Tanggal: 2013/09/25 – 17:11 |
Mufti Mesir:
Muslim Sunni Diperbolehkan Mengikuti Fatwa Mufti Syiah.
|
Syaikh Ali Jum’ah ulama Mufti Mesir dalam wawancaranya dengan stasiun
televisi Al Arabiyah selasa, 24/9 menyatakan kesepakatannya dengan
fatwa persatuan dari Rahbar khususnya mengenai pelarangan umat Syiah
untuk melakukan pelecehan dan penghinaan terhadap tokoh-tokoh yang
diagungkan oleh Ahlus Sunnah.
Mufti Mesir tersebut selanjutnya berkata, “Kewajiban setiap ulama Ahlus Sunnah, adalah mengupayakan terwujudnya persatuan dan kedekatan dengan umat Syiah di seluruh dunia.”
“Dibidang fikih Syiah lebih maju dibanding Sunni, dan mengenai ini maka diperbolehkan Sunni untuk mengikuti fatwa dari ulama marja Syiah.” Lanjutnya lagi.
Syaikh Ali Jum’ah kemudian bersaksi dengan menyatakan sampai saat ini tidak ada satupun kitab asli dan penting Syiah yang beliau temui berisi kecaman dan penghinaan terhadap sahabat dan istri-istri Nabi. Beliau berkata, “Fatwa dari Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran tersebut merupakan salah bentuk perkhidmatan beliau terhadap Islam dan kaum muslimin. Dan fatwa tersebut sangat mempercepat dan berkontribusi besar dalam terwujudnya persatuan kaum muslimin.”
Mufti Mesir tersebut setelah bertemu langsung dengan beberapa ulama besar Syiah dalam beberapa pertemuan para ulama Islam se dunia mengatakan, “Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, para ulama Syiah mengatakan kepada saya, penghinaan terhadap khalifah dan istri Nabi bukanlah berasal dari kalangan Syiah, melainkan perbuatan dan makar dari pihak musuh yang hendak memecah belah umat Islam antara Sunni dan Syiah.”
Pada bagian lain pembicaraannya, Syaikh Ali Jum’ah mengatakan, “Saya berpendapat bahwa seorang muslim Sunni diperbolehkan untuk mengikuti fatwa ulama Syiah. Dan ini pulalah yang pernah diutarakan oleh Syaikh Mahmud Saltut, pemimpin besar kaum muslimin di Mesir dan mantan Rektor Universitas Al Azhar. Karena bagi kami, Sunni dan Syiah itu tidak ada bedanya.”.
Mufti Mesir, Ali Jum’ah, tetap mempertahankan pendapatnya
tentang kesamaan mazhab Syiah dan Ahlus Sunnah. Setelah fatwa tentang
kesamaan kedua mazhab besar Islam ini, sang mufti terus menerus mendapat
kecaman dari media massa Pemerintah dan sejumlah tokoh Wahabi dari
luar Mesir. Salah satu tokoh Wahabi, Fathi Usman, menganggap Jum’ah
sebagai orang yang menyimpang dari Islam gara-gara pendapatnya yang pro
persatuan Islam itu.
Namun demikian, kemarin, dalam sebuah seminar yang diadakan asosiasi pengacara Mesir, Dr. Ali Jum’ah mempertegas pendapatnya. “Saya tetap dalam pandangan semula, karena pandangan saya itulah yang benar menurut semua sumber Islam.”
Ali Jum’ah juga kembali menyatakan tidak ada perbedaan antara Sunni dan Syiah kecuali dalam sumber-sumber pengambilan hukum. Keduanya sama-sama merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah. Bedanya, Syiah mengambil referensi Sunnah dari Rasulullah, Ahlulbait dan sebagian sahabat, sedangkan Ahlus Sunnah mengambilnya dari Rasulullah dan semua sahabat tanpa terkecuali.
Menurutnya, perbedaan referensi ini sama sekali tidak berdampak besar dalam rumusan dasar keyakinan dan tatacara ibadah. Bahkan, dia lagi-lagi menegaskan bahwa setiap Muslim boleh memilih di antara dua mazhab ini tanpa ragu. “Seorang Muslim boleh memakai fiqih yang datang dari ulama Sunni sebagaimana juga boleh mengambil dari ulama Syiah,” tandasnya.
Dalam banyak kesempatan, Mufti Mesir satu ini sering mendapat tudingan macam-macam termasuk sebagai agen Iran di Mesir. Tudingan ini jelas mengada-ada, karena Sang Mufti tak pernah sekali pun berkunjung ke Iran dan bertemu dengan ulama Syiah Iran. Semua pandangannya didasarkan pada buku-buku yang ditulis oleh ulama Sunni Mesir sendiri atau ulama Syiah yang bermukim di Mesir sejak ratusan tahun silam.
Mufti Mesir, Ali Jum’ah, menyatakan bahwa Syiah adalah mazhab Islam. “Setiap Muslim sah menjalankan Islam sesuai dengan mazhab fiqih Syiah”.
Mufti Mesir ini juga mengingatkan mayoritas Muslim yang bermazhab Ahlus Sunnah untuk mengikuti konsep Syiah dalam ijtihad. “Syiah adalah sebuah mazhab Islam yang memiliki pola pikir yang maju dan progresif.”
Beliau menambahkan, “Kita harus mengakui bahwa para pengikuti mazhab ini telah mencapai kemajuan besar dalam banyak segi. Kita harus mengupayakan kerjasama di antara umat Islam demi keuntungan bersama.”
Syaikh Jum’ah juga menyatakan bahwa semua pihak yang mendiskreditkan Syiah adalah elemen yang patut dicurigai sebagai agen yang punya misi-misi buruk. Syaikh Jum’ah lalu mengajak para pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah untuk bergandeng tangan dengan pengikut Syiah demi kemajuan dan keunggulan umat. Beliau mengimbau semua pihak untuk mengesampingkan perbedaan-perbedaan sepela yang ada di antara Ahlus Sunnah dan Syiah.
- Di hampir semua negara-negara Sunni, terdapat enclave (kantong)
Shiah. Mereka tidak menjadi ancaman terhadap kekuasaan Sunni di manapun.
Gerakan mereka sangat politis. Mereka akan menyusup dalam jaringan
kekuasaan.MUSYAWARAH ‘ULAMA DAN UMMAT ISLAM INDONESIA KE-2 dan
pernyataan FUUI yang menyatakan ‘Syi’ah SESAT’ karena ikut-ikutan Wahabi
pro AS/israel, bukan berdasarkan ilmu dan pengetahuan.
Ulama-ulama yang hadir tersebut datang dari berbagai pesantren dan
ormas Islam yang ada di Indonesia seperti Persis, Muhamadiyah, NU,
Hidayatullah, Al Irsyad, DDII, PUI, termasuk MUI Pusat.Melalui
musyawarah ulama, diharapkan dapat mengingatkan umat Islam, khususnya di
Jawa Barat dan sekitarnya untuk membentengi aqidah yang menyimpang.
Dalam sambutannya Ahmad Heryawan menyambut baik acara tersebut. Lebih lanjut dia menegaskan bahwa salah satu tugas ulama adalah menjaga aqidah umat.“Fatwa ulama sudah jelas tentang posisi Syi’ah ini dalam keyakinan Ahlu Sunnah wal Jamaah,maka sikap kita juga harus jelas juga,”katanya.
FUUI keluarkan Fatwa Sesatnya Syi’ah karena perintah Wahabi yang memusuhi NU. Yang hadir dalam acara tersebut dan memusuhi syi’ah tidak lebih dari orang orang awam yang tidak tau apa apa tentang agama.
NU.Online
Pakar Fiqh kenamaan dari Syiria Dr. Wahbah Al-Zuhaili mengatakan syi’ah bukanlah ancaman bagi dunia islam, yang menyebabkan mereka terpisah dari kelompok islam lain adalah akibat pemikiran politik mereka yang telah diwariskan secara turun temurun. Fiqih yang dianut Syiah tak jauh berbeda dengan fiqih yang dianut madzhab-madzhab lain dalam Islam. Mereka tidak berbahaya. ungkap Wahbah kepada NU.Online di Hilton Jakarta, Senin (22/02).
Jika selama ini, kata Wahbah, beberapa kalangan menganggap Syiah sebagai salah satu kelompok sempalan dalam Islam, hal itu tidak bisa dinafikan, namun sejalan dengan waktu dan perkembang pemikiran dalam dunia Islam tentu tidak menutup kemungkinan terjadi paradigma baru dalam berfikir dan bersikap bagi kaum Syi’ah.Bahkan para cendekiawan Syiah dewasa ini menyerukan untuk menyatukan aksi kerja dan pandangan politik dalam satu barisan demi menggalang persatuan untuk menghadapi musuh, tambahnya.
Selain itu sudah ada kecenderungan masyarakat muslim yang menggunakan hukum Positif bukanlah Kafir, “sikap kelompok ini meskipun kecil tapi ada dan mau menerima pemahaman ini,” ungkapnya.
Sementara itu pada bagian lain Al-Zuhaili menolak pendapat sebagian kalangan yang mengkafirkan umat Islam yang tidak menerapkan hukum Islam. Menurutnya, selama umat Islam tidak menganggap hukum positif lebih baik, ia tidak mejadi kafir meskipun ia tidak menggunakan hukum Islam. Namun, harus mempunyai keinginan di masa mendatang untuk menerapkan hukum Allah secara lebih luas.
Mufti Mesir tersebut selanjutnya berkata, “Kewajiban setiap ulama Ahlus Sunnah, adalah mengupayakan terwujudnya persatuan dan kedekatan dengan umat Syiah di seluruh dunia.”
“Dibidang fikih Syiah lebih maju dibanding Sunni, dan mengenai ini maka diperbolehkan Sunni untuk mengikuti fatwa dari ulama marja Syiah.” Lanjutnya lagi.
Syaikh Ali Jum’ah kemudian bersaksi dengan menyatakan sampai saat ini tidak ada satupun kitab asli dan penting Syiah yang beliau temui berisi kecaman dan penghinaan terhadap sahabat dan istri-istri Nabi. Beliau berkata, “Fatwa dari Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran tersebut merupakan salah bentuk perkhidmatan beliau terhadap Islam dan kaum muslimin. Dan fatwa tersebut sangat mempercepat dan berkontribusi besar dalam terwujudnya persatuan kaum muslimin.”
Mufti Mesir tersebut setelah bertemu langsung dengan beberapa ulama besar Syiah dalam beberapa pertemuan para ulama Islam se dunia mengatakan, “Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, para ulama Syiah mengatakan kepada saya, penghinaan terhadap khalifah dan istri Nabi bukanlah berasal dari kalangan Syiah, melainkan perbuatan dan makar dari pihak musuh yang hendak memecah belah umat Islam antara Sunni dan Syiah.”
Pada bagian lain pembicaraannya, Syaikh Ali Jum’ah mengatakan, “Saya berpendapat bahwa seorang muslim Sunni diperbolehkan untuk mengikuti fatwa ulama Syiah. Dan ini pulalah yang pernah diutarakan oleh Syaikh Mahmud Saltut, pemimpin besar kaum muslimin di Mesir dan mantan Rektor Universitas Al Azhar. Karena bagi kami, Sunni dan Syiah itu tidak ada bedanya.”.
Mufti Mesir, Ali Jum’ah, tetap
mempertahankan pendapatnya tentang kesamaan mazhab Syiah dan Ahlus
Sunnah. Setelah fatwa tentang kesamaan kedua mazhab besar Islam ini,
sang mufti terus menerus mendapat kecaman dari media massa Pemerintah
dan sejumlah tokoh Wahabi dari luar Mesir. Salah satu tokoh Wahabi,
Fathi Usman, menganggap Jum’ah sebagai orang yang menyimpang dari Islam
gara-gara pendapatnya yang pro persatuan Islam itu.
Namun demikian, kemarin, dalam sebuah seminar yang diadakan asosiasi pengacara Mesir, Dr. Ali Jum’ah mempertegas pendapatnya. “Saya tetap dalam pandangan semula, karena pandangan saya itulah yang benar menurut semua sumber Islam.”
Ali Jum’ah juga kembali menyatakan tidak ada perbedaan antara Sunni dan Syiah kecuali dalam sumber-sumber pengambilan hukum. Keduanya sama-sama merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah. Bedanya, Syiah mengambil referensi Sunnah dari Rasulullah, Ahlulbait dan sebagian sahabat, sedangkan Ahlus Sunnah mengambilnya dari Rasulullah dan semua sahabat tanpa terkecuali.
Menurutnya, perbedaan referensi ini sama sekali tidak berdampak besar dalam rumusan dasar keyakinan dan tatacara ibadah. Bahkan, dia lagi-lagi menegaskan bahwa setiap Muslim boleh memilih di antara dua mazhab ini tanpa ragu. “Seorang Muslim boleh memakai fiqih yang datang dari ulama Sunni sebagaimana juga boleh mengambil dari ulama Syiah,” tandasnya.
Dalam banyak kesempatan, Mufti Mesir satu ini sering mendapat tudingan macam-macam termasuk sebagai agen Iran di Mesir. Tudingan ini jelas mengada-ada, karena Sang Mufti tak pernah sekali pun berkunjung ke Iran dan bertemu dengan ulama Syiah Iran. Semua pandangannya didasarkan pada buku-buku yang ditulis oleh ulama Sunni Mesir sendiri atau ulama Syiah yang bermukim di Mesir sejak ratusan tahun silam.
Mufti Mesir, Ali Jum’ah, menyatakan bahwa Syiah adalah mazhab Islam. “Setiap Muslim sah menjalankan Islam sesuai dengan mazhab fiqih Syiah”.
Mufti Mesir ini juga mengingatkan mayoritas Muslim yang bermazhab Ahlus Sunnah untuk mengikuti konsep Syiah dalam ijtihad. “Syiah adalah sebuah mazhab Islam yang memiliki pola pikir yang maju dan progresif.”
Beliau menambahkan, “Kita harus mengakui bahwa para pengikuti mazhab ini telah mencapai kemajuan besar dalam banyak segi. Kita harus mengupayakan kerjasama di antara umat Islam demi keuntungan bersama.”
Syaikh Jum’ah juga menyatakan bahwa semua pihak yang mendiskreditkan Syiah adalah elemen yang patut dicurigai sebagai agen yang punya misi-misi buruk. Syaikh Jum’ah lalu mengajak para pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah untuk bergandeng tangan dengan pengikut Syiah demi kemajuan dan keunggulan umat. Beliau mengimbau semua pihak untuk mengesampingkan perbedaan-perbedaan sepela yang ada di antara Ahlus Sunnah dan Syiah.
Mufti Agung Mesir, Sheikh Ali Jumah
memandang Syiah bukan ancaman bagi Mesir dan juga umat Islam dunia,
buktinya iqih Jafari Diajarkan di Al-Azhar.
Bandung -
Tak kurang dari 200 ulama dari berbagai wilayah
di Indonesia hadir dalam Musyawarah Ulama dan Umat Islam di Masjid
al-Fajr (21/4) Kota Bandung. Acara ini digelar oleh Forum Ulama Umat
Indonesia (FUUI) untuk “Merumuskan Langkah Strategis Untuk Menyikapi Penyesatan dan Penghinaan Para Penganut Syi’ah”. Kegiatan ini dibuka oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, dan dihadiri oleh Wali Kota Bandung, Dada Rosada.
Dalam sambutannya Ahmad Heryawan menyambut baik acara tersebut. Lebih lanjut dia menegaskan bahwa salah satu tugas ulama adalah menjaga aqidah umat.“Fatwa ulama sudah jelas tentang posisi Syi’ah ini dalam keyakinan Ahlu Sunnah wal Jamaah,maka sikap kita juga harus jelas juga,”katanya.
FUUI keluarkan Fatwa Sesatnya Syi’ah karena perintah Wahabi yang memusuhi NU. Yang hadir dalam acara tersebut dan memusuhi syi’ah tidak lebih dari orang orang awam yang tidak tau apa apa tentang agama.
Mufti Agung Mesir:
Syiah Bukan Ancaman, Fiqih Jafari Diajarkan di Al-Azhar.
Mufti Agung Mesir, Sheikh Ali Jumah memandang Syiah bukan ancaman bagi Mesir dan juga umat Islam dunia.
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Mufti Agung Mesir, Sheikh Ali
Jumah memandang Syiah bukan ancaman bagi Mesir dan juga umat Islam
dunia. Sheikh Ali Jumat kepada koran al-Ahram Mesir menilai perselisihan
antara Sunni dan Syiah tidak perlu dibesar-besarkan.
“Perselisihan antara Sunni dan Syiah bukan perbedaan
mengenai prinsip agama, tapi perselishan dalam cabang agama,” kata Mufti
Agung Mesir itu menyikapi peringatan Asyura oleh komunitas Syiah di
negara Afrika Utara itu.
Terkait perbedaan antara Sunni dan Syiah yang dinilainya
wajar, Sheikh Ali Jumah mengatakan, “Antar mazhab di tubuh Sunni sendiri
terdapat perbedaan, dan perselisihan itu tidak lebih kecil dari
perbedaan antara Sunni dan Syiah.”
Mengenai pengajaran fiqih Syiah di Universitas al-Azhar,
Mufti Agung Mesir menuturkan bahwa Universitas al-Azhar merupakan
satu-satunya Universitas Islam di kalangan Sunni yang mengajarkan fiqih
Jafari.
Menyikapi kekhawatiran segelintir ulama Mesir bahwa
Al-Azhar akan menjadi target ekspansi penyebaran Syiah, Sheikh Ali Jumah
mengungkapkan, “Saya tidak melihat penyebaran Syiah akan menjadi
ancaman di Mesir, sebab muslim negara ini adalah Sunni yang taat.”
“Meski Muslim Mesir Sunni, mereka mencintai Ahlul Bait, dan
dalam sejarah orang Mesir tidak pernah memusuhi Syiah,” tegas ulama
terkemuka Negeri Piramida itu.
Warta
Al-Zuhaili : Syi’ah Bukan Ancaman
Jakarta,NU.Online
Pakar Fiqh kenamaan dari Syiria Dr. Wahbah Al-Zuhaili mengatakan syi’ah bukanlah ancaman bagi dunia islam, yang menyebabkan mereka terpisah dari kelompok islam lain adalah akibat pemikiran politik mereka yang telah diwariskan secara turun temurun. Fiqih yang dianut Syiah tak jauh berbeda dengan fiqih yang dianut madzhab-madzhab lain dalam Islam. Mereka tidak berbahaya. ungkap Wahbah kepada NU.Online di Hilton Jakarta, Senin (22/02).
Jika selama ini, kata Wahbah, beberapa kalangan menganggap Syiah sebagai salah satu kelompok sempalan dalam Islam, hal itu tidak bisa dinafikan, namun sejalan dengan waktu dan perkembang pemikiran dalam dunia Islam tentu tidak menutup kemungkinan terjadi paradigma baru dalam berfikir dan bersikap bagi kaum Syi’ah.Bahkan para cendekiawan Syiah dewasa ini menyerukan untuk menyatukan aksi kerja dan pandangan politik dalam satu barisan demi menggalang persatuan untuk menghadapi musuh, tambahnya.
Selain itu sudah ada kecenderungan masyarakat muslim yang menggunakan hukum Positif bukanlah Kafir, “sikap kelompok ini meskipun kecil tapi ada dan mau menerima pemahaman ini,” ungkapnya.
Sementara itu pada bagian lain Al-Zuhaili menolak pendapat sebagian kalangan yang mengkafirkan umat Islam yang tidak menerapkan hukum Islam. Menurutnya, selama umat Islam tidak menganggap hukum positif lebih baik, ia tidak mejadi kafir meskipun ia tidak menggunakan hukum Islam. Namun, harus mempunyai keinginan di masa mendatang untuk menerapkan hukum Allah secara lebih luas.
Islam sesuai dengan mazhab fiqih Syiah”.
Mufti Mesir: Syiah adalah Mazhab yang Progresif
February 5, 2009, 5:04 pm
Mufti Mesir, Ali Jum’ah, menyatakan bahwa Syiah adalah mazhab Islam.
“Setiap Muslim sah menjalankan Islam sesuai dengan mazhab fiqih Syiah”.
Mufti Mesir ini juga mengingatkan mayoritas Muslim yang bermazhab Ahlus Sunnah untuk mengikuti konsep Syiah dalam ijtihad. “Syiah adalah sebuah mazhab Islam yang memiliki pola pikir yang maju dan progresif.”
Beliau menambahkan, “Kita harus mengakui bahwa para pengikuti mazhab ini telah mencapai kemajuan besar dalam banyak segi. Kita harus mengupayakan kerjasama di antara umat Islam demi keuntungan bersama.”
Syaikh Jum’ah juga menyatakan bahwa semua pihak yang mendiskreditkan Syiah adalah elemen yang patut dicurigai sebagai agen yang punya misi-misi buruk. Syaikh Jum’ah lalu mengajak para pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah untuk bergandeng tangan dengan pengikut Syiah demi kemajuan dan keunggulan umat. Beliau mengimbau semua pihak untuk mengesampingkan perbedaan-perbedaan sepela yang ada di antara Ahlus Sunnah dan Syiah.
Sumber: alarabiya.net (04/02/09).
Mufti Mesir ini juga mengingatkan mayoritas Muslim yang bermazhab Ahlus Sunnah untuk mengikuti konsep Syiah dalam ijtihad. “Syiah adalah sebuah mazhab Islam yang memiliki pola pikir yang maju dan progresif.”
Beliau menambahkan, “Kita harus mengakui bahwa para pengikuti mazhab ini telah mencapai kemajuan besar dalam banyak segi. Kita harus mengupayakan kerjasama di antara umat Islam demi keuntungan bersama.”
Syaikh Jum’ah juga menyatakan bahwa semua pihak yang mendiskreditkan Syiah adalah elemen yang patut dicurigai sebagai agen yang punya misi-misi buruk. Syaikh Jum’ah lalu mengajak para pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah untuk bergandeng tangan dengan pengikut Syiah demi kemajuan dan keunggulan umat. Beliau mengimbau semua pihak untuk mengesampingkan perbedaan-perbedaan sepela yang ada di antara Ahlus Sunnah dan Syiah.
Sumber: alarabiya.net (04/02/09).
Post a Comment
mohon gunakan email