Pesan Rahbar

Home » , , , , » Benarkah, Wahabi-Salafi Menentang Syeikh Ibnu Taimiyah????

Benarkah, Wahabi-Salafi Menentang Syeikh Ibnu Taimiyah????

Written By Unknown on Friday, 1 August 2014 | 21:35:00

Wahabi-Salafi Menentang Syeikh Ibnu Taimiyah?????

Di atas adalah kubur Syeikhul IslamWahhabi Ibnu Taimiyah Al-Harrani 661-728H.

  kubur ibnu taimiah.

Di atas adalah kubur Ibnu Taimiyah yang dihancurkan oleh Wahhabi pada bahagian atasnya kerana menganggap pembinaan kubur seperti itu adalah bid’ah masuk neraka.

Tak dipungkiri, banyak umat Islam resah dengan keberadaan Wahabi alias Salafy — demikian mereka menjatidirikan kelompoknya. Cara dakwah yang mereka lakukan, membuat umat Islam gerah. Mereka kerap mencela, bahkan menista ulama besar dan gerakan Islam di luar kelompoknya. Pelbagai tuduhan, hujatan, dan lontaran kata-kata kasar keluar dari mulut kaum Wahabi. Dengan enteng, mereka memberi cap-cap (stigma) buruk dengan sebutan ahlu bid’ah, khurafi, penyembah kubur, gerakan sempalan sesat, kepada tokoh dan gerakan Islam yang bukan kelompoknya. Anehnya,  ketika (ulama) wahabi dikritik gerakan Islam lain karena hujjahnya, mereka tidak rela, bahkan menyerang balik habis-habisan para pengkritiknya.

Sebetulnya, kalau mereka mau menelaah ulang kitab para pendahulunya, seperti Ibnu Taimiyah sebagai tokoh sentral mereka. Mereka akan sadar bahwa Ibnu Taimiyah sendiri tidak se-ekstrem kaum salafi sekarang. Peringatan maulid misalnya, Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa merayakan maulid dengan dasar cinta Nabi Saw. adalah bernilai pahala. Kaum wahabi berpendapat sebaliknya. Mereka mengatakan perbuatan itu sebagai bid’ah, kurafat, dan pengkultusan yang ujung-ujungnya adalah syirik.

Bagi masyarakat Muslim, jika ada kelompok yang suka menyalahkan, mencaci-maki dan membid’ahkan amalan-amalan ahlussunnah, cukuplah dijawab dengan dalil-dalil imam mereka sendiri, yang akan kita bahas satu persatu. Dijamin, mereka bakal kelabakan dan diam seribu bahasa. Sebab, nyatanya mereka melabrak pendapat-pendapat para imam mereka sendiri.

Berikut kami tunjukkan beberapa bukti yang shahih.
PERTAMA,

Video:


Disebutkan bahwa : Dalam kitab majmu fatawa Jilid ibnu taymiyah 23 page 163 mendukung amalan mengingati maulid Nabi. Juga IBnul qayyim dalam kitab madarij assalakin page 498.
Tentang maulid. Ibnu Taimiyah jga dalam kitabnya, Iqtidha’ as-Sirath al-Mustaqim hal.269 menyatakan bahwa mereka yang mengagungkan maulid mendapat pahala besar karena tujuan baik dan pengagungan mereka kepada Rasulullah Saw..”

Video berikut akan memperjelas buktinya:
Terjemah narasi:
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta. Amma ba’du
Peringatan maulid Nabi Saw. itu tergolong bid’ah hasanah. Peringatan semacam ini sudah ditradisikan sejak ratusan tahun lalu. Peringatan ini merupakan kesepakatan yang dilakukan oleh raja-raja, para ulama’, masayikh. Termasuk para ahli hadits, pakar fikih, orang-orang zuhud, para ahli ibadah dan berbagai individu dari kalangan awam. 
 
Di samping itu, peringatan ini punya dasar kuat yang diambil dengan cara istinbath seperti telah dijelaskan Imam al-Hafid Ibnu Hajar dan para ulama ahlussunnah lainnya.

Diantara bidah dan kesesatan para penentang tawassul, mereka mengharamkan maulid dengan ekstrem. Bahkan seorang tokoh mereka, Abubakar Aljazairi –semoga Allah memberinya petunjuk- menyatakan, sembelihan yang disediakan untuk suguhan maulid lebih haram dari babi. Wal iyadzu billah, semoga Allah melindungi kita dari membenci Rasulillah Saw.

Begitu antinya mereka terhadap maulid. Namun yang menarik, Ibnu Taimiyah sendiri tidak mengharamkan, bahkan dalam sebagian fatwanya dia katakan, “Jika maulid dilaksanakan dengan niat baik akan membuahkan pahala,” artinya sah-sah saja dilakukan.

Marilah kita simak kitab Iqtidha’ as-Sirath al-Mustaqim karya seorang filosof mujassim Ahmad ibn Taimiyah (meninggal tahun 728 hijriah) cet. Darul Fikr Lebanon th.1421 H. Pada hal.269 Ibnu Taimiyah berkata,

“Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutinan, segolongan orang terkadang melakukannya. Dan mereka mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah Saw..”.


Jika semua ini telah jelas, maka bersama siapakah kelompok sempalan wahabi ini? Mereka tidak bersama ahlussunnah wal jamaah. Tidak pula bersama tokohnya, Ibnu Taimiyah. Sepatutnya mereka mencela diri mereka sendiri, dan bertaubat dari kesesatan mereka selama masih ada kesempatan. Cukuplah sebagai kehinaan, penilaian buruk mereka terhadap hal yang telah disepakati kaum muslimin berabad-abad di penjuru timur dan barat bumi.


Segala puji bagi Allah yang telah memberi kita taufiq untuk menjelaskan hal ini. Semoga salawat dan rahmat Allah tetap tercurah atas Rasulullah Saw..


KEDUA, Ibnu Taimiyah meriwayatkan kisah Abdullah bin Umar yang sembuh dari lumpuhnya setelah ia ber-istighasah dengan memanggil nama Rasulullah Saw..

Simak video berikut:

Terjemahnya:
Alhamdulillah Rabbil Alamin. Salawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad Saw.. Amma ba’du, ini adalah kitab “al-Kalimut Toyyib” karya filsuf mujassim Ahmad bin Taimiyah al Harrani (w.728 H) cet. Darul kutub ilmiyah Beirut 1417 H

“عن الهيثم بن حنش قال كنا عند عبد الله بن عمر رضي الله عنهما فخدرت رجله أي أصابها مثل شلل فقال له رجل اذكر أحب الناس إليك فقال يا محمد فكأنما نشط من عقال -أي تعافى فورا-”.


Pada halaman 123 Ibnu Taimiyah berkata:
“Dari al-Haitsam bin Hanasy dia berkata, ‘Kami sedang bersama Abdullah bin Umar r.a. tatkala tiba-tiba kakinya mendadak lumpuh, maka seorang menyarankan ’sebut nama orang yang paling kau cintai!’ maka Abdullah bin Umar berseru, ‘Ya Muhammad!’ maka dia pun seakan-akan terlepas dari ikatan, artinya sembuh seketika.”


Inilah yang diterangkan Ibnu Taimiyah dalam kitabnya “al-Kalimut Toyyib” (perkataan yang baik), yakni dia menilai baik semua isi kitabnya.
Yang dilakukan Abdullah bin Umar ini adalah istighatsah dengan Rasulullah Saw. dengan ucapan ‘Ya Muhammad’
Dalam Islam ini diperbolehkan, Ibnu Taimiyah menganggapnya baik, menganjurkannya, dan mencantumkan dalam kitabnya, “al-Kalimut Toyyib”.
Ini menurut wahabi sudah termasuk kufur dan syirik, artinya istighasah dengan memanggil Nabi Saw. setelah beliau wafat adalah perbuatan kafir dan syirik menurut wahabi.

Apa yang akan dilakukan kaum wahabi sekarang? Apakah mereka akan mencabut pendapatnya yang mengkafirkan orang yang memanggil ‘Ya Muhammad’ ataukah mereka tidak akan mengikuti Ibnu Taimiyah dalam masalah ini? Padahal dialah yang mereka juluki Syeikhul islam.
Alangkah malunya mereka, alangkah malunya para imam yang diikuti Ibn Abdil Wahab karena pendapatnya bertentangan dengan pendapat kaum muslimin.

Dalam hal ini, kaum wahabi, dengan akidah mereka yang rusak, telah mengkafirkan Ibnu Taimiyah, karena ia telah menganggap baik hal yang syirik dan kufur menurut anggapan mereka.
Ini semua adalah bukti bahwa mereka adalah kelompok mudzabdzab (plin-plan),  kontradiksi dan menyimpang dari ajaran Ahlussunnah wal Jamaah
Segala puji selamanya bagi Allah, di permulaan dan penghujung.

KETIGA, dalam Majmu Fatawanya Jilid 4 Hal.379 Ibnu Taimiyah mengakui keberadaan wali qutb, autad dan abdal. Dia juga menegaskan, jika malaikat membagi rejeki dan mengatur alam maka orang-orang saleh bisa berbuat lebih dari para malaikat. Apalagi para wali qutb, Autad, Ghauts, wali abdal dan Nujaba’. 

Scan kitab: 


ibnu taymiyah:

وَقَدْ قَالُوا : إنَّ عُلَمَاءَ الْآدَمِيِّينَ مَعَ وُجُودِ الْمُنَافِي وَالْمُضَادِّ أَحْسَنُ وَأَفْضَلُ . ثُمَّ هُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ كَمَا يُلْهَمُونَ النَّفَسَ ؛ وَأَمَّا النَّفْعُ الْمُتَعَدِّي وَالنَّفْعُ لِلْخَلْقِ وَتَدْبِيرُ الْعَالَمِ فَقَدْ قَالُوا هُمْ تَجْرِي أَرْزَاقُ الْعِبَادِ عَلَى أَيْدِيهِمْ وَيَنْزِلُونَ بِالْعُلُومِ وَالْوَحْيِ وَيَحْفَظُونَ وَيُمْسِكُونَ وَغَيْرُ ذَلِكَ مِنْ أَفْعَالِ الْمَلَائِكَةِ . وَالْجَوَابُ : أَنَّ صَالِحَ الْبَشَرِ لَهُمْ مِثْلُ ذَلِكَ وَأَكْثَرُ مِنْهُ وَيَكْفِيك مِنْ ذَلِكَ شَفَاعَةُ الشَّافِعِ الْمُشَفَّعُ فِي الْمُذْنِبِينَ وَشَفَاعَتُهُ فِي الْبَشَرِ كَيْ يُحَاسَبُوا وَشَفَاعَتُهُ فِي أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَدْخُلُوا الْجَنَّةَ . ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ تَقَعُ شَفَاعَةُ الْمَلَائِكَةِ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ قَوْلِهِ : { وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ } ؟ وَأَيْنَ هُمْ عَنْ الَّذِينَ : { وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ } ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِمَّنْ يَدْعُونَ إلَى الْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ ؛ وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” { إنَّ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَشْفَعُ فِي أَكْثَرَ مِنْ رَبِيعَةَ وَمُضَرَ } ” ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ الْأَقْطَابِ وَالْأَوْتَادِ والأغواث ؛ وَالْأَبْدَالِ وَالنُّجَبَاءِ ؟

Apakah ini pendapat Ibnu Taimiyah ini tergolong khurafat, takhayul dan bid’ah? Adakah dasarnya dari Qur’an dan Sunnah? 

KEEMPAT, tentang hadiah pahala, Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa barangsiapa mengingkari sampainya amalan orang hidup pada orang yang meninggal maka ia termasuk ahli bid’ah. Dalam Majmu’ fatawa jilid 24 halaman 306 ia menyatakan, “Para imam telah sepakat bahwa mayit bisa mendapat manfaat dari hadiah orang lain. Ini termasuk hal yang pasti diketahui dalam agama Islam, dan telah ditunjukkan dengan dalil kitab, sunnah, dan ijma’ (konsensus) ulama’.

Barang siapa menentang hal tersebut, maka dia termasuk ahli bid’ah”. 

Scan kitab:


 ibnu taymiyah vs wahhaby:

Hal senada juga diungkapkannya berulang-ulang di kitabnya, Majmu’ Fatawa, diantaranya  pada Jilid 24 hal. 324.

Scan kitab:


ibnu taymiyah:

KELIMA, tentang tasawuf. Dalam kumpulan fatwa jilid 10 hal. 507, Syeikh Ibnu Taimiyah berkata, “Adapun para imam sufi dan para syeikh yang dulu dikenal luas, seperti Imam Juneid bin Muhammad beserta pengikutnya, Syeikh Abdul Qadir Jaelani serta yang lainnya. Maka, mereka adalah orang-orang yang paling teguh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.”.
Selanjutnya, pada jilid. 11 hal. 18 Ibnu Taimiyah berkata,


ibnu taymiyah:

والصواب أنهم مجتهدون في طاعة الله

“Yang benar, para sufi adalah mujtahidin dalam taat kepada Allah.”

lihat scan kitab diatas.

KEENAM, pujian Ibnu Taimiyah terhadap para ulama sufi. Berikut ini kutipan dari surat panjang Ibnu Taimiyah pada jamaah Imam Sufi Syekh Adi bin Musafir Al Umawi, (Majmu’ Fatawa jilid 3 hal. 363-377). Ini sudah cukup menjadi bukti, begitu hormatnya Ibnu Taimiyah pada kaum sufi.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ أَحْمَدَ ابْنِ تيمية إلَى مَنْ يَصِلُ إلَيْهِ هَذَا الْكِتَابُ مِنْ الْمُسْلِمِينَ الْمُنْتَسِبِينَ إلَى السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ ؛ الْمُنْتَمِينَ إلَى جَمَاعَةِ الشَّيْخِ الْعَارِفِ الْقُدْوَةِ . أَبِي الْبَرَكَاتِ عَدِيِّ بْنِ مُسَافِرٍ الْأُمَوِيِّ ” – رَحِمَهُ اللَّهُ – وَمَنْ نَحَا نَحْوَهُمْ –

Dari Ahmad Ibnu Taimiyah kepada penerima surat ini, kaum muslimin yang tergolong Ahlussunnah wal Jamaah, yang bernisbat pada jamaah Syeikh al-Arif, seorang panutan, Yang penuh berkah, Adi bin Musafir Al Umawi  lihat Scan kitab diatas.

وَلِهَذَا كَثُرَ فِيكُمْ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاحِ وَالدِّينِ..

Karenanya, banyak diantara kalian orang-orang saleh yang taat beragama.. Lihat Scan kitab diatas.

وَفِي أَهْلِ الزَّهَادَةِ وَالْعِبَادَةِ مِنْكُمْ مَنْ لَهُ الْأَحْوَالُ الزَّكِيَّةُ وَالطَّرِيقَةُ الْمَرْضِيَّةُ وَلَهُ الْمُكَاشَفَاتُ وَالتَّصَرُّفَاتُ . وَفِيكُمْ مِنْ أَوْلِيَاءِ اللَّهِ الْمُتَّقِينَ مَنْ لَهُ لِسَانُ صِدْقٍ فِي الْعَالَمِينَ

Diantara orang-orang zuhud dan ahli ibadah dari golongan kalian terdapat mereka yang punya kepribadian bersih,  jalan yang diridoi, ahli mukasyafah dan tasarruf. Diantara kalian juga terdapat para wali Allah yang bertakwa dan menjadi buah tutur yang baik di alam raya. Lihat Scan kitab diatas.

Cermati kata-kata yang dipakai  Ibnu Taimiyah dalam risalahnya berikut: panutan, Abil barakat, berkepribadian bersih,  jalan yang diridoi, ahli mukasyafah dan tasarruf, para wali Allah. Semua itu menyuratkan pengakuan beliau akan kebesaran orang-orang sufi yang bersih hati. Adakah orang-orang wahabi sekarang ini meneladani beliau?

Surat tersebut selengkapnya juga bisa dibaca di Maktabah Syamilah versi 2 Juz 1 hal. 285-286.


KETUJUH, Ibnu Taimiyah mengakui khirqah sufiyah dalam kitabnya, Minhajus Sunnah Jilid 4 Hal. 155.


الخرق متعددة أشهرها خرقتان خرقة إلى عمر وخرقة إلى علي فخرقة عمر لها إسنادان إسناد إلى أويس القرني وإسناد إلى أبي مسلم الخولاني وأما الخرقة المنسوبة إلى علي فإسنادها إلى الحسن البصري

“Khirqah itu ada banyak macamnya. Yang paling masyhur ada dua, yakni khirqah yang bersambung kepada Sayidina Umar dan khirqah yang bersambung kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib. Khirqah Umar memiliki dua sanad, sanad kepada Uwais Al-Qarniy dan sanad kepada Abu Muslim Al-Khawlaniy. Adapun khirqah yang dinisbatkan kepada Ali bin Abi Thalib, sanadnya sampai kepada Imam Hasan Al-Bashri.” lihat Scan kitab diatas.

Jelas sudah, Ibnu Taimiyah menyatakan keberadaan sanad khirqah ini. Lantas, apakah beliau punya sanad khirqah? Dalam kitab yang sama beliau memberi jawab,

وقد كتبت أسانيد الخرقة لأنه كان لنا فيها أسانيد

“Aku telah menulis sanad-sanad khirqah, karena kami juga punya beberapa sanad khirqah”  lihat scan kitab diatas.

Kini kita telah paham, Ibnu Taimiyah ternyata memiliki khirqah. Tak hanya satu, tapi beberapa. Lantas apakah Syaikh-syaikh wahabi saat ini juga punya khirqah seperti halnya Ibnu Taimiyah?.

KEDELAPAN, Pernyataan bahwa seluruh alam takkan diciptakan kalau bukan karena Rasulullah Saw. bisa dibenarkan. (Majmu’ Fatawa jilid 11 hal. 98).


وَمُحَمَّدٌ إنْسَانُ هَذَا الْعَيْنِ ؛ وَقُطْبُ هَذِهِ الرَّحَى وَأَقْسَامُ هَذَا الْجَمْعِ كَانَ كَأَنَّهَا غَايَةُ الْغَايَاتِ فِي الْمَخْلُوقَاتِ فَمَا يُنْكَرُ أَنْ يُقَالَ : إنَّهُ لِأَجْلِهِ خُلِقَتْ جَمِيعهَا وَإِنَّهُ لَوْلَاهُ لَمَا خُلِقَتْ فَإِذَا فُسِّرَ هَذَا الْكَلَامُ وَنَحْوُهُ بِمَا يَدُلُّ عَلَيْهِ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ قُبِلَ ذَلِكَ

“Nabi Muhammad Saw. adalah esensi kedua mata ini. Beliau adalah poros segala pergerakan alam ini. Ia laksana puncak dari seluruh penciptaan. Maka tak bisa ditepis lagi bahwa untuk beliaulah seluruh alam ini diciptakan. Kalau bukan karena beliau, takkan wujud seluruh semesta ini. Bila ucapan ini dan semisalnya ditafsir sesuai dengan Al-Quran dan Hadis maka hendaknya diterima.”  lihat Scan kitab diatas.

Demikianlah sekelumit data dari hasil penelitian obyektif pada kitab-kitab Ibnu Taimiyah sebagai rujukan kaum wahabi. Tak ada sentimen pribadi yang melandasi tulisan ini. Kami hanya berharap semua pihak bisa menerima kebenaran secara obyektif, lalu tak ada lagi sikap cela-mencela di antara sesama muslim.

Penjelasan diatas untuk bantahan kepada http://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/06/daftar-artikel-di-blog-ini.html

Sumber: Ibnu KhariQ /salafi taubat/abu salafy dan berbagai sumber lainnya.
______________________

Kekeliruan Ibnu Taimiyyah Terhadap Hadis Tsaqalain.
Ibnu Taimiyyah dalam kitab Minhaj As Sunnah mengkritik hadis Tsaqalain berikut “… dan ‘ltrah Ahlul Baitku. Karena sesungguhnya keduanya tidak akan pernah berpisah hingga menemuiku di telaga”, Ibnu Taimiyyah berkata:
“Sesungguhnya hadis ini diriwayatkan oleh Turmudzi. dan, Ahmad telah ditanya tentang hadis ini, serta tidak hanya seorang dari ahli ilmu yang mendhaifkan hadis ini. Mereka mengatakan bahwa hadis ini tidak sahih.”.
Selain itu Ibnu Taimiyyah juga menolak hadis ini karena didalam sanadnya terdapat Qasim bin Hishan, Ibnu Taimiyyah berkata:
”Imam Ahmad bin Hanbal ditanya tentang Qasim maka ia menyatakan orang itu dhaif”.
Ibnu Taimiyyah juga mengatakan, hadis ini tidak menunjukkan kepada wajibnya berpegang teguh kepada Ahlul Bait melainkan hanya menunjukan kepada wajibnya berpegang teguh kepada Al-Qur’an saja. Hadis yang dijadikan argumentasi oleh Ibnu Taimiyyah dan lebih shahih menurutnya ialah, “Aku tinggalkan padamu sesuatu yang jika kamu berpegang teguh kepadanya niscaya kamu tidak akan tersesat sesudahnya, yaitu Kitab Allah.” (tanpa tambahan Ahlul BaitKu).
Tanggapan Terhadap Ibnu Taimiyyah.
Hadis Tsaqalain salah satunya memang diriwayatkan oleh Turmudzi dalam Sunan Turmudzi, tetapi hadis ini juga diriwayatkan dalam Musnad Ahmad, Mustadrak Al Hakim, Mu’jam Ath Thabrani, Jamius Shaghir, Majmu Az Zawaid, Musnad Abu Ya’la, Shahih Ibnu Khuzaimah dan lain-lain. Jadi pernyataan Ibnu Taimiyyah bahwa hadis ini diriwayatkan Tirmidzi terkesan janggal, karena itu menunjukkan seolah-olah hanya Tirmidzi yang meriwayatkan hadis Tsaqalain dan ini jelas tidak benar.

Anehnya Ibnu Taimiyyah juga mengatakan bahwa banyak yang mengatakan hadis ini tidak shahih, tetapi beliau tidak menyebutkan siapa-siapa yang dimaksud. Imam Turmudzi tidak menyatakan hadis ini dhaif, beliau menyatakan hadis dalam Sunannya hasan gharib, Al Hakim menyatakan hadis ini shahih dalam Mustadraknya dan dibenarkan oleh Adz Dzahabi dalam Talkhis Al Mustadrak. Abu Ya’la meriwayatkan dalam Musnadnya seraya mengatakan bahwa sanad hadis ini tidak mengapa, beliau tidak menyatakan dhaif. Al Haitsami dalam Majmu az Zawaid menyatakan bahwa semua perawi hadis ini adalah tsiqah. Hadis ini juga dishahihkan oleh Jalaludin Al Suyuthi dalam Jamius Shaghir. Jadi dakwaan Ibnu Taimiyyah itu tidak jelas dan meragukan karena cukup banyak yang menguatkan hadis ini dan tidak menyatakan dhaif atau tidak shahih seperti yang dikatakan Ibnu Taimiyyah.
Ibnu Taimiyyah juga mengisyaratkan bahwa Imam Ahmad mendhaifkan hadis ini, seraya mengatakan bahwa Imam Ahmad menganggap Qasim bin Hishan adalah dhaif. Anehnya Ibnu Taimiyyah tidak menyebutkan dari mana sumber penukilannya dari Imam Ahmad. Qasim bin Hishan adalah salah satu perawi dalam Musnad Ahmad, bukankah Ibnu Taimiyyah sendiri dalam kesempatan lain menyatakan bahwa Imam Ahmad tidak meriwayatkan hadis kecuali dari perawi yang tsiqah menurut pandangan Imam Ahmad. Seperti yang telah dinukil oleh Ibnu Subki dalam Syifâ al-Asqâm, jilid. 10 hal 11 tentang perawi-perawi Ahmad bin Hanbal.
“Ahmad(semoga Allah merahmatinya) tidak meriwayatkan kecuali dari orang yang dapat dipercaya (ats-tsiqah). Ibnu Taimiyyah telah berterus terang tentang hal itu di dalam kitab yang dikarangnya untuk menjawab al-Bakri, setelah sepuluh kitab lainnya. Ibnu Taimiyyah berkata, ‘Sesungguhnya para ulama hadis yang mempercayai ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil ada dua kelompok. Sebagian dari mereka tidak meriwayatkan kecuali dari orang yang dapat dipercaya dalam pandangan mereka, seperti Malik, Ahmad bin Hanbal dan lainnya.”.
Jadi sebenarnya Qasim bin Hishan itu adalah tsiqah dalam pandangan Imam Ahmad. Hal ini juga dibenarkan oleh Syaikh Ahmad Syakir pentahqiq dan pensyarh Musnad Ahmad(lihat komentar syaikh Ahmad Syakir hadis no 3605), beliau justru dengan jelas menyatakan tsiqah kepada Qasim bin Hishan. Oleh karena itu dakwaan Ibnu Taimiyyah tentang Qasim dan pernyataannya bahwa Imam Ahmad telah mendhaifkan hadis Tsaqalain adalah tidak benar.

Pernyataan Ibnu Taimiyyah bahwa hadis ini tidak menunjukkan keharusan berpegang kepada Ahlul Bait melainkan keharusan berpegang kepada Kitabullah saja juga tidak benar karena zhahir hadis justru menyatakan harus berpegang kepada keduanya. Pernyataan Ibnu Taimiyyah ini jelas dilandasi oleh dugaannya bahwa hadis Tsaqalain dhaif dan yang shahih justru adalah hadis dengan riwayat berpegang kepada Kitabullah saja tanpa tambahan Ahlul Bait. Hadis yang dimaksud diriwayatkan dalam Shahih Muslim no 1218 juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Abu Dawud.
Berkata Jabir bin ‘Abd Allah radiallahu ‘anhu, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam telah berkhutbah: Demi sesungguhnya aku telah tinggalkan kalian sesuatu yang jika kamu berpegang kepadanya, kamu tidak akan sesat yaitu Kitab Allah (al-Qur’an).
Hadis ini memang shahih tetapi bukan berarti hadis ini bertentangan dengan hadis Tsaqalain, tetapi justru hadis Tsaqalain melengkapi hadis ini apalagi terdapat hadis Tsaqalain riwayat Jabir dalam Sunan Turmudzi dengan tambahan Ahlul Bait dan Turmudzi menyatakan hadisnya hasan gharib dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Turmudzi no 3786.
Bercerita kepada kami Nashr bin Abdurrahman Al Kufi dari Zaid bin Hasan Al Anmathi dari Ja’far bin Muhammad dari Ayahnya dari Jabir bin Abdullah,ia berkata’saya melihat Rasulullah SAW pada saat menunaikan ibadah haji pada hari Arafah, Beliau SAW menunggangi untanya al Qashwa dan saya mendengar Beliau SAW berkata ”wahai manusia,sesungguhnya Aku meninggalkan sesuatu bagimu yang jika kamu berpedoman kepadanya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu Kitabullah dan Itrati Ahlul BaitKu”.
Jadi hadis riwayat Jabir dalam Shahih Muslim itu tidak menafikan hadis Tsaqalain, justru hadis tersebut harus digabungkan dengan hadis Tsaqalain karena keduanya adalah shahih apalagi hadis Tsaqalain memiliki banyak jalan yang menguatkannya. Kesimpulannya semua pernyataan Ibnu Taimiyyah tentang penolakannya terhadap hadis Tsaqalain adalah tidak benar dan hanya berdasarkan dugaan semata. Beliau sama halnya dengan Ibnul Jauzi tidak mengumpulkan semua riwayat hadis Tsaqalain yang terdapat dalam kitab-kitab hadis.

Salam alaikum wa rahmatollah. Bismillahi Taala.
Ibnu Taimiyah adalah nama yang dikaitkan dengan seorang ulama penuh kontroversi. Keberadaan ajarannya sangat menggugat aqidah di dalam Islam dan telah menyebabkan terjadinya bida’ah, perselisihan malah pertumpahan darah dikalangan kaum Muslimin. Di zaman ini, hanya satu kelompok sahaja umat yang mengagungkan beliau. Kelompok Wahabiyun begitu mengagungkan beliau dengan gelaran “Syeikhul Islam” yang sebetulnya, tidak berapa kena untuk diletakkan di hadapan nama beliau.

Kelompok Syiah sememangnya memandang negatif akan ajaran yang cuba beliau bawa dan hidupkan, dan telah banyak pembongkaran dilakukan ke atas kitab-kitab beliau. Namun apa pula pendapat golongan ulama Sunni akan peribadi ini? Selamat membaca.

Zahabi menganggap pengikut Ibnu Taimiyah sebagai hina dan pendusta.
Zahabi (wafat tahun 774), salah seorang tokoh besar Ahlusunnah yang masyhur dalam ilmu Rijal di zamannya menulis sepucuk surat kepada Ibnu Taimiyah:

يا خيبة! من اتّبعك فإنّه معرض للزندقة والإنحلال … فهل معظم أتباعك إلاّ قعيد مربوط، خفيف العقل، أو عاميّ، كذّاب، بليد الذهن، أو غريب واجم قويّ المكر، أو ناشف صالح عديم الفهم، فإن لم تصدّقنى ففتّشهم وزِنْهم بالعدل … ؛

Alangkah kecewanya kerana barangsiapa yang mengikutimu (Ibnu Taimiyah) maka sesungguhnya ia adalah Zindiq dan merosot… Maka tidakkah kebanyakan pengikut kamu itu ketinggalan, tipis akal, atau orang awam biasa, pendusta, tumpul pemikirannya, kemurungan yang aneh dan kuat tipu daya, kekeringan amalan soleh dan luput pemahaman, andainya kamu tidak mempercayaiku, maka kajilah mereka dan nilailah mereka dengan keadilan…

Zahabi menulis sehinggalah ke perenggan berikut:

فما أظنّك تقبل على قولي وتصغى إلى وعظي، فإذا كان هذا حالك عندي وأنا الشفوق المحبّ الوادّ، فكيف حالك عند أعدائك، وأعداوءك واللّه فيهم صلحاء وعقلاء وفضلاء كما أنّ أولياءك فيهم فجرة كذبة جهلة؛
(1) الإعلان بالتوبيخ، ص 77 و تكملة السيف الصقيل، ص 218.

Maka tidaklah aku kira bahawa kamu akan menerima kata-kataku! tidaklah engkau akan mendengari nasihatku! Sedangkan aku seorang bersimpati yang belas kasihan, maka bagaimana engkau di sisi musuh-musuh engkau, sedangkan musuh-musuhmu itu demi Allah, di kalangan mereka adalah orang yang soleh, berakal dan mulia. Sementara orang yang mendampingimu adalah di kalangan mereka yang keji, pendusta dan bodoh. – Al-Iʻlān bil Tawbikh halaman 77, Takmilah Al-Sayf Al-Ṣaqīl, halaman 218.

Ibnu Hajar mengaitkan Ibnu Taimiyah dengan kemunafikan:
Ibnu Hajar Al-ʼAsqalani yang termasuk sebagai tunggak utama ilmu Ahlusunnah dan bergelar sebagai Al-Hafiz Ahlusunnah menulis tentang Ibnu Taimiyah sebagai berikut:

وافترق الناس فيه شيعا، فمنهم من نسبه إلى التجسيم، لما ذكر في العقيدة الحمويّة والواسطيّة وغيرهما من ذلك كقوله: إنّ اليد والقدم والساق والوجه صفات حقيقيّة للّه، وأنّه مستو على العرش بذاته… ؛

Ulama mempunyai berbagai pendapat tentang beliau (Ibnu Taimiyah), di antara mereka mengaitkannya dengan penjisiman, ini disebabkan di dalam kitab Al-Aqidah Al-Hamawiyah, kitab Al-Wasathiyyah dan selain keduanya ia mengatakan seperti: Sesungguhnya tangan, betis dan wajah adalah sifat Allah secara hakikat, dan Allah sendiri bersemanyam di atas ʻArash…

ومنهم من يَنسِبُه إلى الزندقة، لقوله: النبيّ [ صلىاللهعليهوآله ] لايستغاث به، وأنّ في ذلك تنقيصا ومنعا من تعظيم النبيّ¨] صلىاللهعليهوآله ] … ؛

Dan di kalangan mereka ada yang mengaitkannya dengan zindiq (berpura-pura beriman atau imannya terpesong). Ini disebabkan ia berkata: Janganlah memohon bantuan daripada Nabi (s.a.w), sesungguhnya perbuatan itu mengurangkan dan mencegah daripada pengagungan Nabi (s.a.w)…

ومنهم من ينسِبُه إلى النفاق، لقوله فى عليّ ما تقدّم ـ أي أنّه أخطأ في سبعة عشر شيئا ـ ولقوله: إنّه – أي عليّ – كان مخذولاً حيثما توجّه، وأنّه حاول الخلافة مرارا فلم ينلها، وإنّما قاتل للرئاسة لا للديانة، ولقوله: إنّه كان يحبّ الرئاسة، ولقوله: أسلم أبو بكر شيخا يدري مايقول، وعليّ أسلم صبيّا، والصبيّ لا يصحّ إسلامه، وبكلامه في قصّة خطبة بنت أبي جهل … فإنّه شنع فى ذلك، فألزموه بالنفاق، لقوله [ صلىاللهعليهوآله ] : ولايبغضك إلاّ منافق؛
الدرر الكامنة فى أعيان المائة الثامنة، ج 1، ص 155.

Di kalangan mereka ada yang mengaitkannya dengan kemunafikan, kerana pandangan jeleknya tentang Ali bin Abi Talib (iaitu ia melakukan kesalahan dalam tujuh belas perkara). Katanya: Sesungguhnya beliau (Ali bin Abi Talib) adalah orang yang kecewa dan patah harapan sebagaimana yang diketahui beliau berusaha banyak kali untuk mendapatkan kekhalifahan namun beliau tidak pernah mencapainya.  Beliau berperang hanyalah untuk mendapatkan tampuk pemerintahan, bukan kerana agama. Katanya: Sesunggunya beliau gila kuasa. Katanya lagi: Abu Bakar masuk Islam diusia tua kerana ia tahu apa yang dikatakannya, namun Ali masuk Islam ketika masih kanak-kanak, sedangkan keislaman kanak-kanak tidak sah. Termasuk juga kata-katanya tentang kisah lamaran anak perempuan Abu Jahal… sesungguhnya ia terlampau jelek tentang itu, maka lazimlah ia dengan sifat kemunafikan kerana nabi (s.a.w) bersabda: Wahai Ali, tidaklah membencimu melainkan ia adalah orang munafik. – Al-Durar Al-Kaminah Fi Aʻyan Al-Mi’ah Al-Thaminah, jilid 1 halaman 155.

Nota:
Sayuti berkata:

ابن حجر، شيخ الاسلام والإمام الحافظ في زمانه، وحافظ الديار المصرية؛ بل حافظ الدنيا مطلقا، قاضى القضاة؛ ابن حجر، شيخ الاسلام، پيشوا و حافظ زمان خويش در منطقه مصر؛ بلكه حافظ دنيا به شمار مىآمد. طبقات الحفاظ، ص 547.

Ibnu Hajar adalah Syeikhul Islam dan Imam Al-Hafiz di zamannya di tanah Mesir; bahkan secara mutlaknya beliau adalah seorang Hafiz dunia – Tabaqat Al-Huffaz, halaman 547.

Al-Subki memutuskan bahawa Ibnu Taimiyah sebagai tukang bid’ah:
Al-Subki (wafat tahun 756 Hijrah) seorang ulama besar Ahlusunnah yang tersohor di zaman Ibnu Taimiyah menulis:

أما بعد، فإنه لما أحدث ابن تيمية ما أحدث في أصول العقائد، ونقض من دعائم الإسلام الأركان والمعاقد، بعد أن كان مستترا بتبعية الكتاب والسنة، مظهرا أنه داع إلى الحق هاد إلى الجنة، فخرج عن الاتباع إلى الابتداع، وشذ عن جماعة المسلمين بمخالفة الإجماع، وقال بما يقتضي الجسمية والتركيب في الذات المقدس، وأن الافتقار إلى الجزء- أي افتقار الله إلى الجزء- ليس بمحال، وقال بحلول الحوادث بذات الله تعالى، وأن القرءان محدث تكلم الله به بعد أن لم يكن، وأنه يتكلم ويسكت ويحدث في ذاته الإرادات بحسب المخلوقات، وتعدى في ذلك إلى استلزام قدم العالم، والتزامه بالقول بأنه لا أول للمخلوقات فقال بحوادث لا أول لها، فأثبت الصفة القديمة حادثة والمخلوق الحادث قديما، ولم يجمع أحد هذين القولين في ملة من الملل ولا نحلة من النحل، فلم يدخل في فرقة من الفرق الثلاث والسبعين التي افترقت عليها الأمة، ولا وقفت به مع أمة من الأمم همة، “””وكل ذلك وإن كان كفرا شنيعا””” مما تقل جملته بالنسبة لما أحدث في الفروع “. ا.هـ
طبقات الشافعيّة، ج 9، ص 253؛ السيف الصقيل، ص 177 و الدرّة المضيئة فى الردّ على ابن تيميّه، ص 5.

Adapun sesungguhnya, Ibnu Taimiyah : Sesungguhnya Ibnu Taimiyah membuat hal baru (bid’ah) dalam usul-usul aqidah dan merosakkan perkara dari pokok-pokok agama Islam iaitu rukun-rukun dan aqidah, setelah dia bersembunyi dengan (seakan-akan) mengikuti Al Kitab dan As-Sunnah, menampilkan diri bahawa dialah yang menyeru kepada yang Haq dan pembimbing ke syurga. Lantas dia keluar dari Ittiba’ (ikut al Qur’an dan As Sunnah) menuju bid’ah, ganjil dan aneh daripada jemaah kaum muslimin dengan menyalahi ijma’ ulama, dan dia mengatakan sesuatu yang mewajibkan penjisiman dan penstrukturan dalam Zat Allah Yang Suci, dan keperluan Allah pada bahagian juzuk tidaklah mustahil, mengatakan bertempatnya mahluk pada dzat Allah, Al Qur’an adalah diciptakan yang Allah berbicara dengannya setelah al Qur’an tidak ada, Allah berbicara dan diam, pada Zatnya terjadi kehendak-kehendak sesuai dengan mahluk-mahluk-Nya, dan berlanjut pada penetapan Qidam (keterdahuluan)-nya alam dan pendapat tidak ada permulaan bagi makhluk …… dan semua (pendapat Ibnu Taimiyah) tersebut, meski pun merupakan kekufuran yang jelek, namun lebih sedikit jumlahnya dinisbahkan pada yang telah di buatnya (Bid’ah?) dalam hal furu’”. – Tabaqat Al-Syafiʻiyyah, jilid 9 halaman 253; Al-Saif Al-Ṣaqīl, halaman 177; Al-Durrah Al-Mudhi’ah fi Al-Rad Ala Ibnu Taimiyah, halaman 5.

Nota:
Sayuthi mengatakan tentang Al-Subki sebagai:

شيخ الإسلام، إمام العصر، وتصانيفه تدلّ على تبحره في الحديث؛
طبقات الحفّاظ، ص 55.

Syeikhul Islam, pemimpin di zamannya dan karya-karyanya yang melimpah menunjukkan betapa banyaknya ilmu beliau dalam bidang hadis. – Tabaqat Al-Huffaz, halaman 55.
Selain itu, Ibnu Kathir al-Salafi berkata tentangnya:

«الإمام العلامة … قاضي دمشق … برع في الفقه والأصول والعربية وأنواع العلوم … انتهت إليه رئاسة العلم في وقته؛ سبكى امام و علاّمه، قاضى دمشق در علم فقه، اصول، عربيه و ديگر علوم سرآمد عصر خويش بوده است و رياست علم در زمان خويش به وى منحصر شد. بدايه ونهايه: ج 1، ص 551، شماره 2251.

Al-Imam Al-ʻAllamah… Qadi Damsyiq… pintar dalam ilmu Fiqh, Ushul, Arab dan berbagai klasifikasi ilmu… mencapai kepimpinan ilmu di zamannya. – Al-Bidayah Wa Al-Nihayah, jilid 1 halaman 551, nombor 2251.

Al-Hushni Dimasyqi menganggap Ibnu Taimiyah sebagai zindiq.
Al-Hushni Dimasqi menulis:

وأن ابن تيمية كما قاله بعض الأئمة الأعلام – الذي كان يوصف بأنه بحر في العلم – يقول عنه أنه زنديق مطلق. وسبب قوله ذلك أنه تتبع كلامه فلم يقف له على اعتقاد، حتى أنه في مواضع عديدة يكفر فرقة ويضللها، وفي موضع آخر يعتقد ما قالته أو بعضه. مع أن كتبه مشحونة بالتشبيه والتجسيم والإشارة إلى الازدراء بالنبي والشيخين وتكفير عبد الله بن عباس وأنه من الملحدين وجعل عبد الله بن عمر رضي الله عنهما من المجرمين وأنه ضال ومبتدع ذكر ذلك في كتاب له سماه (الصراط المستقيم والرد على أهل الجحيم) وقد وقفت في كلامه على المواضع التي كفر فيها الأئمة الأربعة. وكان بعض أتباعه يقول أنه أخرج زيف الأئمة الأربعة يريد بذلك إضلال هذه الأمة لأنها تابعة لهذه الأئمة في جميع الأقطار والأمصار وليس وراء هذا زندقة.

Ibnu Taimiyyah sepertimana yang dikatakan oleh kebanyakan ulama besar – iaitu ulama yang disifatkan sebagai ‘lautan ilmu’ – berkata: Sesungguhnya Ibnu Taimiyah adalah kafir zindiq secara mutlak. Ini disebabkan penelitian atas kata-katanya dan diketahuilah bahawa ia beberapa kali telah mengkafirkan golongan lain dan menyesatkan mereka. Pada ketika yang lain ia mengiyakan apa yang golongan lain katakan, atau mengesahkan sebahagiannya. Sementara itu fakta di dalam bukunya penuh dengan ‘tasybih’ (menyamakan Allah dengan makhluk), ‘tajsim’ (menjisimkan Allah), termasuklah penghinaan terhadap Nabi (s.a.w), penghinaan terhadap Abu Bakar dan Umar, mengkafirkan Ibnu Abbas, dan sesungguhnya ia adalah kafir ateis. Ia mengatakan Abdullah bin Umar sebagai penjenayah, dan sesungguhnya ia adalah sesat, tukang bid’ah, ia mengatakan demikian di dalam kitab yang bernama Al-Shiratul Mustaqim Wa Al-Rad ‘Ala Ahl Al-Jahim’. Aku turut menemui kata-katanya yang berposisi mengkafirkan para imam empat mazhab fiqh dengan tujuan mendakwa bahawa seluruh umat ini sesat kerana mengikuti imam ini di seluruh pelusuk dunia. Tidak terselindung lagi kezindiqan ini.- Dafʻ Syabah ‘An Rasulillah, Tahqiq Jama’ah min Ulama, halaman 125.

Al-Hushni Dimasyqi menulis di tempat lain:

وقال (ابن تيميّة): «من استغاث بميّت أو غائب من البشر… فإنّ هذا ظالم، ضالّ، مشرك»، هذا شيء تقشعرّ منه الأبدان، ولم نسمع أحدا فاه، بل ولا رمز إليه في زمن من الأزمان، ولا بلد من البلدان، قبل زنديق حرّان قاتله اللّه ـ عزّ وجلّ ـ وقد جعل الزنديق الجاهل الجامد، قصّة عمر رضىاللهعنه دعامة للتوصّل بها إلى خبث طويّته في الإزدراء بسيّد الأوّلين والآخرين وأكرم السابقين واللاحقين، وحطّ رتبته في حياته، وأنّ جاهه وحرمته ورسالته وغير ذلك زال بموته، وذلك منه كفر بيقين وزندقة محقّقة؛
دفع الشبه عن الرسول، ص 131

Ibnu Taimiyah berkata: Barangsiapa yang memohon bantuan (istighasah) dengan mayat atau orang ghaib dari manusia… Sesungguhnya ini adalah zalim, sesat dan musyrik. Dengan ini badan manusia menggeletar (di mana tawassul dengan para nabi setelah mereka wafat aku anggap sesat), sehingga kini aku belum mendengarnya daripada sesiapa pun. Bahkan tidak seorang pun yang menunjukkan simbol sebegini di zaman manapun, atau di negara mana pun. Sehinggalah sebelum Harran Ibnu Taimiyah (semoga Allah membunuhnya dan Allah telah melakukannya), si kafir zindiq yang tegar kejahilannya telah membuatkan kisah Umar Radhiyallahuanhu yang bertawassul sebagai kekotoran di hari perasaannya dalam menghina Sayyidil Awwalin, dan merendahkan martabatnya di dalam hidupnya, ia ingin mengatakan wibawa, kehormatan, risalahnya dan lain-lain lagi telah luput setelah wafat. Itu meyakinkan bahawa ia telah kafir dan realitinya ia telah zindiq.- Dafʻ Syabah ‘An Rasulillah, halaman 131

Nota:
Khairuddin Al-Zarkali di dalam menceritakan perihal Al-Hushni Al-Dimasyqi mengatakan:

تقي الدين الحصني فقيه ورع من أهل دمشق…
له تصانيف كثيرة، منها…  دفع شبه من شبه وتمرد

Taqiyuddin Al-Hushni, seorang yang alim dan faham agama, wara’, daripada warga Damsyiq… beliau mempunyai banyak karya antaranya… Daf’u Syubah man Syabbaha wa Tamarrada.
Qadi Syafi’i menganggap darah pengikut Ibnu Taimiyah adalah halal ditumpahkan.
Ibnu Hajar Al-ʻAsqalani (wafat tahun 825 Hijrah) dan Al-Syaukani (wafat tahun 1255 Hijrah) merupakan dua ulama besar Ahlusunnah yang menulis bahawa Al-Qadi Al-Shafiʻi memberi perintah di Damsyiq:

من اعتقد عقيدة ابن تيمية حل دمه وماله
الدرر الكامنة، ج 1، ص 147؛ البدر الطالع، ج 1، ص 67 و مرآة الجنان، ج 2، ص 242.

Barangsiapa yang berpegang dengan akidah Ibnu Taimiyyah, maka halal darahnya (ditumpahkan) dan hartanya. – Al-Durar Al-Kaminah, jilid 1 halaman 147; Al-Badrul Thaliʻ, jilid 1 halaman 67; Mir’atul Jinan jilid 2 halaman 242.

Ibnu Hajar Al-Haythami menanganggap Ibnu Taimiyah sebagai individu yang sesat lagi menyesatkan.
Ibnu Hajar Al-Haythami Al-Makki (wafat tahun 974) menulis tentang Ibnu Taimiyah sebagai berikut:

ابن تيمية عبد خذله الله وأضله وأعماه وأصمه وأذله ، وبذلك صرح الأئمة الذين بينوا فساد أحواله وكذب أقواله…
وأهل عصرهم من الشافعية والمالكية والحنفية…
والحاصل أن لا يقام لكلامه وزن بل يرمى في كل وعر وحزن ويعتقد فيه أنه مبتدع ضال ومضل جاهل غال عامله الله بعدله وأجارنا من مثل طريقته وعقيدته وفعله آمين .
الفتاوى الحديثة، ص 86.

Allah mengecewakan Ibnu Taimiyah, menyesatkannya, membutakannya, menulikannya dan menghinanya. Demikian itu para imam yang menerangkan kerosakannya dan pendustaan kata-katanya telah menjelaskan… ahli di zamannya daripada golongan al-Syafiʻi, al-Maliki dan al-Hanafi…kesimpulannya kata-katanya tidak bernilai, bahkan ia adalah tukang bid’ah yang sesat lagi menyesatkan dan jahil. Semoga Allah menegakkan keadilan dan menyelamatkan kita daripada jalannya, akidahnya dan perbuatanyya, Amin. – Al-Fatawa Al-Hadithiyyah, halaman 86.

Kekafiran orang yang memanggil Ibnu Taimiyah sebagai ‘Syeikhul Islam’.
Ulama besar Ahlusunnah bernama Al-Shawkani berkata:

صرّح محمّد بن محمّد البخاري الحنفيّ المتوفّى سنة 841 بتبديعه ثمّ تكفيره، ثمّ صار يصرّح في مجلسه: إنّ من أطلق القول على ابن تيميّة أنّه شيخ الإسلام فهو بهذا الإطلاق كافر
بدر الطالع، ج 2، ص 260

Muhammad Al-Bukhari Al-Hanafi yang meninggal pada tahun 841 Hijrah menjelaskan bid’ahnya kemudian mengkafirkannya, kemudian beliau menjelaskan di dalam majlisnya: Barangsiapa yang menggelar Ibnu Taimiyah sebagai Syeikhul Islam, maka ia telah kafir. – Badrul Taliʻ, jilid 2 halaman 260.

Ibnu Batutta mengatakan Ibnu Taimiyyah gila.
Ibnu Batutta, menulis dalam catatan pengembaraan ilmiyahnya sebagai:

وكان بدمشق من كبار الفقهاء الحنابلة تقي الدين بن تيميّة كبير الشام يتكلّم فى الفنون إلاّ أنّ فى عقله شيء
رحله ابن بطوطه، ج 1، ص 57

Tersebutlah di Damsyiq seorang daripada ahli Fiqh Hanafi yang bernama Taqiyudin Ibnu Taimiyah, berbicara tentang berbagai kesenian, namun akalnya tidak waras.

Ibnu Taimiyah, Abu Zur’ah, Ath Thabrani dan Al Faqih Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Shadaqah mengakui kebenaran hadis “Nabi Melihat Allah SWT Dalam Bentuk Pemuda Amrad”.

lama seperti Abu Zur’ah, Ath Thabrani dan Al Faqih Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Shadaqah [seorang Imam Hafiz yang tsiqat tsiqat sebagaimana disebutkan Al Khatib dalam Tarikh Baghdad 5/40-41]. Mereka mengakui kebenaran hadis “Nabi Melihat Allah SWT Dalam Bentuk Pemuda Amrad”.
Kali ini hadis yang akan dibahas adalah hadis ru’yatullah riwayat Ibnu Abbas. Hadis ini juga tidak lepas dari kemungkaran yang nyata dengan lafaz “Melihat Allah SWT dalam bentuk pemuda amrad (yang belum tumbuh jenggot dan kumisnya)”.Tetapi anehnya hadis dengan lafaz mungkar ini tidak segan-segan dinyatakan shahih oleh Abu Zur’ah, Ath Thabrani, Abu Bakar bin Shadaqah dan tentu syaikh salafy yang terkenal Ibnu Taimiyyah.
Takhrij Hadis Ibnu Abbas:

ثنا حماد بن سلمة عن قتادة عن عكرمة عن بن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم رأيت ربي جعدا امرد عليه حلة خضراء


Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas yang berkata Rasulullah SAW bersabda “Aku melihat Rabbku dalam bentuk pemuda amrad berambut keriting dengan pakaian berwarna hijau”.
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Asmaa’ was Shifaat no 938, Ibnu Ady dalam Al Kamil 2/260-261, Al Khatib dalam Tarikh Baghdad 13/55 biografi Umar bin Musa bin Fairuz, Adz Dzahabi dalam As Siyaar 10/113 biografi Syadzaan, Abu Ya’la dalamIbthaalut Ta’wiilat no 122, 123, 125, 126,127 ,129, dan 143 (dengan sedikit perbedaan pada lafaznya), Ibnu Jauzi dalam Al ‘Ilal Al Mutanahiyah no 15. Semuanya dengan jalan sanad yang berujung pada Hammad bin Salamah dari Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas. Sedangkan yang meriwayatkan dari Hammad adalahAswad bin Amir yakni Syadzaan (tsiqat dalam At Taqrib 1/102), Ibrahim bin Abi Suwaid (tsiqat oleh Abu Hatim dalam Al Jarh wat Ta’dil 2/123 no 377), Abdush Shamad bin Kaisan atau Abdush Shamad bin Hasan (shaduq oleh Abu Hatim dalam Al Jarh Wat Ta’dil 6/51 no 272).

Hadis ini maudhu’ dengan sanad yang dhaif dan matan yang mungkar. Hadis ini mengandung illat.
  • Hammad bin Salamah, ia tidak tsabit riwayatnya dari Qatadah. Dia walaupun disebutkan sebagai perawi yang tsiqah oleh para ulama, dia juga sering salah karena kekacauan pada hafalannya sebagaimana yang disebutkan dalam At Tahdzib juz 3 no 14 dan At Taqrib 1/238. Disebutkan dalam Syarh Ilal Tirmidzi 2/164 yang dinukil dari Imam Muslim bahwa Hammad bin Salamah banyak melakukan kesalahan dalam riwayatnya dari Qatadah. Oleh karena itu hadis Hammad bin Salamah dari Qatadah ini tidak bisa dijadikan hujjah apalagi jika menyendiri dan lafaznya mungkar.
  • Tadlis Qatadah, Ibnu Hajar telah menyebutkannya dalam Thabaqat Al Mudallisin no 92 sebagai mudallis martabat ketiga, dimana Ibnu Hajar mengatakan bahwa pada martabat ketiga hadis perawi mudallis tidak dapat diterima kecuali ia menyebutkan penyimakannya dengan jelas. Dalam Tahrir At Taqrib no 5518 juga disebutkan bahwa hadis Qatadah lemah kecuali ia menyebutkan sama’ nya dengan jelas. Dalam hadis ini Qatadah meriwayatkan dengan ‘an ‘anah sehingga hadis ini lemah.
Kelemahan sanad hadisnya ditambah dengan matan yang mungkar sudah cukup untuk menyatakan hadis ini maudhu’ sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jauzi dalam Al ‘Ilal no 15. Kemungkaran hadis ini juga tidak diragukan lagi bahkan diakui oleh Baihaqi dan Adz Dzahabi dalam As Siyaar. Bashar Awad Ma’ruf dalam tahqiqnya terhadap kitab Tarikh Baghdad 13/55 menyatakan hadis ini maudhu’.

Sayang sekali kemungkaran hadis ini seperti nya luput dari pandangan sebagian ulama seperti Abu Zur’ah, Ath Thabrani dan Al Faqih Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Shadaqah [seorang Imam Hafiz yang tsiqat tsiqat sebagaimana disebutkan Al Khatib dalam Tarikh Baghdad 5/40-41]. Mereka mengakui kebenaran hadis ini. Abu Ya’la dalam Ibthaalut Ta’wiilat no 144 mengutip penshahihahn dari Ath Thabrani, ia berkata:

قال وأبلغت أنّ الطبراني قال حديث قتادة عن عكرمة عن ابن عباس عن النبي صلى الله عليه وسلم في الرؤية صحيح ، وقال من زعم أني رجعت عن هذا الحديث بعدما حدثت به فقد كذب

Telah disampaikan bahwa Ath Thabrani berkata “hadis Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dari Nabi SAW  tentang Ru’yah adalah shahih, dan siapa yang mengatakan bahwa aku rujuk dari hadis ini setelah meriwayatkannya maka sungguh ia telah berdusta.

Dalam Ibthaalut Ta’wiilat no 145 Ath Thbarani berkata:

سمعت إبن صدقة الحافظ يقول من لم يؤمن بحديث عكرمة فهو زنديق

Aku mendengar Ibnu Shadaqah Al Hafiz berkata “siapa yang tidak mempercayai hadis Ikrimah [tentang Ru’yah] maka ia seorang zindiq”.

Dalam Al Laaly Al Masnu’ah 2/32 As Suyuthi mengutip perkataan Ath Thabrani:

قال الطبراني سمعت أبابكر بن صدقة يقول سمعت أبا زرعة الرازي يقول حديث قتادة عن عكرمة عن إبن عباس في الرؤية صحيح رواه شاذان وعبدالصمد بن كيسان وإبراهيم بن أبي سويد لا ينكره إلاّ معتزلي

Ath Thabrani berkata aku mendengar Abu Bakar bin Shadaqah berkata aku mendengar Abu Zur’ah Ar Razi berkata “hadis Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas tentang Ru’yah adalah shahih yang diriwayatkan oleh Syadzaan, Abdush Shamad bin Kaisan dan Ibrahim bin Abi Suwaid, tidak ada yang mengingkarinya melainkania seorang mu’tazilah.

Tentu saja fenomena ini adalah keanehan yang luar biasa. Bagaimana mungkin mereka begitu berani menshahihkan hadis tersebut bahkan mengecam orang yang mengingkarinya. Sikap berlebihan seperti ini benar-benar patut disayangkan. Apakah ulama-ulama lain dan orang-orang islam yang mengingkari hadis ini akan dengan mudahnya mereka katakan zindiq atau mu’tazilah?. Apakah Imam Ahmad bin Hanbal itu zindiq atau mu’tazilah?. Terkadang sehebat apapun ulama tetap tampaklah kenehannya.

Selain mereka, ternyata ada pula Ibnu Taimiyyah yang ikut-ikutan menshahihkan hadis Ibnu Abbas ini. Ia dengan jelas menyatakan shahih marfu’ hadis dengan lafal pemuda amrad dalam kitabnya Bayaan Talbiis Al Jahmiyyah 7/290.

 bayan-talbiis-al-jahmiyyah.

Mari kita Lihat Scan Bayaan Talbiis Al Jahmiyyah dibawah.
Dan ini penggalan kitab tersebut juz 7 hal 290 dimana Ibnu Taimiyyah menshahihkan hadis Ru’yah dengan lafal pemuda amrad.

 ibnu-taimiyyah-shahih-hadis-amrad.

Bukti kitab scan Bayaan Talbiis Al Jahmiyyah 7/290 diatas.
Sudah jelas pernyataan shahih terhadap hadis ini adalah kebathilan yang nyata. Bagaimana mungkin mereka tidak risih untuk mengatakan bahwa Allah SWT menampakkan dalam bentuk pemuda amrad di dalam mimpi?. Dan kalau kita perhatikan ulama yang disebut Ibnu Taimiyyah ini, dalam kitab-kitabnya sepertiMinhaj As Sunnah ia tidak segan-segan mendustakan berbagai hadis shahih keutamaan Ahlul Bait hanya karena hadis tersebut mungkar dalam pandangannyatetapi anehnya ia tidak segan-segan untuk menshahihkan hadis mungkar riwayat Ibnu Abbas di atas. Sungguh berkali-kali keanehan.

Perang Saudara Di kalangan Sunni :: Antara Pendukung Ibnu Taimiyah vs Asy’ariyyah… Clash dan Benturan Internal Aswaja Sunni.

Hadits-hadits yang memberitakan akan datangnya Faham Wahabi.
Sungguh Nabi s a w telah memberitakan tentang golongan Khawarij ini dalam beberapa hadits beliau, maka hadits-hadits seperti itu adalah merupakan tanda kenabian beliau s a w, karena termasuk memberitakan sesuatu yang masih ghaib (belum terjadi). Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan sebagian yang lain terdapat dalam selain kedua kitab tsb.

Hadits-hadits itu antara lain:
1. Fitnah itu datangnya dari sini, fitnah itu datangnya dari arah sini, sambil menunjuk ke arah timur (Najed-pen ).
2. Akan muncul segolongan manusia dari arah timur, mereka membaca Al Qur’an tetapi tidak bisa membersihkannya, mereka keluar dari agamanya seperti anak panah yang keluar dari busurnya dan mereka tidak akan kembali ke agama hingga anak panah itu bisa kembali ketempatnya (busurnya), tanda-tanda mereka bercukur kepala (plontos – pen).
3. Akan ada dalam ummatku perselisihan dan perpecahan kaum yang indah perkataannya namun jelek perbuatannya. Mereka membaca Al Qur’an, tetapi keimanan mereka tidak sampai mengobatinya, mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya, yang tidak akan kembali seperti tidak kembalinya anak panah ketempatnya. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk, maka berbahagialah orang yang membunuh mereka atau dibunuh mereka. Mereka menyeru kepada kitab Allah, tetapi sedikitpun ajaran Allah tidak terdapat pada diri mereka. Orang yang membunuh mereka adalah lebih utama menurut Allah. Tanda-tanda mereka adalah bercukur kepala (plontos – pen).
4. Di Akhir zaman nanti akan keluar segolongan kaum yang pandai bicara tetapi bodoh tingkah lakunya, mereka berbicara dengan sabda Rasulullah dan membaca Al Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka, meraka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, maka apabila kamu bertemu dengan mereka bunuhlah, karena membunuh mereka adalah mendapat pahala disisi Allah pada hari kiamat.
5. Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al Qur’an namun tidak sampai mengobati mereka, mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur kepala (plontos – pen).
6. Kepala kafir itu seperti (orang yang datang dari) arah timur, sedang kemegahan dan kesombongan (nya) adalah (seperti kemegahan dan kesombongan orang-orang yang) ahli dalam (menunggang) kuda dan onta.
7. Dari arah sini inilah datangnya fitnah, sambil mengisyaratkan ke arah timur (Najed – pen).
8. Hati menjadi kasar, air bah akan muncul disebelah timur dan keimanan di lingkungan penduduk Hijaz (pada saat itu penduduk Hijaz terutama kaum muslimin Makkah dan Madinah adalah orang-orang yang paling gigih melawan Wahabi dari sebelah timur / Najed – pen).
9. (Nabi s a w berdo’a) Ya Allah, berikan kami berkah dalam negeri Syam dan Yaman, para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdo’a: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negeri Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau s a w bersabda: Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta disana pula akan muncul tanduk syaitan.
10. Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al Qur’an namun tidak sampai membersihkan mereka. Ketika putus dalam satu kurun, maka muncul lagi dalam kurun yang lain, hingga adalah mereka yang terakhir bersama-sama dengan dajjal.

Dalam hadits-hadits tsb dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur kepala (plontos – pen). Dan ini adalah merupakan nash atau perkataan yang jelas ditujukan kepada kaum khawarijin yang datang dari arah timur, yakni para penganut Ibnu Abdil Wahab, karena dia telah memerintahkan setiap pengikutnya bercukur rambut kepalanya hingga mereka yang mengikut kepadanya tidaklah dibolehkan berpaling dari majelisnya sebelum melakukan perintah tsb (bercukur – plontos). Hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya dari aliran-aliran SESAT lainnya. Oleh sebab itu, hadits-hadits tsb jelas ditujukan kepada mereka, sebagaimana apa yang telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal, seorang mufti di Zubaid. Beliau r a berkata: “Tidak usah seseorang menulis suatu buku untuk menolak Ibnu Abdil Wahhab, akan tetapi sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah s a w itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul), karena ahli bid’ah sebelumnya tidaklah pernah berbuat demikian selain mereka.”

Muhammad bin Abdul Wahhab (pendiri Wahabisme – pen) sungguh pernah juga memerintah kaum wanitanya untuk bercukur (gundul – pen). Pada suatu saat ada seorang wanita masuk agamanya dan memperbarui Islamnya sesuai dengan doktrin yang dia masukkan, lalu dia memerintahkan wanita itu bercukur kepala (gundul pacul – pen). Kemudian wanita itu menjawab: “anda memerintahkan kaum lelaki bercukur kepala, seandainya anda memerintahkan mereka bercukur jenggot mereka maka boleh anda memerintahkan kaum wanita mencukur rambut kepalanya, karena rambut kaum wanita adalah kedudukannya sama dengan jenggot kaum lelaki”.Maka dia kebingungan dan tidak bisa berkata apa-apa terhadap wanita itu. Lalu kenapa dia melakukan hal itu, tiada lain adalah untuk membenarkan sabda Nabi s a w atas dirinya dan para pengikutnya, yang dijelaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul/plontos). Jadi apa yang dia lalukan itu semata-mata membuktikan kalau Nabi s a w itu benar dalam segala apa yang disabdakan.

Adapun mengenai sabda Nabi s a w yang mengisyaratkan bahwa akan ada dari arah timur (Najed – pen) keguncangan dan dua tanduk syaithon, maka sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk syaithon itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahhab.Sebagian ahli sejarah menyebutkan peperangan BANI HANIFAH, mengatakan: Di akhir zaman nanti akan keluar di negeri Musailamah seorang lelaki yang menyerukan agama selain agama Islam.

Ada beberapa hadits yang didalamnya menyebutkan akan timbulnya fitnah, diantaranya adalah:
1. Darinya (negeri Musailamah dan Muhammad bin Abdul Wahhab) fitnah yang besar yang ada dalam ummatku, tidak satupun dari rumah orang Arab yang tertinggal kecuali dimasukinya, peperangan bagaikan dalam api hingga sampai keseluruh Arab, sedang memeranginya dengan lisan adalah lebih sangat (bermanfaat – pen) daripada menjatuhkan pedang.
2. Akan ada fitnah yang menulikan, membisukan dan membutakan, yakni membutakan penglihatan manusia didalamnya sehingga mereka tidak melihat jalan keluar, dan menulikan dari pendengaran perkara hak, barang siapa meminta dimuliakan kepadanya maka akan dimuliakan.
3. Akan lahir syaithon dari Najed, Jazirah Arab akan goncang lantaran fitnahnya.Al-Allamah Sayyid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub As-Sayyid Abdullah Al-Haddad Ba’Alawi didalam kitabnya :”Jalaa’uzh zhalaam fir rarrdil Ladzii adhallal ‘awaam” sebuah kitab yang agung didalam menolak faham wahabi, beliau r a menyebutkan didalam kitabnya sejumlah hadits, diantaranya ialah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib r a sbb: “Akan keluar di abad kedua belas nanti dilembah BANI HANIFAH seorang lelaki, tingkahnya seperti pemberontak, senantiasa menjilat (kepada penguasa Sa’ud – pen) dan menjatuhkan dalam kesusahan, pada zaman dia hidup banyak kacau balau, menghalalkan harta manusia, diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah manusia, dibunuhnya manusia untuk kesombongan, dan ini adalah fitnah, didalamnya orang-orang yang hina dan rendah menjadi mulia (yaitu para petualang & penyamun digurun pasir – pen), hawa nafsu mereka saling berlomba tak ubahnya seperti berlombanya anjing dengan pemiliknya”. Kemudian didalam kitab tersebut Sayyid Alwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahhab dari Tamim. Oleh sebab itu hadits tersebut mengandung suatu pengertian bahwa Ibnu Abdul Wahhab adalah orang yang datang dari ujung Tamim, dialah yang diterangkan hadits Nabi s a w yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Sa’id Al-Khudri r a bahwa Nabi s a w bersabda :“Sesungguhnya diujung negeri ini ada kelompok kaum yang membaca Al Qur’an, namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka membunuh pemeluk Islam dan mengundang berhala-berhala (Amerika, Inggeris dan kaum Zionis baik untuk penggalian berhala purbakala atau untuk kepentingan yang lain – pen), seandainya aku menjumpai mereka tentulah aku akan membunuh mereka seperti dibunuhnya kaum ‘Ad.Dan ternyata kaum Khawarij ini telah membunuh kaum muslimin dan mengundang ahli berhala (Amerika, Zionis dan sekutunya – pen). Ketika Imam Ali bin Abi Thalib kw ditebas oleh kaum khawarij, ada seorang lelaki berkata: “Segala Puji bagi Allah yang telah melahirkan mereka dan menghindarkan kita dari mereka”. Kemudian Imam Ali berkata: “Jangan begitu, demi Tuhan yang diriku berada didalam Kekuasaan-Nya, sungguh diantara mereka ada seorang yang dalam tulang rusuknya para lelaki yang tidak dikandung oleh perempuan, dan yang terakhir diantara mereka adalah bersama dajjal”.

Ada hadits yang diriwayatkan oleh Abubakar didalamnya disebutkan BANI HANIFAH, kaum Musailamah Al-Kadzdzab, Beliau s a w berkata: “Sesungguhnya lembah pegunungan mereka senantiasa menjadi lembah fitnah hingga akhir masa dan senantiasa terdapat fitnah dari para pembohong mereka sampai hari kiamat”.Dalam riwayat lain disebutkan: “Celaka-lah Yamamah, celaka karena tidak ada pemisah baginya”.

Di dalam kitab Misykatul Mashabih terdapat suatu hadits berbunyi sbb: “Di akhir zaman nanti akan ada suatu kaum yang akan membicarakan kamu tentang apa-apa yang belum pernah kamu mendengarnya, begitu juga (belum pernah) bapak-bapakmu (mendengarnya), maka berhati-hatilah jangan sampai menyesatkan dan memfitnahmu”.Allah SWT telah menurunkan ayat Al Qur’an berkaitan dengan BANI TAMIM sbb:“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu) kebanyakan mereka tidak mengerti”. (QS. 49 Al-Hujurat: 4).

Juga Allah SWT menurunkan ayat yang khitabnya ditujukan kepada mereka sbb: “Jangan kamu semua mengangkat suaramu diatas suara Nabi”. (QS. 49 Al-Hujurat 2).
Sayyid Alwi Al-Haddad mengatakan: “Sebenarnya ayat yang diturunkan dalam kasus BANI HANIFAH dan mencela BANI TAMIM dan WA”IL itu banyak sekali, akan tetapi cukuplah sebagai bukti buat anda bahwa kebanyakan orang-orang Khawarij itu dari mereka, demikian pula Muhammad bin Abdul Wahhab dan tokoh pemecah belah ummat, Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud (pendiri kerajaan Saudi Arabia – pen) adalah dari mereka”.

Diriwayatkan bahwa Nabi s a w bersabda: “Pada permulaan kerasulanku aku senantiasa menampakkan diriku dihadapan kabilah-kabilah pada setiap musim dan tidak seorangpun yang menjawab dengan jawaban yang lebih buruk dan lebih jelek daripada penolakan BANI HANIFAH”. Sayyid Alwi Al-Haddad mengatakan: “Ketika aku sampai di Tha’if untuk ziarah ke Abdullah Ibnu Abbas r a, aku bertemu dengan Al-Allamah Syeikh Thahir Asy-Syafi’i, dia memberi tahukan kepadaku bahwa dia telah menulis kitab guna menolak faham wahabi ini dengan judul: “AL-INTISHARU LIL AULIYA’IL ABRAR”. Dia berkata kepadaku: “Mudah-mudahan lantaran kitab ini Allah memberi mafa’at terhadap orang-orang yang hatinya belum kemasukan bid’ah yang datang dari Najed (faham Wahabi), adapun orang yang hatinya sudah kemasukan maka tak dapat diharap lagi kebahagiannya, karena ada sebuah hadits riwayat Bukhari: ‘Mereka keluar dari agama dan tak akan kembali’. Sedang yang dinukil sebagian ulama yang isinya mengatakan bahwa dia (Muhammad bin Abdul Wahhab) adalah semata-mata meluruskan perbuatan orang-orang Najed, berupa anjuran terhadap orang-orang Baduy untuk menunaikan sholat jama’ah, meninggalkan perkara-perkara keji dan merampok ditengah jalan, serta menyeru kemurnian tauhid, itu semua adalah tidak benar”.

Memang nampaknya dari luar dia telah meluruskan perbuatan manusia, namun kalau ditengok kekejian-kekejiannya dan kemungkaran-kemungkaran yang dilakukannya berupa:
1. Mengkafirkan ummat muslimin sebelumnya selama 600 tahun lebih (yakni 600 tahun sebelum masa Ibnu Taimiyah dan sampai masa Wahabi, jadi sepanjang 12 abad lebih- pen).
2. Membakar kitab-kitab yang relatif amat banyak (termasuk Ihya’ karya Al-Ghazali)3. Membunuh para ulama, orang-orang tertentu & masyarakat umum.
4. Menghalalkan darah dan harta mereka (karena dianggap kafir – pen)
5. Melahirkan jisim bagi Dzat Allah SWT.
6. Mengurangi keagungan Nabi Muhammad s a w, para Nabi & Rasul a s serta para Wali r a
7. Membongkar makam mereka dan menjadikan sebagai tempat membuang kotoran (toilet).
8. Melarang orang membaca kitab “DALAA’ILUL KHAIRAT”, kitab Ratib dan dzikir-dzikir, kitab-kitab maulid Dziba’.
9. Melarang membaca Shalawat Nabi s a w diatas menara-menara setelah melakukan adzan, bahkan telah membunuh siapa yang telah melakukannya.
10. Menyuap orang-orang bodoh dengan doktrin pengakuan dirinya sebagai nabi dan memberi pengertian kepada mereka tentang kenabian dirinya dengan tutur kata yang manis.
11. Melarang orang-orang berdo’a setelah selesai menunaikan sholat.
12. Membagi zakat menurut kemauan hawa nafsunya sendiri.
13. Dia mempunyai i’tikad bahwa Islam itu sempit.
14. Semua makhluk adalah syirik.
15. Dalam setiap khutbah dia berkata bahwa bertawasul dengan para Nabi, Malaikat dan para Wali adalah kufur.
16. Dia mengkafirkan orang yang mengucapkan lafadz: “maulana atau sayyidina” terhadap seseorang tanpa memperhatikan firman Allah yang berbunyi: “Wasayyidan” dan sabda Nabi s a w kepada kaum Anshar: “Quumuu li sayyidikum”, kata sayyid didalam hadits ini adalah shahabat Sa’ad bin Mu’adz.
17. Dia juga melarang orang ziarah ke makam Nabi s a w dan menganggap Nabi s a w itu seperti orang mati lainnya.
18. Mengingkari ilmu Nahwu, lughat dan fiqih, bahkan melarang orang untuk mempelajarinya karena ilmu-ilmu tsb dianggap bid’ah.

Dari ucapan dan perbuatan-perbuatannya itu jelas bagi kita untuk menyakini bahwa dia telah keluar dari kaidah-kaidah Islamiyah, karena dia telah menghalalkan harta kaum muslimin yang sudah menjadi ijma’ para ulama salafushsholeh tentang keharamannya atas dasar apa yang telah diketahui dari agama, mengurangi keagungan para Nabi dan Rasul, para wali dan orang-orang sholeh, dimana menurut ijma’ ulama’ keempat mazhab Ahlissunnah wal jama’ah / mazhab Salafushsholeh (yang asli – pen) bahwa mengurangi keagungan seperti itu dengan sengaja adalah kufur, demikian kata sayyid Alwi Al-Haddad”.

Dia berusia 95 tahun ketika mati dengan mempunyai beberapa orang anak yaitu Abdullah, Hasan, Husain dan Ali mereka disebut dengan AULADUSY SYEIKH atau PUTRA-PUTRA MAHA GURU AGUNG (menurut terminologi yang mereka punyai ini adalah bentuk pengkultusan-individu, mengurangi kemuliaan para Nabi dan Rasul tapi memuliakan dirinya sendiri – dimana kejujurannya? – pen). Mereka ini mempunyai anak cucu yang banyak dan kesemuanya itu dinamakan AULADUSY SYEIKH sampai sekarang.

Catatan: Kalau melihat 18 point doktrin Wahabi diatas maka jelaslah bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang preman dan petualang akidah serta sama sekali tidak dapat digolongkan bermazhab Ahlissunnah Wal Jama’ah atau mazhab Salafush-Sholeh.

Ada lagi doktrin yang tidak disebutkan oleh penulis diatas yaitu:
1. Melarang penggunaan alat pengeras untuk adzan atau dakwa atau apapun.
2. Melarang penggunaan telpon.
3. Melarang mendengarkan radio dan TV
4. Melarang melagukan adzan.
5. Melarang melagukan / membaca qasidah
6. Melarang melagukan Al Qur’an seperti para qori’ dan qari’ah yakni yang seperti dilagukan oleh para fuqoha
7. Melarang pembacaan Burdah karya imam Busiri rahimahullah
8. Melarang mengaji “sifat 20″ sebagai yang tertulis dalam kitab Kifatayul Awam, Matan Jauharatut Tauhid, Sanusi dan kitab-kitab Tauhid Asy’ari / kitab-kitab Ahlussunnah Wal Jama’ah, karena tauhid kaum Wahabi berkisar Tauhid “Rububiyah & uluhiyah” saja.
9. Imam Masjidil Haram hanya seorang yang ditunjuk oleh institusi kaum Wahabi saja, sedang sebelum Wahabi datang imam masjidil Haram ada 4 yaitu terdiri dari ke 4 madzhab Ahlussunnah yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Inilah, apakah benar kaum Wahabi sebagai madzhab Ahlissunnah yang melarang madzhab Ahlussunnah?. Tepatnya, Wahabi adalah: “MADZHAB YANG MENGHARAMKAN MADZHAB”.
10. Melarang perayaan Maulid Nabi pada setiap bulan Rabiul Awal.
11. Melarang perayaan Isra’ Mi’raj yang biasa dilaksanakan setiap malam 27 Rajab, jadi peraktis tidak ada hari-hari besar Islam, jadi agama apa ini kok kering banget?
12. Semua tarekat sufi dilarang tanpa kecuali.
13. Membaca dzikir “La Ilaaha Illallah” bersama-sama setelah shalat dilarang
14. Imam dilarang membaca Bismillah pada permulaan Fatihah dan melarang pembacaan Qunut pada shalat subuh.

Doktrin-doktrin Wahabi ini tidak lain berasal dari gurunya Muhammad bin Abdul Wahhab yakni seorang orientalis Inggris bernama Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah guna mengadu domba kaum muslimin. Imprealisme / Kolonialisme Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru ditengah ummat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i. Jadi Wahabiisme ini sebenarnya bagian dari program kerja kaum kolonial.

Mungkin pembaca menjadi tercenggang kalau melihat nama-nama putra-putra Muhammad bin Abdul Wahhab yaitu Abdullah, Hasan, Husain dan Ali dimana adalah nama-nama yang tekait dekat dengan nama tokoh-tokoh ahlilbait, hal ini tidak lain putra-putranya itu lahir sewaktu dia belum menjadi rusak karena fahamnya itu dan boleh jadi nama-nama itu diberikan oleh ayah dari Muhammad bin Abdul Wahhab yang adalah seorang sunni yang baik dan sangat menentang putranya setelah putranya rusak fahamnya dan demikian pula saudara kandungnya yang bernama Sulaiman bin Abdul Wahhab sangat menentangnya dan menulis buku tentangan kepadanya yang berjudul :”ASH-SHAWA’IQUL ILAHIYAH FIRRADDI ALA WAHABIYAH”. Nama-nama itu diberikan oleh ayahnya tidak lain untuk bertabaruk kepada para tokoh suci dari para ahlilbait Nabi s a w. Kemudian nama-nama itu tidak muncul lagi dalam nama-nama orang yang sekarang disebut-sebut atau digelari Auladusy Syaikh tsb.

Diantara kekejaman dan kejahilan kaum Wahabi adalah meruntuhkan kubah-kubah diatas makam sahabat-sahabat Nabi s a w yang berada di Mu’ala (Makkah), di Baqi’ & Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah diatas tanah dimana Nabi s aw dilahirkan, yaitu di Suq al Leil di ratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta. Saat ini karena gencarnya desakan kaum muslimin international maka kabarnya dibangun perpustakaan. Benar-benar kaum Wahabi itu golongan paling jahil diatas muka bumi ini. Tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam Semula Alkubbatul Khadra atau kubah hijau dimana Nabi Muhammad s a w dimakamkan juga akan didinamit dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman international maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan mengurungkan niatnya.

Semula seluruh yang menjadi manasik haji itu akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang menentang termasuk Sayyid Almutawalli Syakrawi dari Mesir maka diurungkannya.

Setelah saya memposting tentang Wahabi ini seorang ikhwan mengirim email ke saya melalui Japri dan mengatakan kepada saya bahwa pengkatagorian Wahabi sebagai kelompok Khawarij itu kurang lengkap, karena Wahabi tidak anti Bani Umaiyah bahkan terhadap Yazid bin Muawiyah pun membelanya. Dia memberi difinisi kepada saya bahwa Wahabi adalah gabungan sekte-sekte yang telah menyesatkan ummat Islam, terdiri dari gabungan Khawarij, Bani Umaiyah, Murji’ah, Mujassimah, Musyabbihah dan Hasyawiyah. Teman itu melanjutkan jika anda bertanya kepada kaum Wahabi mana yang lebih kamu cintai kekhalifahan Bani Umaiyah atau Abbasiyah, mereka pasti akan mengatakan lebih mencintai Bani Umaiyah dengan berbagai macam alasan yang dibuat-buat yang pada intinya meskipun Bani Abbas tidak suka juga pada kaum alawi tapi masih ada ikatan yang lebih dekat dibanding Bani Umaiyah, dan Bani Umaiyah lebih dahsyat kebenciannya kepada kaum alawi, itulah alasannya.

Wahai saudaraku yang budiman, waspadalah terhadap gerakan Wahabiyah ini mereka akan melenyapkan semua mazhab baik Sunni (Ahlussunnah Wal Jama’ah) maupun Syi’ah, mereka akan senantiasa mengadu domba kedua mazhab besar. Sekali lagi waspadalah dan waspadalah gerakan ini benar-benar berbahaya dan jika kalian lengah, kalian akan terjengkang dan terkejut kelak. Gerakan ini dimotori oleh juru dakwa – juru dakwa yang radikal dan ekstrim, yang menebarkan kebencian dan permusuhan dimana-mana yang didukung oleh keuangan yang cukup besar (petro-dollar).
Kesukaan mereka menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahlil bid’ah, itulah ucapan yang didengung-dengungkan disetiap mimbar dan setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri.

Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng Islam kan penduduk negeri ini. Diantaranya timbulnya fitnah perang padri yang penuh kekejian dan kebiadaban persis seperti ketika Ibnu Sa’ud dan Ibnu Abdul Wahab beserta kaumnya menyerang haramain.

Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih tercampur kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu jasanya telah meng Islam kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng Islam kan yang 10 % sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkapan orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwa ke negeri kita ini tentu orang-orang yang asal bunyi dan menjadi corong bicara kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih kafir lainnya (Naudzu Billah min Dzalik).

Klaim Wahabi bahwa mereka penganut As-Salaf, As-Salafushsholeh dan Ahlussunnah wal Jama’ah serta sangat setia pada keteladanan sahabat dan tabi’in adalah omong kosong dan suatu bentuk penyerobotan HAK PATEN SUATU MAZHAB. Mereka bertanggung jawab terhadap hancurnya peninggalan-pininggalan Islam sejak masa Rasul suci Muhammad s a w, masa para sahabatnya r a dan masa-masa setelah itu. Meraka menghancurkan semua nilai-nilai peninggalan luhur Islam dan mendatangkan arkeolog-arkeolog (ahli-ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan pra Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata dsb. Mereka dengan bangga setelah itu menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, maka jelaslah penghancuran nilai-nilai luhur peninggalan Islam tidak dapat diragukan lagi merupakan pelenyapan bukti sejarah hingga timbul suatu keraguan dikemudian hari.Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-ngaku sebagai faham yang hanya berpegang pada Al Qur’an dan As-Sunnah serta keteladanan Salafushsholeh apalagi mengaku sebagai GOLONGAN YANG SELAMAT DSB, itu semua omong kosong dan kedok untuk menjual barang dagangan berupa akidah palsu yang disembunyikan. Sejarah hitam mereka dengan membantai ribuan kaum muslimin di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang di namakan Saudi, suatu nama bid’ah karena nama negeri Rasulullah s a w diganti dengan nama satu keluarga kerajaan yaitu As-Sa’ud). Yang terbantai itu terdiri dari para ulama-ulama yang sholeh dan alim, anak-anak yang masih balita bahkan dibantai dihadapan ibunya.
PARA ULAMA, AHLI FIQH DAN PARA QADHI  ASWAJA  SUNNi  YANG MEMBANTAH IBNU TAIMIYAH.

Berikut adalah nama-nama para ulama yang semasa dengan Ibnu Taimiyah (W 728 H) dan berdebat dengannya atau yang hidup setelahnya dan membantah serta menyerang pendapat-pendapatnya. Mereka adalah para ulama dari empat madzhab; Syafi’i, Hanafi, Maliki dan Hanbali:
1. Al Qadhi al Mufassir Badr ad-din Muhammad ibn Ibrahim ibn Jama’ah asy-Syafi’i (W 733 H).
2. Al Qadhi Muhammad ibn al Hariri al Anshari al Hanafi.
3. Al Qadhi Muhammad ibn Abu Bakar al Maliki
4. Al Qadhi Ahmad ibn ‘Umar al Maqdisi al-Hanbali. Dengan fatwa empat Qadhi (hakim) dari empat madzhab ini, Ibnu Taimiyah dipenjara pada tahun 762 H. Peristiwa ini diuraikan dalam ‘Uyun at-Tawarikh karya Ibnu Syakir al-Kutubi, Najm al Muhtadi wa Rajm al Mu’tadi karya Ibn al Mu’allim al Qurasyi.
5. Syekh Shalih ibn Abdillah al Batha-ihi, pimpinan para ulama di Munaybi’ ar-Rifa’i, kemudian menetap di Damaskus dan wafat tahun 707 H. Beliau adalah salah seorang yang menolak pendapat Ibnu Taimiyah dan membantahnya seperti dijelaskan oleh Ahmad al-Witri dalam karyanya Raudlah an-Nazhirin wa Khulashah Manaqib ash-Shalihin. Al-Hafizh Ibnu Hajar al ‘Asqalani juga menuturkan biografi Syekh Shalih ini dalam ad-Durar al Kaminah.
6. Syekh Kamal ad-Din Muhammad ibn Abu al-Hasan Ali as-Siraj ar-Rifa’i al Qurasyi dalam Tuffah al Arwah wa Fattah al Arbah. Beliau ini semasa dengan Ibnu Taimiyah.
7. Qadhi al Qudhah (Hakim Agung) di Mesir; Ahmad ibn Ibrahim as-Surrruji al Hanafi (W710 H) dalam I’tiraadlat ‘Ala Ibn Taimiyah fi ‘Ilm al Kalam.
8. Qadhi al Qudhah (Hakim Agung) madzhab Maliki di Mesir; Ali ibn Makhluf (W 718 H). Beliau berkata: “Ibnu Taimiyah berkeyakinan Tajsim. Dalam madzhab kami, orang yang meyakini ini telah kafir dan wajib dibunuh”.
9. Asy-Syekh al Faqih Ali ibn Ya’qub al Bakri (W 724 H). Ketika Ibnu Taimiyah datang ke Mesir beliau mendatanginya dan mengingkari pendapat-pendapatnya.
10. Al Faqih Syams ad-Din Muhammad ibn ‘Adlan asy-Syafi’i (W 749 H). Beliau mengatakan: “Ibnu Taimiyah berkata; Allah di atas ‘Arsy dengan keberadaan di atas yang sebenarnya, Allah berbicara (berfirman) dengan huruf dan suara”.
11. Al Hafizh al Mujtahid Taqiyy ad-Din as-Subki (W 756 H) dalam beberapa karyanya:
- Al I’tibar Bi Baqa al Jannah Wa an-Nar
- Ad-Durrah al Mudliyyah Fi ar-Radd ‘Ala Ibn Taimiyah
- Syifa as-Saqam fi Ziyarah Khairi al Anam
- An-Nazhar al Muhaqqaq fi al Halif Bi ath-Thalaq al Mu’allaq
- Naqd al Ijtima’ Wa al Iftiraq fi Masa-il al-Ayman wa ath-Thalaq
- at-Tahqiq fi Mas-alah at Ta’liq
- Raf’ asy-Syiqaq ‘An Mas-alah ath-Thalaq.
12. Al Muhaddits al Mufassir al Ushuli al Faqih Muhammad ibn ‘Umar ibn Makki, yang lebih dikenal dengan Ibn al Murahhil asy-Syafi’i (W 716 H) beliau membantah dan menyerang Ibnu Taimiyah.
13. Al Hafizh Abu Sa’id Shalah ad-Din al ‘Ala-I (W. 761 H). Beliau mencela Ibnu Taimiyah seperti dijelaskan dalam:
- Dzakha-ir al Qashr fi Tarajim Nubala al ‘Ashr, hlm .32-33, buah karya Ibnu Thulun.
- Ahadits Ziyarah Qabr an-Nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam.
14. Qadhi al Qudhah (Hakim Agung) di al Madinah al Munawwarah; Abu Abdillah Muhammad ibn Musallam ibn Malik ash-Shalihi al-Hanbali (W 762 H).
15. Syekh Ahmad ibn Yahya al Kullabi al Halabi yang lebih dikenal dengan Ibn Jahbal (W 733H). Beliau semasa dengan Ibnu Taimiyah dan menulis sebuah risalah untuk membantahnya, berjudul Risalah fi Nafyi al Jihah, yakni menafikan Jihah (arah) bagi Allah.
16. Al Qadhi Kamal ad-Din ibn az-Zumallakani (W 727 H). Beliau mendebat Ibnu Taimiyahdan menyerangnya dengan menulis dua risalah bantahan tentang masalah talak dan ziarah ke makam Rasulullah.
17. Al Qadhi Kamal Shafiyy ad-Din al Hindi (W715 H), beliau mendebat Ibnu Taimiyah.
18. Al Faqih al Muhaddits ‘Ali ibn Muhammad al-Bajiyy asy-Syafi’i (W 714 H). Beliau berdebat Ibnu Taimiyah dalam empat belas majlis dan berhasil membungkamnya.
19. Al Mu-arrikh al Faqih al Mutakallim al Fakhr Ibn al Mu’allim al Qurasyi (W 725 H) dalam karyanya Najm al Muhtadi wa Rajm al Mu’tadi.
20. Al Faqih Muhammad ibn ‘Ali ibn ‘Ali al-Mazini ad-Dahhan ad-Dimasyqi (W 721 H) dalam dua risalahnya:
- Risalah fi ar-Radd ‘Ala Ibn Taimiyah fi Masalah ath-Thalaq.
- Risalah fi ar-Radd ‘Ala Ibn Taimiyah fi Masalah az-Ziyarah.
21. Al Faqih Abu al Qasim Ahmad ibn Muhammad asy-Syirazi (W 733 H) dalam karyanya Risalah fi ar-Radd ‘Ala ibn Taimiyah.
22. Al Faqih al Muhaddits Jalal ad-Din Muhammad al Qazwini asy-Syafi’i (W 739 H)
23. Surat keputusan resmi yang dikeluarkan oleh Sultan Ibnu Qalawun (W 741 H) untuk memenjarakannya.
24. Al Hafizh adz-Dzahabi (W 748 H). Ia semasa dengan Ibnu Taimiyah dan membantahnya dalam dua risalahnya :
- Bayan Zaghal al ‘Ilm wa ath-Thalab.
- An-Nashihah adz-Dzahabiyyah
25. Al Mufassir Abu Hayyan al Andalusi (W 745H) dalam Tafsirnya: An-Nahr al Maadd Min al-Bahr al Muhith.
26. Syeikh ‘Afif ad-Din Abdullah ibn As’ad al-Yafi’i al Yamani al Makki (W 768 H).
27. Al Faqih ar-Rahhalah Ibnu Baththuthah (W 779 H) dalam karyanya Rihlah Ibn Baththuthah.
28. Al Faqih Taj ad-Din as-Subki (W 771 H) dalam karyanya Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra.
29. Al Muarrikh Ibnu Syakir al Kutubi (W 764 H); murid Ibnu Taimiyah dalam karyanya: ‘Uyun at-Tawarikh.
30. Syekh ‘Umar ibn Abu al Yaman al Lakhami al-Fakihi al Maliki (W 734 H) dalam at-Tuhfah al-Mukhtarah Fi ar-Radd ‘Ala Munkir az-Ziyarah.
31. Al Qadhi Muhammad as-Sa’di al Mishri al-Akhna-i (W 750 H) dalam al Maqalah al-Mardhiyyah fi ar-Radd ‘Ala Man Yunkir az-Ziyarah al-Muhammadiyyah. Buku ini dicetak dalam satu rangkaian dengan Al-Barahin as-Sathi’ah karya Al ’Azami.
32. Syekh Isa az-Zawawi al Maliki (W 743 H) dalam Risalah fi Mas-alah ath- Thala.
33. Syekh Ahmad ibn Utsman at-Turkamani al-Juzajani al Hanafi (W 744 H) dalam al Abhatsal Jaliyyah fi ar-Radd ‘Ala Ibn Taimiyah.
34. Al Hafizh Abd ar-Rahman ibn Ahmad, yang terkenal dengan Ibnu Rajab al Hanbali (W 795 H) dalam: Bayan Musykil al Ahadits al-Waridah fi Anna ath-Thalaq ats-Tsalats Wahidah.
35. Al Hafizh Ibnu Hajar al ‘Asqalani (W 852 H) dalam beberapa karyanya:
- Ad-Durar al Kaminah fi A’yan al Mi-ah ats-Tsaminah
- Lisan al Mizan
- Fath al Bari Syarh Shahih al Bukhari
- Al Isyarah Bi Thuruq Hadits az-Ziyarah
36. Al Hafizh Waliyy ad-Din al ‘Iraqi (W 826 H) dalam al Ajwibah al Mardliyyah fi ar-Radd ‘Ala al As-ilah al Makkiyyah.
37. Al Faqih al Mu-arrikh Ibn Qadhi Syuhbah asy-Syafi’i (W 851 H) dalam Tarikh Ibn Qadhi Syuhbah.
38. Al Faqih Abu Bakr al Hushni (W 829 H) dalam Karyanya Daf’u Syubah Man Syabbaha Wa Tamarrada Wa Nasaba Dzalika Ila al Imam Ahmad.
39. Pimpinan para ulama seluruh Afrika, Abu Abdillah ibn ‘Arafah at-Tunisi al Maliki (W 803 H).
40. Al ‘Allamah ‘Ala ad-Din al Bukhari al Hanafi (W 841 H). Beliau mengkafirkan Ibnu Taimiyah dan orang yang menyebutnya Syekh al Islam1. Artinya orang yang menyebutnya dengan julukan Syekh al Islam, sementara ia tahu perkataan dan pendapat-pendapat kufurnya. Hal ini dituturkan oleh Al Hafizh as-Sakhawi dalam Adl-Dlau Al Lami’.
41. Syekh Muhammad ibn Ahmad Hamid ad-Din al Farghani ad-Dimasyqi al Hanafi (W 867 H) dalam risalahnya Ar-Radd ‘Ala Ibnu Taimiyah fi al I’tiqad.
42. Syekh Ahmad Zurruq al Fasi al Maliki (W 899 H) dalam Syarh Hizb al Bahr.
43. Al Hafizh as-Sakhawi (W 902 H) dalam Al-I’lan Bi at-Taubikh liman Dzamma at-Tarikh.
44. Ahmad ibn Muhammad Yang dikenal dengan Ibnu Abd as-Salam al Mishri (W 931 H) dalam al Qaul an-Nashir fi Raddi Khabath ‘Ali ibn Nashir.
45. Al ‘Alim Ahmad ibn Muhammad al-Khawarizmi ad-Dimasyqi yang dikenal dengan Ibnu Qira (W968H), beliau mencela Ibnu Taimiyah.
46. al Bayyadli al Hanafi (W 1098 H) dalam Isyarat al Maram Min ‘Ibarat al Imam.
47. Syekh Ahmad ibn Muhammad al Witri (W980 H) dalam Raudlah an- Nazhirin Wa Khulashah Manaqib ash- Shalihin.
48. Syekh Ibnu Hajar al Haytami (W 974 H) dalam karya-karyanya;
- Al Fatawi al Haditsiyyah
- Al Jawhar al Munazhzham fi Ziyarah al Qabr alMu’azhzham
- Hasyiyah al Idhah fi Manasik al Hajj
49. Syekh Jalal ad-Din ad-Dawwani (W 928 H) dalam Syarh al ‘Adludiyyah.
50. Syekh ‘Abd an-Nafi’ ibn Muhammad ibn ‘Ali ibn ‘Arraq ad-Dimasyqi (W 962 H) seperti dijelaskan dalam Dzakha-ir al Qashr fi Tarajim Nubala al ‘Ashr, hlm. 32-33, buah karya Ibnu Thulun.
51. Al Qadhi Abu Abdullah al Muqri dalam Nazm al-La-ali fi Suluk al Amali.
52. Mulla ‘Ali al Qari al Hanafi (W 1014 H) dalam Syarh asy-Syifa li al Qadli ‘Iyadl.
53. Syekh Abd ar-Ra-uf al Munawi asy -Syafi’I (W 1031 H) dalam Syarh asy-Syama-il li at-Tirmidzi.
54. Al Muhaddits Muhammad ibn ‘Ali ibn ‘Illan ash-Shiddiqi al Makki (W 1057 H) dalam risalahnya al Mubrid al Mubki fi ar-Radd ‘ala ash-Sharim al Munki.
55. Syekh Ahmad al Khafaji al Mishri al Hanafi(W 1069 H) dalam Syarh asy-Syifa li al Qadli ‘Iyadl.
56. Al Muarrikh Ahmad Abu al ‘Abbas al Muqri (W 1041 H) dalam Azhar ar-Riyadl.
57. Syekh Ahmad az-Zurqani al Maliki (W 1122H) dalam Syarh al Mawahib al-Ladunniyyah
58. Syekh Abd al Ghani an-Nabulsi (W 1143 H) dalam banyak karya-karyanya.
59. Al Faqih ash-Shufi Muhammad Mahdi ibn ‘Ali ash Shayyadi yang terkenal dengan ar-Rawwas (W1287H)
60. As-Sayyid Muhammad Abu al Huda ash- Shayyadi (W 1328 H) dalam Qiladah al-Jawahir.
61. Al Mufti Musthafa ibn Ahmad asy-Syaththi al-Hanbali ad-Dimasyqi (W 1349 H) dalam karyanya an-Nuqul asy-Syar’iyyah.
62. Mahmud Khaththab as-Subki (W 1352 H) dalam ad-Din al Khalish atau Irsyad al Khalq Ila ad-Din al-Haqq.
63. Mufti Madinah asy-Syekh Al Muhaddits Muhammad al Khadlir asy-Syinqithi (W1353H) dalam karyanya Luzum ath-Thalaq ats-Tsalas Daf’uhu Bi Ma La Yastathi’ al ‘Alim Daf’ahu.
64. Syekh Salamah al ‘Azami asy-Syafi’i (W 1376H) dalam al Barahin as-Sathi’ah fi Radd Ba’dl al-Bida’ asy-Sya-i’ah dan beberapa makalah dalam surat kabar Mesir Al Muslim
65. Mufti Mesir Syekh Muhammad Bakhit al-Muthi’i (W 1354 H) dalam karyanya Tathhir al-Fuad Min Danas aI I’tiqad
66. Wakil Syekh al Islam pada Daulah Utsmaniyyah (Dinasti Bani Utsman) Syekh Muhammad Zahid al Kawtsari (W 1371 H) dalam beberapa karyanya:
- Maqalat al Kawtsari
- At-Ta’aqqub al Hatsits lima Yanfihi Ibnu Taimiyah mi al Hadits
- Al Buhuts al Wafiyyah fi Mufradat Ibnu Taimiyah
- Al Isyfaq ‘Ala Ahkam ath- Thalaq
67. Ibrahim ibn Utsman as-Samnudi al Mishri dalam karyanya Nushrah al Imam as-Subki Bi Radd ash-Sharim al Munki.
68. ‘Alim Makkah Muhammad al ‘Arabi at-Tabban (W 1390 H) dalam Bara-ah al-Asy’ariyyin Min ‘Aqa-id al Mukhalifin.
69. Syekh Muhammad Yusuf al Banuri al Bakistani dalam Ma’arif as-Sunan Syarh Sunan at-Tirmidzi.
70. Syekh Manshur Muhammad ‘Uwais dalam Ibnu Taimiyah Laisa Salafiyyan.
71. Al-Hafizh Syekh Ahmad ibn ash-Shiddiq al-Ghummari al Maghribi (W 1380 H) dalam beberapa karyanya, di antaranya:
- Hidayah ash-Shaghra
- Al Qaul al Jaliyy
72. asy-Syeikh al Muhaddits Abdullah al Ghammarial Maghribi (W 1413 H) dalam banyak karyanya, di antaranya:
- Itqan ash-Shan-‘ah Fi Tahqiq Ma’na al Bid’ah
- Ash-Shubh as-Safir fi Tahqiq Shalah al Musafir
- Ar-Rasa-il al Ghammariyyah
73. Al Musnid Abu al Asybal Salim ibn Jindan (W1969 H) dari Jakarta Indonesia dalam karyanya Al Khulashah al Kafiyah fi al Asanid al-‘Aliyah.
74. Hamdullah al Barajuri, ‘Alim Saharnapur dalam al Bashair Li Munkiri at-Tawassul Bi Ahlal Qubur
75. Syekh Musthafa Abu Sayf al Hamami. Beliau mengkafirkan Ibnu Taimiyah dalam karyanya: Ghawts al ‘Ibad Bi Bayan ar-Rasyad. Buku ini mendapat persetujuan dan rekomendasi dari beberapa ulama besar, di antaranya; Syekh Muhammad Sa’id al ‘Arfi, Syekh Yusuf ad-Dajwi, Syekh Mahmud Abu Daqiqah, Syekh Muhammad al Buhairi, Syekh Muhammad Abd al Fattah ‘Inati, Syekh Habibullah al-Jakni asy-Syinqithi, Syekh Dasuqi Abdullah al ‘Arabi dan Syekh Muhammad Hifni Bilal.
76. Muhammad ibn Isa ibn Badran as-Sa’di al-Mishri
77. As-Sayyid Syekh al Faqih Alawi ibn Thahir al-Haddad al Hadlrami.
78. Mukhtar ibn Ahmad al Muayyad al ‘Adzami (W 1340 H) dalam Jala’ al Awham ‘An Madzahib al A-immah al ‘Izham Wa at-Tawassul Bi Jahi Khair al Anam ‘Alaihi ash-Shalatu Wa as-Salam yang beliau tulis sebagai bantahan terhadap buku Ibnu Taimiyah; Raf’ al Malam.
79. Syekh Ismail al Azhari dalam Mir-at an-Najdiyyah.
80. KH. Muhammad Ihsan dari Jampes Kediri Jawa timur dalam Kitabnya Siraj ath-Thalibin
81. KH. Muhammad Hasyim Asy’ari (W 1366 H/1947 R), Rais Akbar Nahdlatul Ulama dari Jombang Jawa Timur, dalam kitabnya Risalah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
82. KH. Ali Maksum (W 1989 R), Rais ‘am Nahdhatul Ulama IV dari Yogyakarta Jawa Tengah dalam bukunya Hujjah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
83. KH Abu al Fadll bin Abd asy-Syakur, dari Senori Tuban Jawa Timur dalam kitab-kitabnya, di antaranya:
- Al Kawakib al-Lamma’ah fi Tahqiq alMusamma Bi Ahlussunnah Wal Jama’ah
- Syarh al Kawakib al-Lamma’ah
84. KH. Ahmad Abdul Hamid dari Kendal Jawa Tengah dalam Bukunya ’Aqa-id Ahlussunnah Wal Jama’ah
85. KH Siradjuddin ‘Abbas (W 1401 H/1980 R) dalam banyak karyanya:
-I’tiqad Ahlussunnah wal Jama’ah
- 40 Masalah Agama, jilid IV
86. Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid ash-Shaulati (W 1997 R) Ampenan Pancor Lombok NTB dalam bukunya Hizb Nahdhatul Wathan Wa Hizb Nahdhatul Banat.
87. K.H. Muhammad Muhajirin Amsar ad-Dari (W 2003 R) dari Bekasi Jawa Barat dalam salah satu surat yang beliau tulis.
88. Al Habib Syekh al Musawa ibn Ahmad al-Musawa as-Saqqaf; Penasehat Umum Perguruan Tinggi dan Perguruan Islam Az Ziyadah Klender Jakarta Timur.
89. KH. Muhammad Syafi’i Hadzami Mantan Ketua Umum MUI Propinsi DKI Jakarta 1990-2000 dalam bukunya Taudlih al Adillah.
90. KH. Ahmad Makki Abdullah Mahfudz Sukabumi Jawa Barat dalam Bukunya Hishnu as-Sunnah Wal Jama’ah fi Ma’rifat Firaq Ahl al-Bid’ah.
91. Syekh Abdullah Tha’ah. Beliau membantah Ibnu Taimiyah dalam bukunya al Fatawa al ‘Aliyyah yang beliau tulis pada tahun 1932. Buku ini memuat fatwa para ulama, para Imam, pengajar dan para mufti serta para Qadhi di Makkah, yang sebahagiannya berasal dari Indonesia, Thailand dan lain-lain. Mereka menyatakan bahwa Ibnu Taimiyah sesat dan menyesatkan. Berikut nama para ulama yang turut menghadiri majlis pernyataan fatwa tersebut serta menandatanganinya : Sayyid Abdullah –Mufti Madzhab Syafi’i di Makkah-, Syekh Abdullah Siraj –pimpinan para Qadhi dan Kepala para ulama Hijaz-, Syekh Abdullah ibn Ahmad –Qadli Makkah-, Syekh Darwisy –Amin Fatwa Makkah-, Muhammad ‘Abid ibn Husain –Mufti Madzhab Maliki di Makkah-, Syekh Umar ibn Abu Bakr Bajuneid –Wakil Mufti Madzhab Hanbali di Makkah-, Syekh Abdullah ibn Abbas –Wakil Qadli Makkah-, Syekh Muhammad Ali ibn Husein al Maliki –Seorang Imam dan pengajar di Makkah-, Syekh Ahmad al Qari –Qadhi Jeddah-, Syekh Muhammad Husein –Seorang Imam dan pengajar di Makkah-, Syekh Mahmud Zuhdi ibn Abdur Rahman –Seorang pengajar di Makkah-, Syekh Muhammad Habibullah ibn Maayaabi – Seorang pengajar di Makkah-, Syekh Abdul Qadir ibn Shabir al Mandayli (Mandailing-Sumut) –Seorang pengajar di Makkah-,Syekh Mukhtar ibn ‘Atharid al Jawi (asal Jawa) –Seorang pengajar di Makkah-, Syekh Sa’id ibn Muhammad al Yamani –Seorang Imam dan pengajar di Makkah-, Syekh Muhammad Jamal ibn Muhammad al Amir al-Maliki –Seorang Imam dan pengajar di Makkah-, Sayyid ‘Abbas ibn ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki –Seorang pengajar di Makkah-, Syekh Abdullah Zaydan asy-Syinqithi –Seorang pengajar di Makkah-, Syekh Mahmud Fathani (asal Thailand) –Seorang pengajar di Makkah, Syekh Hasanuddin ibn Syekh Muhammad Ma’shum asal Medan Deli-Sumut.
92. Syekh Ahmad Khathib al Minangkabawi, Seorang Imam Madzhab Syafi’i di Makkah asal Minangkabau Sumatera dalam bukunya al-Khiththah al Mardliyyah.
93. Syekh Muhammad Ali Khathib Minangkabau, Murid Syekh Ahmad Khathib al-Minangkabawi, dalam kitabnya Burhan al-Haqq. Beliau juga telah mengumpulkan para ulama di Sumatera untuk membantah Rasyid Ridla penulis al Manar dan para pengikutnya di Indonesia.
94. Syekh Abdul Halim ibn Ahmad Khathib al-Purbawi al Mandayli, Murid Syekh Mushthafa Husein, pendiri Pon-Pes. Al-Mushthafawiyyah, Purba Baru, Sumut dalam risalahnya Kasyf al Ghummah yang beliau tulis tahun 1389 H -12/8/1969.
95. Syekh Abdul Majid Ali (W. 2003) Kepala Kantor Urusan Agama daerah Kubu-Riau, Sumatera, salah seorang ulama kharismatik dan terkenal di daerah tersebut. Beliau mengkafirkan Ibnu Taimiyah dan menyatakan bahwa gurunya Syekh Abdul Wahhab Panay-Medan mengkafirkan Ibnu Taimiyah.
96. K.H. Abdul Qadir Lubis, pimpinan Pon.Pes. Dar at-Tauhid, Mandailing-Sumut(W. 2003). Beliau mengkafirkan Ibnu Taimiyah di sebagian majlisnya.
97. K.H. Muhammad Sya’rani Ahmadi Kudus Jawa Tengah dalam bukunya al Fara-id as-Saniyyah wa ad-Durar al Bahiyyah yang beliau tulis pada tahun 1401 H. Dalam buku ini beliau menyatakan bahwa Ibnu Taimiyah adalah seorang Musyabbih Mujassim (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya dan meyakini bahwa Allah adalah jisim -benda-).
98. K.H. Muhammad Mashduqi Mahfuzh, Ketua Umum MUI Jawa Timur dalam bukunya al-Qawa’id al Asasiyyah li Ahlissunnah WalJama’ah.
99. Syekh al Muhaddits al Faqih Abdullah al Harari al-Habasyi dalam kitabnya al Maqalaat as-Sunniyyah Fi Kasyf Dlalalaat Ahmad ibn Taimiyah, Shorihul Bayan,Sharhul Qawiim, Bughyah al-Tholib.

Terakhir, Wahai seorang pencari kebenaran, lihat dan amatilah! bagaimana mungkin kita berpegangan dengan orang yang dicela oleh sekian banyak para ulama yang menjelaskan hakikatnya serta kesesatan-kesesatannya agar diwaspadai, dijauhi dan tidak diikuti oleh umat. Apakah anda masih buta dengan dalil-dalil yang telah Ulama’ ASWJ kemukakan? Atau anda masih menunggu Api Neraka membakar anda di akhirat kelak!!! Adakah anda masih meragukan kesesatan Ibn Taimiyyah dan pengikutnya yang hanya beberapa kerat; atau anda mau meng KAFIR kan seluruh ulama’ Islam ASWJ yang mengikut manhaj Asy’ariyah dan Maturidiyyah!!!

Oleh sebab itu, apa yang disampaikan oleh golongan ANTI-WAHABI adalah bukan dari HAWA NAFSU yang JELEK atau Kepentingan duniawi. Sesungguhnya penjelasan ini adalah daripada Ulama’ Mu’tabar dan Pandangan Jumhur Ulama’ ASWJ dan Bukan ORANG-ORANG BODOH yang hanya punya titel Phd atau mengaji tak habis lagi tapi merasa sudah menjadi mujtahid mutlaq atau ahli tarjih.

Maaf, kembali saya ragukan akal sehat anda.. Begini saja, jika umat yang pertama (grupnya sahabat) adalah yang terbaik versi sunni, maka coba jawab.. Mengapa tidak ada ajaran-ajaran atau tulisan-tulisan atau aturan-aturan fiqih dari pemimpin-pemimpin anda Abubakar, Umar, Utsman, Muawiyyah, dll siapa sajalah di generasil awal yang dapat kita jadikan rujukan sekarang ini? Mengapa malah Abu Hurairah yang ngetop banget yang cuman bersama Rasulullah beberapa tahun ? Atau Ibnu Umar Yang Cuma Berumur 20 Ketika Nabi SAW Wafat ???? Mengapa lantas muncul Maliki, Hanafi, Hambali, Asy’ari, Maturidy, Ghazali dll notabene melewati 1-2 generasi dari generasi awal yang lalu jadi PEDOMAN ? Mestinya predikat terbaik kan bisa dibuktikan dengan apa yg mereka hasilkan ? Bukan sekedar doktrin-doktrin yang dipantek di kepala dari generasi ke generasi tanpa bukti nyata.

Perhatikan  kata-kata Abu Ubaidah “Wahai Rasulullah SAW adakah orang yang lebih baik dari kami? Kami memeluk Islam dan berjihad bersama Engkau. “. Rasulullah SAW menjawab Ada yaitu kaum yang datang setelah kalian yang beriman kepadaku padahal tidak melihatKu. Disitu Abu Ubaidah telah menyebutkan keunggulan generasi sahabat yaitu memeluk islam dan berjihad bersama Nabi SAW tetapi walaupun telah disebutkan Nabi SAW tetap mengatakan bahwa kaum yang datang setelah mereka tetap lebih baik.

Ngomong-ngomong situ pernah baca hadis Al Haudh yang mutawatir bahwa banyak sahabat akan masuk neraka karena mereka mengada-adakan hal baru sepeninggal Nabi SAW. Menuruti logika anda maka ketika ayat tersebut turun mereka ini juga termasuk kan, tapi terbukti setelah Rasul SAW wafat mereka ada yang murtad dan ada yang mengada-adakan hal baru.

Justru klop banget dengan hadis-hadis shahih dan mutawatir bahwa sepeninggal Nabi SAW banyak sahabat yang mengada-adakan hal baru sehingga mereka dihalau dari Al haudh….Yang benar adalah, setelah kepergian Nabi Muhammad saw, di masa Imam Ali as, sebagian besar umat Nabi Muhammad saw telah berkhianat thd Imam Ali as. Haditsnya shahih kok, Firman  ayat  tathir  khusus ditujukan pada Rasulullah, Ahlulbait, Itrahti Ahlulbait serta Zuriat Rasul yang dipilih Allah.

Anas bin Malik berkata: “Rasulullah saw pernah melewati pintu rumah Fatimah as SELAMA ENAM BULAN, apabila beliau hendak keluar untuk shalat subuh, beliau berkata, ‘Salat wahai Ahlulbait! Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan keraguan darimu wahai Ahlulbait dan mensucikanmu sesuci-sucinya“. ( Al-Turmudzi 2:29).

anda akan masuk menjadi khairu ummah sama seperti mereka yg ditunjuk oleh Allah saat itu jika anda mengikuti  SAHABAT  YANG  ADiL  ( bukan  semua  sahabat )… Hal ini sesuai dengan At-Taubah : 100, kita akan menjadi umat yang diridhai oleh-Nya jika kita ini termasuk “walladzina taba’uhum bi ikhsan” (orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik), lihat lagi Al-Hadid:10, Allah telah membedakan derajat manusia dan menurut Allah generasi awal adalah lebih tinggi derajatnya dibandingkan orang orang  sesudahnya,
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Mughirah dari Abi Wail yang berkata Abdullah berkata Nabi SAW bersabda “Aku akan mendahului kalian sampai di Al Haudh dan akan dihadapkan kepadaku banyak orang dari kalian. kemudian ketika aku memberi minum mereka, mereka terhalau dariku maka Aku bertanya “Wahai RabbKu bukankah mereka itu sahabat-sahabatKu?. Dia menjawab “Engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu”. [Shahih Bukhari 9/46 no 7049].

Al-Qur’an juga menyematkan atribut dan sifat-sifat negatif terhadap sebagian kaum muslimin yang sezaman dengan Nabiullah Muhammad saww. Al-Qur’an menginformasikan kepada kita ada dari mereka yang sezaman dengan Nabi sebagai orang-orang munafik, yang keterlaluan dalam kemunafikannya (Qs. At-Taubah: 101), berpenyakit dalam hatinya, tidak memiliki keteguhan iman, dan berprsangka jahiliyah terhadap Allah swt (Qs. Ali-Imran: 154), sangat enggan berjihad (Qs. An-Nisa’: 71-72 dan At-Taubah ayat 38), melakukan kekacauan dalam barisan (Qs. At-Taubah: 47), lari tunggang langgang ketika berhadapan dengan musuh (Qs. Ali-Imran: 153 dan At-Taubah : 25), bahkan sebagian mereka lebih memilih perdagangan dan permainan daripada mendengarkan Nabiullah Muhammad saww berkhutbah, “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki.” (Qs. Al-Jumu’ah: 11).

Bagi saya ;  hadits dari Bukhari dan penyusun lain yang di dalamnya ada perawi sahabat msh bisa dijadikan hujjah selama ia tidak bertentangan dengan Alquran & akal sehat.

mengenai sahabat Al-Mughirah bin Syu’bah.Al-Mughirah bin Syu’bah tidak diragukan lagi bahwa beliau adalah seorang shahabat Nabi
Tolong mas jelaskan kontradiksi ini berdasarkan hadits berikut; Dari Ziyad bin Alaqah dari Pamannya bahwa Mughirah bin Syu’bah telah menghina Ali bin Abi Thalib kemudian Zaid bin Arqam berdiri dan berkata ”Hai Mughirah bukankah kamu tahu bahwa Rasulullah SAW melarang untuk menghina orang yang sudah mati jadi mengapa kamu menghina Ali setelah kematiannya”.( Hadis Riwayat Al Hakim dalam Mustadrak As Shahihain juz 1 hal 541 hadis no 1419 ).

Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan” (QS Al Ahzab:57)“.

…maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahNya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”(QS An Nur: 63).

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah jahanam, kekal dia di dalamnya dan Allah murka atasnya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab yang berat” (QS An Nisa’: 93).

“Dan janganlah seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan siksa yang berat” (QS Ali Imran: 105).

Syi’ah Tidak Mengkafirkan Para  Sahabat  Nabi…. Murtad artinya berbalik kebelakang tidak mematuhi  wasiat  imamah Ali, jadi bukan keluar dari Islam….


Kritik Terhadap Keadilan Semua Sahabat.

Al Quran dan Keadilan Para Sahabat
Kritik pertama terhadap anggapan bahwa semua sahabat adalah adil berdasarkan ayat ayat AlQur’an  seperti yang digambarkan dalam surat At Taubah berikut:

“Orang orang Arab paling keras Dalam kekafiran dan kemunafikan, Dan paling cenderung mengabaikan Aturan aturan yang Allah turunkan atas RasulNya, Padahal Allah Mahatahu, Mahabijaksana.” ( Al Qur’an, At Taubah (IX): 97). atau:

“Sungguh mereka telah mengusahakan keonaran sebelumnya, Dan memutar balik persoalan bagimu, Sampai datang kemenangan, Dan terbukti kebenaran agama Allah, Meskipun mereka tiada suka.” ( Al Qur’an, At Taubah (IX): 48.) atau: Dan di antara orang Arab, sekitarmu, Ada orang munafik, Demikian pula di antara orang.

Madinah, Mereka berkeras dalam kemunafikan, Kau tidak mengetahui mereka, (Tapi) Kami mengenalnya… ( Al Qur’an, At Taubah (IX): 48).

Mengenai istilah munafik Bukhari meriwayat dari Sulaiman Abu Rabi dari Ismail bin Jafar dari Nafi bin Malik dari ayahnya dari Abu Hurairah yang mendengar dari Rasul yang bersabda: “Tanda tanda  dari munafik adalah: Bila berbicara, ia berbohong. Bila berjanji, tidak ia tepati. Bila memegang amanat ia akan khianati.”.

Pepatah lama ‘Arab menggambarkan munafik sebagai orang yang mencium tangan yang tidak dapat ia gigit. Dan karena para istri Rasul termasuk dalam kategori Sahabat, maka dapat dimasukkan ayat ayat  dalam surat Tahrim yang turun berhubungan dengan ummul muminin ‘A’isyah dan Hafshah, dan meminta agar mereka bertobat.

Hadis dan Keadilan Para Sahabat.

Bukhari.
Bukhari ( Bukhari, Shahih, jilid 4, Bab alHaudh [alHaudh, nama Telaga di Surga], akhir Bab arRuqab, hlm. 94)  meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi telah bersabda: Tatkala aku sedang berdiri, muncullah serombongan orang yang kukenal dan muncul pula seorang lelaki di antara diriku dan rombongan itu. Lelaki itu berkata: “Ayo!” Aku bertanya: “Kemana?” Ia menjawab ‘Ke neraka, demi Allah!” Aku bertanya: “Ada apa dengan mereka?” Ia menjawab: “Mereka berbalik setelah engkau wafat.”.

“Halumma”, logat orang Hijaz, kata panggil untuk lelaki atau perempuan, tunggal, dua orang maupun jamak. Dalam kalimat ini yang dipanggil adalah serombongan orang, ‘zumrah’… irtaddu ( lihat  Al Qur’an 12:96; 2:217).

Di bagian lain: Kemudian muncullah serombongan orang yang kukenal dan seorang lelaki muncul pula antara diriku dan mereka. Lelaki itu berkata: “Ayo!” Aku bertanya: ‘Kemana? “Ia menjawab: ‘Ke neraka, demi Allah!” Aku bertanya: “Ada apa dengan mereka? “Lelaki itu menjawab: ‘Mereka telah berbalik setelah engkau wafat”. Dan aku tidak melihat keikhlasan pada wajah mereka, seperti gerombolan unta tanpa gembala.

Dan yang berasal dari Asma’ binti Abi Bakar yang berkata, Nabi bersabda:
“Tatkala berada di Al Haudh, aku tiba tiba melihat ada di antara kamu yang mengingkariku ( yaruddu ‘alayya.) ,yang mengikuti selain diriku. Aku berkata: “Ya Rabbi, dari diriku dan umatku?” Dan terdengar suara seseorang: “Apakah engkau mengetahui apa yang mereka lakukan sesudahmu? Demi Allah mereka terus mengingkarimu ( Ma barihu yarji’una ‘ala a’ qabihim )

Dan tatakala membicarakan hadis ini Ibnu Abi Mulaikah berkata:
“Allahumma, aku berlindung kepadaMu dari perbuatan ingkar dan merusak agama kami”.
Dari bab yang sama yang berasal dari Said bin Musayyib yang berasal dari para sahabat Nabi bahwa Nabi bersabda: Di AlHaudh’ sejumlah sahabat berbalik dan aku bertanya: “Ya Rabbi! Mereka adalah sahabatku!”.
Dan mendapat jawaban: “Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang telah mereka lakukan sesudahmu. Mereka telah berbalik mengingkarimu!”
Dan di bagian lain bab tersebut, dari Sahl bin Sa’d yang berkata, Nabi bersabda: Saya mendahului kamu di ‘AlHaudh’, barangsiapa meliwatiku akan minum dan setelah itu tidak akan pernah haus selamanya, dan beberapa kaum yang kukenal dan mereka juga mengenalku, berbalik dariku, kemudian aku dan mereka terpisah.

Abu Hazm berkata: “Nu’man bin Abi’ Iyasy memperdengarkannya kepadaku dan menanyakan apakah aku mendengar demikian dari Sahl?’ Aku membenarkan. Ia melanjutkan: ‘Aku bersaksi bahwa menurut Abi Said Al Khudri kata kata tersebut punya kelanjutan:
Dan aku (Nabi) berkata: ‘Mereka itu adalah dari diriku’. Dan kedengaran jawaban: ‘Sungguh engkau tidak tahu apa yang terjadi sesudahmu?’ Dan aku berkata: ‘Binasalah mereka yang berobah sesudahku.’

Lagi dari Abu Hurairah yang meriwayatkan dari Rasul Allah saw yang bersabda:
Telah berbalik di hari kiamat serombongan sahabatku yang memisahkan diri di AlHaudh
dan aku bertanya: “Ya Rabbi, sahabatku,’ “Dan Allah menjawab: ‘Tiada engkau tahu apa yang mereka lakukan sesudahmu. Mereka telah berbalik dan menjadi ingkar.’

Lagi, yang berasal dari ‘Abdullah dari Nabi masih di bab yang sama: Kemudian mereka dipisahkan dariku, dan aku berseru: “Ya Rabbi, sahabatku!” Dan dijawab: “Engkau tidak tahu apa yang terjadi sesudahmu!”. Bukhari melanjutkan: “Kata kata serupa juga diriwayatkan ‘Ashim yang berasal dari Abi Wa’il. Dan Hushain juga meriwayatkan serupa yang berasal dari Abi Wa’il dari Hudzaifah dari Nabi.

Di bab lain, tatkala membicarakan Perang Hudaibiyah, Bukhari meriwayatkan dari al’ Ala’ bin Musayyib dari ayahnya ( Bukhari, Shahih,jilid 3, hlm. 30 dalam bab Ghaswah Hudaibiyah.) yang berkata: Aku bertemu alBarra’ bin ‘Azib dan aku berseru: ‘Selamat bagi Anda, Anda beruntung jadi sahabat Nabi dan Anda telah membaiat Rasul di bawah pohon, ‘bai’ah tahta syajarah!’. Ia menjawab: “Wahai anak saudaraku, engkau tidak tahu, apa yang kami lakukan sesudah Rasul wafat.!” Dan dalam bab lain Bukhari meriwayatkan yang berasal dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi saw: (Bukhari, Shahih, jilid 2, hlm. 154, bab yang menerangkan ayat “Dan Allah menjadikan Ibrahim kesayanganNya” (QS 4:125) dalam Kitab Bad’ul Khalq ).
‘Dan sejumlah sahabat mengambil jalan kiri (Golongan kiri, lihat QS 56:41.) dan aku berseru “Sahabatku, sahabatku!” dan terdengar jawaban dengan kata kata: ‘Mereka tidak pernah berhenti berbalik ingkar sejak berpisah denganmu.”

Muslim.

“Sebagian orang yang menjadikan aku sebagai sahabat akan berbalik dariku di telaga AlHaudh, yaitu tatkala dengan tiba tiba aku melihat mereka dan mereka melihat kepadaku, kemudian meninggalkanku dan aku benar benar  akan bertanya: “Wahai Rabbi, para sahabatku. Dan akan terdengar jawaban: “Engkau tidak tahu apa yang mereka lalukan sesudahmu.” (Muslim, Shahih, Kitab Fadhail, hadits 40. Lihat juga Musnad Ahmad, jilid 1, hlm. 453, jilid 2, hlm. 28 jilid 5, hlm. 48).

Pandangan bahwa seluruh sahabat adil adalah tak sesuai dengan petunjuk AlQuran, bertentangan dengan ayat AlQuran…. Secara faktual dan kalau yang dimaksud dengan  pengertian sahabat adalah setiap orang yang bertemu/bergaul dengan  Nabi saw baik sesaat maupun lama, maka Abu Bakar, Umar dan Usman adalah sahabat Nabi saw. Tapi apabila mengacu kepada pengelompokan Al-Quran spt yang sudah saya kemukakan diatas maka pertanyaannya kedalam kelompok mana Abu Bakar, Umar dan Usman harus dimasukkan ? Kelompok I atau II ?

AlQuran sendiri mengelompokkan para sahabat sesuai tingkat keimanannya sbb :
Kelompok 1 itulah yang kami maksud sahabat :
1. As-Sabiqun Al-Awwalun, yaitu  sebagian diantara orang  orang yang paling awal masuk Islam dari Muhajirin dan Anshar. (QS At-Taubah 100)… yang dipuji bersyarat, tidak berlaku umum.
2. Al-Mubayi’un Tahta Asy-Syajarah, yaitu sebagian diantara orang orang  yang berbaiat di bawah pohon (QS Al-Fath 18)…. yang dipuji bersyarat, tidak berlaku umum.
3. sebagian  diantara  Ash- Habul Fath (QS Al-Fath 29), QS. al-Mujadilah (58) : 22,  Qs. Al-Muhajirin (QS Al-Hasyr  9-10 ), QS 53:2  yang  dipuji  bersyarat.. Tidak berlaku umum  karena mana mungkin ’sahabat  sahabat ′ saling berbunuhan atau bermusuhan, kan mereka  sedang ’saling berkasih sayang’ seperti firman Allah dlm surah al fath:29′.

Jika saya membenci sebagian para sahabat, karena tingkah lakunya memang pantas di benci.. Saya pun mencintai sahabat yang setia kepada nabinya seperti Abu dzar, Salman, Ammar bin Yasir, Miqdad, Muhamamad bin Abu Bakar karena memang mereka pantas dicintai. Mereka lah syiah Ali yang telah dijanjikan surga… sahabat besar inilah yang paling setia membela Imam Ali hingga wafatnya.

Kelompok II dibagi menjadi :
1. Al-Muwallun ammal Kuffar, yaitu kelompok sahabat yang lari/mundur dari peperangan (tawalli ‘anil-jihad). Ini termasuk dosa besar. (QS Al-Anfal 15-16).
2.  Orang Orang Munafik Yang Makruf (QS Al-Munafiqun 1).
3. Orang Orang Munafik Yang Tersembunyi (QS At-Taubah 101). . Orang orang  munafik dimadinah (yang pastinya ini ada tercakup orang anshar)
4. Muradhal Qulub, yaitu kelompok sahabat yang mengikuti jejak orang Orang munafik dalam hal spiritual dan sifat sifat  lemahnya iman kpd Allah SWT dan Rasul-Nya (QS Al-Ahzab 12) 5.
As_Samma’un , yaitu kelompok sahabat yang hatinya bagaikan bulu yang tertiup angin.(QS At-Taubah 45-47).
6. Mencampur-baurkan Amal Saleh dengan Selainnya (QS At-Taubah 102).
7. Orang Orang Yang Nyaris Murtad (QS Ali Imran 154).
8. Al Fasiq (QS Al-Hujurat 6).
9. Al-Muslimun Bukan Al-Mukminun, yaitu kelompok sahabat yang iman mereka belum masuk dalam hatinya. (QS Al-Hujurat 14).
10.  Al-Muallafatu Qulubuhum (QS At-Taubah 60).
11. Thalhah  mengancam  mau  menikahi   isteri  isteri  Nabi  SAW  lalu  turunlah  ayat  “….Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.” (QS. al Ahzâb[33];53).
12. Qs. Az-Zukhruf: 78-80.
Al-Baqarah: 159. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela’nati.


Setelah mengelompokkan para sahabat tsb. Al-Quran menutup dengan pernyataan yang tegas :”Maka apakah orang yang beriman sama seperti orang fasik ? MEREKA TIDAK SAMA.” (QS As-Sajadah 18)… ketidakpantasan menganggap semua sahabat adil.. Tolong di jawab, apakah Nabi SAW. pernah melaknat sebagian sahabatnya ?… Sejarah juga telah membukti bahwa Ali bin Abi Thalib terlaknat disetiap mimbar jum’at selama 80 tahun (-/+)atas perintahnya. padahal baginda nabi begitu banyak menyampaikan utamaan Ali bin Abi Thalib..Apakah perintah pelaknatan ini bermaksud memuliakan Ali bin Abi Thalib …? Siapa yg memerintahkan ‘pelaknatan’ terhadap Amirul Mukminin Ali as?
‘Kutukan’  terhadap Imam Ali dalam khotbah khotbah Jum’at selama lebih dari delapan puluh tahun oleh kekuatan politik yang menyusul kemudian, serta permusuhan dan penindasan terhadap para pengikutnya, hampir menghilangkan sama sekali buah pikiran ‘Ali dalam aliran ini. Aliran ini makin melembaga dan kemudian dikenal sebagai Ahlus Sunnah.

Harapan kita pada kaum Sunni, jangan lagi menutup-nutupi kenyataaan sejarah demi mempercantik wajah mazhabnya dan berbohong untuk memperjelek wajah mazhab lain. Zaman sekarang informasi sudah sangat mudah didapat, jadi makin banyak kalian menulis dusta tentang Syiah maka makin membuat orang lari dari mazhab Sunni lalu bergabung dengan Syiah. Ini adalah Fakta…. Amalkan kitab Sahih Muslim dengan konsisten, didalamnya tetulis bahwa umat tidak akan tersesat bila berpedoman pada Kitabullah dan Ahlulbait.

Dan saya temukan hampir semua argumen yang dibangun oleh Syiah ada dan sahih menurut hadis riwayat Muslim juga riwayat Bukhari.. lihat berapa banyak SUNI MENGAMBIL RIWAYAT DARI AHLUL BAIT.
Konon begitu tulus cinta sebagian Ahlusunnah pada Ahlulbait sampai sampai membunuh Cucu cucu Nabi yang suci pun dianggap Ijtihad dan dapat pahala. Bahkan pembunuhnya pun dianggap sebagai orang yang mendapat petunjuk, dan merampas kekhalifahan dari Imam Hasan pun dianggap sah-sah saja.

IMAM HASAN DAN IMAM HUSAIN SAJA YANG SUDAH TERJAMIN KESUCIANNYA OLEH AL-QUR’AN BISA DIBUNUH DENGAN KEJI TANPA PERASAAN. YANG BUNUH NGAKU PULA SEBAGAI KHALIFAH ISLAM (koq bisa, ya??)
Yang paling bisa kita lakukan khanyalah setiap saat bersalawat kepada mereka (Ahlulbait) dalam shalat dengan konsisten dan mengambil ajaran dari mereka walaupun banyak ajaran mereka telah dimusnahkan oleh “konon” Khalifah Islam.

Yang pasti Ahlusunnah telah meninggalakan ajaran mereka, buktinya coba periksa sendiri (sebelum anda menyuruh orang lain belajar) dalam kitab standar Ahlusunnah, ajaran agama dan riwayat hadis yang bersumber dari orang orang suci (Imam Hasan dan Husain) tidak ada, tapi ajaran agama dari musuh mereka yaitu kaum munafikun justru kalian anggap sunnah Nabi.

Yang bilang membunuh cucu Nabi adalah ijtihad adalah Ulama anda IBNU TAIMIYYAH dan IBNU HAJAR AL-HAITSAMI dalam Kitab Syarah Tuhfatul Muhtaj.. Ibnu Hajar al-Haitsami juga mengatakan demikian, silahkan anda baca sendiri di kitab Syarah Tuhfatul Muhtaj ilaa Adillatil Minhaj.
IMAM HASAN AS. TERBUNUH OLEH RACUN JA’DAH BINTI AL-ASY’AT KARENA PERINTAH KHALIFAH MUAWIYYAH BIN ABI SUFYAN DENGAN IMING2 100.000 DINAR DAN AKAN DIKAWINKAN DENGAN ANAKNYA (YAZID BIN MUAWIYAH). Kemudian wanita itu mendatangi Muawiyah menagih janjinya, Muawiyah hanya membayar 100.000 Dinar tapi menolak untuk menikahkannya. Dan  IMAM HUSAIN TERBUNUH DI KARBALA OLEH BALA TENTARA YAZID BIN MUAWIYAH YANG DIPIMPIN OLEH IBNU ZIYAD. (Begitulah kesaksian kitab Ulama anda seperti; Tarikh Al-Balazzuri, Tabaqat Ibnu Sa’at, Tarikh Ibnu Atsir, dan beberapa kitab lainnya).






Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: