam dan   ketiga  Adalah hal yang aneh Seorang yahudi yang baru masuk Islam bisa memulai menghancurkan agama islam tanpa seorang muslim pun peduli.

Dari mana sumber cerita Abdullah bin Saba’ ?
Seorang sarjana muslim bernama  As Sayyid Murthadha al Askari, telah melakukan penelitian terhadap kisah Abdullah bin Saba’ . Dan hasil penelitiannya dibukukan dengan judul ’Abdullah bin Saba’ wa Asathir  Ukhra (’Abdullah bin Saba’ dan Dongeng-Dongeng Lain) serta  buku yang diberi judul ”Khamsun wa Mi’ah Shahabi Mukhthalaq” (Seratus Lima Puluh Sahabat  Fiktif). Menurut al Askari, sumber utama terciptanya kisah Abdullah bin Saba’  adalah  seseorang yang bernama Sayf Ibn Umar at Tamimi (meninggal 170 H).  Say ibn Umar at Tamimi telah menciptakan tokoh fiktif bernama Abdullah bin Saba’ dalam  bukunya al Jamal wa mashiri ”ali wa ”Aisyah dan al Futuh al Kabir wa ar Riddah.  Dari buku tersebut lalu menyebarlah cerita tentang Abdullah bin Saba’ ke penulis-penulis Islam sesudahnya. Penyebaran kisah Abdullah bin Saba’ sedemikian masiv, sehingga buku-buku sejarah Islam diwarnai oleh cerita palsu tentang Abdullah bin Saba.

Bagaimana Dongeng Abdullah bin Saba’ dapat beredar luas ?
Peredaran dongeng Abdullah bin Saba’ tersebar melalui penulis sejarah seperti Thabari (wafat 310 H) Ibn ’Asakir (wafat 571 H) Ibn Abi Bakr (w 741 H) dan adz Dzahabi (wafat 748), dari merekalah kemudian dongeng Abdullah bin Saba’  tersebar ke generasi-generasi sesudahnya. Berikut adalah  peredaran cerita Abdullah bin Saba’ ( untuk lebih jelasnya lihat Gambar Skema Penyebaran Kisah Abdullah bin Saba’) :
a. Berikut adalah sejahrawan yang mengutip cerita Abdullah bin Saba’ langsung ke kedua kitab karya sayf tersebut:
1. al Thabari, ia menyatakan sendiri dalam kitab tarikhnya bahwa ia mengutip kisah Abdullah bin saba’ dari Syaif  Ibn Umar at Tamimi.
2. al-Dzahabi, ia mengutip dari syaif  dan ia juga menyebutkan bahwa ia mengutip dari al Thabari (1).
3. Ibn Abi Bakir, ia mengutip dari  Ibn Atsir (15) yang mengutip dari Thabari (1)
4. Ibn Asakir mengutip langsung dari buku syaif Ibn Umar at Tamimi.

b. Berikut adalah sejahrawan yang mengutip secara tidak langsung  cerita Abdullah bin Saba karya sayf.
1. Nicholson mengutip dari al-Thabari (1)
2. Ensiklopedia Islam karya al Thabari (1)
3. Van Floton mengutip dari al Thabari (1)
4. Wellhauzen mengutip dari al Thabari (1)
5. Mirkhand mengutip dari Thabari (1)
6. Ahmad Amin mengutip dari Thabari (1) dan dari wellhauzen (8)
7. Farid Wajdi mengutip dari Thabari (1)
8. Hasan Ibrahim mengutip dari Thabari (1)
9. Said Afghani mengutip dari al Thabari (1), Ibn Abi Bakir (3), Ibn Asakir (4), dan Ibn Bardan (18)
10. Ibn Khaldun mengutip dari al Thabari (1)
11. Ibn Atsir mengutip dari al Thabari (1)
12. Ibn Katsir  mengutip dari al Thabari
13. Donaldson mengutip dari Nicholson (b2) dan dari eksiklopedia al Thabari (b2)
14. Ghiath al Din mengutip dari Mirkhand (9)
15. Abu al-Fida menutip dari Ibn Atsir (11)
16. Rasyid Ridha mengutip dari Ibn Atsir (11)
17. Ibn Bardan mengutip dari Ibn Asakir (4)
18. Bustani mengutip dari Ibn Katsir (16)

Para penulis kontemporer pada akhirnya banyak yang mengutip cerita-cerita Abdullah bin Saba’ melalui penulis di atas, sekedar menyebutkan sebagian buku yang terkenal  yang menuliskan Abdullah bin Saba’ (dan syiah) diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Muhammad Rasyid Ridha, dalam bukuya As Sunnah wa Asy Syi’ah , ia mengatakan : ” Tasyayyu terhadap khalifah ke empat ”Ali bin Abi Thalib” adalah pangkal perpecahan umat Muhammad dalam agama dan politik mereka. Pencetus dasar-dasarnya dalah seoranng Yahudi bernama Abdullah bin Saba’, ia menganjurkan kepada yang berlebih-lebihan (ghuluw) tehadap Ali dengan tujuan memecah belah umat ini serta merusak agama dan urusan dunia”. Rasyid Ridha mengambil rujukan kisah Abdullah bin Saba’ ini dari  Ath Thabari.
2. Ahmad Amin dalam Fajar Islam dan Dhuha Islam, dalam bukunya dituliskan ” Akidah syi’ah tentang wasiat dan Raja’ah diambil dari Ibnu Saba’ adapaun konsep  Mahdi al Muntazhar diambil dari ajaran Yahudi melalui Ibnu Saba’. Abu Dzar al Gfhifari mengambil pemikiran tentang sosialisme dari Ibnu Saba’, dan Ibnu saba’ mengambilnya dari ajaran Mazdakiyah yang tersebar di masa kekuasaan bani Umayyah, dari semua itu dapat ditarik kesimpulan bahwa syi’isme adalah benteng bagi semua orang yang ingin menghancurkan agama Islam”. Tetapi kemudian Ahmad Amin meralat pendapatnya, setelah Ahmad Amin bertemu dengan Ayatullah Muhammad Husain Kasyif al Ghitha.  dan  kemudian Ahmad Amin menyatakan permintaan maaf kepada  Muslim Syi’ah [8] Ahmad Amin menyebutkan ia mengambil sumber rujukan kisah Abdullah bin Saba’ ini dari Ath Thabari
3. Dr  Hasan Ibrahim  Hasan dalam bukunya Tarikh al islam as Siyasi. Ia menuliskan dalam bukunya sebagai berikut : ” Abdullah bin Saba’   mempengaruhi seorang sahabat besar ahli hadis, ia adalah abu Dzar al Ghifari untuk melakukan pemberontakan menetang Utsman dan Muawiyyah”  Ia menyebutkann sumber cerita Abdullah bin Saba’ dari Ath Thabari.
4. Syekh Abu Zuhrah ”Tarikh al Madzahib al islamiyah.  Ia menuliskan dalam bukunya : ” Abdullah bin Saba’  mengatakan bahwa ada seribu nabi dan setiap nabi memiliki wasi, dan Ali adalah wasi Muhamma. Muhammad adalah penutup para nabi dan Ali penutup para washi” [9} ia mengutip cerita Abdullah bin Saba’ dari Ath Thabari
5. Farid Wajdi  dalam bukunya Dairah Ma’arif al Qarn’Isyrn”  cerita Abdullah bin saba’ diambil dari sumber yang sama yakni Ath Thabari
6. Ahmad ’Athiyatullah, ” al Qamus al islami”  ia menuliskan “ Ibnu Saba’ adalah pimpinan sekte as saba’iyah dari kalangan syi’ah. Ia dikenal dengan anam Ibnu as Sawda’” Ia pun mengambil sumber cerita Abdullah bin Saba’ dari Ath Thabari.

Sedangkan  kutipan-kutipan cerita Abdullah bin Saba’ yang beredar di indonesia dalam bentuk artikel di majalah ataupun buku-buku  relatif banyak – terutama buku-buku yang diterbitkan oleh kelompok-kelompok nawashib yang membenci Ahlul Ba’it,  Seperti buku Mengapa Kita Menolak Syi’ah yang diterbitkan oleh LPPI , Tikaman Syi’ah, Gen Syi’ah dan lain sebagainya.  Dari sekian artikel kami hanya akan menyebut dua saja, karena kedua artikel inilah yang akan di bahas dalam tulisan ini, yang sekaligus meluruskan kisah Abdullah bin Saba’ yang terdapat dalam buku-buku  lain”.
1. Artikel berjudul : Abdullah Bin Saba’ Tokoh Fiktif ?” ditulis leh Ma’Had dan Majalah al Muslimun – majalah Hukum dan Pengetahuan Islam- Bangil No 217 Sya’ban/Ramadhan 1408 April 1988. Halaman 16-20 Serta Majalah Suara Masjid
2. Abdullah Bin Saba’ Bukan Tokoh Fiktif Karya Dr Sa’diy Hasyimi.

Menimbang Jarh dan Ta’dil Si Pencipta Abdullah Bin Saba’ Syaif Ibnu Umar At Tamimi.
Telah kami sebutkan diatas secara singkat, bahwa  Abdullah bin Saba’ adalah tokoh hasil rekayasa dari orang yang bernama Syaif Ibnu Umar at Tamimi - Sang kreator manusia fiktif bernama Abdullah bin Saba’-  ia mati pada masa khalifah Harun al Rasyid, ia dikenal sebagai orang yang membenci ahlul ba’it (nawashib). seperti telah kami sebutkan diatas, ia menulis dua buah buku yang didalamnya terdapat tokoh yang bernama Abdullah bin Saba’ - al Jamal wa mashiri ”ali wa ”Aisyah dan al Futuh al Kabir wa ar Riddah.  Murthadha Al Askari menyebutkan dalam bukunya “ Syaif at Tamimi telah memalsukan riwayat Nabi SAW dengan menciptakan sahabat-sahabat yang tidak pernah ada dalam sejarah, nama-nama tersebut adalah nama fiktif yang tidak pernah ada orangnya” Murthada al Askari menyebutkan ada 150 sahabt fiktif tersebut, diantaranya ada yang bernama Sa’r, Al Hazhhaz, Uth, Hamdhan dan lain sebagainya termasuk Abdullah bin Saba’.

Kitab Tarikh al Umm wa al Muluk karya Ibnu Jarir Ath Thabari adalah sumber tertua kisah Abdullah bin Saba’. Ath Thabari hanya bersandar pada perawi tunggal, Syaif Ibnu Umar at Tamimi. Sedangkan jalur yang menyambungkannya kepada Syaif hanya dua yaitu :
1. Ubaidullah bin Sa’id az Zuhri dari  pamanya yang bernama Ya’qub bin Ibrahim dari Syaif Ibnu Umar at Tamimi. Kisah Abdullah bin Saba’ ia nukil dari jalur ini secara lisan.
2. As Surri (Abu Ubaidah) bin Yahya dari Syu’aib bin Ibrahim dari Syaif Ibnu Umar at Tamimi.  Kisah Abdullah bin Saba’ ia nukil melalui kitab Al Futuh wa Ar riddah dan Kitab al Jamal wa Masir ‘Aisyah karya syaif ibnu Umar at Tamimi, dan terkadang ia mengutip secara lisan.

As Surri  bin Yahya yang dimaksud dalam jalur periwayatan di atas bukanlah Ats Surri bin Yahya  seotang perawi yang terkenal tsiqah. Sebab masa hidup Ats Surri bin Yahya yang tsiqah  itu lebih awal dari ath Thabari. Ia wafat tahun 167 H. Sementara Ath Thabari baru lahir tahun 224 H  Selisih antara wafat As Surri dan kelahiran ath Thabari adalah 57 tahun.[10]Penelusuran para ulama menyebutkan bahwa, tidak ada seorang perawi yang bernama As Surri bin Yahya selain dia. Oleh karenanya, ada yang mengasumsikan bahwa as Surri yang menjadi perantara periwayatan ath Thabari adalah salah satu dari dua perawi yang keduanya adalah pembohong dan cacat di mata ulama :
1. As Surri bin Ismail al Hamdani al Kufi.
2. As Surri bin ’Ashim al Hamdani (seorang imigran yang tinggal di kota Bghdad) wafat tahun 258 H dan ath Thabari hidup sezaman denganya selama tiga puluh tahun lebih. [11]

Mayoritas ulama (ahlu Sunnah) memandang kredibilitas (Jarh wa Ta’dil) Syaif Ibnu Umar at Tamimi  sebagai tidak bernilai [12]. Diantara komentar para ulama Jarh wa ta’dil adalah sebagi berikut
1. Yahya bin Muin (wafat 233 H)  berkata tentang Syaif Ibnu Umar at Tamimi :”Riwayat  syaif lemah dan tidak berguna,  uang sesen lebih berharga daripada dirinya ” .
2. Abu Daud ( wafat 316 H)  berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi : ”Syaif bukan seorang yang dapat dipercaya. ia adalah seorang pembohong (al Kadzdzab), ia tidak berarti sedikitpun, beberapa hadis yang ia sampaikan sebagian besarnya tertolak”.
3. Ibn Hibban (wafat 354 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi :” Sayf meriwayatkan  hadis-hadis palsu  dan menisbahkan pada  perawi – perawi yang sahih. Ia dianggap sebagai seorang pembid’ah dan pembohong serta pemalsu hadits”.
4. Ibn Abd Barr (wafat 462H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi  : ”beliau menulis tentang al Qa’qa,  dimana syaif berbohong”.
5. Al Daruquthni (wafat 385 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi  : ”Riwayat yang disampaikan syaif lemah”.
6. Firuzabadi (wafat 817H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi  :” Riwayat yang syaif sampaikan lemah”.
7. Ibn al Sakan (wafat 353 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi : ”Riwayat syaif lemah”
8. Ibn Adi (wafat 365 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi : ” Ia lemah, sebagian hadisnya mashut, akan tetapi sebagian besar darinya tidak terdukung riwayat yang ia sampaikan lemah dan tidak digunakan”.
9. Al Suyuthi (wafat 900H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi  : ”Hadis yang disampaikan syaif lemah”.
10. Ibnu Hajar al Asqalani (wafat 852) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi  setelah  menyebut sebuah hadis yang pada silsilah perawinya terdapat nama Syaif ibnu Umar at Tamini : ” Dalam hadis banyak perawi lemah  (dhaif) dan yang paling lemah diantara mereka adalah sayf”
11. Ibn Abi Hatam (wafat 327 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi:  ”Para ulama telah mengabaikan riwayat yang disampaikan syaif ”
12. Safi al Din (wafat 923 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi : ” riwayat yang disampaikan sayf dianggap lemah  (dhaif)”.
13. Al Hakim ( wadat 450 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi  :”Sayf adalah seorang ahli bid’ah riwayatnya diabaikan”.
14. Al Nas’i (wafat 303 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi  : ”Riwayat yang disampaikan Syaif lemah dan riwayat tersebut harus diabaikan     karena tidak dapat dipercaya dan tidak berdasar”.
15. Abu Hatam (277 H) berkata tentang Syaif ibnu Umar at Tamimi  : ”Hadis yang diriwayatkan sayf harus ditolak”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa  cerita Abdullah bin Saba’  adalah sebuah kebohongan yang diciptakan oleh Syaif ibnu Umar at Tamimi, sebagaimana dinyatakan oleh Dr Ahmad al Wa’ili : ” Para peneliti menyebutkan bahwa ath Thabari menukil 701 riwayat sejarah yang meliputi berbagai peristiwa yang mewarnai masa kekhalifahan ketiga khalifah pertama. Kesemuanya ia nukil dari jalur As Surri si pembohong, dari Syu’aib yang misterius keperibadianya dan dari Syaif yang ditolak oleh para ulama  menolaknya ” [13]

Riwayat Abdullah bin Saba’ yang tidak melalui jalur Syaif at Tamimi.
Majalah al Muslimun  pada edisi No 217 Sya’ban/Ramadhan 1408 April 1988. Halaman 16-20 menuliskan sebuah artikel berjudul : Abdullah Bin Saba’ Tokoh Fiktif ?”, diantaranya dapat kami kutipkan sebagai berikut :
” ….Dari kalangan sunni  al Hafizh Ibnu Hajar al ’Asqalani dalam bukunya Lisanul Mizan (Jilid III hal 289-290 Cetakan I Tahun 1330 H) meriwayatkan tentang Abdullah bin Saba’ melalui enam jalur tanpa melalui Syaif Ibnu Ummar at Tamimi, yaitu :
1. Dari ’Amr bin Marzuq, dari Syu’bah, dari Salamah bin Kuhail dari Zaid bin Wahab dari Ali Bin Abi Thalib ra”
2. Dari Abu Ya’la al Mushili, dari Abu Kuraib, dari Muhammad bin Hasan al Aswad, dari Harun bin Shalih, dari al Harits bin Abdurrahman dari Abu Jallas dari Ali bin Abi Thalib.
3. Dari Abu Ishaq al Fazari bin Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Abu Za’ra’i,  dari Zaid bin Wahab.
4. Dari al isyari dan al Alka’i dari Ibrahim dari Ali bin Abi Thalib.
5. Dari Muhammad bin Utsman Abu Syaibah dari Muhammad bin al Ala’i dari Abu Bkar Ayyasy dari Mujahid dari Asy Sya’bi.
6. Dari Abu Nu’aim, dari Ummu Musa (Yusuf al Kandahlawi, Hayatush Shahabah)…”.

Dengan mengutip pendapat dari al Hafizh Ibnu Hajar al ’Asqalani tersebut,  Majalah al Muslimun bermkasud mematahkan argumen bahwa Abdullah bin Saba’ bukan tokoh fikitf melainkan tokoh riel yang ada orangya.

Namun sungguh sayang disayang, ada kealpaan-kalau tidak mau dikatakan sebagai ketidak jujuran-. Bahwa dalam pengutipan tersebut terdapat distorsi. Entah sengaja maupun tidak disengaja pihak Majalah al Muslimun telah menghilangkan pandangan akhir dari al hafizh Ibnu Hajar al ’Asqalani yang menyebutkan seluruh riwayat tersebut dinyatakan oleh Ibnu hajar sebagai tidak bernilai  (wa laysat lahu riwayatun) dan distorsi kedua, pihak majalah al Muslimun telah menambahkan  jalur periwayatan yang tidak pernah ditulis oleh Ibnu Hajar al ”Asqalani dalam kitabnya Lisanul Mizan,  jalur yang tidak disebutkan dalam lisanul mizan yang dimuat dalam majalah al Muslimun yaitu, dari al isyari dan al Alka’i dari Ibrahim dari Ali bin Abi Thalib (No 4) dan dari Abu Nu’aim, dari Ummu Musa (Yusuf al Kandahlawi, Hayatush Shahabah)…” (No 6) jalur ini tidak termuat dalam kitab Ibnu Hajar. Agar lebih adil akan kami kutipkan terjemahan dari kitab Lisanul Mizan Jilid III hal 289-290 yang ditulis oleh al Hafizh Ibnu Hajar al ’Asqalani :
”…Ibnu ”asakir berkata dalam Tarikh-nya, ”Ia seorang Yahudi yang berasal dari Yaman. Ia menampakkan keislamanya dan menjelajahi negeri-negeri kaum Muslimin untuk memalingkan mereka dari ketaatan kepada para pemimpin, dan memasukan kejelekan (syarr) diantara mereka. Ia memasuki Damaskus dan melakukan kegiatan-kegiatan yang sama”. Ibnu ’Asakir kemudian meriwayatkan sebuah cerita panjang dari Syaif Bin ’Umar at Tamimi dalam kitab al Futuh yang tidak sahih sanad-sanadnya. Dan melalui Ibnu Abi Khaitsamah, dari Muhammad bin ’Ibad, dari Syufyan bin ’Ammar ad-Dhni, saya mendengar Abu Thufail berkata, ”Saya melihat al Musyayab bin Najabah membawa … (barangkali adasatu atau beberapa kalimat yang hilang-pentashih kitab) … ia masuk ke mimbar kemudian berkata tentang sesuatu, kemudian ia berkata, ”Ia berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya”.

Telah menceritakan kepada saya ’Amr bin Mazruq dari , dari Syu’bah, dari Salamah bin Kuhail dari Zaid bin Wahab ia berkata, bahwa Ali Bin Abi Thalib ra berkata ” Aku berlepas diri dari orang kotor ini, si Aswad (artinya ”abdullah bin Saba’ perawi, pen). Ia menuduh jelek kepada Abu Bakar dan Umar ra..” dan melalui Muhammad bin ’Utsman bin Abi Syaibah dari Muhammad bin al ”Ala’ dari Abu Bakar bin ’Iyasy dari Majalid dari asy Sa’bi iaberkata, ”Orang yang pertama-tama berdusta adalah ’Abdullah bin Saba’” .

Abu Ya’la al Mushili berkata dalam Musnadnya dari Abu Kuraib dari Muhammad bin al hasan al Asadi dari Harun bin Shalih dari al harits bin ’Abdur –Rahman dari Abi Jallas, saya mendengar ’Ali berkata kepada ’Abdullah bin Saba’, ”Demi Allah, apa yang disampaikan kepada sya (oleh Rasulullah saw ini-pentashih kitab) adalah sesuatu yang disembunyikannya terhadap seseorang dari manusia. Dan sungguh saya telah mendengar beliau bersabda, ’Seseungguhnya ketika mendekati hari kiyamat ada tiga puluh pendusta, dan kamu adalah satu diantaranya”. 

Abu Ishaq al Fazari berkata dari Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Abi Za’ra dari zaid bin Wahab bahwa Suwaid bin Ghaflah menemui Ali dalam sebuah iamarah-nya, kemudian ia berkata, ”Sesungguhnya saya melewati sekelompok orang yang menyebut-nyebut Abu Bakar dan Umar. Mereka berpendapat bahwa anda menyembunyikan seseuatu perkara terhadap keduanya, seperti itu. Termasuk kelompok itu adalah ”abdullah bin Saba’.

Sementara, orang yang pertama kali menampakan hal seperti itu adalah ’Abdullah bin Saba;. Kemudian Ali berkata, ”Aku berlepas diri daro kekotoran si Aswad ini” Kemudian Ali berkata ” Saya berlindung kepada Allah bahwa aku menyembunyikan sesuatu perkara terhadap keduanya, hanyalah kebaikan dan kebagusan”.

Kemudian ’Ali mengutus orang kepada ’Abdullah bin Saba, dan ia diusir ke Mada’in. Dan Ali berkata, ”Jangan sampai ia berdiam bersamaku dalam satu negeri untuk selama-lamanya” Kemudian ’Ali naik mimbar sehingga orang-orang pada berkumpul, kemudian ’Ali menceritakan  cerita itu ditengah kerumunan orang-orang dan memuji keduanya (Abu Bakar dan Umar – pen) dengan panjang lebar. Dan pada Akhirnya ’Ali berkata, ” Ingatlah, jika sampai ada orang yang melebihkan saya melebihi keduanya maka pasti saya akan mencambuknya sama dengan hukuman had bagi orang-orang yang memfitnah”. Berita-berita tentang ’Abdullah bin Saba’ dalam sejarah sangat terkenal, tetapi tidak (satupun) bernilai riwayat (wa laysat lahu riwayatun) Dan segala puji bagi Allah…”

Itulah kutipan dan terjemahan panjang dari pandangan al Hafizh Ibnu Hajar yang menolak seluruh riwayat berkenaan dengan kisah ”Abdullah bin saba’ baik melalui jalur Syaif Ibnu Umar at Tamimi maupun yang diluar jalur Syaif . Sebetulnya selain yang disebutkan oleh Majalah al Muslimun masih ada lagi  cerita Abdullah bin Saba’ yang tidak melalui Sya’if Ibnu Umar at Tamimi, yaitu :
1. Kitab ”Maqalat al Islamiyyin (Esai mengenai Masyarakat Islam) ditulis oleh ’Ali Ibn Isma’il al Asy’ari.
2. Kitab al Farq Bain  al Firaq  (Perbedaan diantara aliran-aliran) karya ’Abd al Qahir Ibn Thahir al Baghdadi.
3. Muhammad Ibn ’Abd al Karim al Syahrastani (548) dalam bukunya ”al Milal wa Nihal (Negara dan Kebudayaan).
4. Kitab Syarh Nahjil-Balaaghah karya Ibnu Abil al hadid. yang menyebutkan bahwa ‘Abdullah bin Saba’ pernah berdiri ketika ‘Ali bin Abi Thalib sedang berkhutbah. Lalu ia (Ibnu Saba’) berkata :

أنت أنت، وجعل يكررها، فقال له – علي – : ويلك من أنا، فقال : أنت الله، فأمر بأخذه وأخذ قوم كانوا معه على رأيه.

“Engkau, engkau’. Ia (Ibnu Saba’) mengulang-ulang perkataan itu. Maka ‘Ali berkata kepadanya : “Celaka kamu, siapakah diriku ?”. Ibnu Saba’ menjawab : “Engkau adalah Allah”. ‘Ali pun memerintahkan untuk menangkapnya dan orang-orang yang sependapat dengannya”. [Syarh Nahjil-Balaaghah, 5/5].

Tetapi di dalam keempat kitab tersebut [14], para penulisnya tidak memberikan Isnad jalur periwayatan kisah tersebut, serta tidak disebutkan sumber riwayat sehingga validitas ceritanya tdak dapat diuji kebenaranya. Pada ketiga buku tersebut, cerita Abdullah bin Saba selalu diawali dengan ”Beberapa orang (?) berkata …(demikian demikian)”  atau ”Beberapa ulama (?) berkata (ini dan itu) ” tidak disebutkan siapa orang itu atau siapakah ulama itu . Sehingga pengujian kebenaran tentang cerita Adullah bin saba’ dalam kitab tersebut tidak mungkin dilakukan sehingga ceritanya lebih layak untuk diragukan. Bahkan para penulis kadang terlampau berlebihan dalam  memperkaya dongengan tersebut, misalnya dalam kitab tersebut dituliskan terdapat aliran-aliran yang sukar dicari rujukan validitasnya  seperti al kawusiyyah, al tayyarah, al Mamturah, al gharabiyyah, al ma’lumiyyah dan lain sebagainya. Hampir semuanya ditulis dengan tanpa menyertakan sumber atau referensinya, sehingga nyaris sebagai cerita rekayasa.  Pada kitab al Milal Wa Nihal bahkan didapatkan cerita yang nyaris mengarah ke fiksi,  ” …

ada sekelompk makhluk setengah manusia bernama al Nas-Nas, dengan wajah separuh, satu mata, satu tangan dan satu kaki. Umat Islam dapat berbicara dengan makhluk-makhluk ini dan bahkan dapat bertukar puisi. Beberapa orang islam bahkan sering memburu mereka dan memakanya. Makhluk-makhluk ini  dapat melompat  lebih cepat dari pada seekor kuda dan mereka memakan rumput…”

Sehingga keabsahan cerita Abdullah bin Saba’ dalam kitab tersebut diragukan kebenaranya.

Riwayat Abdullah Bin Saba’ dalam Khazanah Kitab Syi’ah.
Khazanah kepustakaan syi’ah terdapat pula kisah-kisah yang bercerita tentang Abdullah bin Saba, diantaranya kami kutipkan dari Majalah al Muslimun  pada edisi No 217 Sya’ban/Ramadhan 1408 April 1988. Halaman 16-20 :

”Diantara isyu-isyu yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba’ ialah :
1. Bahwa Ali bin Abi Thalib menerima washiyat sebagai pengganti Rasulullah saw (dikutip dari An Nubakhti. Firaq As Syi’ah hal 44).
2. Bahwa Abu Bakar. Umar bin Khatab dan Utsman bin Affan adalah orang-orang zhalim, karena merampas haq khilafah Ali bin Abi Thalib ra setelah Rasulullah saw. Umat yang membai’at ketiga khalifah tersebut dinyatakan kafir (dikutip dari An Nubakhti Firaq As Syi’ah op cit hal 44).
3. Bahwa Ali ra adalah pencipta semua makhluk dan pemberi rizqi (dikutip dari Ibnu badran, tahdzib at tarikh ad Dimasyqi juz VII hal 430).
4. Bahwa Nabi Muhammad saw akan kembali lagi ke dunia  sebelum kiamat sebagaimana kembalinya Isa as (dikutip dari Ibnu Badran, op cit Juz VII hal 428).
5. Bahwa Ruhul Qudus berinkarnasi ke dalam diri pada Imam Syi’ah (.. al Bad’u wa at Tarikh juz V hal 129 tahun 1916).

6. Al-Maamiqaaniy berkata .“Abdullah bin Saba’ yang dikembalikan kepadanya kekufuran dan sikap berlebih-lebihan yang sangat terang”.Lalu ia berkata : Orang yang berlebih-lebihan lagi terlaknat. Amiirul-Mukminiin telah membakarnya dengan api. Ia mengatakan bahwa ‘Aliy adalah Tuhan, dan ia adalah nabi”.[Tanqiihul-Maqaal fii ‘Ilmir-Rijaal, 2/183-184].

7. As-Sayyid Ni’matullah Al-Jazaairiy berkata : ’Abdullah bin Saba’ berkata kepada ‘Aliy ‘alaihis-salaam : ‘Engkau adalah tuhan yang sebenar-benarnya’. Maka ‘Aliy mengasingkannya ke daerah Madaain. Dan dikatakan : ‘Sesungguhnya ia dulu seorang Yahudi lalu masuk islam. Saat masih beragama Yahudi ia pernah berkata terhadap Yusyaa’ bin Nuun dan Muusaa semisal apa yang dikatakannya kepada ‘Aliy”. [Anwaarun-Nu’maaniyyah, 2/234].

8. Muhammad Husain Az-Zain berkata: “Maka, sesungguhnya sosok laki-laki ini – yaitu Ibnu Saba’ – diketahui benar adanya dan menampakkan sikap berlebih-lebihan (ghulluw). Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka (orang-orang Syi’ah) ragu-ragu akan keberadaannya sehingga menjadikannya sebagai sosok khayalan…..
Adapun kami, sesuai penelitian termuktakhir, tidak ragu akan keberadaannya dan sikap berlebih-lebihannya” [Asy-Syii’ah wat-Taariikh, hal. 213.

9. Dapat ditambahkan pula bahwa Abu Muhammad al Hasan Ibnu Musa an Nubakhti, seorang syi’ah didalam bukunya ”Firaq as syi’ah hal 41-42 mengatakan, bahwa Ali ra pernah hendak membunuh Abdullah bin Saba’ dan kebohongan yang disebarkan, yakni mengaggap Ali ra sebagai Tuhan dan mengaku dirinya sebagai nabi, akan tetapi tidak jadi karena ada yang tidak setuju, Lalu, sebagai gantinya, Abdullah bin saba’ dibuang ke Mada’in.

Buku Encyclopedia Shi’a halaman 554 memberikan penjelasan terhadap kisah Abdullah bin Saba’ yang dikutip oleh penulis syi’ah diatas,  ”... an Nubakhti, Ibnu Badran,   Al-Maamiqaaniy, As-Sayyid Ni’matullah Al-Jazaairiy,  Muhammad Husain Az-Zain dan sejahrawan syi’ah lainya yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba’ tidak pernah menyebutkan dari mana ia mendapatkan riwayat serta sumbernya,  bahkan sering ditemui,  mereka menuliskan cerita Abdullah bin Saba’ hanya dengan sumber yang ditulis ” beberapa oarang berkata demikian dan demikian...”

tanpa memberi isnad atau nama orang-orang yang menjadi sumber cerita tersebut, sehingga kebenaran cerita Abdullah bin Saba’ diragukan kebenarnya”.

Selain dalam  buku diatas ada beberapa sumber lain yang berasal dari syi’ah yang menyebutkan tentang Abdullah bin Saba’ , berikut  ami kutipkan dari blog milik al jauzaa :

1.    Dari Abu Ja’far ‘alaihis-salaam, ia berkata :

إن عبد الله بن سبأ كان يدعي النبوة، ويزعم أن أمير المؤمنين هو الله – تعالى عن ذلك – فبلغ ذلك أمير المؤمنين عليه السلام فدعاه وسأله فأقر بذلك وقال : نعم أنت هو، وقد كان قد ألقي في ورعي أنك أنت الله وأني نبي، فقال أمير المؤمنين عليه السلام : ويلك قد سخر منك الشيطان، فارجع عن هذا ثكلتك أمك وتب، فأبى، فحبسه، واستتابه ثلاثة أيام، فلم يتب، فأحرقه بالنار، وقال : أن الشيطان استهواه، فكان يأتيه ويلقي في روعه ذلك.

“Sesungguhnya ‘Abdullah bin Saba’ mendakwakan nubuwwah dan mengatakan Amiirul-Mukminiin (‘Aliy bin Abi Thaalib) adalah Allah – Maha Tinggi Allah atas tuduhan itu – . Khabar itu pun sampai kepada Amiirul-Mukminiin. Beliau memanggilnya dan mengkonfirmasikannya. Ia (‘Abdulah bin Saba’) berkata : ‘Benar, engkau adalah Allah. Telah dibisikkan ke dalam hatiku bahwa engkau adalah Allah dan aku adalah nabi’. Amiirul-Mukminiin ‘alaihis-salaam berkata : ‘Celaka kamu, syaithan telah menundukkanmu’. Rujuklah dari perkataanmu, ibumu pasti binasa, dan bertaubatlah !’. Ia menolak (untuk bertaubat), lalu ia dipenjara dan diminta untuk bertaubat dalam waktu tiga hari. Namun ia tidak mau bertaubat juga, sehingga (dijatuhi hukuman) dibakar dengan api. Amiirul-Mukminiin berkata : ‘Syaithan telah menguasai dirinya. Ia datang kepadanya (Ibnu Saba’) dan membisikkan ke dalam hatinya hal tersebut”.

2.    Dari Abu ‘Abdillah, bahwasannya ia berkata :

لعن الله عبد الله بن سبأ، إنه ادعى الربوبية في أمير المؤمنين عليه السلام، وكان والله أمير المؤمنين عليه السلام عبدًا لله طائعًا، الويل لمن كذب علينا، وإن قومًا يقولون فينا ما لا نقوله في أنفسنا نبرأ إلى الله منهم، نبرأ إلى الله منهم.

“Allah melaknat ‘Abdullah bin Saba’. Sesungguhnya ia mendakwakan Rububiyyah kepada Amiirul-Mukminiin ‘alaihis-salaam, sedangkan Amiirul-Mukminiin – demi Allah – hanyalah seorang hamba yang mentaati Allah. Neraka Wail adalah balasan bagi siapa saja yang berdusta atas nama kami. Sesungguhnya telah ada satu kaum berkata-kata tentang kami sesuatu yang kami tidak mengatakannya. Kami berlepas diri kepada Allah atas apa yang mereka katakan itu, kami berlepas diri kepada Allah atas apa yang mereka katakan itu”. [Ma’rifatu Akhbaarir-Rijaal oleh Al-Kasysyiy, hal. 70-71].

Kitab Rijaalul-Kasysyiy ini termasuk kitab Syi’ah yang pertama dan diakui dalam ilmu rijaal. Dalam blog abu al jauza tidak disebutkan sanad periwayat kisah Abdullah bin saba’ dari kitab al kasysyiy, agar lebih komplit maka kami sebutkan sumber sanad kisah tersebut. Kisah Abdullah bin Saba’ dalam riwayat al kasysyiy memiliki sanad sebagai berikut :
a. Dari Muhammad bin Quluwaihi al Qummy, dari Sa’ad bin Abdullah bin Abi Khalaf, dari Abdurrahman bin Sinan, dari Abu Ja’far as (Rijal al kasy hal 107),
b. Dari Muhammad bin Quluwaihi, dari sa’ad bin Abdullah, dari Ya’qub bin Yazid dan Muhammad bin Isa dari Abu ‘Umair dari Hisyam bin Salim dari Abu Abdillah as. (ibid),
c. Dari Muhammad bin Quluwaihi, dari Sa’ad bin Abdullah dari Ya’qub bin Yazid dan Muhammad bin Isa, dari Ali bin Mahzibad, dari Fudhallah bin Ayyub al Azdi, dari Aban bin Utsman dari Abu Abdillah as (ibid)
d. Dari ya’qub bin yazid, dari Ibnu Abi ‘Umair dan Ahmad bin Muhammad bin Isa dari ayahnya dan Husein bin Said dari Ibnu Abi ‘Umair, dari Hisyam bin Salim, dari Abu Hamzah ats Tsumali, dari Ali bin Husein as (Ibid hal 108)
e. Dari Sa’ad bin Abdullah dari Muhammad bin Khalid ath Thayalisi dari Abdurahman  bin Abu Najras, dari Ibnu Sinan dari abu Abdillah as. (ibid hal 108)

3. Al-Maamiqaaniy berkata :

عبد الله بن سبأ الذي رجع إلى الكفر وأظهر الغلو

.“Abdullah bin Saba’ yang dikembalikan kepadanya kekufuran dan sikap berlebih-lebihan yang sangat terang”.Lalu ia berkata :

 غالٍ ملعون، حرقه أمير المؤمنين عليه السلام بالنار، وكان يزعم أن علياً إله، وأنه نبي.

“Orang yang berlebih-lebihan lagi terlaknat. Amiirul-Mukminiin telah membakarnya dengan api. Ia mengatakan bahwa ‘Aliy adalah Tuhan, dan ia adalah nabi”.[Tanqiihul-Maqaal fii ‘Ilmir-Rijaal, 2/183-184].

Al-Maamiqaaniy merupakan salah seorang ulama besar Syi’ah dalam ilmu rijaal.  Al-Maamiqaaniy tidak menyebutkan sumber periwayat tentang kisah Abdullah bin Saba’  baik jalur periwayatanya maupun jalur pengutipan kisahnya, sebagimana telah dibahas diatas.

4.    An-Naubakhtiy berkata :

 السبئية قالوا بإمامة علي، وأنها فرض من الله عز وجل وهم أصحاب عبد الله بن سبأ، وكان ممن أظهر الطعن على أبي بكر، وعمر، وعثمان، والصحابة، وقال : (إن عليا عليه السلام أمره بذلك) فأخذه علي فسأله عن قوله هذا، فأقر به، فأمر بقتله، فصاح الناس إليه : يا أمير المؤمنين ! أتقتل رجلاً يدعوا إلى حبكم أهل البيت، وإلى ولايتك والبراءة من أعدائك ؟ فصيره إلى المدائن. وحكى جماعة من أهل العلم أن عبد الله بن سبأ كان يهوديًا فأسلم ووالى عليًا وكان يقول وهو على يهوديته في يوشع بن نون بعد موسى عليه السلام بهذه المقالة، فقال في إسلامه في علي بن أبي طالب بمثل ذلك، وهو أول من شهر القول بفرض إمامة علي عليه السلام وأظهر البراءة من أعدائه….فمن هڽا قال من خالف الشيعة : إن أصل الرفض مأخوذ من اليهودية.

“Kelompok Saba’iyyah mengatakan keimamahan ‘Aliy dan hal itu merupakan satu kewajiban dari Allah ‘azza wa jalla. Mereka adalah pengikut ‘Abdullah bin Saba’. Mereka adalah orang-orang yang menampakkan pencelaan terhadap Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan para shahabat. Ia (Ibnu Saba’) berkata : ‘Sesungguhnya ‘Aliy memerintahkannya’. Maka ‘Aliy menangkapnya dan mengkonfirmasi atas perkataannya tersebut, dan ia pun mengakuinya. Lalu ‘Aliy memerintahkan untuk membunuhnya. Orang-orang berteriak : ‘Wahai Amiirul-Mukminiin, apakah engkau akan membunuh orang yang menyerukan mencintai Ahlul-Bait, kepemimpinanmu, dan berlepas diri dari musuh-musuhmu ?’. Maka ‘Aliy mengasingkannya ke daerah Madaain.Diriwayatkan oleh sekelompok ahli ilmu (ulama) bahwasannya ‘Abdullah bin Saba’ adalah seorang Yahudi yang masuk Islam, lalu memberikan loyalitas kepada ‘Aliy. Saat masih dalam agama Yahudi, ia pernah berkata tentang Yusya’ bin Nuun sepeninggal Musa ‘alaihis-salaam perkataan seperti ini. Lantas setelah masuk Islam, ia berkata tentang ‘Aliy seperti apa yang dikatakannya kepada Yusya’ bin Nuun. Ia adalah orang yang pertama kali mengumumkan pendapat wajibnya keimamahan ‘Aliy ‘alaihis-salaam dan menampakkan berlepas diri terhadap musuh-musuhnya….

Dari sinilah asal perkataan orang-orang yang menyelisihi Syi’ah (baca : Ahlus-Sunnah) : ‘Sesungguhnya dasar Rafidlah diambil dari paham Yahudi”. [Firaqusy-Syii’ah, hal. 32-44].
An-Naubakhtiy ini menurut penilaian orang Syi’ah adalah seorang yang tsiqah lagi diakui [lihat Jaami’ur-Ruwaat oleh Al-Ardabiiliy 1/228 dan Al-Kunaa wal-Alqaab oleh ‘Abbaas Al-Qummiy 1/148].  

Demikian pula an Naubakhtiy tidak menyebutkan sumber dan jalur periwayatan kisah Abdullah bin Saba, sebagaimana sudah dibaha pada tulisan diatas.

5.    Sa’d bin ‘Abdillah Al-Asy’ariy Al-Qummiy berkata saat memaparkan kelompok Saba’iyyah :

 السبئية أصحاب عبد الله بن سبأ، وهو عبد الله بن وهب الراسبي الهمداني، وساعده على ذلك عبد الله بن خرسي، وابن أسود، وهما من أجل أصحابه، وكان أول من أظهر الطعن على أبي بكر، وعمر، وعثمان، والصحابة وتبرأ منهم.

“Kelompok Saba’iyyah adalah pengikut ‘Abdullah bin Saba’. Ia adalah ‘Abdullah bin Wahb Ar-Raasibiy Al-Hamdaaniy. Para pembantunya adalah ‘Abdullah bin Khurasiy dan Ibnu Aswad. Mereka berdua termasuk orang terkemuka dari kalangan pengikutnya. Ibnu Saba’ adalah orang yang pertama kali menampakkan celaan terhadap Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsmaan, dan para shahabat, serta berlepas diri dari mereka semuanya”. [Al-Maqaalaatu wal-Firaq, hal. 20].Al-Qummiy ini menurut penilaian orang Syi’ah termasuk orang yang tsiqah yang luas pengetahuannya tentang khabar/riwayat [lihat Jaami’ur-Ruwaat, 1/352].

6.    As-Sayyid Ni’matullah Al-Jazaairiy berkata:

 قال عبد الله بن سبأ لعلي عليه السلام : أنت الإله حقًَا، فنفاه علي عليه السلام إلى المدائن، وقيل : إنه كان يهوديًا فأسلم، وكان في اليهودية يقول في يوشع بن نون وفي موسى مثل ما قال في علي.

“’Abdullah bin Saba’ berkata kepada ‘Aliy ‘alaihis-salaam : ‘Engkau adalah tuhan yang sebenar-benarnya’. Maka ‘Aliy mengasingkannya ke daerah Madaain. Dan dikatakan : ‘Sesungguhnya ia dulu seorang Yahudi lalu masuk islam. Saat masih beragama Yahudi ia pernah berkata terhadap Yusyaa’ bin Nuun dan Muusaa semisal apa yang dikatakannya kepada ‘Aliy”. [Anwaarun-Nu’maaniyyah, 2/234]. Ni’matullah Al-Jazaairiy dikenal sebagai seorang muhaddits dan ulama besar yang diakui keilmuannya oleh kalangan Syi’ah [lihat Al-Kunaa wal-Alqaab, 3/298 dan Safiinatul-Bihaar 2/601].

7. Sebetulnya masih ada kisah Abdullah bin Saba yang terdapat didalam karya  Syekh al Thusi, Ahmad Ibnu Thawus,  Allamah al Hilli, Syaikh Shaduq  yang jalur pengutipanya melalui al Kusysyi(Dalam blog Abu al Jauza tidak disebutkan), kami hanya akan menyebut jalur syekh shaduq yang disebut dalam majalah al Muslimun, dengan jalur dari Muhammad bin al hasan, dari Muhammad al Hasan ash shafadi dari Muhammad bin isa dari qasim bin Yahya dari kakeknya al hasan bin rasyid dari Abu Basyir, dari Abu Abdullah as (As Shaduq, Illal Asy Syara’i Cet ke II hal 344) dan Dari Sa’id bin Abdullah dari Muhammad  Isa bin ‘Ubaid al yaqthumi dari al Qasim bin Yahya dari kakeknya al hasan bin rasyid dari abu basyir dan Muhammad bi Muslim dari Abu Abdillah as (ash Shaduq al Khisal Cet th 1389 hal 628).

Riwayat-riwayat diatas telah pula dibahas dalam buku  Encyclopedia of Shia pada halaman 554-560, sebagian kutipanya adalah sebagai berikut :
1. Diantara perawi syi’ah yang menyebutkan   nama ‘Abdullah bin Saba’ tanpa memberi keterangan mengenai sumber asal muasalnya adalah Sa’d Ib ‘Abd Allah al Asy’ari al Qummi (301), dalam  bukunya al Maqalat wal Firaq, menyebut sebuah riwayat dimana terdapat nama ‘Abdullah bin Saba’. Tetapi ia tidak menyebut sanadnya dan juga tidak menyebut dari siapa (atau dari kitab mana) ia mendapat cerita tersebut dan apa sumbernya. Selain itu al Asy’ari al Qummi telah meriwayatkan banyak hadis dari sumber ahlu sunnah. Al Najjashi (450)  dalam kitabnya  “ al Rijal”  menuliskan “ Bahwa al-Asy’ari al Qummi mengembara ke banyak tempat terkenal  dengan hubunganya dengan sejahrawan sunni  dan banyak mendapat cerita dari mereka, ia menulis banyak riwayat lemah dari apa yang ia dengar, salah satunya adalah cerita ‘Abdullah Ibn Saba’, yang ditulisnya dengan tanpa jalur periwayatan “
2. Nama kedua yang menyebutkan kisah Abdullah bin Saba’ dalam kitab Syi’ah adalah Hasan Ibn Musa al Nawbakhti (310), ia seorang sejahrawan syi’ah yang menuliskan sebuah riwayat dalam bukunya “al Firaq” tentang Abdullah bin Saba’. Tetapi ia tidak pernah menyebut dari mana ia mendapat riwayat tersebut serta sumbernya.
3. Nama ketiga adalah al Khusyi (atau al Kusysyi, ia disingkat dengan nama Kas) 369 menulis dalam kitabnya berjudul “Rijall” (Rijjal al kasy) ditahun 340H mengenai Abdullah bin Saba’.  Di dalam bukun tersebut, ia menyebut beberapa hadis yang didalamnya muncul nama “Abdullah bin Saba’, dari Imam ahlul Ba’it. Tetapi telah terbukti bagi ulama syi’ah bahwa kitab Rijjal al kasysyi memiliki banyak kesalahan, terutama dalam nama dan juga beberapa kesalahan pada kutipan-kutipan dalam kitab ar Rijjal (diantaranya kisah Abdullah bin saba’). Oleh karenanya, bukunya tidak dianggap sebagai sumber syi’ah yang dapat dipercaya. Apalagi bahwa riwayat-riwayat al Kussyi tentang Abdullah bin Saba’ tidak ditemukan di empat hadis utama syi’ah. Diantara ulama-ulama syi’ah  terdapat beberapa ulama seperti Syaikh al Thusi. Ahmad Ibn Thawus, Allamah al Hilli syaikh shaduq dan lain sebagainya yang mengutip riwayat Abdullah bin Saba’ darinya”.  Untuk melihat penilaian kritis terhadap kesalahan hadis al Kasysyi  kami persilahkan membaca telaah Rijal karya al Kusysyi dalam kitab al Rijal karya al Tustari dan Al askari.  [15]

Alternatif  lain pengujian Validitas Kisah Abdullah bin Saba’.
Selain pengujian melalui jalur periwayatan dan sumber periwayatan yang telah kami sebutkan diatas, seorang sarjana Muslim bernama S.H.M Jafri  menggunakan metode lain untuk meneliti asal-usul Syi’ah. Beliau menuliskan hasil penelitianya dalam buku berjudul Origin and Early Development Of Shi’a Islam. 

Pengujian yang ia gunakan adalah dengan kajian historiografi dengan melakukan studi komparatif sejarah, yakni membandingkan seluruh penulis sejarah Islam dari generasi paling awal. Ia menuliskan “ bahwa keberadaan Abdullah bin Saba’ tidak ditemukan dalam naskah-naskah sejarah tertua seperti Muhammad bin Ibn Ishaq bin Yasar (l. 85/704, w. 151/681) Abu Abdullah Muhammad bin Sa’ad ( 168) Ahmad bin Yahya al Baladzuri (w 279/892) Ibn Wadhih al Ya’qubi (w. 284/897) Abu Bakar ahmad bin Abdullah al Aziz al Jauhari (w 298)  dan Mas’udi (w 344), Sejarah seputar  masa krisis kekhalifahan Utsman bin Affan hingga terbunuhnya beliau yang ditulis  para sejahrawan tertua tersebut tidak disebut-sebut keterlibatan Abdullah bin Saba bahkan nama Abdullah bin Saba’ tidak ditemukan dalam naskah Ansab al Asyraf karya Baladzuri, padahal  kitab tersebut yang paling detail bercerita tentang krisis pada masa kekhalifahan Utsman, demikian pula tidak ditemukan dalam naskah sejahrawan tertua lainya” 

Memang dalam kitab baladzuri terdapat nam Ibnu Saba’, tetapi dia merujuk pada nama  Abdullah bin Wahab al Hamdani atau kemudian dikenal dengan sebutan Abd Allah al Wahab al Saba’i pemimpin kelompok Khawarij. bukan merujuk pada Ibn Sawda  atau Abdullah bin Saba’.

Berpijak dari hasil penelitian  S.H.M Jafri tersebut dapatlah kita sebutkan bahwa,  eksistensi tentang Abdullah bin Saba’ ini baru muncul pada naskah-naskah sejarah setelahnya, dengan kata lain muncul pada masa Ath Thabari yang merujuk pada si pencipta tokohnya yang bernama Syaif Ibnu Umar at Tamimi yang kemudian cerita tersebut beredar secara luas di kutip oleh kalangan sejarahwan ahlu sunnah maupun syi’ah.

Beberapa sejahrawan modern banyak pula yang telah melakukan penelitian tentang syi’ah (beserta asal-usulnya) dan kesimpulan mereka adalah meragukan keberadaan figur fiktif bernama Abdullah bin saba tersebut diantaranya adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh tim yang dibentuk lembaga ahlu sunnah dari Damaskus yang bernama al majma’ al ‘Ilmi al ‘Arabi, telah membentuk tim dibawah pimpinan Profesor Muhammad Kurdi Ali, untuk melakukan penelitian tentang syi’ah. Hasilnya penelitian telah diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Khtath al Syam. Dalam kitab tersebut dijelaskan tentang asal usul syi’ah  yang dilahirkan dari lisan Rasulullah SAW , dan  bukan dari Abdullah bin Saba’, dalam buku itu disebutkan pula nama-nama sahabat syi’ah awal.
2. Ulama dari Indonesia yang meneliti syi’ah diantaranya adalah Prof Dr H Abu Bakar Atjeh – beliau adalah seorang ahlu sunnah- yang karyanya diterbitkan dengan judul Syi’ah Rasionalisme dalam Islam yang dalam bukunya beliau mengutip pendapat HAMKA bahwa madzhab syafi’i yang di anut mayoritas muslim indonesia lebih dekat dengan madzhab syi’ah. Dalam bukunya tidak disebutkan peran Abdullah bin Saba’ dalam pendirian islam, malah beliau menunjukkan bahwa syi’ah dilahirkan oleh Rasulullah saw.
3. Ulama dari indonesia lainya adalah H Abdullah bin Nuh beliau -adalah seorang ahlu sunnah-, yang  banyak melakukan penelitian tentag syi’ah, dan beliau menyebutkan bahwa penyebar Islam di Indonesia yang pertama adalah orang-orang syi’ah
4. Dr Thoha Husein, ia menyatakan  tentang keraguanya akan keberadaan Abdullah bin Saba’ dan menganggapnya tokoh  fiktif. (sebagaimana dituliskan dalam Al Fitnatul Kubra jilid II karya Thoha Husein) beliau juga meneliti kitab-kitab sejarah awal dan tidak ditemukan nama Abdullah bin Saba’tersebut. Sikap para nawashib kepada beliau sungguh keterlaluan, hasil dari penelitian beliau dikecam oleh para pembenci ahlul ba’it dan nama beliau dicemarkan, termasuk para nawashib di Indonesia.
5. Asyaikh al azar Syaikh Mahmud Syaltut, beliau bahkan mengeluarkan fatwa bolehnya berpegang dengan madzhab syi’ah. Lagi-lagi para nawashib  yang hendak memadamkan api Islam menuduh beliau sebagai telah keluar dari islam.

Kecurangan-kecurangan dalam pengutipan.
Ditengarai  para nawashib  telah melakukan kecurangan-kecurangan terhadap karya-karya sejahrawan awal. Modusnya adalah dengan melakukan perubahan ataupun pemalsuan terhadap redaksional dengan dibelokan dari makna aslinya. Tindakan itu dimaksudkan untuk menunjukan kepada khalayak awam bahwa dalam kitab-kitab sejarah paling awal yang ditulis sejahrawan muslim terdapat figur Abdullah bin Saba’ dan itu membuktikan kepada khalayak ramai, bahwa Abdullah binn Saba’ bukanlah tokoh fiktif. Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :
“Ahmad bin Ya’qub,…, Dia mengutip perkataan Sayyidina Utsman ketika beliau marah kepada sahabat Ammar bin Yasir karena telah merahasiakan wafatnya Abdullah bin Mas’ud dan Miqdad “celakalah Ibnu as-Sauda’ (Abdullah bin Saba’) itu. Sungguh aku benar-benar mengetahuinya.” [16]

tindak pemalsuan diatas adalah dengan pemberian makna lain dari redaksi yang sebenarnya, pada tulisan diatas (yang dipalsukan) kata dalam kurung yang tertulis (Abdullah bin Saba’) tidak terdapat dalam kitab Tarikh Ya’qubi, kata tersebut adalah tambahan dari si pengutip. Pihak pengutip sengaja menghilangkan informasi sebelum dan sesudahnya yang menunjukkan bahwa Ibnu Sa’uda yang dimaksud adalah Ammar bin Yasser, mari kami kutipkan secara utuh :
“  Ketika Ibnu Mas’ud  datang ke Madinah dari kuffah, dan menyerahkan kunci ba’it al mal dengan sikap sedemikian rupa, lalu Utsman bin Affan mengeluarkan perintah agar Ibn Mas’ud dihajar dan dikeluarkan dari amsjid. Karena tidak senang dengan perbuatan Utsman, maka Ali membawa Ibn Mas’ud ke rumah. Ibnu Mas’ud meninggal dua tahun sebelum Utsman. Dalam Wasiatnya Ibnu Mas’ud minta supaya Ammar mendo’akan dan menshalatkan jenazahnya, dan meminta supaya Usman tidak mensholatkan jenazahnya. Miqdad juga bersikap demikian…. Utsman bin Affan marah kepada Ammar bin Yasser yang telah merahasiakan wafatnya Abdullah bin Mas’ud dan Miqdad bin Amr, Utsman bin Affan berkata kepada Ammar “ Celakalah engkau Ibnu as sauda sungguh aku benar-benar mengetahuinya…Ammar oleh kalangan Qurasy digelari dengan Ibnu Sawda’  yang artinya sebagai putra wanita hitam dan  Al Abd yang artinya si budak” [17]

Dengan demikian jelas bahwa si pengutip bermaksud membelokkan arti dari Ibnu Sawda diatas, sebagaimana telah kami sampaikan diatas melalui penelitian bahwa Abdullah bin Saba’ tidak diketemukan dalam kitab-kitab sejahrawan Islam Paling awal.

Sebetulnya kalau kita jeli melihat kalimat yang dipalsukan tersebut, bahwa sebetulnya yang disebut Ibnu Sa’uda adalah Ammar bin Yasir, perhatikan  :  diatas diceritakan Khalifah Utsman bin Affan marah kepada Ammar bin Yassir  karena telah merahasiakan wafatnya Abdullah bin Mas’ud dan Miqdad padahal Khalifah Utsman  tahu, kemarahan khalifah diujudkan dengan mengatakan “celakalah Ibnu as sauda” tentu saja kemarahan itu ditujukan kepada Ammar bukan ? tidak kepada Abdullah bin Saba’, karena disitu Khalifah sedang berbicara dengan Ammar. Biasanya orang-orang nawashib sangat lihai dalam memotong dan memalsukan informasi, tapi kali ini mungkin mereka kurang begitu cekatan atau terlalu bersemangat untuk memberikan tuduhan bahwa Syi’ah adalah produk Abdullah bin Saba’, sehingga mereka terperangkap dalam tindak pemalsuanya sendiri.

Bentuk pembiasan informasi lain adalah,  terdapatnya “nama Ibnu Saba’ yang tertulis dalam kitab Ansab al Asyraf karya baladzuri, dalam kitabnya tertulis “… Dan Ibnu Saba’ memiliki satu naskah dari surat tersebut lalu ia mengubah-ubahnya”  jika informasi ini dipotong sampai disini saja maka dampaknya adalah bahwa bukti Abdullah bin Saba’ tertulis di kitab sejarah  islam awal adalah benar, tetapi kalimat tersebut masih memiliki keterangan,  bahwa yang dimaksud al Baladzuri dengan  Ibnu saba’  disitu adalah ‘Abd Allah Ibn Wahab al Saba’i atau dikenal juga dengan Abdullah bin Wahab al Hamdani,  dia adalah pemimpin utama Khawarij dari suku Sabaiyah atau Qathan.  Penyematan nama saba’iyah ini disebabkan oleh gesekan antara suku Adnan dan Qathan, sehingga orang-orang Adnani memanggil orang-orang dari suku Qathan dengan sebutan sabaiyah [18]

Dengan demikian pemerkosaan pada kedua kitab awal yang  dipaksa untuk membuktikan adanya tokoh Abdullah bin Saba’ sebetulnya adalah tindakan kejahata. Kedua kitab tersebut memang berbicara secara detail berkenaan krisi dimasa khalifah Utsman sehingga beliau wafat, namun tidak diketemukan nama Abdullah bin Saba’ sebagimana yang dituduhkan sebagai pendiri Madzab syi’ah.

Rasulullah SAW adalah pendiri  madzhab syi’ah.
Sebagai alat uji terakhir untuk meneliti kebenaran apakah syi’ah adalah produk Abdullah bin Saba’ adalah menggunakan alat uji sebagimana yang diperintahkan oleh Imam Ja’far ash Shadiq, agar menguji hadis (riwayat) dengan Al Qur’an dan jika hadis (riwayat) tersebut bertentangan dengan Al Qur’an maka buanglah ke tembok (tidak dipakai).  Kami akan menyajika sabda Rasulullah saw, yang mendeklarasikan syi’ah dan siapa syi’ah itu. Rasulullah menafsirkan dari ayat Al Qur’an dan menjelaskan makna ayat tersebut. Dengan demikian  Hadist yang kami sebutkan dibawah ini langsung bersumber dari Al Qur’an dan Sabda Rasulullah  saw sendir, kami tidak akan memberikan analisa apapun, karena Rasulullah adalah yang memahami Al Qur’an. Dan kami tidak mengambil sumber dari syi’ah yang sangat banyak itu, kami cukupkan saja mengambil dari sumber ahlu sunnah sendiri.

Syi’ah didirikan oleh Rasulullah SAW sendiri – hal ini bertolak belakang dari pandangan yang menyebutkan syi’ah merupakan paham hasil kreasi dari Abdullah bin Saba’  – bahkan Rasulullah saw tatkala menafsirkan ayat Al Qur’an beliau menjelaskan makna syi’ah tersebut ditujukan kepada pengikut imam Ali bin Abi Thalib dan Ahlul Ba’it, hal ini dapat di baca dalam riwayat ulama ahlu sunnah dibawah ini :
1. Al Hafizh Abu Na’im, [19] meriwayatkan dalam kitabnya HIlayah al Awliya dengan sanad dari Ibnu Abbas, ketika turun ayat yang mulia :” Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh  mereka itu sebaik-baik makhluk” (QS.AlBayyinah: 7-8), kemudian Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Wahai Ali, itu adalah engkau dan syi’ahmu. Engkau dan syi’ahmu akan datang pada hari kiamat dalam keadaan ridho dan di ridho’i” .
2. Mawfiq bin Ahmad al Khawarizmi, meriwayatkan dari Abu Mua’ayyid, dalam kitab al Manaqib hadis ke dua dfalam pasal 17 dalam penjelasan ayat yang turun berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib,  dengan redaksi tanpa mencantumkan ayatnya, bahwa Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Wahai Ali, itu adalah engkau dan syi’ahmu. Engkau dan syi’ahmu akan datang pada hari kiamat dalam keadaan ridho dan di ridho’i” .
3. Sabath bin al Jawzi dalam kitabnya  Tadzkirah Khawwash al Ummah  hlm 56 meriwayatkan dengan sanad dari Abu Sa’id al Khudri,  Nabi Saw memandang kepada Ali bin Abi Thalib, lalu  Rasulullah saw bersabda, “ orang ini dan para pengikutnya (syi’ah) adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat”
4. Al Hakim ‘Ubaidullah al Haskani, seorang mufasir ahlu sunnah yang terkemuka menuliskan dalam kitabnya  Syawahid al Tanzil, dari al Hakim Abu ‘Abdullah al Hafizh dengan sanad marfu’ kepada Yazid bin Syahrahil al Anshari, ia berkata :”  Saya mendengar Ali bin Abi Thalib berkata, “Rasulullah saw, sambil menyandarkan kepalanya di dadaku beliau bersabda, “Wahai Ali, tidakkah engkau pernah mendengar firman Allah SWT, “:” Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh  mereka itu sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8)   mereka adalah engkau dan syi’ahmu, dan tempat pertemuanku  dan kamu yang telah dijanjikan adalah al haudh, ketika umat-umat lain ketakutan saat hendak di hisab, kalian dipanggil karena tanda putih di dahi (ghurran muhajjalin).
5. Allamah Muhammad bin Yusuf al Qurasyi al Kanji al Syafi’I, meriwayatkan dalam kitabnya Kifayah al Thalib Bab 62 dari Yazid bin Syarahil, ia berkata :”  Saya mendengar Ali bin Abi Thalib berkata, “Rasulullah saw, sambil menyandarkan kepalanya di dadaku beliau bersabda, “Wahai Ali, tidakkah engkau pernah mendengar firman Allah SWT, “:” Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh  mereka itu sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8)   mereka adalah engkau dan syi’ahmu, dan tempat pertemuanku  dan kamu yang telah dijanjikan adalah al haudh, ketika umat-umat lain ketakutan saat hendak di hisab, kalian dipanggil karena tanda putih di dahi (ghurran muhajjalin).
6. Mawfiq bin Ahmad al Khawarizmi dalam kitabnya  Manaqib Ali bin Abi Thalib, Rasulullah bersabda, , “Wahai Ali, tidakkah engkau pernah mendengar firman Allah SWT, “:” Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh  mereka itu sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8)   mereka adalah engkau dan syi’ahmu, dan tempat pertemuanku  dan kamu yang telah dijanjikan adalah al haudh, ketika umat-umat lain ketakutan saat hendak di hisab, kalian dipanggil karena tanda putih di dahi (ghurran muhajjalin).
7. Abu al Mu’ayyid al Mawfiq bin Ahmad al Khawarizmi meriwayatkan dalam Manaqib Ali bin Abi Thalib Pasal 9 hadis ke 10 dari  Jabir bin “Abdullah al Anshari, ia berkata, Kami berada bersama Rasulullah SAW, kemudian dating Ali bin Abi Thalib, kemudian beliau bersabda, “ Telah dating saudaraku kepada kalian”, kemudian beliau menoleh ke Ka’bah dan memukulkan  tanganya, lalu beliau bersabda: ” Demi yang diriku dalam kekuasan-Nya, orang ini dan syi’ahnya adalah orang-orang yang beroleh kemenangan pada hari kiamat. Kemudian, ia  adalah orang pertama yang beriman di antara kalian, yang paling setia menepati janji Allah, yang paling keras menegakkan perintah Allah, yang paling adil dalam memimpin, yang paling adil dalam membagi, dan yang paling agung keutamaanya di disisi Allah” Perawi kemudian menambahkan, kemudian turun ayat Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh  mereka itu sebaik-baik makhluk… (hingga akhir surrah), selanjutnya perawi berkata, “ Apabila Ali bin Abi Thalib dating, para sahabat Muhammad berkata, “Telah dating khayrul barriyyah (sebaik-baik makhluk)
8. Allamah  al-Kanji al Syafi’I meriwayatkan dalam kitabnya Kifayah al Thalib bab 62 dengan sanad dari Jabir bin ‘Abdullah al Anshari : , Kami berada bersama Rasulullah SAW, kemudian dating Ali bin Abi Thalib, kemudian beliau bersabda, “ Telah dating saudaraku kepada kalian”, kemudian beliau menoleh ke Ka’bah dan memukulkan  tanganya, lalu beliau bersabda: ” Demi yang diriku dalam kekuasan-Nya, orang ini dan syi’ahnya adalah orang-orang yang beroleh kemenangan pada hari kiamat. Kemudian, ia  adalah orang pertama yang beriman di antara kalian, yang paling setia menepati janji Allah, yang paling keras menegakkan perintah Allah, yang paling adil dalam memimpin, yang paling adil dalam membagi, dan yang paling agung keutamaanya di disisi Allah”.
9. Jalaludin al Suyuthi  dalam kitabnya  al Durr al Mantsur,  ia meriwayatkan hadis dari Ibn ‘Asakir al Dimasyqi yang meriwayatkanya  dari Jabir bin ‘Abdullah al Anshari, bahwa ia berkata : Kami berada bersama  Rasulullah SAW, tiba-tiba Ali bin Abi Thalib dating, maka Nabi SAW bersabda, “Demi diriku dalam kekuasaan-Nya, orang ini dan syi’ahnya adalah orang-orang yang beroleh kemenangan pada hari kiamat.” Kemudian turun ayat : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh  mereka itu sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8)
10. Jalaludin al Suyuthi  dalam kitabnya  al Durr al Mantsur  juga meriwayatkan dari Ibn ‘Adi dari Ibn ‘Abbas, bahwa ia meriwayatkan ketika turun ayat “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh  mereka itu sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8), Rasulullah SAW bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Engkau dan syi’ahmu dating pada hari kiamat dalam keadaan ridho dan diridhoi”.
11. Ibnu al-Shabagh al-Maliki dalam kitabnya al Fushul al Muhimmah hal 122, meriwayatkan hadis dari Ibn ‘Abbas, ia berkata : Ketika turun ayat : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh  mereka itu sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8) Nabi SAW bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, ”Ítu adalah engkau dan syi’ahmu, engkau dan mereka dating pada hari kiamat dalam keadaan ridho dan di ridhoi. Sedangkan Musuh-musuhmu dating dalam keadaan murka dan hangus”
12. Ibnu Hajar dalam kitabnya Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah bab XI, meriwayatkanya dari al Hafizh Jamaluddin al Zarandi , Muhammad bin Yusuf al Zarandi al Madani, ia berkata,  Ketika turun ayat : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh  mereka itu sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8) Nabi SAW bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, ”Ítu adalah engkau dan syi’ahmu, engkau dan mereka dating pada hari kiamat dalam keadaan ridho dan di ridhoi. Sedangkan Musuh-musuhmu dating dalam keadaan murka dan hangus” Maka Ali bin Abi Thalib bertanya kepada Rasulullah SAW,  “Siapakah Musuhku ?  Beliau SAW menjawab, “Orang-orang yang berlepas diri darimu dan suka melaknatmu”.
13. Allamah al Mashudi dalam  Jawahir al “Uqdayn juga meriwayatkan dari al Hafizh Jamaludin al Zarandi , Muhammad bin Yusuf al Zarandi al Madani, ia berkata,  Ketika turun ayat : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh  mereka itu sebaik-baik makhluk” ?(QS.AlBayyinah: 7-8) Nabi SAW bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, ”Ítu adalah engkau dan syi’ahmu, engkau dan mereka dating pada hari kiamat dalam keadaan ridho dan di ridhoi. Sedangkan Musuh-musuhmu dating dalam keadaan murka dan hangus” Maka Ali bin Abi Thalib bertanya kepada Rasulullah SAW,  “Siapakah Musuhku ?  Beliau SAW menjawab, “Orang-orang yang berlepas diri darimu dan suka melaknatmu”.
14. Mir Sayid Ali al Hamdani al Syafi’I, dalam kitabnya Mawaddah al Qurba, meriwayatkan dari Ummul mukminin  Ummu Salamah, bahwa ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Wahai Ali, engkau dan sahabat-sahabatmu  berada di surga. Engkau dan syiahmu berada di surga.
15.Ibnu Hajar dalam kitabnya Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah meriwayatkan dari Ummul mukminin  Ummu Salamah, bahwa ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Wahai Ali, engkau dan sahabat-sahabatmu  berada di surga. Engkau dan syiahmu berada di surga.
16. Al Hafizh bin al Maghazali al Syafi’I, dalam kitabnya Manaqib ‘Ali bin Abi THalib, ia meriwayatkan hadis dengan sanad dari Jabir bin “Abdullah : Ketika Ali bin Abi Thalib dating dalam penaklukan Khaibar, Rasulullah SAW berkata kepadanya : “Wahai Ali… Cukuplah  bagimu dengan kedudukanmu disampingku  seperti kedudukan Harun disamping Musa, hanya saja tidak ada Nabi sesudahku.  Engkau yang membebaskan jaminanku, menutup auratkau dan berperang untuk membela sunnahku.  Kelak di akhirat,  engkau adalah makhluk  yang paling dekat denganku. Di Al haudh  engkau berada di belakangku. Syiahmu  berada diatas mimbar-mimbar dari cahaya disekelilingku dengan wajah yang putih. Aku memberikan syafaat kepada mereka . Merekapun berada dis urga di dekatku. Orang yang memerangimu berarti memerangiku dan orang yang berdamai denganmu berarti berdamai denganku.
17. Kitab Tarikh Baghdad, Juz 12 hlm 289.    Nabi saw berkata kepada Ali bin Abi Thalib : “Engkau dan syi’ahmu berada di surga”
18. Kitab Muruj al-Dzahab, juz 2 hlm. 51 Nabi saw bersabda : ” Pada hari kiamat manusia dipanggil dengan nama-nama mereka dan ibu  mereka kecuali orang ini (Ali bin Abi Thalib) dan syi’ahnya. Mereka dipanggil dengan nama mereka dan bapak mereka karena kesahihan kelahiran mereka”.
19. Kitab Al Shawa’iq al- Muhriqah, hlm 66 ceta. al-Maimanah Mesir. Bahwa Nabi saw bersabda: “Wahai Ali, engkau dan syiahmu kembali kepadaku di al-Hawdh dengan rasa puas dan wajah yang putih. Sedangkan musuh-musuh mereka kembali ke al-hawdh dalam kehausan”.
20. Allamah Shalih al Turmudzi meriwayatkanya dalam  al Manaqib al Murthadhawiyah  hl 101 cet Bombay, Bahwa Nabi saw bersabda: “Wahai Ali, engkau dan syiahmu kembali kepadaku di al-Hawdh dengan rasa puas dan wajah yang putih. Sedangkan musuh-musuh mereka kembali ke al-hawdh dalam kehausan”.
21. Kitab Kifayah al-Thalib, halaman 135, Nabi saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib: “…dan syiahmu berada diatas mimbar-mimbar dari cahaya  dan dengan wajah putih di sekelilingku. Aku memberi syafaat kepada mereka. Maka mereka  kelak disurga bertetangga denganku”.
22. Kitab Manaqib Ibn Maghazali,  hlm 238 meriwayatkan dalam hadis panjang dan pada akhir hadis berbunyi :  Nabi saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib: “…dan syiahmu berada diatas mimbar-mimbar dari cahaya  dan dengan wajah putih di sekelilingku. Aku memberi syafaat kepada mereka. Maka mereka  kelak disurga bertetangga denganku”.
23. Kitab Kifayah al-Thalib, hal 98 dengan sanad dari ‘Ashim bin Dhumurah dari Ali bin Abi Thalib : Rasulullah SAW bersabda : “Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya, Ali adalah cabangnya, al-Hasan dan al-Huasin adalah buahnya, dan syi’ah adalah daun-daunnya. Tidak keluar  sesuatu yang baik kecuali dari yang baik” Allamah al Kanji kemudian menuliskan, “ Demikianlah al Khatib meriwayatkanya  dalam kitab tarikh dan sanad-sanadnya.
24. Al Hakim meriwayatkan dalam  al Mustadrak Juz 3 hal 160 : dengan sanad dari ‘Ashim bin Dhumurah dari Ali bin Abi Thalib : Rasulullah SAW bersabda : “Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya, Ali adalah cabangnya, al-Hasan dan al-Huasin adalah buahnya, dan syi’ah adalah daun-daunnya. Tidak keluar  sesuatu yang baik kecuali dari yang baik”
25. Ibnu Asakir meriwayatkan dalam kitab Tarikh Juz 4 hal 318 : dengan sanad dari ‘Ashim bin Dhumurah dari Ali bin Abi Thalib : Rasulullah SAW bersabda : “Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya, Ali adalah cabangnya, al-Hasan dan al-Huasin adalah buahnya, dan syi’ah adalah daun-daunnya. Tidak keluar  sesuatu yang baik kecuali dari yang baik”
26. Muhibbuddin  meriwayatkan dalam kitab  al Riyadh al Nadhrah  juz II hal 253. dengan sanad dari ‘Ashim bin Dhumurah dari Ali bin Abi Thalib : Rasulullah SAW bersabda : “Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya, Ali adalah cabangnya, al-Hasan dan al-Huasin adalah buahnya, dan syi’ah adalah daun-daunnya. Tidak keluar  sesuatu yang baik kecuali dari yang baik”
27. Ibn Shabagh al Maliki dalam kitabnya al Fushul al Muhimmah, 11, dengan sanad dari ‘Ashim bin Dhumurah dari Ali bin Abi Thalib : Rasulullah SAW bersabda : “Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya, Ali adalah cabangnya, al-Hasan dan al-Huasin adalah buahnya, dan syi’ah adalah daun-daunnya. Tidak keluar  sesuatu yang baik kecuali dari yang baik”
28. al Shafuri dalam kitabnya Nazhah al Majalis juz II hal 222, dengan sanad dari ‘Ashim bin Dhumurah dari Ali bin Abi Thalib : Rasulullah SAW bersabda : “Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya, Ali adalah cabangnya, al-Hasan dan al-Huasin adalah buahnya, dan syi’ah adalah daun-daunnya. Tidak keluar  sesuatu yang baik kecuali dari yang baik”
29. Allamah al Qunduzi al Hanafi dalam kitabnya Yaniabi ‘ al Mawaddah hlm 257 cet Istanbul  meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda :” Janganlah kalian merendahkan syiah  Ali bin Abi Thalib, karena masing-masing dari mereka diberi syafaat seperti untuk Rabi’ah dan Mudhar “
30. Allamah al Hindi dalam kitab  Intiha’ al Afham hlm 19,  meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda :” Janganlah kalian merendahkan syiah  Ali bin Abi Thalib, karena masing-masing dari mereka diberi syafaat seperti untuk Rabi’ah dan Mudhar “
31. Sabath bin al Jawzi  dalam kitabnya Tadzkirah al Khawwash, hlm 59 cet aljir meriwayatkan  dengan sanadnya dari Abu Sa’id al Khudri : Nabi SAW memandang Ali bin Abi Thalib  dan bersabda, “Orang ini dan syi’ahnya adalah orangorang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat”
32. al Dailami, penulis kitan Firdaws al Akhbar.  Meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah DAW bersabda :” Syi’ah Ali adalah orang-orang yang memperoleh kemenangan “
33. Allamah al Mannawi, dalm kitabnya  Kunuz  al Haqa’iq  hlm 83, cet Bulaq :  Meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah DAW bersabda :” Syi’ah Ali adalah orang-orang yang memperoleh kemenangan “
34. Al Qunduzi  dalam Yanabi’ al Mawwaddah hlm 180 cet Istanbul, Meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah DAW bersabda :” Syi’ah Ali adalah orang-orang yang memperoleh kemenangan “
35. Allamah al Hindi  meriwayatkan dalam kitabnya Intiha al Afham hal 222 Cet Nul Kesywar, ia eriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah DAW bersabda :” Syi’ah Ali adalah orang-orang yang memperoleh kemenangan “
36. Allamah  al kasyafi al Turmudzi dalam kitabnya al Manaqib al Murthadhawiyah hlm 113 cet Bombay, meriwayatkan dari Ibn Abbas : bahwa Rasulullah SAW bersabda :”Ali dan syi’ahnya adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat “
37. Al Qunduzi  dalam Yanabi’ al Mawwaddah hlm 257 meriwayatkan dari Ibn Abbas : bahwa Rasulullah SAW bersabda :”Ali dan syi’ahnya adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat “
38. Allamah al Hindi  meriwayatkan dalam kitabnya Intiha al Afham  hlm 19, meriwayatkan dari Ibn Abbas : bahwa Rasulullah SAW bersabda :”Ali dan syi’ahnya adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat “
39. Jalaludin al Suyuthi  dalam kitabnya  al Durr al Mantsur  juz VI hlm 379 cet Mesir, Rasulullah SAW bersabda  kepada Ali bin Abi Thalib : “Engkau dan syi’ahmu kembali kepadaku di al Hawdh dalam keadaan puas”
40. Al Qunduzi  dalam Yanabi’ al Mawwaddah hlm 182, Rasulullah SAW bersabda  kepada Ali bin Abi Thalib : “Engkau dan syi’ahmu kembali kepadaku di al Hawdh dalam keadaan puas”
41. Ibnu ‘Asakir  dalam Kitab Tarikh, 4 hlm 318 meriwayatkan,   Nabi saw bersabda : “Wahai Ali, empat orang pertama yang masuk surga adalah aku, engkau, al-Hasan dan al-Husain keturunan kita menyusul dibelakang kita.  Istri-istri kita menyusul dibelakang keturunan kita, dan syiah kita di kanan dan kiri kita “.
42. Ibnu Hajar dalam kitabnya Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah  hlm 96 meriwayatkan, Nabi saw bersabda : “Wahai Ali, empat orang pertama yang masuk surga adalah aku, engkau, al-Hasan dan al-Husain keturunan kita menyusul dibelakang kita.  Istri-istri kita menyusul dibelakang keturunan kita, dan syiah kita di kanan dan kiri kita “.
43. Sabath bin al Jawzi  dalam kitabnya Tadzkirah al Khawwash  hlm 31, Nabi saw bersabda : “Wahai Ali, empat orang pertama yang masuk surga adalah aku, engkau, al-Hasan dan al-Husain keturunan kita menyusul dibelakang kita.  Istri-istri kita menyusul dibelakang keturunan kita, dan syiah kita di kanan dan kiri kita “.
44. Dalam kitab   Majma’ al Zawa’id juz IX hal 131 diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda : “Wahai Ali, empat orang pertama yang masuk surga adalah aku, engkau, al-Hasan dan al-Husain keturunan kita menyusul dibelakang kita.  Istri-istri kita menyusul dibelakang keturunan kita, dan syiah kita di kanan dan kiri kita “.
45. Allamah al Mannawi, dalm kitabnya  Kunuz  al Haqa’iq   dalam catatan pinggir  al Jami’ al Shaghir  juz II hlm 16 diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda : “Wahai Ali, empat orang pertama yang masuk surga adalah aku, engkau, al-Hasan dan al-Husain keturunan kita menyusul dibelakang kita.  Istri-istri kita menyusul dibelakang keturunan kita, dan syiah kita di kanan dan kiri kita “.
46. Is’f al Raghibin ditulis dalam catatan pinggir kitab  Nur al Abshar  hlm 131 karya al Daruquthni meriwayatkan secara Imarfu’  bahwa beliau Rasulull SAW bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Wahai Abul Hasan, engkau dan syi’ahmu berada di surga”
47. Tarikh Baghdad  juz XII hlm 289, cet al Sa’adah, Mesir, meriwayatkan dengan sanadnya dari al Sya’bi dari Ali bin Abi Thalib : Rasulullah SAW bersabda : Engkau dan syi’ahmu berada di surga
48. Akhthab Khawarizmi meriwayatkan dalam kitabnya al Manaqib  : meriwayatkan dengan sanadnya dari al Sya’bi dari Ali bin Abi Thalib : Rasulullah SAW bersabda : Engkau dan syi’ahmu berada di surga
49. Dalam kitab Muntakhab Kanz al ummal yang dicetak dalam catatan pinggir al Musnad  juz V hlm 439 cet al Mathba’ah al Maimanah Mesir meriwayatkan dengan sanadnya dari al Sya’bi dari Ali bin Abi Thalib : Rasulullah SAW bersabda : Engkau dan syi’ahmu berada di surga”
50. Allamah al Barzanji menuliskan dalam kitabnya  al Isya’ah fi isyrath al sa’ah hlm 41 meriwayatkan dengan sanadnya dari al Sya’bi dari Ali bin Abi Thalib : Rasulullah SAW bersabda : Engkau dan syi’ahmu berada di surga
51. al Haitsami dalam Kitab Majma al Zawa’id  juz 9 hlm 173, meriwayatkan dari Abu HUrairah : Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib : Engkau bersamaku dan syi’ahmu di surga “
52. Allamah al Khahusyi menuliskan dalam kitabnya  Syarf al Nabi saw, ia meriwayatkan dari Ummul Mukminin Ummu Salamah : Rasulullah SAW bersabda “ Aku sampaikan kabar gembira kepadamu wahai Ali, engkau dan syi’ahmu berada di surga”
53. Allamah al Amritsari al Hanafi meriwayatkan dalam kitabnya Rajih al Mathalib meriwayatkan dari Ummul Mukminin Ummu Salamah : Rasulullah SAW bersabda “ Aku sampaikan kabar gembira kepadamu wahai Ali, engkau dan syi’ahmu berada di surga”
54. al Haitsami dalam kitabnya Majma al Zawa’id , meriwayatkan bahwa dalam kutbahnya Rasulullah saw bersabda : ” Wahai Manusia, barang siapa membenci kami, Ahlul Ba’it, Allah akan mengumpulkanya pada hari kiamat sebagai Yahudi. ” Jabir bin Abdullah bertanya, “Wahai Rasulullah, walaupun ia mengerjakan puasa dan sholat ? beliau saw menjawab : ” Sekalipun ia mengerjakan puasa dan sholat dan menyatakan dirinya sebagai muslim. Dengan demikian, siapa yang menumpahkan darahnya, hendaknya membayar jizah dan mereka itu kecil. Kepadaku diumpamakan umatku dengan buah tin, lalu para pembawa bendera berlalu dihadapanku. Maka aku memohon ampunan untuk Ali dan syi’ahnya”.
55. Ibnu ‘Asakir  dalam Kitab Tarikh 2/442  meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa  dalam kutbahnya Rasulullah saw bersabda : ” Wahai Manusia, barang siapa membenci kami, Ahlul Ba’it, Allah akan mengumpulkanya pada hari kiamat sebagai Yahudi. ” Jabir bin Abdullah bertanya, “Wahai Rasulullah, walaupun ia mengerjakan puasa dan sholat ? beliau saw menjawab : ” Sekalipun ia mengerjakan puasa dan sholat dan menyatakan dirinya sebagai muslim. Dengan demikian, siapa yang menumpahkan darahnya, hendaknya membayar jizah dan mereka itu kecil. Kepadaku diumpamakan umatku dengan buah tin, lalu para pembawa bendera berlalu dihadapanku. Maka aku memohon ampunan untuk Ali dan syi’ahnya”.
56. Kitab Tahdzib  juz VI hlm 67 cet al Turuqqi, Damaskus meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa  dalam kutbahnya Rasulullah saw bersabda : ” Wahai Manusia, barang siapa membenci kami, Ahlul Ba’it, Allah akan mengumpulkanya pada hari kiamat sebagai Yahudi. ” Jabir bin Abdullah bertanya, “Wahai Rasulullah, walaupun ia mengerjakan puasa dan sholat ? beliau saw menjawab : ” Sekalipun ia mengerjakan puasa dan sholat dan menyatakan dirinya sebagai muslim. Dengan demikian, siapa yang menumpahkan darahnya, hendaknya membayar jizah dan mereka itu kecil. Kepadaku diumpamakan umatku dengan buah tin, lalu para pembawa bendera berlalu dihadapanku. Maka aku memohon ampunan untuk Ali dan syi’ahnya”.

Selain yang kami sebutkan di atas terdapat pula simber-sumber  lain yang dapat dirujuk :
1. Tafsir Jami’ al Bayan karya ath Thabari.
2. Tafsir ad Durr al Mansur karya as suyuthi (juz 6 hal 379).
3. Tafsir Fath al Qadir (juz 5 hal 398).
4. Tafsir Ruh al Ma’ni karya al Alusi (juz 16 hal 370).
5. Al Manaqib karya al Khawarizmi (hal 111).
6. Kunuz al Haqa’iq karya al Mannawi ( juz 1 hal 150).
7. Anshab al asyraf karya al Baghdadi (hal 182).
8. Nadzm Durar as simtain karya az Zarandi (hal 92).
9. al Fushul al Muhimmah karya Ibnu ash Sabbagh al maliki (hal 107).
10. Nur al Abshar karya asy Syablanji (hal 78).
11. Tadzkirah al Huffadz karya Sibth Ibnu al jawzi (hal 28).
12. Syawahid at Tanzil karya al Hakim al Hiskani (juz 2 hal 356).

Penutup:
Dengan tanpa memberikan analisis apapun terhadap riwayat diatas seshungguhnya hadis tersebut telah menjelaskan dengan sendirinya, bahwa, syi’ah didirikan oleh Rasulullah SAW dengan merujuk pada maksud ayat Al Qur’an :” Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh  mereka itu sebaik-baik makhluk” (QS.AlBayyinah: 7-8)  yang kemudian oleh Rasullah SAW dijelaskan bahwa ayat tersebut ditujukan kepada Imam Ali  (dan Imam Ahlul Ba’it) serta para syi’ah.

Sebenarnya dengan berdasar QS Al Bayyinah 7-8 yang kemudian dijelaskan maksudnya oleh Rasulloh tersebut meruntuhkan pandangan tentang riwayat yang menyebutkan bahwa Syi’ah adalah hasil kreasi dari orang yang bernama Abdullah bin Saba’. Alasanya sederhana saja, Imam Ja’far memerintahkan untuk menguji validitas sebuah hadis itu dengan Al Qur’an [20] bila hadis itu bertentangan dengan Al Qur’an maka dengan sendirinya hadis tersebut gugur validitasnya, meskipun periwayatanya sahih. Al Qur’an itu adalah kebenaran mutlak dan absolute sedangan para periwayat hadis adalah makhluk yang bersifat relatif sehingga alat ukur kebenaran adalah kebenaran yang paling mutlak itu sendiri. Pada kasus riwayat Abdullah Bin saba’  (baik yang diriwayatkan melalui hadis-hadis ahlu sunnah maupun syi’ah) dengan memperhatikan riwayat diatas  hadis kisah Abdullah bin saba’ runtuh dengan sendirinya, dan yang meruntuhkan adalah Al Qur’an serta penjelasan Rasulullah SAW. [21]

Konsekuensi logis dari perjalanan intelektual dan spiritual insane manusia membawa pada satu muara untuk menapaki tangga pertama, bahwa pintu masuk menjadi insane yang diridhoi  adalah melalui pintu masuk bernama Syi’ah.

Setelah memaparkan tentang siapakah pendiri madzhab syi’ah maka pada tulisan selanjutnya kami akan membahas siapakah para syi’ah awal  tersebut, melalui kitab al Fuzhul al Muhimmah hal 189-200 akan kami paparkan para sahabat-sahabat pengikut syiah.

Referensi:
[1]  Alamah Husain Thabathaba’i, Islam Syiah, hal 32.
[2]. al Fairuzabadi, al Qamus dalam kata sya’a.
[3] Abu Bakar Atjeh, Syi’ah Rasionalisme dalam Islam, mengutip dari Lisanul Arab dan Kitab Basyarat Syi’ah.
[4]  Ayatullah Ja’far Subhani  menunjukan berbagai kekeliruan dan distorsi dari tulisan asy syahrastani dalam kitabnya yang judulnya sama al Milal wa nihal.
[5] Lihat di catatan kaki  di buku Identitas Madzhab Islam, karya Ali Zaenal Abidin hal 35
[6] Ibid
[7] Mengutip pernyataan Ayatullah Murthadha Askari yang melakukan risert terhadap kisah Abdullah bin Saba’.
[8] Penyesalan Ahmad Amin yang menuduh Syi’ah dengan Keburukan ini dapat dibaca dalam kitab “Ashl Asy Syi’ah wa Ushuluha” pada halaman 72
[9] Pada artikel berikutnya akan kami sampaikan bahwa ke washian Imam Ali adalah nash dari Illahi dan Rasulullah sendiri yang menyampaikan.
[10] Identitas madzhab Syi’ah karya Ali Zaenal Abidin hal 49
[11] ibid
[12] Silahkan rujuk ke Tahdzib at Tahdzib, Mizan al I’tidal, Tadzkirah wl Maudhu’at dan Lisan al Mizan.
[13] Ahmad al Wa’ili, Huwiyyah at Tasyayyu’ hal 131.
[14] Analisa kisah Abdullah bin Saba’ dari jalur non Syaif Ibnu Umar at Tamimi dikutip dari Encylopedia Shi’a
[15] Ibid halaman 555-556
[16] Dikutip dari artikel yang dipostingkan oleh Ibn Yahya yang berjudul Putra Yahudi.
[17] Kalimat diatas dapat dilihat dalam  Tarikh Ya’qubi jilid 2 hal 171 dan kitab ansab al Asyraf  karya Baladzuri  jilid V hal 31, 36, 37. kalimat tersebut juga dikutip oleh  Dr Ali al wardi dalam kitab Wu’adh Salathin  yang melakukan risert tentang Abdullah bin Saba’ juga dimuat dalam buku tebal History of the Caliphs : From the death of the mesenger (SAW) to the decline of the Umayyad Dynasty 11-132 AH hal 170 dan seterusnya.
[18] Sebagaimana tertulis dalam Ansab al Asyraf karya Baladzuri yang dikutip oleh buku Antologi Islam  hal 561 danal Fitnah al kubra  Jilid I dan Jilid II
[19]. . Al Hafizh Abu Na’im adalah ulama ahli hadis terkemuka dari kalangan ahlu sunnah,  Ibn Khalkan dalam kitabnya wafiyat al a’yah mengatakan ” bahwa ia termasuk perawi hadis yang terpercaya dan ahli hadis yang handal. menurut Ibn Khalkan, kitab Hilayah al awliya yang mencapai 10 jilid merupakan kitab terbaik.  Pujian yang sama diberikan oleh Shalahuddin al Shafadi dalam kitabnya al wafi bi al wafiyat, ia menyebut al hafizh Abu Na’im sebagai mahkota ahli hadis. Pujian yang sama juga diberikan oleh Muhammad bin Abdullah al Khatib dalam kitabnya Misykat al mashabih, ia mengatakan ia termasuk guru hadis yang tsiqat, dan pendapat-pendapatnya menjadi rujukan.
[20] Seperti diketahui bahwa disiplin Ilmu hadis dalam Madzhab ahlu Sunnah untuk menguji validitas hadis menggunakan pengujian Jarh wa Ta’dil  Sanad an sich, sedangkan dalam kalangan Syi’ah validitas hadis selain menggunakan pengujian Jarh wa Ta’dil  Sanad maish dilanjutkan di uji dengan Al Qur’an.
[21] Bahwa kelemahan hadis Abdullah bin Saba’  kemudian ditunjukan dari sisi periwayatan  oleh As sayyid Murthadha al Askari dalam karya beliau  Abdullah bin saba wa ashathir ukhra, dan  Khamsun wa Mi’ah Shahabt Mukhtalaq dan Abdullah  Bin Saba. Serta dalam  buku karya Ustd  M Hashem, Abdullah  Bin Saba benih perpecahan Umat  dan Abdullah bin Saba’ dalam polemik. Fenomena ini menjadi bukti bahwa jika Al Qur’an dan Sabda Rasulullah SAW meruntuhkan pandangan   pendiri syi’ah adalah Abdullah Bin saba’ maka  pembuktian kelemahan dalam riwayat tersebut menjadi lebih mudah. Sebagaimana dapat anda sekalian baca di ke empat buku tersebut yang membahas kisah abdullah bin saba’ dari riwayat Ahlu Sunnah dan Syi’ah baik dari jalur Saif bin Umar at Tamimi ataupun yang diluar jalur riwayat at Tamimi.

MENELADANI PARA SAHABAT MEMILIH SYI’AH SEBAGAI MADZHAB.

Pendahuluan.

Sebelumnya telah diuraikan sejarah kelahiran syi’ah, artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya [1]  yang  mengulas secara difinitif tentang siapakah sahabat-sahabat  Rasulullah SAW yang kemudian disebut sebagai syi’ah awal.  Saya pribadi memandang perlu untuk menuliskannya, agar  konstruksi sejarah syiah dapat dilihat secara utuh, keutuhanya terlihat dari relasi kesaling hubungan antara doktrin [2] dan pelaku yang ditunjukan secara difintif siapakah sebetulnya para syi’ah awal itu [3].

Para syi’ah awal.

Mengutip dari hadis yang diriwayatkan oleh Al Hafizh Abu Na’im, [4]  yang meriwayatkan dengan sanad dari Ibnu Abbas, ketika turun ayat yang mulia :” Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh  mereka itu sebaik-baik makhluk” (QS.AlBayyinah: 7-8), kemudian Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Wahai Ali, itu adalah engkau dan syi’ahmu…” 

Manifestasi pengejawantahan syi’ah awal ini muncul usai wafatnya Rasulullah SAW, sebagai bentuk loyalitas dan kepatuhan  para sahabat kepada Rasulullah SAW yang telah menetapkan Ali Bin Abi Talib (Ahlul Ba’it Rasulullah  SAW dan Itrah Rasulullah SAW ) – di Ghadir Kum – sebagai yang harus di patuhi pasca beliau SAW tiada.

Seorang ulama ahlu sunnah bernama Abu Hatim ar Razi  dalam kitabnya al Zinah , menuliskan, nama pertama yang diberikan dalam Islam sebagai julukan bagi sekelompok orang  pada masa Rasulullah SAW masih hidup sebagi Syi’ah adalah  (1) Abu Dzar Al Ghifari,  (2) Salman al Farisi,  (3) Al Miqdad bin al Aswad al Kindi (4) ‘Ammar bin Yasir. Ayatullah  Sayyid Muhammad al Musawi mengomentari hal tersebut sebagi berikut, …mereka adalah sahabat yang ikhlas, mereka mendengar Nabi SAW bersabda, “Syiah Ali adalah makhluk terbaik dan  mereka adalah orang-orang yang beroleh kemenangan “, oleh karena itu mereka bangga menjadi bagian dari makhluk terbaik itu, dan mereka dikenal dikalangan sahabat dengan julukan syi’ah.  

Di berbagai kesempatan Rasulullah SAW banyak memuji  ke empat  sahabat –syi’ah awal- tersebut, diantaranya :
1. Sunan Tirmidzi 5/636 no 3718  menuliskan Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengatakan kalau Allah SWT memerintahkan Beliau untuk mencintai empat orang sahabat dan Rasulullah SAW juga diberitahu bahwa Allah SWT mencintai keempat sahabat tersebut. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW siapakah keempat sahabat yang mendapat keistimewaan seperti itu. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa mereka adalah Ali RA, Abu Dzar RA, Miqdad bin Aswad RA, dan Salman Al Farisi RA. Hadis ini diriwayatkan dalam,. Berikut hadis riwayat Tirmidzi :

حدثنا إسماعيل بن موسى الفزاري ابن بنت السدي حدثنا شريك عن أبي ربيعة عن ابن بريدة عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن الله أمرني بحب أربعة وأخبرني أنه يحبهم قيل يا رسول الله سمهم لنا قال علي منهم يقول  ذلك ثلاثا و أبو ذر المقداد و سلمان أمرني بحبهم وأخبرني أنه يحبهم   

Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai Empat orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali diantaranya (Beliau menyebutkan itu tiga kali) kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka.

2. Sunan Ibnu Majah 1/53 no 149  (Dengan redaksi sama dengan di atas) 

حدثنا إسماعيل بن موسى الفزاري ابن بنت السدي حدثنا شريك عن أبي ربيعة عن ابن بريدة عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن الله أمرني بحب أربعة وأخبرني أنه يحبهم قيل يا رسول الله سمهم لنا قال علي منهم يقول ذلك ثلاثا و أبو ذر المقداد و سلمان أمرني بحبهم وأخبرني أنه يحبهم  

Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai Empat orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali diantaranya (Beliau menyebutkan itu tiga kali) kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka.

3. Musnad Ahmad 5/351 no 23018 (Dengan redaksi sama dengan  no 1) ) 

حدثنا إسماعيل بن موسى الفزاري ابن بنت السدي حدثنا شريك عن أبي ربيعة عن ابن بريدة عن أبيه قال قال رسو الله صلى الله عليه و سلم إن الله أمرني بحب أربعة وأخبرني أنه يحبهم قيل يا رسول الله سمهم لنا قال علي منهم يقول ذلك ثلاثا و أبو ذر المقداد و سلمان أمرني بحبهم وأخبرني أنه يحبهم  

Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai Empat orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali diantaranya (Beliau menyebutkan itu tiga kali) kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka.

4. Mustadrak Al Hakim 3/130 no 4649 (Dengan redaksi sama dengan  no 1) 

حدثنا إسماعيل بن موسى الفزاري ابن بنت السدي حدثنا شريك عن أبي ربيعة عن ابن بريدة عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن الله أمرني بحب أربعة وأخبرني أنه يحبهم قيل يا رسول الله سمهم لنا قال علي منهم يقول ذلك ثلاثا و أبو ذر المقداد و سلمان أمرني بحبهم وأخبرني أنه يحبهم  

Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai Empat orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali diantaranya (Beliau menyebutkan itu tiga kali) kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka.

5. Al Kuna Al Bukhari 1/31 no 271 Dengan redaksi sama dengan  no 1) 

حدثنا إسماعيل بن موسى الفزاري ابن بنت السدي حدثنا شريك عن أبي ربيعة عن ابن بريدة عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن الله أمرني بحب أربعة وأخبرني أنه يحبهم قيل يا رسول الله سمهم لنا قال علي منهم يقول ذلك ثلاثا و أبو ذر المقداد و سلمان أمرني بحبهم وأخبرني أنه يحبهم  

Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai Empat orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali diantaranya (Beliau menyebutkan itu tiga kali) kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka.

6. Tarikh Ibnu Asakir 21/409. ) 

حدثنا إسماعيل بن موسى الفزاري ابن بنت السدي حدثنا شريك عن أبي ربيعة عن ابن بريدة عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن الله أمرني بحب أربعة وأخبرني أنه يحبهم قيل يا رسول الله سمهم لنا قال علي منهم يقول ذلك ثلاثا و أبو ذر المقداد و سلمان أمرني بحبهم وأخبرني أنه يحبهم  

Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Musa Al Fazari Ibnu binti As Suddi yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abi Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata “Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanKu untuk mencintai Empat orang dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah SAW tolong sebutkan nama-nama mereka”. Rasulullah SAW bersabda “Ali diantaranya (Beliau menyebutkan itu tiga kali) kemudian Abu Dzar, Miqdad dan Salman. Allah SWT memerintahkanKu untuk mencintai Mereka dan Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia pun mencintai Mereka.

7. Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya:

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا بن نمير عن شريك ثنا أبو ربيعة عن بن بريدة عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ان الله عز و جل يحب من أصحابي أربعة أخبرني انه يحبهم وأمرني ان أحبهم قالوا من هم يا رسول الله قال ان عليا منهم وأبو ذر الغفاري وسلمان الفارسي والمقداد بن الأسود الكندي 

Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dari Syarik yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Rabi’ah dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya yang berkata Rasulullah SAW bersabda “sesungguhnya Allah Azza wajalla mencintai empat orang dari sahabatKu. Allah SWT memberitahuKu bahwa Dia mencintai Mereka dan memerintahkanKu untuk mencintai Mereka. Para sahabat berkata “siapa mereka wahai Rasulullah?”. Rasulullah SAW  berkata “Ali diantaranya, Abu Dzar Al Ghiffari, Salman Al Farisi dan Miqdad bin Aswad Al Kindi.

8. Al Hafizh Abu Na’im, dalam Hilayah al Awliya  jilid I hlm 172 meriwayatkan dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk mencintai  empat orang. Dia memberitahukan kepadaku bahwa Dia mencintai mereka, lalu ditanyakan, “Siapa mereka itu ?” Rasulullah saw menjawab, “Mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Abu Dzar, al Miqdad dan Salman.

9. Ibnu Hajar al Makki dalam kitabnya al Shawa’iq al Muhriqah,  dalam hadis ke lima dari empat puluh hadis yang menukil tentang keutamaan Ali bin Abi Thalib meriwayatkan hadis dari Turmudizi dan al Hakim dari   Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk mencintai  empat orang. Dia memberitahukan kepadaku bahwa Dia mencintai mereka, lalu ditanyakan, “Siapa mereka itu ?” Rasulullah saw menjawab, “Mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Abu Dzar, al Miqdad dan Salman.

10. Ibnu Hajar al Makki dalam kitabnya al Shawa’iq al Muhriqah dalam hadis nomor 29 menukil dari Turmudzi dan al Hakim dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw bersabda :”Surga merindukan tiga orang, mereka adalah Ali, Ammar dan Salman”.

11. Ibn  Maghazali al Syafi’I  dalam Manaqib ‘Ali bin Abi Thalib hadis no 331, meriwayatkan hadis dengan sanadnya dari Buraidah : Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah mencintai empat orang dari sahabtku . Allah mengabarkan bahwa Dia mencintai mereka dan Dia memerintahkan  kepadaku untuk mencintai mereka,” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah saw ? “ Beliau menjawab, “Mereka adalah Ali, Abu Dzar, Salman dan al Miqdad bin al Aswad al Kindi “  Imam Ahmad bin Hanbal juga meriwayatkan dalam Musnad  5/351 dengan sanad dari Muhammad bin al Thufail dari syarik.  Al Hakim meriwayatkan dalam al Mustadrak 3/30  melalui Imam Ahmad bin Hanbal dari al Aswad bin ‘Amir  dan Abdullah bin Numair yang disahihkan oleh al Dzahabi dalam Talkhis. Al Hafizh al Qazwini meriwayatkan pula dalam Sunan al Mushthafa 1/52.

Disamping ke empat nama di atas yang kemudian popular disebut sebagai empat pilar syi’ah, para sejahrawan  juga menuliskan beberapa nama-nama sahabat yang disebut-sebut sebagai loyalis kepada Ali bin Abi Thalib (syi’ah) [5]  sebagaimana  disebutkan pula oleh para sejahrawan bahwa para sahabat  ini menolak berba’at kepada khalifah yang dipilih secara sepihak di  Saqifah  [6]  diantaranya adalah [7]:

1. Hudzaifah al Yamani, halif orang madinah suku Aus dan salah seorang sahabat istimewa Rasulullah. Dikenal sebagai ksatria dan prajurit hebat yang berperang di Uhud dan melayani Rasul sebagai penasehat khusus di khandaq, kesetianya kepad perintah Rasulullah untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib  pasca beliau wafat tak berubah bahkan setelah membai’at khalifah I yang terpilih di saqifah, Sebelum wafatnya, ia mewasiatkan kepada kedua anaknya agar mengikuti jejaknya untuk patuh pada perintah Rasulullah saw untuk mengikuti Imam Ali bin Abi Thalib. Kedua putra Hudzaifah Al Yamani  turut serta bersama pasukan Imam Ali bin Abi Thalib  dalam perang Shifin melawan Mu’awiyah, dan keduanya syahid.

2. Khuzaimah bin Tsabit, dari suku Aus, ia dijuluki Dzu’sy Syahadtain oleh Rasulullah saw (orang yang kesaksianya sama dengan kesaksian dua orang). Beliau adalah sahabat yang mematuhi perintah Rasulullah saw untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib, beliau turut serta dalam Perang Jamal dan Perang Shifin menyertai Imam Ali bin Abi Thalib, dan beliau syahid di tangan tentara Mu’awiyah.

3. Abu Ayyub al Anshari, yang ayahnya, Khalid bin Kulaib, asal banu Najjar dan ibunya khazraj. Ia salah satu sahabat paling penting diantara Anshar dan merupakan tuan rumah Rasul di Madinah sampai rumah beliau saw di bangun. Beliau adalah sahabat yang mematuhi perintah Rasulullah saw untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib, Ia berperang menyertai Imam Ali bin Abi Thalib   dalam perang Al Jamal, Shifin dan Nahrawan. [8] Rumah beliau sempat di jadikan situs sejarah hingga tragedi  yang terjadi pada tanggal 8 Syawal 1345 Hijriah bertepatan dengan 21 April 1925 sekelompok gerakan Islam yang menamakan diri Wahabbi menghancurkan rumah beliau, rumah yang sempat menampung Rasulullah di saat tiba dari hijrah. Sebelumnya pada tahun 39 H Pasukan Muawiyyah di bawah jendral Busr bin Artha’ah yang kejam membakar rumah beliau dan rumah Jabir bin Abdullah  al anshari. Dalam Pasukan Busr bin Artha’ah ikut pula Abu Hurairah yang kemudian ditunjuk sebagai Busr sebagai gubernur Mekkah. [9]   Beliau bersama dengan Ibnu Mas’ud menceritakan : ”  Bahwa sesungguhnya Ali telah diperintahkan (oleh Rasulullah saw) untuk memerangi orang-orang yang melanggar bay’at (seperti pada perang jamal), orang-orang yang menyimpang dari kebenaran (seperti pada perang shiffin) dan orang-orang yang keluar dari agama (seperti pada peristiwa Nahwan ) dan pada waktu itu Imam Ali berkata : Aku hanya memiliki dua pilihan, memerangi mereka atau aku termasuk orang yang mengingkari apa yang diturunkan Allah SWT” [10],

4. Sahl bin Hunaif, dari suku Aus, yang berperang bersama Rasul di Badr dan peperangan lainya. Beliau adalah sahabat yang mematuhi perintah Rasulullah saw untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib, ia menemai Ali bin Abi Thalib di Bashrah dan berperang di shiffn menghadapi Muawiyah, Ali bin Abi Thalib mengangkatnya sebagai Gubernur Persia.

5. Utsman bin Hunaif, sudara Sahl, Beliau adalah sahabat yang mematuhi perintah Rasulullah saw untuk mengikuti Ali bin Abi Thalib,  ia pernah ditunjuk oleh Imam Ali sebagai gubernur Bashrah.

6. Al Bara’a bin ’Azib al Anshari,  dari suku Khazraj dia salah seorang aristokrat madinah.

7. Abu Dzar bin Jundab al Ghiffari   salah seorang yang dijuluki empat pilar syi’ah, Khalifah ke III mengasingkanya di desa kecil Rabadzah hingga beliau wafat. Beliau bersama Ibnu Abbas meriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah yang bersabda, ” Kelak sepeninggalku akan timbul fitnah. Oleh karena itu pilihlah Ali bin Abi Thalib, karena ia adalah yang pertama kali akan menjabat tanganku di hari kiamat kelak, dialah yang paling jujur dan seorang pembeda yang membedakan anatara haq dan bathil, dan dia adalah pemimpin besar bagi orang-orang mukminin ”[11]Di berbagai kesempatan Abu Dzar sering mengungkapkan hak-hak Ahlul Ba’it, diantaraya yang disebutkan Ya’qubi, bahwa Abu Dzar sering mengatakan ” … Ali adalah pengemban wasiat (washi) Muhammad dan pewaris (warits) ilmunya, Wahai orang-orang yang bingung tersesat setelah rasulnya, jika mau mendahulukan dalam kepemimpinan mereka yang telah Allah dahulukan, dan menyingkirkan orang yang telah Allah singkirkan, dan jika kalian tegar menempatkan kekhalifahan dan pewaris pada orang dari keluarga Rasulmu. Kalian pasti makmur dan kebutuhan hidupmu akan melimpah ruah”.

8. Ubayy bin Ka’b, berasal dari cabang Banu Khazraj dan merupakan salah satu faqih dan qori terkemuka dari kalangan anshar.

9. Ammar bin Yasir, orang Arabia selatan yang berafiliasi dengan klan qurasy makhzum. Ia salah satu pemeluk Islam awal, dan salah satu dari empat pilar syi’ah awal. Rasulullah saw pernah bersabda kepada Ammar “Kasihan engkau Ibnu Sumayyah, engkau akan dibunuh oleh kelompok pembangkang”[8]. 

Ammar bin Yasir syahid saat berperang bersama Imam Ali bin Abi Thalib pada perang shifin menghadapi kaum Qasithin kaumnya Muawiyah. Kepada beliau (Ammar) dan Abu Ayyub al Ansari Rasulullah saw pernah berwasiat, diriwayatkan dari al Qamah bin Qais dan aswad bin buraidah, ”Kami  mendatangi Abu Ayyub al Anshari dan berkata, ”Wahai Abu Ayyub, sesungguhnya Allah telah memuliakan anda dengan Nabimu ketika dia membiarkan untanya berhenti dirumahmu dan Rasulullah memberikan keutamaan kepadamu. 

Ceritakanlah kepadaku ketika anda pergi bersama Ali bin abi Thalib memerangi kelompok La ila ha illallah.” Abu Ayyub al Anshari berkata, ”Aku bersumpah kepadamu dengan nama Allah, Nabi SAW bersamaku dirumah yang anda kunjungi sekarang. Waktu Rasulullah saw bersama Ali yang duduk di sebelah kananya dan Anas bin Malik berdiri di depanya. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu, dan Rasulullah berkata, ”Lihatlah siapa yang ada dipintu?” saya Ammar ya Rasulullah” Nabi berkata, ”Bukalah untuk Ammar yang suci dan disucikan!” Anas bin Malik membuka pintu dan Ammar masuk menemui Rasulullah SAW, Nabi SAW kemudian bersabda, ”Wahai Ammar nanati akan terjadi bencana pada umatku sampai manusia saling membunuh satu sama lain. Jika kalian melihat itu maka berpeganglah kepada orang yang berada disampingku, yakni Ali bin Abi Thalib. 

Jika semua orang menuju lembah dan Ali menuju lembah yang lain, maka ikutilah lembah Ali dan jangan ikuti yang lain. Ali tidak akan menyesatkanmu dari kebenaran dan membawamu kepada kecelakaan, mentaatinya adalah mentaatiku dan mentaatiku adalah mentaati Allah ” [12] Beliau dikenal sangat konsisten mengingatkan umat akan keimamahan Ahlul Ba’it, pada saat pemilihan kekhalifahan ke III, terjadi adu argumentasi antara Ammar bin Yasir dengan Ibn Abi Sarh (dikenal sebagai berasal dari klan Umayyah yang bengis yang pernah akan dihukum mati oleh Rasulullah SAW, ia saudara susu Utsman bin Affan ra). 

Pada saat prosesi pemilihan tersebut Abdurrahman dengan penuh semangat mendukung Utsman bin Afan dan ia berkata kepada Abdurahman bin Auf, ” Jika engkau ingin agar Quraisy tidak terpecah, maka angkatlah Utsman. Pernyataan itu kemudian disanggah oleh Ammar bin Yasir seraya menjelaskan betapa Ibn Abi Sarh adalah orang yang gigih  sebagai anti islam. Dengan nada keras Ammar mengatakan  pada Ibn Abi Sarh :” Sejak kapan  engkau menjadi penasehat kaum Muslimin ?”  kemudian terjadilah dialog panjang ,  perkataan Ammar bin Yasir yang terkenal adalah ”  Wahai umat, Allah telah menjadikan kita kelompok manusia yang termulia melalui Rasul-Nya dan mengistimewakan kita melalui agama-Nya, tetapi kalian berpaling dari Ahlul Ba’it (Keluarga) Rasul Kalian” 

Pernyataan ini ditukas oleh Klan Makhzum dengan nada rasialis pra Islam, ”Ini adalah masalah yang harus diselesaikan oleh Quraisy sendiri, wahai Ammar siapakah engkau mencampuri kaum Qurasiy ? [13]

10. Al Miqdad bin ‘Amr, orang Arabia selatan mungkin suku Kinda atau Bahrah, di adopsi oelh Aswad b Abd Yatsuts  dari banu Makhzum, Ia salah satu dari tujuh pemeluk Islam pertama dan salah satu dari empat Pilar Syiah awal. Beliau dikenal sebagai pencinta ahlul ba’it yang gigih, diberbagai kesempatan beliau menjelaskan hak-hak keutamaan Ahlul Ba’it, salah satu perkataanya beliau  ucapkan pada saat pemilihan khalifah ketiga beliau berkata adalah : ” Sungguh berat menyaksikan bagaimana orang memberi  penghormatan kepada Ahl al Bayt Rasul. Sungguh tergoncang pedoman melihat Quraisy telah mengabaikan dan melangkahi mereka yang merupakan kelompok manusia terbaik dikalangan mereka.” Lalu seseorang bertanya kepada Miqdad : ”Siapakah ahl al Bayt ini  dan siapakah orang yang termasuk dalam kelompok itu ?” Miqdad menjawab: ”Ahl al Bayt artinya Banu abdul Muthalib dan orang yang dimaksud adalah Ali bin Abi Thalib” [14]

11. Salman al Farisi, asli Persia dan pengikut dan sahabat Rasulullah saw yang sangat bersemangat. Beliau selalu menjadi pendukung Imam Ali bin Abi Thalib yang bersemangat.  Ia adalah salah satu dari empat pilar syi’ah, Rasulullah saw pernah berwasiat kepadanya, ”Wahai salman seandainya seluruh umat manusia menempuh satu jalan, dan Ali memilih jalan lain maka ikutilah Ali”. Beliau (Salman al Farisi) mengatakan ” Kami memba’iat Rasulullah saw sebagai kesetiaan kepada kaum muslimin, serta mengakui keimamahan Ali bin Abi Thalib dan setia kepadanya. [15]

12. Khalid bin Sa’id, dari klan Umayyah, orang ketiga atau ke empat yang masuk Islam setelah Abu Bakar, dan satu-satunya dari klan umayah yang gigih mengingatkan para sahabat lain  untuk mematuhi perintah Rasulullah saw berwilayah kepada Ali bin Abi Thalib.

Ringkasan nama-nama para sahabat syi’ah lainya.

Selain nama-nama sahabat yang telah kami sebutkan diatas berikut kami tuliskan nama-nama para sahabat syi’ah lain yang ditulis dalam kitab al Fushul al Muhimmah karya Sayyid Safruddin al Musawii :

1. Abu Rafi Al Qibthiy, beliau adalah bekas pembantu  Rasulullah saw, nama aslinya Aslam, Hurmuz, Ibrahim atau Tsabit.Ia mempunyai anak dan cucu semuanya termasuk pengikut dan pecinta hlul ba’it (syi’ah) diantaranya : Rafi’ ( berputrakan Ali yang kemudian menuliskan fiqh ahlul Ba’it),  Hasan, Mughirah dan ‘Ubaidullah (beliau yang menulis nama-nama para sahabat Nabi saw yang ikut dalam barisan Imam Ali bin Abi Thalib  dalam perang Shiffin menghadapi Muawiyah. Buku karya ‘Ubaidullaj ini kemudian menjadi rujukan kitab al Ishabh ). Abu Rafi’ memiliki cucu yang kemudian menjadi pengikut setia Ahlul Ba’t, yakni :  Hasan, Saleh,  dan ‘Ubaidullah (putra dari Ali bin Abu Rafi’) dan Fadhl bin Ubaidullah bin Abu Rafi’.

2. Abu al Mundzir Abuai Ibnu Ka’ab, (sebagimana telah disebutkan diatas)  yang bergelar sayyidul Qurra (penghulu para qari), beliau termasuk yang menolak keputusan saqifah dan tetap konsisten dengan perintah Rasulullah saw untuk berwilayah kepada Imam Ali bin Abi Thalib.

3. Abdullah bin Yaqthur, dalam kitab al Ishabah  disebutkan namanya sebagai  Ibn Yaqazhah, ia saudara sepersusuan al Husain bin Ali ra, Abdullaj bin Yaqtur  gugur dalam memebela Imam Husain.

4. Abdurrahman bin Abd Rab al Anshariy. Dalam kitab al muwalah karya ibn Uqdah disebut sebgai sorang yang disebut sebagi yang  mendengar nash Al Ghadir, kemudian bersaksi bagi Imam Ali ketika kesaksian di serambi masjid. (disebutkan dalam al Ishabah).

5. Abu Fudhalah al Anshariy. Penulis al isti’ab dan al ishabah merawikan dalam bagian riwayat hidup Fudhualah dari putranya,bahwa ia pernah mendengar Ali as berkata ” Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah  memberitahukan  kepadaku  bahwa aku  tidak akan mati sebelum aku diangkat sebagai amir , kemudian berlumuran darah dari sini sampai sini (ia menunjukan ke mata dan kepalanya)”. berkata Fudhalah (putra abu fudhalah) “’maka ayahku kemudian mendampingi beliau (imam Ali as) sampai ia (ayahku) terbunuih di shifin “. Abu Fudhalah  termasuk salah seorang pejuang Badr.

6. Abu Laila al Ghifariy. Dalam biografinya (al ishabah), Abu Ahmad dan Ibn Mandah meriwayatkan darinya, bahwa ia mendengar Nabi saw bersabda :     “Akan datang fitnah (kekacauan) sepeninggalku, jika hal itu terjadi. Ikutilah Ali Bin Abi Thalib, ia adalah orang pertama yang beriman kepadaku dan orang pertama yang berjabat tangan denganku kelak pada hari kiamat. Dialah  ash shiddiq al akbar dan  al Faruq, dan ia adalah pemimpin utama kaum mukminin”.  Ibn abdil Barr juga merawikan dalam riwayat hidup Abu Laila Al Ghifary. Dari beliau pula diriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah saw yang bersabda: “Akan datang fitnah sepeninggalku. Apabila keadaan itu menimpa kalian, berpegangteguhlah pada Ali bin Abi Thalib, karena sesungguhnya ia adalah orang yang pertama beriman kepadaku, yang pertama menjabat tanganu di hari kiamat, dialah orang yang paling jujur, pembeda antara kebenaran dan kebatilan, pemimpin bagi kaum mukmin, sedangkan harta benda menjadi pemimpin bagi orang-orang munafik [16]

7. Abu  Sa’id al Khudri, ucapan beliau yang terkenal adalah “ Manusia diperintahkan lima hal. Mereka melaksanakan empat hal diantaranya dan meninggalkan yang satu hal” ketika ditanyakan kempat hal itu ia menjawab :”yaitu Shalat, zakat, puasa pada bulan ramadhan dan haji” Ketika ditanya, apa satu hal yang telah mereka tinggalkan :  “Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib “ Ketika ditanyakan, “ apa itu juga difardhukan?”, ia menjawab: ´Benar hal itu di fardhukan  seperti empat hal sebelumnya” [17]

8. Abu Sufyan bin al Harits bin Abdul Muthalib, beliau adalah saudara sepupu Rasulullah saw dan juga saudara sepersusuan beliau, keduanya pernah disusui oleh Halimah as sa’diyah.

9. Ammar bin Abi Salamah ad Dalaniy, disebutkan dalam kitab al ishabah disebutkan ia gugur sebagai syahid bersama al Husain bin Ali ra.
10. ‘Amr bin abi salamah, (putra ummu salamah yang dipelihara oleh nabi saw).

11. Amr bin Salamah al Muradiy, Ibn Hajr, dalam Al Ishabah, menyebutkanya sebagai orang yang terbunuh bersama Hujur bin ‘Adiy (yang dibunuh atas perintah Muawiyah karena menolak melaknat Imam Ali bin Abi Thalib).

12. Anas bin al Harts ( al Harits bin Nabih),  Dialah yang mendengar Rasulullah bersabda (lihat al ishabah): “Putraku ini (yakni al Husain bin Ali) akan terbunuh di suatu tempat yang dinamakan Karbala. Maka barangsiapa di antara kalian mengalami masa itu  hendaknya ia membelanya”. Penulis Ishabah menceritakan  “Di kemudian hari (yakni ketika terjadi  peristiwa  pembantaian al Husain). Anas bin Harits ikut berjuang di karbala dan syahid disana bersama al Husain ra.

13. Aban bin sa’id bin al Ash al Amawiy
14. ‘Abbas bin ‘abdul Muthalib, sejahrawan menyebutkan beliau adalah salah seorang dari  para sahabat yang menolak memberikan ba’iat kepada Abu Bakar [18]

15. ‘Adiy bin Hatim ath Thaiy, beliau adalah salah satu panglima dari pasukan Imam Ali bin Abi Thalib  dikenal sebagai Qurra (pembaca al Qur’an), dalam perang Jamal bersama Imam Ali beliau kehilangan putra dan sebelah matanya.Keberanianya bertempur sehingga dia dijuluki “Singa Laskar”.

16. ‘Abdullah bin Abbas, beliau adalah seorang alim dan berpengetahuan luas (habr al Ummah –genius umat ini) oleh Muawiyah bin Abu Sofyan beliau termasuk yang sering dilaknati oleh Muawiyyah bin Abu sofyan. Salah seorang Jendral dari Muawiyyah bernama  Basir bin Artah yang mendapatkan perintah untuk memburu para pecinta Ahlul Ba’it, pernah memburu Abdullah bin Abbas  hingga kerumahnya tetapi beliau tidak diketemukan, yang didapati adalah dua orang anak yang tengah disusui ibunya, Basir bin Artah merebut dua anak tersebut dan membunuh keduanya dihadapan ibunya Beliau diberbagai kesempatan mengingatkan dan mendakwahkan keimamahan dari Ali bin Abi Thalib dan Ahlul ba’it, dalam satu kesempatan beliau melakukan dialog keimamahan dengan Khalifah Umar bin Khatab, selengkapnya meligat dialog yang panjang  tersebut kami persilahkan merujuk pada kitab syarh Nahjl al Balaghah Juz 12 hal 52-54  dicetak oleh Dar Ihya al Turats al A’rabi.  

Beliau pula yang menceritakan kepada kita semua, tentang “TRAGEDI HARI KAMIS”, sebuah peristiwa yang membuat beliau menangis.  Peristiwa Hari Kamis adalah peritiwa detik-detik menjelang kewafatan Rasulullah saw dan beliau SAW meminta selembar kertas dan tinta serta alat tulis untuk menuliskan wasiat kepada umatnya agar sepeninggal beliau tidak tersesat, namun beliau dihalangi oleh seseorang yang kemudian menyebut Rasulullah saw telah mengigau (a hajara) sebuah pernyataan yang bertentangan dengan sebutan Al Qur’an tentang diri Rasulullah” selebihnya tentang penuturan Ibn ‘Abbas tentang Tragedi Hari Kamis ini dapat dilihat di Sahih al Bukhari  juz 2 hlm 118 dan sahih muslim pada akhir kitab al Washiyyah

17. ‘Abdullah bin ‘Abd al Madani al Haritsiy.
18. ‘Abdullah bin Rafi’.
19. ‘Abdullah bin Abi Sufyan bin al Harits bin Abdul Muthalib.
20. ‘Abdullah bin Badil al Khuza’iy.
21. Abdullah bin Dabbab al Mid Hajiy.
22. Abullah bin Hanin bin Asad bin Hasym.
23. Abdullah bin Hawalah al Azdiy ( disebut dalam buku amal al amil jld I).

24. Abdullah bin ja’far,  sejahrawan menuliskan bahwa beliau bersama Imam Hasan, Imam Husain, Muhammad bin Hanafiah  membawa jenazah Imam Ali bin Abi Thalib malam-malam untuk dimakamkan secara rahasia, mengingat kaum Khawarij dan bani Ummayah bermaksud membongkar makam Imam Ali [19]  Beliau pernah di dipaksa Muawiyyah untuk berbai’at kepada Muawiyyah dengan ancaman jika menolak akan terjadi tindak kekerasan [20} Muawiyyah bahkan berusaha menikahkan anaknya Yazid dengan putri beliau tetapi kemudian beliau menolak [21]

25. Abdullah bin Ka’b al Haristsiy.
26. Abdullah bin Khabab bin Arat, beliau adalah pecinta  Ahlul Ba’it dan pembela Imam Ali bin Abi Thalib.  Beliau syahid dibunuh kelompok Khawarij bersama istrinya yang tengah mengandung, jenazahnya dibuang ditempat sampah. Beliau dibunuh lantaran kecintaanya kepada Imam Ali, usai menjawab pertanyaan Kaum khawarij yang menanyakan :” meminta pendapat tentang Ali bin Abi Thalib”, kemudian beliau menjawab “  Ali adalah amirul mukminin sekaligus Imam Kaum Muslim “ [22]

27. Abdullah bin Mas’ud al Hudzaliy, Khatib al Bagdadi menuliskan bahwa beliau  pernah dilarang menyebarkan hadis dari Rasulullah oleh khalifah ke II. Beliau menjadi salah satu sahabat penghimpun Al Qur’an. Beliau wafat dalam kondisi di asingkan, beliau meminta Ammar bin Yasir yang mensholatkan jenazahnya dan melarang Khalifah ke III mensholatkan jenazahnya [23]  Abdullah bin Mas’ud dikenal sebagai orang yang tak mau mengikuti Imamah versi masyarakat [24]

28. Abdullah bin Naufal bin al Harits bin ‘Abdul Muthalib, Ibn A’tsam Kufi, Baladzuri dan Ibn Syahr Ashub menuliskan bahwa  beliau  membela Imam Hasan saat Imam Hasan diperangi Muawiyyah. Menjadi delegasi antara Imam Hasan dan Muawiyyah.

29. Abdullah bin Rabiah bin Harits bin Abdul Muthalib.
30. ‘Abdullah bin Thufail al ‘Amiriy.
31. Abdullah bin Sahl bin Hunaif.
32. Abdullah bin Salamah al Kindiy.
33. Abdullah bin Warqa as Saluliy.
34. Abdullah bin Yaqthur, beliau syahid dalam membela Imam Husain.
35. Abdullah bin Zubair bin Abdhul Muththalib.
36. Abdurrahman bin Abbas bin Abdullah bin Abdul Muththalib.
37. Abdurahman bin Abza al Khuza’iy.
38. Abdurrahman bin Badil al Khuza’iy.
39. Abdurahman bin Hasal al Jumahiy.
40. Abdurahman bin Khirasy al Anshariy.
41. Abdurahman bin as Saib al Makhzumiy.
42. Ala bin Amr al Anshariy.
43. Alba bin Haitsam bin Jarir.
44. Ali bin Rafial Qibthiy.
45. Amir (Abu Thufail) bin Watsilah al Kinaniy.

46. Amar bin al Hamaq al Khuza’I,  beliau adalah Sahabat Rasulullah saw yang terkenal karena ibadahnya yang tak kenal lelah, beliau syahid dibunuh atas perintah Muawiyyah bin Abu Sofyan  karena kecintaanya kepada Ali bin Abi Thalib dan Ahlul Ba’it Rasullullah saw. Kepala beliau dipenggal dan ditancapkan diatas mata tombak dan ini merupakan kepala pertama dalam masa Islam yang dibawa di atas ujung tombak, sebelum nanti pada peritiwa karbala kepala-kepala keluarga Rasulullah saw di penggal ditancapkan diatas tombak dan diarak.

47. ‘Ammar (Abu al Yaqzhan) bin Yasir
48. Amr bin Anas al Anshariy
49. Amr bin Farwah bin ‘Auf al Anshariy
50. Amr bin Hubair al Makhzumiy
51. Amr bin Muhshan
52. Amr bin Murrah an Nahdiy
53. Amr bin Syarahil
54. Amr bin Umais bin Mas’ud
55. Amr bin Uraib al Hamdaniy
56. Anas bin Mudrik al Khats’amy al Aklabiy
57. ‘Antarah as Salamiy as Sa’idy
58. Aslam bin al Harits bin Abdul Muthalib al Hasyimiy, ia adalah saudara Naufal.
59. Aswad bin ‘Abs bin Asma’ at Tamimiy
60. ‘Athyyah al Isma’ily menyebutnya diantara para sahabat
61. ‘Auf (Misthah) bin Utsatsah al Muththalibiy.
62. ‘Aun bin Ja’far bin Abi Thalib.
63. ‘Ayan bin  Dhabi’ah bin Najiah ad Darimiy at Tamimiy.

64. Bara’ bin ‘Azib bin al Harits al Ashary, disebutkan oleh Ibn As syuhnah dalam Tarikh nya sebagai salah seorang yang bersama Ali ra, menolak untuk segera memberikan bayat kepada khalifah I pada hari saqifah.  Beliau yang memberitahu para sahabat yang baru saja selesai mengurus jenazah Rasulullah SAW bahwa telah terjadi pembicaraaan secara sepihak tentang kekhalifahan di Saqifah.

65. Bara’ bin Malik Saudara anas bin Malik al Anshary, beliau syahid saat penaklukan di persia.
66. Barid al Aslamiy, ketika ia gugur sebagai syahid, Imam Ali memujinya dalam syair beliau : Pahala Allah sebesarnya terlimpah atas keuarga Aslamiy yang gagah perkasa  gugur di medan laga di sekitar bani Hasym”.  Barid, Abdullah, Munqidz dan kedua putra Malik semuanya tergolong kesatria mulia.

67. Barid bin Hushaib al Aslamiy.
68. Basyir (saudara wada’ah) bin Abu Zaid al Anshariy, Ia dan sudaranya ikut berperang dalam perang shiffin berada pada pihak Imam Ali as dan ayah mereka syahid dalam peristiwa uhud.

69. Bilal bin Rabah al Habasyi (muadzin Rasulullah saw).
70. Dhahhak (al ahnaf) bin Qais at Tamimiy,   Seorang yang diJadikan perumpamaan dalam kesabaran dam kebijakan, ia dilahirkan dimasa nabi saw masih hidup, namun ia tidak berjumpa dengan beliau. kendatipun demikian beliau saw mendo’akan baginya.

71. Daud (Abu Laila) bin Bilal (ayah Abdurrahman al Anshariy).
72. Fadhl bin Abas bin Abdul Muththlib wafat saat terjadi wabah amwas, wabah ini merenggut pula Abu Ubaidah bin Jarrah, Muadz bin Jabbal, Suhail bin Amr.

73. Fakih bin Sa’d bin Jubair al Anshariy
74. Farwah bin Amr bin Wadaqah al Anshary
75. Habib bin Muzhahir bin Ri-ab bin Asytar Hajun, beliau syahid dihadapan imam Husain as ketika membela Imam di Padang Karbala.

76. Hajjaj bin ‘Amr bin Ghuzayyah al Anshary
77. Hakam bin Mughffal bin ‘Auf al Ghamidiy , syahid pada peristiwa Nahrawan dalam memerangi kaum khawarij bersama Imam Ali bin Abi Thalib.

78. Hakim bin Jabalah al Abdiy , beliau berjasa dalam peristiwa al Jamal al Ash ghar, dan syahid. Telah syahid bersamanya pada hari yang sama, yakni putranya Asyraf dan saudaranya Ra’l bin Jabalah. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 25 Rabiul akhir, sebelum kedatangan kesatuan tempur Pasukan        Imam Ali as di kota basrah. setelah itu pecahlah perang Jamal al akbar.

79. Halal bin Abi Halah, belau adalah  putra dari Hind at Tamimiy
80. Hani bin Nayyar, beliau adalah sekutu al Anshar
81. Hani bin Urwah bin Fadhfadh bin Nimran bin Abd Yaghuts al Muradi,  beliau syahid saat membela Muslim bin ‘Aqil, utusan imam Husian bin Ali as.
82. Hanzhalah bin Nu’man bin Amir al Anshari.
83. Harb al Maziniy (Abu al Ward bin Qais).
84. Harits bin Abbas bin Abdul Muthalib.
85. Harits bin Amr bin Hizam al Khazrajiy.
86. Haritz (Abu Qatadah) bin Rab’iy bin Baladahah al Anshary.
87. Harits bin Hatib bin ‘Amr al Anshary.
88. Harits bin Naufal bin Harits bin Abdul Muthalib.

89. Harits bin Nu’man bin Umayyah al Ausiy beliau yang membantu Imam Ali mendapatkan rumah yang berdekatan dengan rumah Rasulullah SAW, saat Imam Ali menikahi Fatimah az Zahra.

90. Harits bin Zuhair al Azdiy.

91. Hassan bin Khauth (atau khuth) bin Mis’ar Asy Syaibaniy,  beliau berasal dari keluarga yang semuanya adalah orang-orang pilihan loyalis terhadap Rasulullah dan pembela wasiatnya. Ia bersama imam Ali as pada peristiwa perang jamal, ikut serta dalam peritiwa tersebut yaitu : Kedua putranya Harits dan Bisyr serta saudaranya Bisyr bin khauth, cucunya ‘Anbas bin Harits bin Hasan, saudara sepupunya Wuhaib bin Amr Khauth, sepupu lainya Aswad bin Bisyr bin  Khauth dan kemenakanya Husain dan Hudzaifah bin Makhduj bin Bisyr bin Khaut. Pemegang panji pada waktu itu adalah Husain bin Makhduj bin Bisyr bin khauth, ketika ia syahid, panji diambil oleh pamanya Aswad,  dan ia pun syahid, lalu diambil alih Anbas bin Harits bin Hassan, ia pun syahid kemudian panji diambil Wuhaib bin Amr bin Khauth sampai beliau syahid.

92. Hasyim al Mirqal bin Uthab bin Abi Waqqash az Zuhriy, beliau adalah salah satu panglima dari pasukan Imam Ali bin Abi Thalib. Beliau adalah kemenakan Sa’ad bin Abi waqassh, beliau syahid membela Imam Ali pada perang Shifin menghadapi Muawiyyah.

93. Hazim bin Abi Hazim al Ahmasiy.
94. Hudzaifah bin al Yaman al Absiy.

95. Hujur bin ‘Adiy al Kindiy beliau adalah Sahabat Rasullullah yang shaleh, beliau adalah salah seorang pengikut Imam Ali bin Abi Thalib dan pecinta ahlul ba’it, syahid dengan cara dikubur hidup-hidup atas perintah Muawiyyah karena beliau menolak melakukan kutukan kepada Imam Ali bin Abi Thalib ra., Ibnu Abdul Barr penulis kitab al Isti’ab dan Ibnu  Atsir  penulis kitab al Kamil menyebutkan :” Sesungguhnya Hujur bin ’Adiy al Kindiy  adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang dekat dan utama yang telah dibunuh oleh Muawiyah bin abu sufyan bersama tujuh orang sahabt lainya, hanya karena keenganan mereka untuk melaknat dan mencaci maki Ali bin Abi Thalib. Kitab Tarikh Ibnu Asakir dan al baihaqi dalam kitabnya al Dala’il menyebutkan Muawiyyah  memerintahkan mengubur hidup-hidup Hujur bin ’Adiy al Kindiy, Abdurrahman bin Hassan al anzi.

96. Jabalah bin Amr bin Aus as Sa’idiy.
97. Jabir bin Abdullah al Anshariy.

98. Ja’dah bin Hubairah al Makhzumiy, ibunya Ummu Hani adalah saudara kandung Imam Ali
99. Ja’far bin Abu Sofyan bin al Harits bin Abdul Muthalib al Hasyimiy.

100. Jajah bin Sa’id al Ghifary,  beliau dikenal aktif dalam kegiatan mengingatkan khalifah ke III dari beberapa tindakan yang dinilai kurang tepat.

101. Jarad bin Malik bin Nuwairah at Tamimiy, syahid bersama ayahnya saat peristiwa al Bithah.

102. Jarad bin Thuhyah al Wahidiy ,   Ayah Syabib bin Jarad yang syahid dalam peristiwa Tuff, bersama imam Husain.

103. Jariah bin Qudamah as Sa’diy beliau yang ditugaskan Imam Ali bersama limapuluh orang dari kaum Tamim untuk pergi ke Bashrah  untuk mengahadapi kaum pemberontak.

104. Jariah bin Zaid.
105. Jundab bin Junadah (Abu Dzar al Ghifariy).
106. Jundab bin Zuhair Azdi, beliau adalah komandan pasukan infantri pada saat perang Jamal
107. Ka’b bin Amr bin Abbad al Anshariy ( Abu al Yusr).
108. Khalid bin Mu’ammar as Sausy.
109. Khalid bin Rabi’ah al Jadaliy.

110. Khalid bin Sa’id bin al Ash al Amawiy, adalah orang yang bersama imam Ali menolak untuk segera mengakui kekhalifahan Abu Bakar.

111. Khalid bin al Walid al Anshariy.
112. Khalid bin Zaid (Abu Ayub) al Anshariy
113. Khalifah bin Adiy al Bayadhiy
114. Kharsyah bin Malik al Bayadhiy
115. Kharsyah bin Malik al Audiy
116. Khabbab bin al Aratt Attamimiy ( al khuza’iy)
117. Khuwalid bin Amr al Anshary
118. Khuzaimah bin Tsabit al Anshariy (Dzu asy Syahadatain).

119. Kumail bin Ziyad, beliau adalah sahabat Imam Ali bin Abi Thalib, dikenal sebagai pemimpin kelompok hafizh Al Qur’an  kepada beliau imam Ali mengajarkan do’a  Nabi Khidir, sebuah do’a yang Rasulullah SAW mengajarkan kepada Imam Ali. Do’a tersebut kemudian populer dengan sebutan Do’a Kumai,  do’a yang dibaca rutin satu pekan satu kali oleh para pecinta Ahlul Ba’it. Kumail bin Ziyad syahid di eksekusi oleh bani Umayyah karena kecintaanya kepada Ahlul Ba’it.

120. Malik bin Asytar, beliau  berasal dari Yaman (Arabia selatan), salah satu panglima dari Imam Ali bin abi Thalib, berpawakan gagah tinggi besar, beliau syahid dengan cara diracun  oleh kubu Muawiyyah. Beliau syahid di Ain Syam. Pernyataan beliau yang terkenal berkenaan dengan Ahlul Ba’it khususnya Imam Ali adalah : ”Ali bin Abi Thalib adalah washi al awshiya, pemegang wasiat dari kalangan pemegang wasiat dan warits ’ilm al anbiya, pewaris ilmu Rasul ” [25].

121. Malik dan Mutim (putra Nuwairah).
122. Malik bin at Tayyihan  Miknaf bin Sulaim (datuk abu Mikhnaf al Ghamidiy).

123. Maitsam bin Yahya at Tammar, sahabat Imam Ali bin Abi Thalib yang dibunuh oleh jendral Muawiyyah bernama Ubaidillah bin Ziyad, beliau syahid dibunuh dengan cara keji, tangan, kaki dan lidah beliau dipotong.  Dan jenazahnya digantung dipohon kurma. Syahidnya beliau sebagi hukuman atas penolakan beliau mengutuk dan mencacimaki Imam Ali dan Ahlul Bayt.

124. Miqdad bin Amr al Kindiy.
125. Mirdas bin Malik al Aslamiy.
126. Miswar bin Syaddad bin Umair al Qurasyuy.

127. Mughirah bin Naufal bin Harits bin Abdul Muththalib saudara Imam Hasan lain ibu, diberi tanggungjawab Imam Hasan untuk menggalang kekuatan di kufah.

128. Muhajir bin Khalid bin Walid  al Makhzumiy,   beliau menuruni kecintaannya kepada imam Ali as dari ibunya yang seorang syi’i (ibunya adalah putri dari Anas bin Mudrik bin Ka’b).

129. Muhammad bin Abu Bakar (ash shidiq) bin Abu Quhafah at Tamimiy, beliau adalah putra dari Khalifah I Abu Bakar ra, adik dari ummul mukminin Aisyah. Beliau dikenal sebagai pembela ahlul ba’it  beliau sempat berkorespondensi dengan Muawiyyah untuk mengingatkan perlakuan  Muawiyyah yang menyerobot keimamahan ahlul ba’it, surat tersebut di dokumentasikan dalam kitab Muruj adz  Dzahab  karya Mas’udi [26]. Ucapan beliau yang terkenal berkenaan dengan keimamahan ahlul ba’it adalah : ”Ali bin Abi Thalib adalah pewaris pusaka dan penerus posisi Rasulullah saw” [27} beliaulah yang ditugaskan Imam Ali membawa Ummul Mukminin ’Aisyah setelah berakhirnya perang Jamal [28] Beliau syahid dibunuh oleh pasukan Amr bin Ash, sekutu Muawiyyah  yang telah membuat kesepakatan  dengan Amr bin Ash, bahwa Amr bin Ash akan diangkat sebagai gubernar, sementara Muhammad bin Abu Bakar adalah Gubernur Mesir. Beliau syahid  bersama Kinanah bin Bisyr, jenazah Muhammad bin Abu Bakar diperlakukan secara keji oleh pasukan Muawiyyah pimpinan Amr bin Ash, kepala beliau dipenggal oleh Muawiyyah bin Khudaidi,  dan tubuhnya dimasukan dalam tubuh keledai yang mati kemudian dibakar  [29]

130. Musyayab bin Najiyyah bin Rabi’ah al Fizariy, Ia syahid dalam peperangan para tawabbun berasama Sulaiman bin Shard al Khuza’iy.

131. Nu’man bin Rib’i Anshari, beliau komdandan pasukan infantri Imam Ali pada saat terjadi perang Jamal.

132. Nu’aim bin Mas’id bin Amir al Asyja’iy.
133. Nadhlah bin Ubaid al Aslamiy.
134. Qais bin Abi Qais.
135. Qais bin Kharsyah al Qaisiy.
136. Qais bin Maksyuh al Bajaliy.
137. Qais bin Sa’d bin Ubadah al Anshary, beliau adalah salah seorang dari para panglima Imam Ali bin Abi Thalib.

138. Qardhah bin Ka’b al Anshariy, beliau adalah gubernur dari pemerintahan Imam Ali untuk wilayah Sawad. Beliau bersama  Ziyad bin Khashafah  dan Ma’qil bin Qais Riyahi  menghadapi kelompok  yang mirip-mirip gerakan khawarijj pimpinan Khirrit bin Rasyid  dari Bani Najiyah yang tengah melakukan pembunuhan terhadap kaum muslimin yang berwilayah kepada Imam Ali.

139. Qutsam bin Abbas bin Abdul Muththalib, menurut ummul mukminin ‘Aisyah  beliau bersama Imam Ali yang memegangi tangan Rasulullah saw di akhir hayat beliau saw [30] beliau adalah gubernur Mekkah dari pemerintahan Imam Ali, menjadi buruan pasukan Muawiyyah dibawah pimpinan Yazid bin Syajarah Rahawi. Beliau berhasil meloloskan diri dari pengejaran, Jendral Muawiyyah yang bengis dan kejam bernama Busr bin Artha’ah yang sedang melakukan pembantaian para pendukung Imam Ali dan melakukan pembakaran rumah Abu Ayub al anshari dan  Jabir bin Abdullah al Anshari kemudian menunjuk Abu Hurairah sebagai Gubernur Makkah. Para sejahrawan menuliskan  diantaranya Tarikh Ath Thabari, Syarah al Nahj al Balaghah Ibnu Abi al Hadid, al Samhudi,  Ibnu Khalkan dan Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa Abu Hurairah bersama pasukan Basr bin Artha’ah  yang sedang melakukan pembunuhan dan pembakaran dan kemudian Abu Hurairah  ditunjuk sebagai gubernur Mekkah setelah Qutsam bin Abbas bin Abdul Muthalib mundur dari makkah.

140. Rabi’ah bin Qais al Adwaniy.
141. Rafi’ bin Abi Rafi’ al Qibthiy.
142. Rifa’ah bin Rafi bin Malik al Anshary.

143. Rusyaid al Hujuri, sahabat Imam Ali bin Abi Thalib, yang syahid dalam operasi pembersihan para pendukung Imam Ali atas instruksi Muawiyyah, syahid dengan cara mengenaskan dengan tubuh terpotong  yang memperlakukan tindakan tersebut adalah jendral dari Muawiyyah yang bernama Ubaidillah bin Ziyad.

144. Sa’d bin Amr al Anshry.
145. Sa’id bin Harits bin Abdul Muthalib.
146. Sa’id bin Namran al Hamdaniy.
147. Sa’id bin Naufal bi Harits bin Abdul Muththalib.
148. Sa’id bin Sa’d bin ‘Ubadah al Anshary.

149. Salamah bin Abi Salamah atau Umar bin abi Salamah (anak tiri Rasulullah saw dari  Ummu Salamah), ibunda beliau adalah Umm Salamah ketika menjelang terjadinya perang Jamal menuliskan surat kepada Imam Ali bin Abi Thalib : “ Demi Allah, jika istri-istri Nabi tidak dilarang meninggalkan rumah, tentu aku ikut anda. Sekarang aku izinkan putraku yang paling aku cintai, yaitu Umar bin abi salamah  untuk ikut anda” [31] ibunda beliau Umm Salamh pula yang meriwayatkan bahwa Ahlul Ba’it bukan termasuk istri-istri beliau saw. Di berbagai kesempatan beliau bersama-istri-istri nabi SAW yang lain mengingatkan umat Islam akan pesan Rasulullah saw agar mengikuti Imam Ali bin Abi Thalib sepeninggal beliau saw. Salah satu perkataan umm salamah adalah “Aku seru kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah . Pada saat ini sepengetahuanku tak ada orang yang lebih baik dari pada Ali bin Abi Thalib”. [32] Istri Rasulullah SAW yang lain ummul mukminin Maimunah juga melakukan seruan yang sama, beliau berkata : “Ikutlah bersama Ali bin Abi Thalib, karena dia tak pernah menyimpang dan tak pernah menyesatkan dan tak pernah mencelakakan siapapun “ kata-kata ummul Mukminin Salamah dan Maimunah ini diucapkan menghadapai kelompok Thalhah dan Zubeir yang mengobarkan perang Jamal terhadap Imam Ali bin Abi Thalib [33]

150. Salman al Farisy.
151. Salman bin Tsumamah al Ja’fiy.
152. Sammak bin kharsyah.

153. Sa’nah bin ‘Uraidh at Timawiy ia pernah berdialog dengan Muawiyah di madinah, dan dalam dialog disebut, beliau menyebut  nama Imam Ali bin Abi Thalib, dan Muawiyah tesringgung dan merasa kedudukanya direndahkan, sehingga Muawiyah berkata:”Kukira orang ini telah pikun !!!, maka perintahkan kepadanya agar ia pergi !!!” jawab Sa’nah ” Tidak aku tidak pikun, tetapi aku mohon darimu wahai muawiyah, Demi Alloh !!!  tidakkah ada ingat ketika kita sedang duduk dihadapan Rasulullah saw, lalu Ali datang dan beliau menerimanya seraya berasbda : ALLOH MEMERANGI SIAPA YANG MEMERANGIMU (ALI) DAN MEMUSUHI SIAPA YANG MEMUSUHIMU” mendengar itu muawiyah segera memutuskan pembicaraan tersebut dan mengalihkan ke topik lain.

154. Shabih Maula Ummu Salamah.
155. Shaify bin Rab’iy al Ausiy.
156. Shaleh al Anshariy al Salimiy.

157. Sha’sha’ah dan Shaihan (putra Shauhan) beliau adalah seorang qurra’ dan pernah diusir  dari Iraq sebagai akibat pengaduan  beliau kepada khalifah ke III lantaran pernyataan Said bin Ash yang menyebutkan “ tanah Iraq adalah miik kaum Qurasy”  beliau di usir ke Kuffah bersama para qurra lainya diantaranya : Malik Asytar, Zaid, Syuraih bin Aufi, Hurqush bin Zuhair, Zaid, Jundab bin Zuhair, Ka’ab bin Abada, Adi bin Hatim, Kinam bin Hadzri, Malik bin Habib, Qais bin Utharud, Ziyad bin Hafsah, Yazid bin Qais [34] dalam perang Jamal beliau bertindak sebagai utusan Imam Ali yang mengajak berdamai Thalha dan Zubair. Beliau pula yang menjadi utusan damai kepada Muawiyyah menjelang perang shiffin. Diberbagai kesempatan beliau  mengingatkan klan Rabiah, Hamdan, Bani Abdul Qais dan Khuza’ah agar tetap setia mengikuti perintah Rasulullah saw dengan mengikuti Imam Ali, beliau pernah atas sikap klan Abdul Qais yang  memilih Ahlul Ba’it, beliau berkata : “ketika kemurtadan sudah merajalela, kalian tetap menjunjung tinggi agama. Dan ketika sebagian orang ramai-ramai mendukung Thalha, Zubeir dan Abdullah bin Wahab Rasibi, kalian justru menyatakan bahwa :”Kami mengikuti Ahlul Ba’it dan melalui Ahlul Bait itulah Allah menurunkan rahmat dan barakah-Nya keapad Kami “ semoga Allah menurunkan rahmat dan barakahnya kepada kalian”  [35]

158. Sinan bin Syaf’alah al Alusiy, beliau yang meriwayatkan bahwa sabda Nabi saw bersabda : Telah disampaikan oleh Jibril kepadaku bahwa ALLAH swt- ketika menggawinkan Fatimah dengan Ali- telah memerintahkan kepada Ridwan agar  memerintahkan kepada pohon thuba untuk berdaun sebanyak bilangan parapecinta ahlul  ba’it” (hadis ini dikeluarkan darinya oleh Abu Musa sebagaimana tercantum dalam biografi  Sinan dalam buku al Ishabah).

159. Suhail bin Amr al Anshariy
160. Sulaiman bin Hasyim al Mirqal az Zuhriy
161. Sulaiman bin Shard al Khuza’iy,  beliau yang bertekad sangat kuat untuk menuntut balas atas kematian imam Husain  sehingga beliaupun syahid.

162. Sufyan bin Hani bin Jubair al Jaisyaniy.
163. Suwaid bin Ghaflah al Ja’fiy.
164. Syaiban bin Muhrits.

165. Syarahil bin Murrahal Hamadaniy, Ibn as Sakan, Ibn Syahin, Ibn Gani dan Ath Thabraniy meriwayatkan darinya bahwa ia  pernah mendengar Rasulullah saw bersabda kepada Ali : “Bergembiralah, wahai Ali: hidup dan amtimu bersama-sama aku” . Keterangan tersebut tercantum dalam kitab al Ishabah.

166. Syuraih bin Hani bin Yazid al Haritsiy beliau adalah komandan pasukan Imam Ali  yang membawahi 400 pasukan.

167. Tamam bin Abbas bin Abdul Muthalib al Hasyimi.
168. Thahir bin Abi Halah at Tamimiy.
169. Tharif bin Aban al Anmariy.
170. Tsabit bin Qais bin Khuthaim Azh Zhafariy.
171. Tsabit bin Ubaid al Anshariy.
172. Tsa’labah bin Qaizhiy bin Shakir al Anshary.
173. Ubaid bin Azib.
174. Ubaid bin At Tayyihan (Atik al Anshariy).
175. Ubaidullah bin Abbas bin Abdul Muththalib.
176. Uba’idah bin Amr as Samaniy.
177. Ubaidullah bin Naufal bin Harits bin Abdul Muththalib.
178. Ubaidullah bin Suhail al Anshariy an Nubaity.
179. Umarah bin Hamzah bin Abdul Muththalib.

180. Ubay bin ka’ab beliau adalah pemuka para pembaca Al Qur’an (qurra’),  Ibn Syuhnah menyebutkan dalam Tarikhnya bahwa beliau berasama imam Ali menolak berbai’at kepada Abu bakar ra.

181. Umarah bin Syihab ats Tsauriy.
182. Umru -ul Qais bin Abis al Kindiy.
183. Uqbah bin Amr bin Tsa’labah al Anshary.

184. Urwah bin Malik al Aslamiy   beliau adalah salah satu darai beberapa oramg dari Klan Aslam yang beroleh pujian dari Imam Ali bin Abi Thalib.

185. Urwah bin Syifaf bin Syuraih ath Thai-iy beliau turut berperang melawan kaum khawarij, dan beliau mendengar Ibahwa Imam Ali bin Abi Thalib as berkata : “Tak kan selamat dari mereka sepuluh orang dan takkan terbunih dari kita sepuluh orang”  dan sejarah mencatat taksiran Imam itu tepat.

186. Urwah bin Zaid Khalil.

187. Urwah bin Nimran bin Fadhfadh bin Amr al Muradiy al Uthaifiy beliau adalah ayah dari Hani yang syahid dalam membela Muslim bin Aqil utusan imam Husain as.

188. Usaid bin Tsa’labah al Anshariy,   beliau adalah seorang veteran perang Badr.
189. Utbah bin Abi Lahab
190. Utbah bin Daghl ats Tsa’labiy
191. Utsman bin Hunaif al Anshariy beliau pernah ditunjuk Imam Ali sebagai penguasa Bashrah, pada saat krisis Jamal beliau menunjuk Abu al Aswad dan Imran bin Husain sebagai komisi damai menemui Pasukan Jamal yang hendak menyerbu Bashrah.

192. Uwais bin Amir al Qaraniy, beliau seorang tabi’in terkemuka yang pernah dinubuatkan Rasulullah saw. Ia memeluk agama Islam pada masa hidup Rasulullah tetapi tidak berjumpa dengan beliau. Ibn Hajar menyebutkan dalam bagian III bukunya, Al Ishabah. Beliau dikenal sebagai salah satu panglima dari pasukan Imam Ali bin Abi Thalib.

193. Wad’ah bin Abi Zaid al Anshariy.
194. Wahb (Abu Juhaifah) bin Abdullah as Siwaiy.
195. Walid bin Jabir bin Zhalim ath Thaiy.
196. Ya’ la bin Hamzah bin Abdul Muththalib al Hasyimi.
197. Ya’la bin Umair an Nahdiy.
198. Yazid bin Hautsarah al Anshary.
199. Yazid bin Nuwairah  al Anshariy.
200. Yazid bin Thu’mah al Anshary.
201. Zaid bin Arqam al Khazrajiy.
202. Zaid bin Aslam al Balawiy.
203. Zaid bin Hubaisy al Asadiy.
204. Zaid Binjariah al Anshariy.
205. Zaid bin Syurahil al Anshariy.
206. Zaid bin Wahab al Juhany.
207. Zhalim (Abu al Aswad) bin Amr ad Du-aliy.
208. Ziyad bin Mathraf, Beliau yang diambil riwayatnya oleh al Barudiy, Ibn Jarir dan Ibn Syahin, sebagimana tersebut dalam kitab al ishanah Ibn Hajar. Beliau berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa ingin hidup seperti hidupku dan mati seperti matiku serta masuk surga, maka hendaknya ia memperwalikan Ali dan keturunannya sepeninggalku.

209. Zuhair (Abu Zaenab) bin Harits bin ‘Auf.
Demikian uraian tentang nama-nama para syi’ah awal yang dikumpulkan dalam kitab al Fushul al Muhimmah  yang diambil dari sumber utama kitab al Ishabah. Memperhatikan nama-nama diatas, banyak ditemukan figure-figur sahabat dengan kredibilitas moral dan loyalitas kepada Islam yang sangat tinggi,  Timbul satu pertanyaan :
1. Mengapa para sahabat-sahabat mulia ini berpihak kepada Imam Ali bin Abi Thalib dan menolak (lebih tepatnya menunda) berbai’at  kepada hasil-hasil  saqifah dan kemudian meneruskan kesetianya kepada Imam Ahlul Ba’it lainya sepeninggal Imam Ali ?
2. Apakah kesetiannya ini adalah hasil dari ijtihad (sebagaimana sebagian besar mayoritas memiliki pandangan seperti ini) yang didorong oleh faktor-faktor hubungan emosional persahabatan, pertemanan dan kekrabatan ?
3. Ataukah kesetian tersebut sepenuhnya bermotif politik kekuasaan, karena para sahabat diatas satu pandangan dengan Imam Ali bin Abi Thalib ? Sebagaimana kita temukan dari bentuk-bentuk pragmatisme politik pada masa modern ini ?
4. Ataukah motif sahabat mengikuti Imam Ali tersebut adalah manifestasi dari pola-pola pergiliran kekuasaan pada waktu itu, yang umumnya kekuasaan bersifat  monarkhis, dilimpahkan dari keturunan berikutnya ?
5. Ataukah motif-motif sahabat mengikuti Imam Ali bin Abi Thalib dan  ahlul ba’it didasarkan motif idiologis yang trenasenden dan spiritual ?

Wallahu ‘alam bhi showab.

Referensi:
[1] Artikel sebelumnya berjudul, “Rasulullah Pendiri Madzhab Syi’ah, Tinjauan Normatif mengapa memilih Madzhab Syi’ah (Landasan Syi’ah dalam Periwayatan Ahlu Sunnah) dimuat diblog Madzhab Cinta : http// lenteralangit.wordpress.com
[2] Doktrin mendasar dari syi’ah adalah, adanya wasiat Rasulullah yang memerintahkan umatnya bahwa pasca beliau saw umat agar berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Ahlul Ba’it dan Itrah Rasulullah, akan dibahas kemudian pada tulisan ke tiga.
[3] S.H.M Jafri mencoba melacak keberadaan syi’ah awal melalui study komparatif , dengan melacak dari sumber  sejahrawan ahlu sunnah dan syi’ah, hasilnya ia tuliskan dalam buku “Origin and Early Development of Shi’a Islam”.
[4] meriwayatkan dalam kitabnya HIlayah al Awliya
[5] Rujuk ke  Tarikh Ya’qubi, II hal 126,  Tarikh Baladzuri I hal 588, Thabari,  Ibn Abi Al Hadid menyebutkan dalam juz II hal 50.
[6] Untuk melihat secara detail sahabat-sahabat senior yang menolak berbai’at kepada hasil pemilihan sepihak di saqifah dapat dilihat di Tarikh Ya’qubi juz II, Tarikh Baladzuri juz I hal 588, Kitab Syarh Nahj al Balaghah karya Ibn Abil Hadid juz II hal 50. al Mawaqif karya Fakhrurazi, kitab Raudhah al shafi karya Muhammad Khawan Syah. Kami mengutip dari Abdil Barr dalam kitabnya al Isti’ab,  ia menceritakan: Sa’ad bin Ubadah, sekelompok khazraj  dan Quraisy tidak  berba’iat  kepada Abu Bakar , delapan belas tokoh juga menolak untuk berbai’at. Mereka adalah para pengikut Ali bin Abi Thalib diantaranya :  Salman al Farisi, Abu Dzar al Ghifari, Miqdad  bin Aswad al Kindi, Ubay bin Ka’ab,  Ammar bin Yasir, Khalid bin Said bin Ash, Buraidah al Aslami, Khizaimah bin Tsabit, Abu Haitsam bin Taihan, Sahal bin HUnaif, Ustman bin Hunaif, Abu Ayyub al Anshari, Jabir bin Abdullah al Anshari, Hudzaifah al Yaman, Sa’ad bin Ubaidah, Qais bin Sa’ad Abdullah bin Abbas dan Zaid bin Arqam.
[7] Biografi  lebih detail silahkan rujuk ke Ibn Sa’ad, Isti’ab. Kami  hanya menulis secara sekilas.
[8] Bakal terjadinya perang Jamal, Perang Shifin dan Perang Nahrawan  dikabarkan pula oleh Rasulullah saw, beliau saw mengabarkan  bahwa Ali bin Abi Thalib  akan mengalami peperangan melawan kelompok yang disebut  Rasulullah saw sebagai kelompok al Nakitsin (pada perang jamal menghadapi Thalha dan Zubeir), kelompok al Qasithin (pada perang shifin menghadapi Muawiyah dan Amru bin ‘Ash) serta al Mariqin (pada perang nahrawan  menghadapi Khawarij) dan Rasulullah saw memerintahkan para sahabat agar membantu Ali bin Abi Thalib.  Kalangan ulama Ahlu Sunnah banyak yang meriwayatkan hadis ini, salah satunya adalah al Nasa’ dalam kitabnya al Khasha’ish hal 40 dengan sanad bersambung ke Abu Sa’id al Khudry.
[9] Keterlibatan Abu Hurairah bersama Busr bin Artha’ah yang kejam dalam aksi pembunuhan dan penghacuran rumah-rumah para pecinta ahlul ba’it dan Imam Ali ini dituliskan dalam  Tarikh al Thabari. Ibnu al Atsir dalam al Kamil  Ibnu abi al Hadid dalam syarh Nahj al Balaghah. .
[10] Ibn ‘Abdil Barr pada Riwayat hidup Ali bin Abi Thalib ra, Kitab al Isti’ab, Peritiwa peperangan antara Imam Ali bin Abi Thalib kw telah diberitahukan oleh Rasulullah saw, beliau menyebutkan dalam hadis yang panjang dan beliau Rasulullah saw memerintahkan untuk memerangi kelompok-kelompok penentang Imam Alli bin Abi Thalib, Rasulullah menyebut kelompok-kelompok penentang ini dengan kelompok al Nakitsin, al Qasithin dan al Mariqin, selebihnya silahkan merujuk ke al Jawzi dalam kitab al Tadzkirah,  al Qandawizy Kitab Yanabi’ al Mawaddah,  Abdurrahman al Nasa’iy dalam al Khasha’ish , Muhammad bin Thalhah al ‘Adawy  Kitab Mathalib al Sa’il, Al Kanji al Syafi’I dalam kitab Kifayah al Thalib
[11] Hadis Rasulullah saw ini sangat banyak diriwayatkan dalam kompilasi hadis dikalangan Ahlu sunnah. Ibnu Hajar meriwayatkan dalam al Ishabah juz VII hlm 168  yang dikeluarkan oleh Abu Ahmad  dan Ibnu Munaddah yang bersumber dari Ishaq bin Basyar al Asadi dari Khalid bin al Harits dari hasan dari Abu Laila al Ghafariyah. Disebutkan pula oleh Ibnu Abdul Barr dalam kitab  al Isti’ab juz II hlm 657. Ibnu Atsir menyebutkan dalam kitab Usd al Ghabah juz V  diriwayatkan pula dalam kitab  Majma’ al Zawa’id juz IX hlm 102 dari Abu Dzar al Ghifari  dan Salman.  Thabrani dan al Bazzar meriwayatkan dari Abu Dzar, disebutkan pula oleh al Manawi dalam kitab Faidh al Qadir  juz IV hlm 358. Al Mutaqimenyebut dalam kitab nya Kanzul al Ummal  juz VI hlm 156.  al Muhib al Thabari menyebutkan dalam Riyadh al Nadhirah  juz II hlm 155 dan lain sebagainya
[12] Musnad Ahmad 2/161 no 6499 , Al Bukhari berkata dalam Tarikh Al Kabir juz 8 no 3557 dan masih banyak lagi.
[13] Ammar berasal dari klan Arab Selatan, dialog ini dapat disimak di kitabnya Thabari juz I hal 2785.
[14] Lihat di Thabari juz I hal 2786
[15]  lihat di kitab Khuthath al Syam, kitab yang ditulis oleh Profesor Muhammad kurdi Ali yang atas perintah Lembaga milik ahlu sunnah wal jama’ah  al Majma’ al Ilmi al; Arabi  untuk melakukan penelitian tentang syi’ah.
[16] Ibnu Hajar meriwayatkan dalam al Ishabah juz VII hlm 168
[17] Lihat hasil penelitian ulama-ulama ahlu sunnah yang dibukukan dalam kitab khutath al syam juz 5 hlm 251-256.
[18] Yang tercatat dalam  Shahih Bukhari pada bagian akhir bab Perang Khaibar, disebutkan bahwa yang menolak berbai’at diantaranya adalah Salman al Farisi, Abu Dzar al Ghifari, Miqdad  bin Aswad al Kindi, Ubay bin Ka’ab,  Ammar bin Yasir, Khalid bin Said bin Ash, Buraidah al Aslami, Khizaimah bin Tsabit, Abu Haitsam bin Taihan, Sahal bin HUnaif, Ustman bin Hunaif, Abu Ayyub al Anshari, Jabir bin Abdullah al Anshari, Hudzaifah al Yaman, Sa’ad bin Ubaidah, Qais bin Sa’ad Abdullah bin Abbas dan Zaid bin Arqam. Nama-nama tersebut ditulis dalam Sahih Muslim pada bagian Jihad Bab “Sabda Rasulullah saw, Kami (para Nabi) tidak diwarisi) diceritakan mengenai penolakan kepada Abu Bakar ra dengan sanad samapi Um al Mukminin ‘Asyah ra. Lihat pula di  kitab al Mawaqif karya Fakhrurrazi, kitab  Raudhah al Shafi  karya Muhammad Khawan Syah, Kitab al Isti’ab karya Abdil Barr.
[19] pemakaman Imam Ali bin Abi Thalib secara Rahasia dapat dilihat di Maqtal al Imam Amir al Mu’minin  hal 79
[20] Ancaman tersebut dapat dilihat di kitab al Imamah was siyasah
[22] Lihat di Tarjamat al Imam al Husayn karya Ibn Sa’ad hal 149.
[23] Pembunuhan itu diceritakan dalam  kitab Ansyab al Asyraf  jill II hal 367
[24] Peristiwa wafatnya Abdullah bin Mas’ud sebagai akibat tindakan keras khalifah ke III diceritakan dalam kitab Ansyab al Asyraf Jil V hal 31, 36, 37. Ibn Abil Hadid menuliskan dalam Syarah Nahj al Balghah Jil III hal 42 dan 43.
[25] History of Caliphs karya Rasul Ja’fariyan hal 385
[26] Tarikh Ya’qubi juz II hal 179
[27 Lihat surat menyurat antara Muhammad bin Abu Bakar dengan Muawiyyah di Murur adz dzahab juiz III hal 20.
[28] Kitab  Waqa’at Shiffin hal 118-119.
[29] Kitab Ansab al Asyraf jil II hak 249, diriwayatkan pula dalam kitab al isti’ab jilid 1 hal 235, Tarikh al Thabari jilid 4 hal 79, Ibnu Katsir jilid III hal 180, Ibnu Khaldun jilid 2 hal 182
[30] Musnad Ahmad jil 6 hal 34, 38
[31] Kitab al Gharat, jil 1 hal 276-289
[32] Kitab al Futuh  jil II hal 284
[33] Kitab al Mu’jam al Kabir  jil XXIV hal 10 dan kitab al Majma’ az zawa’id jil IX hal 135
[34] ibid
[35]  Kitab Ansyab al Asyraf jil IV hal 39-43.

(Syiah-News/Lentera-Langit/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: